AL-QUR’AN HADIST
“AKHLAK KEPADA ORANG TUA DAN GURU”
Disusun Oleh :
ANDI AHMAD MINANURROHMAN
KELAS : XI A
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi manusia
untuk mengaktualkan potensi yang mereka miliki dalam rangka menjalankan
fungsinya sebagai khalifah di bumi. Sekolah Dasar merupakan tempat dimana siswa
menjalani pendidikan dasarnya dalam rangka pengembangan potensi yang mereka
miliki tersebut sejak dini yang akan mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk
memperoleh pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan baru.
Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Dalam pengajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Kedudukan siswa dalam pengajaran adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai
objek. Maka inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran. Persoalan yang timbul adalah mampukah siswa belajar dengan
memanfaatkan segala kemampuan yang dimilikinya dari situasi serta kondisi yang
ada dilingkungannya untuk mencapai hasil yang maksimal.
Hal ini , tentunya tidak terlepas dari pembentukan sikap pada diri peserta
didik terutama dengan sikap hormat dan patuhnya pada orang tua maupun guru, yang
tentunya sangat besar peranannya dalam dalam pembentukkan akhlak anak didik,
baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah.
Dengan pembentukkan akhlak yang diharapkan terbentuk dengan baik pada
peserta didik, maka pada makalah ini akan membahas tentang “Hormat dan Patuh
pada Orang Tua dan Guru”, yang diharapkan makalah ini dapat menjadi auan bagi
penulis maupun pembaa yang lainnya untuk bersikap hormat dan patuh kepada orang
tuan dan guru.
Manusia juga diciptakan Allah sebagai makhluk Allah yang tertinggi, hal ini
terdapat dalah Q.S. At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan khalifah atau wakil
(mandataris-pen) Tuhan di muka bumi, yang kemudian dipercaya untuk memikul
amanah berupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang bermoral di muka
bumi.
Secara lebih jelas, keistimewaan dan kelebihan manusia diantaranya
bernbentuk daya dan bakat sebagai potensi yang dimiliki peluang begitu besar untuk
dikembangkan. Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisiknya, manusia dilengkapi
dengan potensi berupa kekuatan fisik, fungsi organ tubuh dan panca indera.
Kemudian dari aspek mental, manusia dilengkapi dengan potensi akal, bakat, fantasi
maupun gagasan. Potensi ini dapat mengantarkan manusia memiliki peluang untuk
bisa menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
sekaligus menepatkannya sebagai makhluk berbudaya.
Di luar itu, manusia juga dilengkapi dengan unsur lain, yaitu kalbu. dengan
kalbu ini terbuka kemungkinan manusia untuk menjadi dirinya sebagai makhluk
bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara
spiritual. Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia pada dasarnya telah dilengkapi
dengan perangkat yang dibutuhkan untuk menopang tugas-tugas pengabdiannya.
Sudah cukup persyaratan yang ia miliki, sehingga manusia merupakan makhluk yang
mengabdi.
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.
i. Jagalah nama baik keduanya.
Jadi, sebagai anak harusnyalah kita tetap harus dapat menghormati dan
mematuhi segala apa yang di perintahkannya, selama perintahnya tidak
melanggar ajaran agama Islam.
Selanjutnya, walaupun orang tua kita sudah meninggal dunia maka kita
juga masih harus tetap hormat kepada beliau, semuanya haruslah kita
kita tahu bagaimana adab yang harus dan bisa kita lakukan kepada orang
tua kita yang sudah meninggal dunia. Adab kepada orang tua yang
sudah meninggal dunia tentunya berbeda dengan adab kita terhadap
orang tua kita yang masih hidup. Untuk itu, kita akan menuliskan adab
kita terhadap orang tua kita yang sudah meninggal dunia, diantaranya:
Selalu mendo’akannya.
Atau do’a khusu untuk orang yang sudah meninggal.
Tidak memutuskan tali silaturahim dengan keluarga, kerabat dan
sahabat-sahabat mereka.
Pergilah berziarah ke kuburnya. Sebagaimana sabda Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda:”Barang siapa yang berziarah ke kubur kedua orang
tuanya, atau salah seorang darim keduanya pada tiap hari jum’at,
maka dosanya akan diampuni Allah dan ia dinyatakan sebagai
seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
Meneladani sikap-sikap yang baik dari keduanya.
Melaksanakan setiap wasiat atau pesan dari keduanya.
Melanjutkan cita-cita atau perjuangan yang pernah dilakukan
sewaktu hidup.
Pentingnya kita menghormat dan menyayangi orang tua yang masih
hidup. Bila kita hendak mengukur betapa besar jasa kedua orang tua
kepada kita, niscaya tidak dapat terukur meskipun bumi terbelah dua.
Dan baktinya tidak akan terbayar dengan bakti kita sampai berakhir
hayat kita. Maka sebenarnya harta kita miliki adalah harta kepunyaan
kedua orang tua kita.
Dan setelah meninggal pun kedua orang tua kita, maka kewajiban kita
untuk mendo’akan untuk memohon ampun, menepati janji dan
membayar nazar kedua orang kita sewaktu masih hidup, dan selalu
menjaga tali silaturahim dengan kerabat orang tua kita.
Berbakti kepada orang tua semasa mereka hidup dapat dilakukan
dengan cara:
a. Pahala berbakti kepada kedua orang tua di dunia dan akhirat
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan hak dan kewajiban setiap
manusia . Ini dapat dipahami dari sebuah riwayat berikut ini. Pada suatu
hari seorang laki-laki menghadap Rasulullah saw, dan berkata:”Wahai
Rasulullah , siapakah orang yang paling berhak saya perlakukan dengan
baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu, ayahmu, saudara perempuanmu,
saudara laki-lakimu dan hamba sahayamu merupakan hak dan
kewajibanmu serta menjadi sebuah keluarga yang harus disambung.”
(HR. Abu Dawud dari Qulaib Ibnu Manfa’ah). Hikmah yang dapat
diambil apabila kita berbakti pada kedua orang tua di dunua maka Allah
akan menambah umur dan rezeki kita, sedangkan untukm di akhiran,
maka dosa-dosa kita selama di dunia akan terhapuskan.
b. Mengutamakan berbakti kepada orang tua di atas fardhu kifayah.
Berbakti kepada orang tua adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Maka
yang dapat dilakukan adalah: mengutamakan berbakti kepada orang tua
di atas jihad di jalan Allah; mengutamakan berbakti kepada orang tua
diatas istri dan teman-temannya; mengutamakan berbakti kepada orang
tua di atas haji; mengutamakan berbakti kepada orang tua di ata
mengunjungi Rasulullah saw; mengutamakan berbakti kepada orang tua
di atas anak-anak; mengutamakan berbakti kepada ibu di atas amalan-
amalan sunah; mengutamakan berbakti kepada orang tua di atas hijrah di
jalan Allah. Abu Ya’la dan Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang
baik, sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw,
lalu berkata:”Aku sangat menginginkan untuk berjihad, tetapi aku tidak
mampu?’ Nabi saw. bertanya:”Apakah salah seorang dari kedua orang
tua anda masih ada?’ Ia menjawab: “Ya, ibuku masih ada.” Beliau
bersabda:”Mohonlah kepada Allah agar dapat berbakti kepadanya. Bila
anda benar-benar melakukannya (berbakti padanya), maka anda
mendapatkan pahala seperti orang yang berhaji, umrah, dan berjihad.
c. Tidak ada ketaatan kepada orang tua untuk mendurhakai Allah, namun
harus tetap berbuat baik kepada keduanya.
d. Manusia yang paling berhak untuk ditemani adalah kedua orang tuamu.
e. Mengutamakan berbakti kepada ibu jika kepentingan ayah tidak bisa
dikompromikan dengan kepentingan ibu.
f. kamu dan hartamu adalah milik orang tuamu.
g. Saling mendoakan antara orang tua dan anak-anaknya.
h. Jangan menyebabkan orang lain mencaci kedua orang tuamu.
i. Berbanggalah dengan orang tuamu.
j. Menghajikan orang tua.
k. Melaksanakam nazar orang tua.
l. durhakan kepada orang tua termasuk dosa besar yang tercepat
balasannya di dunia dan akhirat.
Rasulullah saw. pernah memberi sepuluh wasiat kepada Muadz bin Jabal:
a. janganlah menyekutukan Allah, meskipun kamu dibunuh dengan cara
dibakar.
b. Janganlah mendurhakankedua orang tua, meskipun kamu disuruh
meninggalkan harta dan keluargamu.
c. Janganlah meninggalkan shalat wajib dengan sengaja! karena, orang
yang meninggalkan shalat wajib dengan sengaja terlepas dari
tanggungan Allah.
d. Janganlah minum minuman keras! karena, itu adalah pangkal segala
kebejatan.
e. Ingat, hindarilah perbutan maksiat! karena maksiat itu mengundang
kemurkaan Allah.
f. Ingat, hindarilah melarikan diri dari medan perang, meskipun semua
harus tewas.
g. Jika manusia pada meninggal, sedang kamu ada diantara mereka, maka
bertahanlah!
h. Berilah nafkah kepada keluargamu dengan usahamu!
i. Janganlah memukul mereka dengan alasan mendidik!
j. Tanamkanlah rasa takut mereka kepada Allah.
Apapun dan bagaimanapun kejadiannya, hormat dan patuh kepada
kedua orang dapat kita jalankan dengan cara mengabdi dan membuat senang
orang tua, baik secara lahiriah maupun bathinia.
.) (رواه الترمذي والحاكم بشرط المسلم.رضي هللا في رضي الوالدين وسخط هللا في سخط الوالدين
“Keridaan Allah itu terletak pada keridaan kedua ibu-bapaknya dan
kemurkaan Allah terlatak pada kemurkaan kedua ibu-bapak pula.”
Allah SWT. sangat murka terhadap orang-orang yang menyakiti orang
tuanya sendiri dan mengharamkannya untuk masuk surga meskipun ia sangat
rajin beribadah. Sebagaimana kisah seorang sahabat yang mengalami kesulitan
untuk meninggal dunia karena ibunya murka kepadanya dan setelah ibunya
memaafkan dosa anaknya –setelah Rasulullah SAW. berkata kepadanya bahwa
anaknya akan dibakar –sahabat tersebut meninggal dengan mudah.
Lebih jauh dalam hadis dinyatakan bahwa terhadap yang menyakiti orang
tuanya sendiri, oleh Allah tidak akan mengakhirkan untuk menyiksanya.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah SWT. sampai hari kiamat,
kecuali orang yang durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan
mempercepat azab kepadanya; dan Allah akan menambah umur seorang hamba
jika ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan menambah
kebaikan kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya serta
memberi nafkah kepada mereka, jika diperlukan.” (H.R. Ibnu Majah)
Termasuk menyakiti orang tua sendiri adalah menyakiti ibu bapak orang
lain karena anak dari orang tua yang disakitinya akan membalasnya. Dengan
demikian, hal ini sama saja dengan menyakiti orang tuanya sendiri.
Setiap anak harus selalu ingat bahwa pengorbanan kedua orang tuanya
sangatlah besar, bahkan tidak mungkin dapat dibalas dengan harta sebesar
apapun. Alangkah kejam dan tidak berakalnya orang yang berani menyakiti hati
kedua orang tuanya sendiri.
Tidak heran, jika Allah SWT, memberikan keistimewaan kepada setiap
orang tua, terutama seorang ibu yang disakiti oleh anaknya sendiri dengan
mengabulkan doanya. Dengan demikian, jika orang tuanya mendoakan agar
anaknya celaka, sang anak dipastikan akan celaka.