Anda di halaman 1dari 16

RESUME

AL-QUR’AN HADIST
“AKHLAK KEPADA ORANG TUA DAN GURU”

Disusun Oleh :
ANDI AHMAD MINANURROHMAN

KELAS : XI A

MA MA’ARIF NU 8 TAMAN CARI


KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
T.A 2018/2019
AKHLAK KEPADA ORANG TUA DAN GURU

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi manusia
untuk mengaktualkan potensi yang mereka miliki dalam rangka menjalankan
fungsinya sebagai khalifah di bumi. Sekolah Dasar merupakan tempat dimana siswa
menjalani pendidikan dasarnya dalam rangka pengembangan potensi yang mereka
miliki tersebut sejak dini yang akan mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk
memperoleh pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan baru.
Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Dalam pengajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Kedudukan siswa dalam pengajaran adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai
objek. Maka inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran. Persoalan yang timbul adalah mampukah siswa belajar dengan
memanfaatkan segala kemampuan yang dimilikinya dari situasi serta kondisi yang
ada dilingkungannya untuk mencapai hasil yang maksimal.
Hal ini , tentunya tidak terlepas dari pembentukan sikap pada diri peserta
didik terutama dengan sikap hormat dan patuhnya pada orang tua maupun guru, yang
tentunya sangat besar peranannya dalam dalam pembentukkan akhlak anak didik,
baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah.
Dengan pembentukkan akhlak yang diharapkan terbentuk dengan baik pada
peserta didik, maka pada makalah ini akan membahas tentang “Hormat dan Patuh
pada Orang Tua dan Guru”, yang diharapkan makalah ini dapat menjadi auan bagi
penulis maupun pembaa yang lainnya untuk bersikap hormat dan patuh kepada orang
tuan dan guru.

B. Pengertian Akhlak Terpuji


Islam adalah agama yang menyenangi perilaku terpuji. Perilaku terpuji akan
tergambar dalam akhlak. Akhlak terpuji artinya sifat atau perilaku baik yang dimiliki
seseorang. Perilaku baik tersebut dapat menjadikan manusia disukai dan dicintai oleh
orang lain, sehingga diri seseorang akan menjadi teladan kebaikannya bagi orang
lain.
Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya”menghilangkan
semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam dan
menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat
kebiasaan yang baik, melakukannya dan mencintainya”. Sedang menurut Hamka,
ada beberapa hal yang mendorong seorang untuk berbuat baik, diantaranya:
1. Karena bujukan atau ancaman dari orang lain
2. Mengharap pujian atau karena takut mendapat cela
3. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani)
4. Mengharap pahala dan surga
5. Mengharap pujian dan takut azab Allah
6. Mengharap keridhaan Allah semata
Dari dua pengertian di atas, maka dapat kita pahami bahwa perilaku atau
akhlak terpuji adalah segala perbuatan baik yang sudah ada pada diri seseorang dan
tentunya dengan perbuat baik yang dilakukan mengharapkan ridha dan surga dari
Allah SWT. Sesuai dengan pemikiran tasawuf, bahwa akhlak yang baik atau terpuji
letaknya pada kata al-ruh dan kata al-qalb. Artinya pada jiwa dan hati manusia itu
berpotensi untuk berbuat baik.

Manusia juga diciptakan Allah sebagai makhluk Allah yang tertinggi, hal ini
terdapat dalah Q.S. At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:

 
  
 
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan khalifah atau wakil
(mandataris-pen) Tuhan di muka bumi, yang kemudian dipercaya untuk memikul
amanah berupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang bermoral di muka
bumi.
Secara lebih jelas, keistimewaan dan kelebihan manusia diantaranya
bernbentuk daya dan bakat sebagai potensi yang dimiliki peluang begitu besar untuk
dikembangkan. Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisiknya, manusia dilengkapi
dengan potensi berupa kekuatan fisik, fungsi organ tubuh dan panca indera.
Kemudian dari aspek mental, manusia dilengkapi dengan potensi akal, bakat, fantasi
maupun gagasan. Potensi ini dapat mengantarkan manusia memiliki peluang untuk
bisa menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
sekaligus menepatkannya sebagai makhluk berbudaya.
Di luar itu, manusia juga dilengkapi dengan unsur lain, yaitu kalbu. dengan
kalbu ini terbuka kemungkinan manusia untuk menjadi dirinya sebagai makhluk
bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara
spiritual. Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia pada dasarnya telah dilengkapi
dengan perangkat yang dibutuhkan untuk menopang tugas-tugas pengabdiannya.
Sudah cukup persyaratan yang ia miliki, sehingga manusia merupakan makhluk yang
mengabdi.

C. Hormat dan patuh Pada Orang Tua dan Guru


1. Hormat dan Patuh pada Orang Tua
Ibu dan bapak adalah orang yang sangat berjasa dalam kehidupan kita.
Kita hadir di dunia fana ini karena melalui orang tua kita. Sejak dalam
kandungan lalu dilahitkan, disusui, diberi makan minum, diasuh, dididik,
disayangi, dilindungi dan hingga sampai saat ini. Allah memerintahkan
kepada kita untuk berbuat baik kepada orang tua, sesuai dengan firman Allah
SWT pada Q.S. Al-Isra ayat 23, yang berbunyi:

  


  

  
 
 
   
  
 
  

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia”.
Dari ayat di atas, dapat di jelaskan bahwa kita harus hormat kepada
orang tua sampai orang tua kita berusia lanjut. Pada kedua orang tua kita
dilarang untuk mengatakan “ah” apabila perkataan-perkataan yang lainnya.
Hal ini juga sejalan dengan Q.S. An-Nisa ayat 36, bunyinya:
  
 
 

 



 

 

 
  
    
   
 
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.
Dari beberpa ayat diatas, jelaslah perintah Allah SWT kepada manusia
bagaimana seorang anak diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orang
tuanya. Termasuk dosa besar ketika seorang anak menyakiti dan durhaka
terhadap kedua orang tuanya.
Hormat dan patuh pada orang tua hatus tetap kita laksanakan, baik
selama beliau masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Sikap kita
untuk menghormati orang tua yang masih hidup itu banyak caranya. Hal ini
tergambar dari bagaimana adab kita terhadap orang tua. Adab kepada kedua
orang tua artinya tata cara yang baik bergaul dengan kedua orang tua, baik
dalam hal perbuatan, sikap dan tutur kata. Adapun adab kepada kedua orang
tua yang masih hidup antara lain:
a. Berperilaku hormat
b. Bersikap kasih sayang
c. bersikap dan berbicara dengan sopan santun.
d. Mentaati setiap perintah kedua orang tua kita, selama tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
e. Membantu meringankan pekerjaan merema.
f. Mendo’akan kebaikan bagi kedua orang tua setiap selesai shalat fardhu.
g. Gembirakan mereka dengan perbuatan-perbuatan yang baik, misalnya
dengan rajin ibadah dan sebagainya agar mereka selalu ridha kepada
kita. Dalam sebuah hadits Nabi mangatakan:” Ridha Allah tergantung
kepada ridha orang tua, dan murka Allah terkandung kepada murka
kedua orang tua”.
h. Muliakan keduanya, terutama ibu. Namun tidak berarti bapak tidak perlu
dimuliakan tetap saja wajib, hanya kepada ibu harus lebih-lebih
dimuliakan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Nabi
Muhammad SAW: “ Siapakah orang yang paling saya jadikan sebagai
sahabat dalam kehidupan ini? Baginda SAW menjawab dengan singkat:
“Ibumu” kemudian orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi ya
Rasulullah?” beliau menjawab lagi:”Ibumu”. Dengan penasaran dan
tidak puas orang itu bertanya lagi:”Kemudian dengan siapa lagi ya
Rasulullah?”Rasulullah SAW menjawab lagi dengan tegas;’Ibumu”.
Dan orang itu masih bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi, ya
Rasulullah?” Rasul menjawab: “Kemudian dengan ayahmu” (HR.
Bukhari dan Muslim). Sealain itu al-qur’an juga menggambarkan betapa
susah seorang ibu dalam mengurus anaknya dari ketika dalam
kandungan. Terdapat dalam Q.S. Luqman ayat 14, bunyinya:




 
  
 
 
 

 

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.
i. Jagalah nama baik keduanya.
Jadi, sebagai anak harusnyalah kita tetap harus dapat menghormati dan
mematuhi segala apa yang di perintahkannya, selama perintahnya tidak
melanggar ajaran agama Islam.
Selanjutnya, walaupun orang tua kita sudah meninggal dunia maka kita
juga masih harus tetap hormat kepada beliau, semuanya haruslah kita
kita tahu bagaimana adab yang harus dan bisa kita lakukan kepada orang
tua kita yang sudah meninggal dunia. Adab kepada orang tua yang
sudah meninggal dunia tentunya berbeda dengan adab kita terhadap
orang tua kita yang masih hidup. Untuk itu, kita akan menuliskan adab
kita terhadap orang tua kita yang sudah meninggal dunia, diantaranya:
 Selalu mendo’akannya.
 Atau do’a khusu untuk orang yang sudah meninggal.
 Tidak memutuskan tali silaturahim dengan keluarga, kerabat dan
sahabat-sahabat mereka.
 Pergilah berziarah ke kuburnya. Sebagaimana sabda Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda:”Barang siapa yang berziarah ke kubur kedua orang
tuanya, atau salah seorang darim keduanya pada tiap hari jum’at,
maka dosanya akan diampuni Allah dan ia dinyatakan sebagai
seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
 Meneladani sikap-sikap yang baik dari keduanya.
 Melaksanakan setiap wasiat atau pesan dari keduanya.
 Melanjutkan cita-cita atau perjuangan yang pernah dilakukan
sewaktu hidup.
Pentingnya kita menghormat dan menyayangi orang tua yang masih
hidup. Bila kita hendak mengukur betapa besar jasa kedua orang tua
kepada kita, niscaya tidak dapat terukur meskipun bumi terbelah dua.
Dan baktinya tidak akan terbayar dengan bakti kita sampai berakhir
hayat kita. Maka sebenarnya harta kita miliki adalah harta kepunyaan
kedua orang tua kita.
Dan setelah meninggal pun kedua orang tua kita, maka kewajiban kita
untuk mendo’akan untuk memohon ampun, menepati janji dan
membayar nazar kedua orang kita sewaktu masih hidup, dan selalu
menjaga tali silaturahim dengan kerabat orang tua kita.
Berbakti kepada orang tua semasa mereka hidup dapat dilakukan
dengan cara:
a. Pahala berbakti kepada kedua orang tua di dunia dan akhirat
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan hak dan kewajiban setiap
manusia . Ini dapat dipahami dari sebuah riwayat berikut ini. Pada suatu
hari seorang laki-laki menghadap Rasulullah saw, dan berkata:”Wahai
Rasulullah , siapakah orang yang paling berhak saya perlakukan dengan
baik?” Rasulullah menjawab, “Ibumu, ayahmu, saudara perempuanmu,
saudara laki-lakimu dan hamba sahayamu merupakan hak dan
kewajibanmu serta menjadi sebuah keluarga yang harus disambung.”
(HR. Abu Dawud dari Qulaib Ibnu Manfa’ah). Hikmah yang dapat
diambil apabila kita berbakti pada kedua orang tua di dunua maka Allah
akan menambah umur dan rezeki kita, sedangkan untukm di akhiran,
maka dosa-dosa kita selama di dunia akan terhapuskan.
b. Mengutamakan berbakti kepada orang tua di atas fardhu kifayah.
Berbakti kepada orang tua adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Maka
yang dapat dilakukan adalah: mengutamakan berbakti kepada orang tua
di atas jihad di jalan Allah; mengutamakan berbakti kepada orang tua
diatas istri dan teman-temannya; mengutamakan berbakti kepada orang
tua di atas haji; mengutamakan berbakti kepada orang tua di ata
mengunjungi Rasulullah saw; mengutamakan berbakti kepada orang tua
di atas anak-anak; mengutamakan berbakti kepada ibu di atas amalan-
amalan sunah; mengutamakan berbakti kepada orang tua di atas hijrah di
jalan Allah. Abu Ya’la dan Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang
baik, sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw,
lalu berkata:”Aku sangat menginginkan untuk berjihad, tetapi aku tidak
mampu?’ Nabi saw. bertanya:”Apakah salah seorang dari kedua orang
tua anda masih ada?’ Ia menjawab: “Ya, ibuku masih ada.” Beliau
bersabda:”Mohonlah kepada Allah agar dapat berbakti kepadanya. Bila
anda benar-benar melakukannya (berbakti padanya), maka anda
mendapatkan pahala seperti orang yang berhaji, umrah, dan berjihad.
c. Tidak ada ketaatan kepada orang tua untuk mendurhakai Allah, namun
harus tetap berbuat baik kepada keduanya.
d. Manusia yang paling berhak untuk ditemani adalah kedua orang tuamu.
e. Mengutamakan berbakti kepada ibu jika kepentingan ayah tidak bisa
dikompromikan dengan kepentingan ibu.
f. kamu dan hartamu adalah milik orang tuamu.
g. Saling mendoakan antara orang tua dan anak-anaknya.
h. Jangan menyebabkan orang lain mencaci kedua orang tuamu.
i. Berbanggalah dengan orang tuamu.
j. Menghajikan orang tua.
k. Melaksanakam nazar orang tua.
l. durhakan kepada orang tua termasuk dosa besar yang tercepat
balasannya di dunia dan akhirat.
Rasulullah saw. pernah memberi sepuluh wasiat kepada Muadz bin Jabal:
a. janganlah menyekutukan Allah, meskipun kamu dibunuh dengan cara
dibakar.
b. Janganlah mendurhakankedua orang tua, meskipun kamu disuruh
meninggalkan harta dan keluargamu.
c. Janganlah meninggalkan shalat wajib dengan sengaja! karena, orang
yang meninggalkan shalat wajib dengan sengaja terlepas dari
tanggungan Allah.
d. Janganlah minum minuman keras! karena, itu adalah pangkal segala
kebejatan.
e. Ingat, hindarilah perbutan maksiat! karena maksiat itu mengundang
kemurkaan Allah.
f. Ingat, hindarilah melarikan diri dari medan perang, meskipun semua
harus tewas.
g. Jika manusia pada meninggal, sedang kamu ada diantara mereka, maka
bertahanlah!
h. Berilah nafkah kepada keluargamu dengan usahamu!
i. Janganlah memukul mereka dengan alasan mendidik!
j. Tanamkanlah rasa takut mereka kepada Allah.
Apapun dan bagaimanapun kejadiannya, hormat dan patuh kepada
kedua orang dapat kita jalankan dengan cara mengabdi dan membuat senang
orang tua, baik secara lahiriah maupun bathinia.

2. Hormat dan Patuh pada Guru


Pendidikan adalah juga merupakan bagian dari upaya untuk
membantu manusia memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh
suatu kebahagian hidup, baik secara individu maupun kelompok. Sebagai
proses, pendidikan memerlukan sebuah sistem yang terprogram dan mantap,
serta tujuan yang jelas agar arah yang dituju mudah dicapai. Pendidikan
adalah upaya yang disengaja. Makanya pendidikan merupakan suatu
rancangan dari proses suatu kegiatan yang memiliki landasan dasar yang
kokoh, dan arah yang jelas sebagai tujuan yang hendak dicapai.
Adapun pemikiran yang dijadikan dasar pandangan ilmu
pengetahuan meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pengetahuan merupakan pengembangan dari kemampuan nalar manusia
yang potensial dasarnya bersumber dari anugerah Allah.
b. Penegtahuan dapat diperoleh manusia melalui usaha (belajar, meneliti
atau eksperimen) atau melalui penyucian diri serta pendekatan kepada
Allah. Pengetahuan diperoleh dari kesungguhan usaha tersebut.
c. Pengetahuan merupakan potensi manusia yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatjan terbentuk menalui nalar dan penginderaan.
d. Pengetahuan manusia memilikim kadar kadar dan tingkatan yang
berbeda sesuai dengan obyek, tujuan dan metode yang digunakan.
e. Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang berhubungan
dengan Allah, Perbuatan-Nya serta makhluk-Nya.
f. Pengetahua manusia pada hakikatnya adalah hasil penafsiran dan
pengungkapan kembali, segala bentuk permasalahan yang berkaitan
dengan hukum-hukum Allah.
g. Pengetahuan yang hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh
kaidah-kaidah dan nilai akhlak, karena dapat mendatangkan
ketentraman batin.
Hormat dan patuh pada guru, merupakan sifat terpuji yang harus
ditanamkan pada setiap anak didik. Guru adalah orang yang memberikan
pelajaran, atau guru adalah seorang pengajar serta pendidik yang mendidik
dan orang yang nenberikan pelajaran terhadap sesuatu yang baru. Oleh
karena itu kita wajib hormat dan patuh kepada guru, karena guru telah
mengajarkan ilmu, mendidik, dan membekali kita dengan ketrampilan yang
memadai sehingga dapat berhasil.
Begitu berjasanya seorang guru bagi kehidupan generasi yang akan
datang, karena apabila ilmu itu hilang, maka kebodohanlah yang akan
tampak. Bersumber dari Anas r.a, ia berkata:” Sungguh aku ceritahkan
kepadamu suatu hadits yang tidak diceritakan kepadanya oleh seorangpun
sesudah saya. Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:”Sesungguhnya
sebagian dari tanda-tanda kiamat adalah menyedikitkan ilmu, nampaknya
kebodohan dan perzinaan, banyaknya wanita dan sedikitnya laki-laki
sehingga lima puluh wanita satu penegak (laki-laki yang mengurus)”.
Jelaslah, bahwa peran guru sangat dibutuhkan demi berlangsungnya
generasi muda penerus bangsa yang memberikan dan membawa mereka
pada tahap kemandirian dan terhindar dari kebodohan.
Banyak hal yang harus di perhatikan bagi orang tua, pendidikan
memang sangat perlu dan penting, namun tanggung jawab mendidik anak
tidak bisa hanya diberikan sepenuhnya pada seorang guru, karena guru hanya
sekian waktu saja berada pada anak didik, namun orang tualah yang sangat
banyak membantu. Hal ini tentunya perlu adanya kerjasama antara guru dan
orang tua. Wahai penanggung anak (orang tua), jika anda lemparkan
tanggung jawab pendidikan mereka ke tempat-tempat asuhan anak, saya
khawatir anda akan menerima siksa ganda. Siksa pedih sebab anda
membiarkan mereka bersih itu menjadi tercemar dan balasan setimpal akibat
perlakuan anda yang keji itu. Maka kerjasama yang abaik antara guru dan
orang tua dapat membentuk anak didik seprti yang di harapkanbaik orang tua
maupun guru itu sendiri.
Para sahabat dan salafus-shalih sangat serius dan hati-hati dlam
memilihkan guru untuk anak-anak mereka. Mereka sangat teliti dan selektif,
karena guru bagi mereka adalah cermin yang selalu akan dilihat oleh seorang
anak, yang akan berpengaruh banyak pada pribadi dan akal anak. Juga, guru
merupakan sumber pertama seorang anak untuk mendapatkan dan menimba
ilmu.
Imam Al-Mawardi juga menegaskan pentingnya memilih pendidik
yang baik. Ia mengatakan,”Kemudian wajib (bagi orang tua) bersungguh-
sungguh dalam memilih pendidik atau guru untuk anak-anaknya.” Disini
diharapkan sebagai orang tua dapat memilih sekolah mana yang sesuai
dengan pembentukkan akhlak yang berguna bagi anak kita. Orang tua
diharapkan agar lebih berhati-hati lagi dalam hal pendidikan.
Guru merupakan orang tua kita di sekolah. Guru banyak berjasa bagi
kita. Guru megajari kita banyak hal, kita mampu membaca, menulis,
menghitung karena diajarkan oleh guru. Karena itu, sudah seharusnya kita
berperilaku hornat dan santun kepada guru.
Sebagai seorang pelajar yang baik, kita harus selalu menghormati
bapak dan ibu guru. Hormat kepada guru dilakukan dimanapun, baik di
sekolah maupun di jalan. Menghormati guru bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Apabila berjumpa dengan guru, ucapkan salam dan ciumlah tangannya
dengan membukukkan sedikit badan.
b. Apabila guru sedang mengajar, duduklah dengan tenang, dan dengarkan
apa yang diajarkan agar mudah memehaminya.
Guru adalah orang yang berjasa dalam hidup kita. Mereka
mengajarkan kita ilmu yang bermanfaat. Di sekolah, kita harus selalu
menghormati semua perintah guru. Mematuhi perintah guru dapat dilakukan
dengan cara:
a. Apabila kita diperintahkan oleh guru, misalnya mengambil kapur,
mengantarkan buku, menghapus papan tulis dan sebaginya, kita harus
melaksanakannya.
b. Selalu mentaati peraturan sekolah. Misalnya apabilah tidak masuk karena
sakit, harus membuat surat izin, memakai seragam sesuai waktunya, dan
sampai di kelas tepat pada waktunya.
c. Apabila mendapat tugas atau pekerjaan rumah (PR) selalu dikerjakan dan
dikumpulkan tepat pada waktunya.
d. Apabila mendapat tugas piket, berangkat lebih awal agar tidak
mengganggu waktu belajar.
Bapak dan ibu guru dapat dijadikan panutan dalam kehidupan kita.
Mereka orang yang membimbing kita. Oleh karena itu, kita dapat
meneladani sikap baik bapak dan ibu guru. Meneladani sikap baik guru dapat
dilakukan dengan cara:
a. Meniru kebiasaan baiknya. Misalnya, bu guru sering mengisi waktu
istirahat dengan membaca buku.
b. Meniru tutur katanya.
c. Melaksanakan semua nasihatnya.
Oleh karena itu, karena guru adalah sebagai suri teladan yang baik
pada anak didik, maka sebagai seorang guru harus bisa menjaga sikap hingga
bisa menjadi contoh bagi anak didiknya.

D. Durhaka terhadap Orang Tua


Orang yang durhaka kepada orang tuanya berarti telah melakukan dan ia
akan mendapat hukuman berat di hari kiamat nanti. Bahkan, ketika hidup di
dunia pun, ia akan mendapat azab-Nya.
Allah SWT mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada ibu bapaknya.
Bagaimanapun keberadaan seseorang di muka bumi tidak terlepas dari peran ibu
dan bapaknya. Ibunya yang telah mengandung dan bapaknya yang telah
bersusah payah mencari rezeji, tanpa mengenal lelah untuk membiayai anaknya.
Allah SWT. berfirman:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada orang
dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-
Ku dan kepada dua orang ibu baopakmu, hanya kepada-Kulah kamu semuanya
kembali.” (Q.S. Luqman: 14)
Setiap anak tidak boleh menyakiti kedua ibu bapaknya, baik dengan
perkataan maupun perbuatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bahkan, dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa seorang anak tidak boleh
mengatakan “ah”,
Dari Abu Hurairah r.a mengatakan: Rasulullah SAW. bersabda:
“Empat golongan manusia yang benar-benar Allah tidak akan
memasukkan mereka ke dalam surge dan tidak akan dapat merasakan
kenikmatannya, yaitu:
 Orang yang membiasakan diri minum-minuman keras (khamar).
 Orang yang makan harta riba.
 Orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang kejam.
 Orang yang durhaka kepada orang tuanya, kecuali kalau mereka itu
bertobat.”
Hal itu menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi
di hadapan Allah SWT. sehingga Rasulullah SAW. bersabda:

.)‫ (رواه الترمذي والحاكم بشرط المسلم‬.‫رضي هللا في رضي الوالدين وسخط هللا في سخط الوالدين‬
“Keridaan Allah itu terletak pada keridaan kedua ibu-bapaknya dan
kemurkaan Allah terlatak pada kemurkaan kedua ibu-bapak pula.”
Allah SWT. sangat murka terhadap orang-orang yang menyakiti orang
tuanya sendiri dan mengharamkannya untuk masuk surga meskipun ia sangat
rajin beribadah. Sebagaimana kisah seorang sahabat yang mengalami kesulitan
untuk meninggal dunia karena ibunya murka kepadanya dan setelah ibunya
memaafkan dosa anaknya –setelah Rasulullah SAW. berkata kepadanya bahwa
anaknya akan dibakar –sahabat tersebut meninggal dengan mudah.
Lebih jauh dalam hadis dinyatakan bahwa terhadap yang menyakiti orang
tuanya sendiri, oleh Allah tidak akan mengakhirkan untuk menyiksanya.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah SWT. sampai hari kiamat,
kecuali orang yang durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan
mempercepat azab kepadanya; dan Allah akan menambah umur seorang hamba
jika ia berbuat baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan menambah
kebaikan kepada siapa saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya serta
memberi nafkah kepada mereka, jika diperlukan.” (H.R. Ibnu Majah)
Termasuk menyakiti orang tua sendiri adalah menyakiti ibu bapak orang
lain karena anak dari orang tua yang disakitinya akan membalasnya. Dengan
demikian, hal ini sama saja dengan menyakiti orang tuanya sendiri.
Setiap anak harus selalu ingat bahwa pengorbanan kedua orang tuanya
sangatlah besar, bahkan tidak mungkin dapat dibalas dengan harta sebesar
apapun. Alangkah kejam dan tidak berakalnya orang yang berani menyakiti hati
kedua orang tuanya sendiri.
Tidak heran, jika Allah SWT, memberikan keistimewaan kepada setiap
orang tua, terutama seorang ibu yang disakiti oleh anaknya sendiri dengan
mengabulkan doanya. Dengan demikian, jika orang tuanya mendoakan agar
anaknya celaka, sang anak dipastikan akan celaka.

E. Menyakiti Hati Orang Tua


Menyakiti kedua orang tua artinya menentang apa yang diperintahkan
oleh keduanya dengan syarat bukan perintah berbuat maksiat kepada Allah atau
melakukan suatu perbuatan yang tidak mendapatkan suatu perbuatan yang tidak
mendapat restu keduanya.
Perbuatan ini termasuk dosa besar. Dan dalam hal ini Rasulullah
memperingatkan kepada kita agar tidak menyakiti kedua orang tua:
“Apakah kalian mau kuberitakan tentang tiga macam dosa besar?”
Para sahabat menjawab: “Betul wahai Rasulullah, kami mau mendengarnya.”
Rasulullah saw. bersabda: “Menyekutukan Allah, dan menyakiti kedua orang
tua.” Ketika itu melanjutkan pembicaraannya: “Ingatlah (jangan kau lakukan)
perkataan bohong dan kesaksian palsu.” Beliau mengulangi perkataannya itu
sehingga kami mengharapkan beliau menghentikan sabdanya.” (H.R. Bukhari
dan Muslim)
Maka perhatikanlah hubungan antara berbuat jelek kepada orang tua
dengan orang yang berbuat syirik kepada Allah (yaitu sama-sama dosa besar).

.‫ َو َال ُم ْد ِم ُن خ َْم ٍر‬,‫ان‬


ٌ َّ‫ َو َال َمن‬,‫عاق‬
ٌّ ‫ال يدخل الجنة‬
“Tidak akan memasuki surge orang yang durhaka kepada orang tuanya,
yang menunjuk-nunjukkan pemberiannnya dan orang yang kecanduan minuman
keras.” (H.R. Bukhari Muslim).
“Allah mengutuk orang yang durhaka kepada orang tuanya. (Riwayat
Thabrani –sebagai hadits dha’if).
Termasuk dalam kategori menyakiti kedua orang tua ialah memukul atau
menempeleng kedua orang tua, melontarkan kata-kata makian, atau menambah
beban yang keduanya tidak mampu memikulnya, seperti minta uang secara
terus-menerus, pada hal keduanya tidak mampu memenuhinya. Apalagi
andaikata permintaan itu dilakukan secara paksa atau tidak peduli dengan
keadaan orang tua.
Di samping itu, membiarkan kedua orang tua dan tak bersedia
menanggung biaya penghidupannya, sedang seseorang mengerti bahwa kedua
orag tuanya dalam keadaan tidak mampu sedang keadaan dirinya mampu
menolong, juga termasuk di dalam dosa tersebut.
Mengasingkan kedua orang tua juga termasuk dosa besar. Membiarkan
orang tua berada jauh dan tidak pernah mau berziarah. Kadang-kadang kejadian
ini bisa terjadi ketika anak mempunyai kedudukan tinggi disbanding orang
tuanya.
Memaki orang tua juga termasuk dosa terhadap orang tua. Dalam hal ini
Rasulullah melarang keras sikap tersebut
Apabila seseorang memaki kedua orang tua temannya, berarti secara
tidak langung telah memaki kepada kedua orang tuanya sendiri. Pengertian
menyakiti pada kasus ini ialah meremehkan kehoramatan kedua orang tua, dan
menjadikan namanya sebagai sasaran penghinaan. Padahal kedua orang tua
tersebut telah membesarkan sejak kecil hingga dewasa, yang merupakan jasa tak
ternilai harganya. Siapa saja yang taat kepada Allah tetapi tidak taat kepada
orang tua, maka Allah tidak akan menerima amalnya.
Di antara bentuk durhaka (uquq) adalah :
 Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan
(ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
 Berkata 'ah' dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
 Membentak atau menghardik orang tua.
 Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang
lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat
membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan
penuh perhitungan.
 Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang
tua, mengatakan bodoh, 'kolot' dan lain-lain.
 Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau
mencemarkan nama baik orang tua.
 Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan
makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama
jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika 'Si Ibu" melakukan
pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan
karena itu anak harus berterima kasih.
 Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian
orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya.
Na'udzubillah.
 Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan
keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya
meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang
amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

Anda mungkin juga menyukai