Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN POLITIK PADA MASA KHULAFAUR ROSYIDIN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Drs. H. M. Masruri, Lc. M.A

Disusun Oleh :

Yuvita Ariswati (200106210037)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah selalu kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yang telah
senantiasa melimpahkan rahmat, ni’mat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua
sehingga kita dapat menjadi seperti saat ini, bisa merasakan nikmatnya menuntut ilmu di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Shalawat serta salam tetap dan selalu kami hadiahkan kepada sang revolusioner dunia
sekaligus sebagai khotamul ambiya’ yang telah membawa nilai-nilai keindahan (estetika) yang
diutus Allah SWT ke dunia tidak lain untuk menyempurnakan akhlak, sehingga menjadikan
agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semua alam).

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak
membantu kami dalam proses pembuatan dan penyusunan makalah yang berjudul ”Kebijakan
Politik pada Masa Khulafaur Rosyidin” ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Studi Peradaban Islam, Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc. M.A yang senantiasa dengan sabar dan
ikhlas membimbing kami.

Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun (konstruktif) dari semua pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tentulah masih terdapat banyak sekali kekurangan–kekurangan. Akhir kata,
semoga karya makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Aamiin ya robbal ‘aalamin.

Malang, 21 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

A. PENDAHULUAN.......... ...................................................................... 1
1. Latar Belakang .................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
3. Tujuan .......... ................................................................................... 2
B. PEMBAHASAN.......... .......................................................................... 2
1. Prinsip Kebijakan Politik pada Masa Khulafaur Rosyidin .............. 3
2. Implementasi Kebijakan Politik pada Masa Khulafaur Rosyidin ... 6
3. Dampak Kebijakan Politik pada Masa Khulafaur Rosyidin ............ 14
C. Simpulan.......... ...................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17

ii
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Ketika Islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum muslim telah dijanjikan oleh
Al–Quran akan menjadi komunitas terbaik di panggung sejarah bagi sesama umat
manusia lainnya. Terdapat banyak perspektif dalam membaca banyak fakta sejarah,
terutama terhadap sejarah peradaban umat Islam. Perbedaan cara pandang tersebut
sebagai akibat dari khazanah pengetahuan tentang sejarah yang berbeda. Hal itu dipicu
dari keberagaman teori sejarah.
Lebih– lebih sejarah Islam yang sebagian besar adalah sejarah tentang politik dan
kekuasaan yang berujung pada kepentingan kelompok maupun individual semata.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dicintai oleh yang dipimpinnya, sehingga
pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu diikuti dan rakyat membelanya tanpa
diminta terlebih dahulu. Figur kepemimpinan yang mendekati penjelasan tersebut adalah
Rasulullah beserta para sahabatnya (Khulafaur Rasyidin).
Wafatnya Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama maupun negara menyisakan
persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun sebagai penerusnya.
Akibatnya terjadilah perselisihan, masing-masing kelompok mengajukan wakilnya untuk
dijadikan sebagai penerus serta pengganti Nabi Muhammad untuk memimpin umat.
Akhirnya muncullah khulafaur rasyidin, yang terdiri dari Abu bakar, Umar, Ustman, dan
Ali yang memimpin secara bergantian. Dalam prosesnya banyak sekali peristiwa-
peristiwa yang terjadi dan patut dipelajari sebagai landasan sejarah peradaban islam.
Hidup adalah sebuah kesatuan.dan tidak dapat disekat-sekat. Fungsi agama adalah
mengarahkan kehidupan.Oleh karenanya agama menguasai kehidupan seutuhnya, bukan
hanya salah satu segi kehidupan saja. Inilah alasannya bahwa agama tidak hanya
memberikan suatu pandangan mengenai kehidupan dan realitas saja, melainkan juga
meletakkan prinsip-prinsip dasar yang dijadikan landasan bagi pengaitan hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya, dan dengan Allah.1 Hubungan
manusia dengan sesamanya akan berimbas pada kehidupan sosial kemasyarakatan, dan
hubungan manusia dengan Allah disebut dengan ketauhidan.
Pengendalian masyarakat agar tetap harmonis, rukun, aman, dan tentram serta
diridloi Allah memerlukan strategi dan taktik. Adanya tujuan tersebut menimbulkan hasil
peradaban yang disebut dengan politik. Adapun dalam hal ini melibatkan kepiawaian

1
Abul A’la Al-Maududi,The Islamic Law and Constitution, terjmAsep Hikmat, (Bandung: Mizan,1995), hlm. 13

1
berpolitik seorang pemimpin sehingga masing-masing pemimpin memiliki gaya
kepemimpinan dan kebijakan-kebijakan politik masing-masing.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti bermaksud untuk menjelaskan lebih
dalam terkait khulafaur rosyidin dengan mengangkat judul “Kebijakan Politik pada
Masa Khulafaur Rosyidin”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut.
a. Bagaimana prinsip kebijakan politik pada masa khulafaur rosyidin?
b. Bagaimana implementasi kebijakan politik pada masa khulafaur rosyidin?
c. Apa dampak implementasi kebijakan politik yang diterapkan khalifah pada masa
khulafaur rosyidin?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini antara lain:
a. Menganalisis prinsip kebijakan politik pada masa khulafaur rosyidin.
b. Mendeskripsikan kebijakan politik pada masa khulafaur rosyidin.
c. Menelaah dampak implementasi kebijakan politik yang diterapkan khalifah pada
masa khulafaur rosyidin.

B. Pembahasan
1) Prinsip Kebijakan Politik pada Masa Khulafaur Rosyidin
Adapun prinsip-prinsip kebijakan politik pada masa khulafaur rosyidin adalah sebagai
berikut.2
a. Musyawarah
Musyawarah adalah salah satu perintah Allah dalam al Quran. Perintah ini
terutama berkaitan dengan urusan kehidupan dunia. Hal ini kemudian menjadi pilar
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Terdapat beberapa ayat al Qur’an dan hadits
Nabi yang memerintahkan hal ini, antara lain surah Ali Imran ayat 159 Allah berfirman:

2
M. Basyir Syam, Kebijakan dan Prinsip-Prinsip Kenegaraan Nabi Muhammad SAW di Madinah (622-632 M)
(Tinjauan Perspektif Pemikiran Politik Islam), KRITIS, Jurnal Sosial Ilmu Politik : Universitas Hasanuddin,
Juli 2015, hlm. 167

2
‫ع ْن ُه ْم‬ ۟ ‫ب َلَنفَض‬
ُ ‫ُّوا ِم ْن َح ْولِكَ ۖ فَٱع‬
َ ‫ْف‬ ِ ‫ظ ْٱلقَ ْل‬
َ ‫غ ِلي‬ ًّ َ‫ٱَّللِ لِنتَ لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُكنتَ ف‬
َ ‫ظا‬ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ ه‬
َ‫ٱَّللَ ي ُِحبُّ ْٱل ُمت َ َو ِكلِين‬ ‫علَى ه‬
‫ٱَّللِ ۚ إِ هن ه‬ َ ‫عزَ ْمتَ فَت ََو هك ْل‬ َ ‫َوٱ ْست َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم فِى ْٱْل َ ْم ِر ۖ فَإِذَا‬

Artinya:” Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi berhati keras tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
berbagai urusan”.3

Musyawarah merupakan pilar demokrasi yang amat prinsipil. Dalam sistem


politik Islam telah dipraktekkan oleh Nabi dan para khulafa al Rasyidin sehingga dalam
situasi yang amat sulit pada umat Islam, pemimpin muslim tetap membuka saluran
musyawarah. Memang dalam prakteknya, musyawarah tidak selamanya membawa
mufakat bahkan berujung ketidak pastian dan anarkis. Akan tetapi, di sisi lain
musyawarah merupakan jalan yang paling memuaskan kebanyakan orang dalam
pengambilan keputusan. Apalagi bahwa urusan kenegaraan adalah menyangkut
kepentingan orang banyak, bukan hanya kepentingan para pemimpin.
b. Persamaan
Dalam Al Qur’an Surah al Hujurat ayat 13 Allah berfirman:

َ َ ‫اس إ ِ ن ه ا َخ ل َ ق ْ ن َا ك ُ ْم ِم ْن ذ َكَ ٍر َو أ ُن ْ ث َ ٰى َو َج ع َ ل ْ ن َا ك ُ ْم ش ُ ع ُ و ب ًا َو ق َ ب َ ا ئ ِ َل لِ ت َع‬


ۚ ‫ار ف ُوا‬ ُ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال ن ه‬
‫إ ِ هن أ َكْ َر َم ك ُ ْم ِع نْ د َ اَّلله ِ أ َت ْ ق َ ا ك ُ ْم ۚ إ ِ هن اَّلله َ عَ ل ِ ي مٌ َخ ب ِ ي ٌر‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu terdiri dari laki-
laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
suapaya kamu saling mengenal (berinteraksi). Sesungguhnya orang yang
paling mulia di sisi Allah hanyalah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Memberitakan.”4

Dalam menjalankan pemerintahan memang tidak semua orang bisa, secara


sosiologis yang dikedepankan menjadi pemimpin adalah mereka yang memenuhi syarat
yang secara defakto bisa menjalankan amanah itu. Tentu saja antara lain harus memiliki
keberanian dan kekuatan fisik dan mental, harus bisa berlaku adil dalam menjalankan
amanah yang dipercayakan kepadanya. Tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan
kelompoknya. Bahkan harus siap berkorban untuk kepentingan bersama. Sehebat

3
QS. Ali Imron : 159
4
QS. Al Hujurot : 13

3
apapun seorang pemimpin harus tunduk kepada kehendak rakyatnya dalam arti
kebenaran. Karena hati nurani rakyat tidak akan menyalahi hakikat kebenaran.
c. Keadilan
Islam menempatkan aspek keadilan pada posisi yang amat tinggi dalam system
perundangundangan. Tiada sistem yang lebih sempurna mengungkapkan hal ini
melainkan dalam Islam. Dalam Al Qur’an disebutkan begitu lengkap tentang keadilan
ini. Banyak ayat menerangkan keadilan ini dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Demikian juga sebaliknya, Islam melarang berbuat curang, aniaya serta mengambil hak
orang lain. Dalam Al Qur’an Surah An Nahl ayat 90, Allah berfirman:

ِ ْ ‫إ ِ هن اَّلله َ ي َ أ ْ ُم ُر ب ِ ال ْ ع َ د ْ ِل َو‬
‫اْل ْح سَ ا ِن َو إ ِ ي ت َا ِء ِذ ي الْ ق ُ ْر ب َ ٰى َو ي َ نْ َه ٰى عَ ِن الْ ف َ ْح شَا ِء‬

‫َو ال ْ ُم ن ْ ك َ ِر َو الْ ب َ غْ ي ِ ۚ ي َ ِع ظ ُ ك ُ ْم ل َ ع َ ل ه ك ُ ْم ت َذ َك ه ُر و َن‬

Artinya:” Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat. Dan Allah melarang dari perbuatan
keji, mungkar dan permusuhan. Dia memberi pengajaran agar kamu
mengambil pelajaran”.5

Nabi Muhammad dalam beberapa haditsnya memerintahkan umat Islam agar


senantiasa berlaku adil dan menghindari perilaku yang zalim. Para rasul Allah secara
keseluruhan pasti juga menekankan kepada umatnya untuk menegakkan keadilan. Allah
adalah Tuhan yang Maha adil dan menghendaki agar manusia menegakkan keadilan di
atara mereka. Para pemimpin masyarakat yang diberi kewenangan mengatur masyarakat
sangat diharapkan menegakkan keadilan ini dalam menetapkan hukum diantara
manusia. Karena itulah dalam sistem politik pemerintahan Islam menjadi salah satu pilar
yang menjamin pemerintahan yang baik.
d. Kebebasan
Kebebasan merupakan dambaan setiap manusia, setiap orang menghendaki
hidup yang merdeka tanpa tekanan. Meskipun ini bukan berarti kebebasan tanpa batas.
Yang penting bahwa kebebasan seseorang tidak mengganggu kebebasan orang lain.
Dalam suatu system pemerintahan yang baik, setiap orang diberi kebebasan hidup tanpa
tekanan dari orang lain, kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, kebebasan

5
QS. An Nahl : 90

4
memeluk keyakinan, kebebasan memiliki tanpa gangguan dari orang lain. Dalam sistem
perundang-undangan modern disebut hak-hak asasi manusia.
Dalam Islam tidak dibenarkan memaksakan agama terhadap pemeluk agama
lain, Islam hanya didakwahkan dalam arti mengajak manusia dengan cara bijaksana,
dengan nasehat yang baik dan berdiskusi dengan cara terbaik, bukan dengan jalan
indoktrinasi dan penekanan. Peran Rasul hanya menyeru dan mengajak manusia ke
jalan Allah, tidak ada pemaksaan untuk menganut Islam. Allah berfirman dalam Surah
Yunus ayat 99:

َ ْ ‫ض ك ُ ل ُّ هُ ْم َج ِم ي ع ً ا ۚ أ َف َ أ َن‬
َ ‫ت ت ُكْ ِر ه ُ ال ن ه‬
‫اس‬ ِ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫ك ََل َم َن َم ْن ف ِ ي‬ َ ُّ ‫َو ل َ ْو شَا َء َر ب‬
‫َح ت ه ٰى ي َ ك ُ و ن ُوا ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن‬

Artinya: “Dan jika Tuhan-mu menghendaki, tentulah semua orang di muka bumi
akan beriman. Apakah kamu akan memaksa mereka menjadi orang-orang
beriman semuanya”.6

e. Wewenang dan Tanggung Jawab


Menurut ajaran Islam wewenang seorang pemimpin hanya dipatuhi sepanjang
konsisten pada kebenaran tidak menyalahi aturan Allah dan Rasulnya. Memberi
pelayanan yang baik dan adil adalah sesuai dengan syari’at. Sedangkan menghkhianati
perjanjian, menzalimi rakyat, melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme adalah
bertentangan dengan syari’at. Apalagi membiarkan dan tidak mencegah perbuatan keji,
kemungkaran dan maksiat. Abu Bakar Shiddiq Khalifah pertama setelah kepemimpinan
Nabi Muhammad ketika mendapatkan amanah, disepakati rakyat menjadi kepala
negara menyampaikan pidato pertamanya antara lain: “Taatlah kamu sekalian
kepadaku selama aku taat kepada Allah”. Allah berfirman dalam al Qur’an Surah An
Nisa ayat 59:
ْ ‫ط ي ع ُوا ال هر س ُ و َل َو أ ُو لِ ي‬
‫اْل َ ْم ِر ِم ن ْ ك ُ ْم ۖ ف َ إ ِ ْن‬ ِ َ ‫ط ي ع ُوا اَّلله َ َو أ‬ ِ َ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال ه ِذ ي َن آ َم ن ُوا أ‬
‫ي ٍء ف َ ُر د ُّو ه ُ إ ِ ل َ ى اَّلله ِ َو ال هر س ُ و ِل إ ِ ْن ك ُ ن ْ ت ُ ْم ت ُ ْؤ ِم ن ُ و َن ب ِ اَّلله ِ َو ال ْ ي َ ْو ِم‬
ْ َ ‫ت َن َازَ عْ ت ُ ْم ف ِ ي ش‬
‫يل‬ َ ِ‫اَل ِخ ِر ۚ ذٰ َ ل‬
ً ‫ك َخ ي ْ ٌر َو أ َ ْح س َ ُن ت َأ ْ ِو‬ ْ
Artinya:” Taatilah Allah dan Rasulnya dan taatilah pemerintah di antra kamu.
Jika terjadi perselisihan pendapat di antara kamu tentang sesuatu perkara
maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasulnya, jika kamu benar-benar

6
QS. Yunus : 99

5
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”7

Ayat tersebut menegaskan bahwa sebagai seorang muslim pertama-tama dia


harus mentaati Allah dan Rasulnya. Kemudian menjadi kewajiban mentaati kebijakan
pemerintah yang ada sepanjang tidak bertentangan dengan aturan syari’at. Hal ini juga
beraarti bahwa mereka pemimpin dan rakyat memiliki kemerdekaan memikirkan
kepentingan hidup dan kehidupan bersama dalam bermasyarakat dan bernegara sesuai
dengan tuntunan Allah. Jika terjadi perbedaan pendapat antara pemimpin dan rakyat,
maka harus kembali mencari aturannya pada al Qur’an dan Sunnah Nabi.

2) Implementasi Kebijakan Politik pada Masa Khulafaur Rosyidin


a. Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar menjadi kholifah hanya 2 tahun. Pada tahun 634 M beliau meninggal
dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan berbagai persoalan, terutama
persoalan yang menyangkut dalam negeri. Di antara kebijakan politiknya yang cukup
menonjol adalah:
1. Melanjutkan Ekspedisi Pasukan Usamah
Sejarah Islam mencatat sejumlah panglima perang terhebat sepanjang masa.
Salah satunya Usamah bin Zaid. Usamah merupakan panglima Islam termuda
sekaligus panglima terakhir yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah. Ia mulai
memimpin perang pada usia 18 tahun.
Saat Rasulullah SAW sakit, para musuh sengaja memanfaatkan keadaan.
Mereka mengancam kekuatan Islam dengan membuat gejolak di perbatasan Syam.
Dari arah Yaman bahkan muncul seseorang yang mengaku sebagai nabi.
Di tengah kondisinya yang tak sehat, Rasulullah tetap memerintahkan
perlawanan ke perbatasan Syam. Dia juga menulis surat-surat perintah untuk
membasmi nabi palsu. Baginda Nabi menunjuk Usamah sebagai panglima perang di
perbatasan Syam. Ia membawahi sahabat lainnya termasuk Umar bin Khattab.
Beberapa sahabat mempertanya kan keputusan tersebut sebab banyak sahabat
senior dalam pasukan, seperti Sa'ad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Abu Ubaidah
bin Jarrah, dan lainnya. Mereka dianggap lebih pantas memimpin pasukan.
Mendengar berbagai perkataan yang terdengar menyepelekan Usamah, Umar segera

7
QS. An Nisa : 59

6
menemui Rasulullah. Mendengar kabar itu, Nabi Muhammad meyakinkan
bahwasanya Usamah mempunyai kepemimpinan yang sangat baik, sama seperti
ayahnya, Zaid bin Haristah.
Belum jauh pasukan bergerak. Kabar wafatnya Rasulullah datang sehingga
Usamah menghentikan laju pasukannya. Selanjutnya, ia bersama Umar dan Abu
Ubaidah bergegas ke rumah Sang Nabi. Melalui musyawarah yang masih diliputi
kesedihan, Kaum Muslimin sepakat mengangkat Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai
Khalifah menggantikan Rasulullah.
Begitu Abu Bakar menjadi kholifah, maka ekspedisi ini dilanjutkan kembali.
Semula banyak sahabat yang mengusulkan termasuk Umar bin Khattab, agar ekspedisi
ini ditunda mengingat banyaknya persoalan di kota Madinah. Namun Abu Bakar tetap
pada pendiriannya.
2. Menumpas Kaum Murtad dan Orang-orang yang Menolak Membayar Zakat
Ketika Rosulullah SAW wafat, maka banyak orang Arab yang kembali murtad.
Seiring dengan itu, banyak pula utusan orang-orang Arab berdatangan ke Madinah
mengakui kewajiban sholat namun mengingkari kewajiban zakat.
Abu Bakar bersikap tegas kepada mereka, dan merekapun ditumpasnya.
Melihat hal ini, Umar pun berkata: “Akhirnya aku sadari bahwa Allah telah
melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka dan aku yakin itulah yang
benar”.8
Selain itu, pada masa Abu Bakr banyak digunakan untuk menyelesaikan
“Perang Riddah” yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang menganggap perjanjian
yang mereka buat bersama Nabi Muhammad dengan sendirinya tidak mengikat lagi
setelah beliau wafat. Disinilah tampak kekuasaan politik yang dijalankan oleh Abu
Bakr, sebagaimana Nabi Muhammad SAW, bersifat sentral; kekuasaan legislatife,
eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan khalifah.Begitu juga dengan hukum.Namun,
juga seperti Nabi Muhammad SAW, Abu Bakr selalu mengajak sahabat-sahabat
besarnya bermusyawarah. Landasan sistem politik Abu Bakr terkandung dalam
pidatonya setelah penobatan, yang terdiri dari delapan poin, yaitu:
1. Aku diangkat menjadi pemimpin kalian, namun aku bukanlah yang terbaik di
antara kalian.

8
Ibnu Kasir, Al-Bidayah Wan Nihayah. Penerjemah: Abu Hasan. Cetakan ke 3. (Darul Haq: Jakarta, 2006), hlm.
76

7
2. Jika aku berlaku baik, maka bantulah aku.
3. Jika aku berlaku jahat, maka tegakkanlah hukum atasku.
4. Kejujuran adalah amanat dan kebohongan adalah khianat.
5. Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dalam memerintah kalian, namun
jika aku maksiat, maka tidak ada kata taat kepadaku atas kalian.
6. Ketahuilah, yang terkuat diantara kalian di sisiku lemah, hingga aku mengambil
hak darinya. Dan yang terlemah di antara kalian di sisiku kuat, hingga aku
mengambil hak untuknya.
7. Tidak meninggalkan jihad oleh suatu kaum kecuali Allah akan menimpakan
kepada mereka sebuah kehinaan.
8. Tidak tersebar kekejian dalam suatu kaum kecuali Allah akan menimpakan bala
secara menyeluruh. Aku katakan perkataanku ini dan aku memohon ampunan
kepada Allah, untukku dan untuk kalian.9
3. Menumpas Orang-Orang yang Mengaku Menjadi Nabi
Di samping banyak umat yang murtad dan menolak bayar zakat, ada pula
beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, di antaranya yang paling berpengaruh
adalah Musailamah Al-Kadzab. Ia memiliki pengikut mencapai 40.000 personil dari
kalangan Bani Hanifah.10
Abu Bakar mengirim pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid untuk
menumpas mereka. Dalam perang Yamamah yang hebat, Khalid bin Walid
memperoleh kemenangan yang besar
4. Membukukan Al-Qur’an dalam Satu Mushaf
Di samping itu, jasa Abu Bakar yang abadi ialah atas usulan Umar, ia berhasil
membukukan al-Qur’an dalam satuan mushaf, sebab setelah banyak penghafal al-
Qur’an gugur dalam perang Riddah di Yamamah. Oleh karena itu, khalifah
menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk membukukan al-Qur’an dibantu oleh Ali ibn Abi
Thalib.
Naskah tersebut terkenal dengan naskah Hafsah yang selanjutnya pada masa
khalifah Usman membukukan al-Qur’an berdasarkan mushaf itu, kemudian terkenal

9
Farid Abdul Khaliq, Fi Al-Fiqh As-Siyasy Al-Islamy Mabadi’ Dusturyyah Asy-Syura Al-‘Adl Al-Musawah,
Penerjemah: Faturrahman Al-Hamid, (Jakarta: Amzah, 2005), hlm. 6.
10
Ibnu Kasir, Al-Bidayah Wan Nihayah. Penerjemah: Abu Ihsan. Cetakan ke 3. (Darul Haq: Jakarta, 2006), hlm
101

8
dengan Mushaf Utsmani yang sampai sekarang masih murni menjadi pegangan kaum
muslim tanpa ada perubahan atau pemalsuan.11
Menjelang wafat, Abu Bakar menunjuk Umar ibn Khattab sebagai
penggantinya. Di sinilah tampak perbedaan, di mana Abu Bakar diangkat dan diakui
oleh mayoritas umat, sedang Umar ditunjuk langsung oleh seorang Abu Bakar.
b. Umar Bin Khattab
Umar menjabat sebagai kholifah selama 10 tahun (634-644 M). Selama masa
pemerintahannya ada beberapa kebijakan politik yang dijalankannya, antara lain:
1. Ekspansi Wilayah
Setelah diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab meneruskan kebijakan
Abu Bakar as Shiddiq untuk memperluas wilayah Islam ke luar semenanjung Arab.
Pada masa itu perluasan Islam terjadi secara besar-besaran dan dikenal sebagai
periode “Futuhat Al Islamiyah”. Secara berturut-turut pasukan Islam dapat
menguasai Suriah, Persia dan Mesir.
Pertempuran pertama antara kaum Muslimin dengan bangsa Persia terjadi di
sebuah tempat yang bernama An Namariq. Pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah
berhasil mengalahkan bangsa Persia dan menawan panglima mereka. Kemudian
peperangan terus berlanjut ke tempat-tempat kekuasaan Persia lainnya.
Penaklukkan Persia berlangsung dari tahun 13-23 H. Waktu yang diperlukan
sangat lama, karena wilayah Persia sangat luas dan kekuatannya sangat besar.
Peperangan terbesar dalam penaklukkan Persia terjadi pada tahun 21 H, di mana
kaum Muslimin sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Persia. Kerajaan
Persia dapat diduduki oleh kaum Muslimin dengan pertempuran yang sengit.
Kemenangan umat Islam atas Persia ini disebut dengan “Fathul Futuh”, yang
artinya kemenangan yang paling besar di antara kemenangan-kemenangan yang
lain.
2. Reformasi dalam Pemerintahan
Beliaulah khalifah yang pertama kali membentuk tentara resmi, membuat
undang-undang perpajakan, membuat sekretariat, menentukan gaji tetap,
menempatkan para qodhi, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan menjadi
beberapa gubernur (propinsi) dan ada majlis syura.12

11
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pustaka Book Publisher: Yogyakarta, 2007), hlm. 84
12
Ibnu Kastir, Al-Bidayah Wan Nihayah. Penerjemah: Abu Ihsan. Cetakan ke 3. (Darul Haq: Jakarta, 2006) hlm.
170

9
3. Mengatur Tata Pertanahan
Kebijakan yang paling fenomenal adalah kebijakan ekonomi Umar
di Sawad (daerah subur). Umar mengeluarkan dekrit, bahwa orang Arab termasuk
tentara dilarang transaksi jual beli tanah di luar Arab. Hal ini memancing reaksi
anggota Syura’, namun Umar memberi alasan, mutu tentara Arab menurun,
produksi menurun, negara rugi 80% dari pendapatan, dan rakyat akan kehilangan
mata pencaharian (sawah) menyebabkan mereka akan mudah berontak terhadap
negara.13
4. Reformasi dalam Budaya
Beliaulah yang pertama kali digelari Amirul Mukminin, yang menetapkan
penanggalan hijriyah mengumpulkan manusia untuk sholat taraweh berjamaah,
mendera peminum khomer 80 kali cambukan, dan berkeliling di malam hari
mengontrol rakyatnya di Madinah.
Menjelang wafatnya Abu Bakr , beliau memilih dan menunjuk Umar bin
Khattab sebagai penggantinya dan meminta kaum muslimin untuk
membai’atnya.14 Hal ini dilakukan untuk menghindari instabilitas politik yang
besar kemungkinan akan menimbulkan kontroversi yang berkepanjangan,
mengingat pengangkatan khalifah pada zaman Abu Bakr dan juga kondisi
muslimin yang baru saja melawan kaum murtad.15
Usaha-usaha yang telah dimulai Abu Bakr dilanjutkan pada masa khalifah
Umar bin Khattab., yaitu ekspansi ke Damaskus, Bizantium, Suria, Mesir dan
Irak.16Pada masa ini kekuatan politik sangat kuat sebagaimana pada masa Nabi dan
Abu Bakr. Umar menyebutkan dirinya sebagai “Khalifah Khalifati Rasulillah”
(pengganti dari Rasulullah).Ia memperkenalkan istilah “Amir Al-Mukminin”
(komandan orang-orang yang beriman).17
Umar bin Khattab juga menggunakan pidato politik untuk membatasi
kekuasaannya yang oleh Dr. Mohammad Abdul Qadir Abu Fars memilah pidato
ini menjadi empat unsur penting, yaitu :
a) Keadilan
b) Persamaan

13
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Pustaka Book Publisher: Yogyakarta, 2007), hlm. 86
14
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 79
15
Imam Mohammad Abu Zahroh. Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. Jakarta: Logos, 1996), hlm. 26
16
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradapan Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 25-26
17
Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam II. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 37

10
c) Kekuatan
d) Permusyawaratan.18
Pada masa ini perluasaan daerah terjadi dengan cepat sekali, sehingga
Umar bin Khattab mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi
negara yang sudah berkembang di Persia. Administrasi pemerintah diatur menjadi
delapan propinsi,23 menertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak
tanah.Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan
lembaga eksekutif, membentuk kepolisian untuk menjaga keamanan, mendirikan
“Bait Al- Mal”, menentukan mata uang dan menetapkan Tahun Hijriah.24
c. Ustman bin Affan
Utsman menjabat sebagai kholifah selama 12 tahun. Selama pemerintahannya
itu, keadaan bisa dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode kemajuan dan periode
kemunduran. Periode I pemerintahannya membawa kemajuan luar biasa, sedang
periode II kekuasaannya identik dengan kemunduran dan huru-hara yang luar biasa
sampai akhirnya beliau tewas di tangan pemberontak.
Ada beberapa kebijakan politik Utsman yang cukup menonjol, antara lain:
1. Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam
Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima yang ahli dan
berkualitas, di mana peta Islam sangat luas dan bendera Islam berkibar dari
perbatasan Aljazair (Barqah dan Tripoli, Syprus di front al-Maghrib bahkan ada
sumber menyatakan sampai ke Tunisia) di al-Maghrib, di Utara sampai ke Aleppo
dan sebagian Asia Kecil, di Timur Laut sampai ke Ma Wara al-Nahar – Transoxiana
– dan di Timur seluruh Persia, bahkan sampai di perbatasan Balucistan (wilayah
Pakistan sekarang), serta Kabul dan Ghazni.19
2. Membentuk Armada Laut yang Kuat
Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk armada laut dengan
kapalnya yang kokoh sehingga berhasil menghalau serangan-serangan di Laut
Tengah yang dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan pertama kali
di laut dalam sejarah Islam.

18
Inu Kencana Syafi’I, Al-Quran dan Ilmu Politik. (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 438
19
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hlm. 91

11
3. Menggiatkan Pembangunan
`Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk menjaga arus banjir
yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Beliau juga membangun jalan-
jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
4. Menulis Kembali Penulisan Mushaf Al-Qur’an
Di antara jasa Utsman yang besar adalah telah menyatukan kaum muslimin pada
satu qiro’ah dan dituliskannya bacaan Al-Qur’an terakhir yang diajarkan oleh Jibril
kepada Rosulullah SAW yakni ketika Jibril mendiktekan Al-Qur’an kepada
Rosulullah pada tahun terakhir masa hidup beliau.
Utsman meminta mushaf yang disimpan oleh Hafshah yang merupakan hasil
pengumpulan pada masa Abu Bakar, untuk ditulis kembali. Maka ditulislah satu
mushaf Al-Qur’an untuk penduduk Syam, satu mushaf untuk penduduk Mesir, satu
mushaf untuk penduduk Basrah, satu mushaf dikirim ke Kufah, begitu juga ke
Makah dan Yaman, serta satu mushaf untuk Madinah. (Ibnu Katsir, 2006:350).
d. Ali bin Abi Thalib
Ali diangkat menjadi kholifah disaat negara sedang kacau akibat
pemberontakan yang menewaskan khalifah Utsman. Oleh sebab itu, masa
pemerintahannya yang berlangsung hampir 5 tahun, dihabiskan untuk urusan dalam
negeri. Sedang urusan ekspansi Islam ke luar wilayah, praktis terhenti.
Kebijakan politik Ali yang menonjol antara lain:
1. Memecat Gubernur yang Sewenang-wenang
Khalifah Ali segera memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman,
dikarenakan beliau yakin bahwa terjadinya pemberontakan-pemberontakan itu
disebabkan oleh keteladanan politik kebijaksanaan mereka.

2. Menarik Kembali Tanah yang Dihadiahkan oleh Utsman


Salah satu kelemahan Utsman adalah mengijinkan orang-orang Arab
menguasai tanah-tanah subur disekitar wilayah yang baru dikuasainya. Hal ini
dimasa Umar tidak diperbolehkan terjadi. Akibatnya penduduk pribumi kehilangan
sumber perekonomiannya. Utsman juga menghadiahkan tanah-tanah kepada para
pendukung yang disayanginya.
Begitu Ali menjadi kholifah, beliau menarik kembali tanah yang oleh
pendahulunya dihadiahkan kepada para pendukungnya itu dan menyerahkan hasil

12
pendapatannya kepada negara, serta memakai kembali. Sistem distribusi persen
tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.20
3. Menumpas Para Pembangkang
Tidak semua masyarakat Islam taat kepada pemerintahan Ali. Diantaranya
adalah Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum
para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman.
Ali mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau
berunding untuk menyelesaikan perkara ini secara damai. Namun ajakan itu
ditolak. Akhirnya pertempuran yang dahsyatpun berkobar. Perang ini dikenal
dengan nama perang “Jamal”. Zubair dan Tholhah terbunuh, sedangkan Aisyah
ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
4. Memindahkan Pusat Pemerintahan dari Madinah ke Kufah
Ali memindahkan ibu kota dari Madinah ke Kufah (Januari 657 M) di
karenakan para pengikut Ali paling banyak berada di Kufah.
5. Berusaha Menghentikan Perlawanan Mu’awiyah
Kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat
tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Dari Kufah Ali bergerak menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Perang ini diakhiri
dengan tahkim, tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga, khowarij. Akibatnya, dipenghujung
pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi 3 kekuatan politik, yaitu
Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Ali) dan Khowarij (orang-orang yang keluar dari
Ali).
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali, sementara posisi Mu’awiyah semakin
kuat. Pada tanggal 20 Romadhlon Tahun 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah
seorang anggota Khawarij. Dengan demikian berakhirlah masa Al-Khulafaur
Rosyidun.

20
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Penerjemah: Djahdan Humam, (Kota Kembang:
Yogyakarta, 1989), hlm. 62

13
3) Dampak Kebijakan Politik pada Masa Khulafaur Rosyidin
Berikut merupakan dampak kebijakan politik pada masa khulafuar rosyidin :
a. Abu Bakar
Peradaban yang berkembang pada masa pemerintahan Abu Bakar yang berlangsung
selama dua tahun tiga bulan:21
1. Membudayakan musyawarah yang lebih demokratis dalam pemerintahan dan
masyarakat
2. Menumbuhkan loyalitas umat islam dan tentara kepada pemerintah yang memberi
dukungan atas semua kebijakan khalifah
3. Membudayakan musyawarah dalam menyikapi setiap masalah yang timbul
4. Membangun pemerintah yang tertib di pusat dan di daerah
5. Membangun militer yang disiplin dan tangguh di medan tempur
6. Menyusun mushaf al-Qur’an seperti yang dimiliki umat Islam sekarang
7. Menyejahterakan rakyat secara adil dengan membangun baitul mall serta
memperbadayakan zakat, infaq, serta ghanimah dan jizyah.

Dengan demikian, selama pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, harta Bait Al-Māl
tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung
didistribusikan kepada seluruh kaum Muslimin, bahkan ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq
wafat, hanya ditemukan 1 dirham dalam perbendaharaan negara. Seluruh kaum
Muslimin diberikan bagian yang sama dari hasil pendapatan negara

b. Umar bin Khattab


Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah,
Madinah, Syiria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masa Umar bin
khatab mulai dirintis tata cara menata struktur pemerintahan yang bercorak
desentralisasi. Mulai sejak masa Umar pemerintahan dikelola oleh pemerintahan pusat
dan pemerintahan propinsi. Karena telah banyak daerah yang dikuasai Islam maka
sangat membutuhkan penataan administrasi pemerintahan, maka khalifah Umar
membentuk lembaga pengadilan.
Pada masa Umar ibn Khatab mulai berkembang suatu lembaga formal yang
disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum islam. Dimasa ini juga

21
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm. 126-127

14
terbentuknya sistem atau badan kemiliteran. Pada masa khalifah Umar bin Khattab
ekspansi Islam meliputi daerah Arabia, syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam
bertambah luas maka Umar berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan
peraturan pemerintah yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Lalu Umar mencanangkan administrasi tata negara (susunan kekuasaan), yaitu:
1. Kholifah (Amiril Mukminin)
Berkedudukan di ibu kota Madinah yang mempunyai wewenang kekuasaan.
2. Wali (Gubernur)
Berkedudukan di ibu kota Provinsi yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah
Provinsi.
3. Tugas pokok pejabat
Tugas pokok pejabat, mulai dari khalifah, wali beserta bawahannya bertanggung
jawab atas maju mundurnya Agama Islam dan Negara. Disamping itu mereka juga
sebagai imam shalat lima waktu di masjid.
4. Membentuk dewan-dewan Negara
Guna menertipkan jalannya administrasi pemerintahan, Kholifah Umar membentuk
dewan-dewan Negara yang bertugas mengatur dan menyimpan uang serta mengatur
pemasukan dan pengeluaran uang negara, termasuk juga mencetak mata uang
Negara.22
c. Ustman bin Affan
Dampak dari kebijakan yang dilakukan oleh khalifah Ustman, antara lain:23
1. Membudayakan sistem musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
2. Menyeragamkan cara membaca al-Qur’an yang ditandai dengan penyusunan ayat-
ayatnya dalam satu mushaf, yakni Mushaf Usmani.
3. Membangun fasilitas umum
4. Menertibkan administrasi pemerintahan dengan deskripsi pekerjaan yang jelas.
d. Ali bin Abi Thalib
1. Menjaga keutuhan Al-Qur`an Al-Kariim dan mengumpulkannya dalam bentuk
mushaf pada masa Abu Bakar.
2. Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman bin Affan

22
Aziz, A., & Saihu, S. Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya Kontekstualisasi Kaidah Bahasa Arab.
Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, 3(2), 2019, 299-214
23
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm. 138-139.

15
3. Keseriusan mereka untuk mencari mencari serta mengajarkan Al-Qur`an dan
Sunnah. Maka dari itu pada masa Utsman, sahabat-sahabat mulai menyebar ke
pelosok untuk menyiakan Agama Islam dengan berpegang teguh pada Al-Qur`an
dan As-Sunnah.
4. Sebagian orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis
abad ke 19 banyak yang mempelajari fenomena Futuhuhat al-Islamiyah. Mereka
mengatakan bahwa Futuhat ini adalah perang dengan motif ekonomi, yaitu mencari
dan mencari kekayaan negeri yang ditundukkan.24

C. Simpulan
Adapun prinsip kebijakan politik pada masa khulafaur rosyidin antara lain:
musyawarah, persamaan, keadilan, kebebasan, wewenang dan tanggung jawab.
Sedangkan khulafaur rosyidin memiliki kebijakan politik masing-masing disesuaikan pada
periodenya, seperti ekspansi wilayah, pembukuan Al-Qur’an, penetapan administrasi
negara, militer, dan sebagainya. Pada masing-masing kebijakan politik yang diterapkan
oleh khalifah, dampak dari kebijakan tersebut turut mempengaruhi kehidupan masyarakat.

24
Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (- : Rahmat semesta dan Kencana, 2007),
hlm.105-106

16
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan Terjemahannya

A., Aziz & S., Saihu. 2019, Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya Kontekstualisasi
Kaidah Bahasa Arab. Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab

Al-Maududi, Abul A’la, 1995, The Islamic Law and Constitution, penerjemah : Asep Hikmat,
Bandung: Mizan

Hasan, Ibrahim. 1989, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Penerjemah: Djahdan Humam,
Yogyakarta: Kota Kembang

Ilahi, Wahyu dan Hefni, Harjani, 2007, Pengantar Sejarah Dakwah, Rahmat semesta dan
Kencana, -

Kasir, Ibnu, 2006, Al-Bidayah Wan Nihayah. Penerjemah : Abu Ihsan, Cetakan ke 3. Darul
Haq: Jakarta

Khaliq, Farid Abdul, 2005, Fi Al-Fiqh As-Siyasy Al-Islamy Mabadi’ Dusturyyah Asy-Syura Al-
‘Adl Al-Musawah, Penerjemah: Faturrahman Al-Hamid, Jakarta: Amzah

Karim, Abdul, 2007, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher:
Yogyakarta

Pulungan, Suyuti, 2018, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Supriyadi, Dedi, 2008, Sejarah Peradapan Islam, Bandung: Pustaka Setia


Syafi’I, Inu Kencana. 1996, Al-Quran dan Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta

Syam, Basyir, 2015, Kebijakan dan Prinsip-Prinsip Kenegaraan Nabi Muhammad SAW di
Madinah (622-632 M) (Tinjauan Perspektif Pemikiran Politik Islam), KRITIS, Jurnal
Sosial Ilmu Politik : Universitas Hasanuddin

Yatim, Badri, 2000, Sejarah Peradapan Islam II. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Zahroh, Imam Mohammad Abu, 1996, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. Jakarta: Logos

17

Anda mungkin juga menyukai