Disusun Oleh :
Kelompok 1
ABU KASIM
INDRA TARIGAN
FAUZAN
Bismilahirrahmanirrahim
Demikianlah kata pengantar dari kelompok, dengan harapan semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.
Penulis
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Sehubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sahabat menurut terminology ulama fiqh dan ushul fiqh adalah setiap orang
yang pernah bertemu dengan Rasulullah dalam status iman kepadanya, dan
meninggal dalam keadaan beriman pula.
b. Mereka memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap bahasa Arab yang
merupakan bahasa Al-Quran sehingga memudahkan untuk memahami makna Al-
Quran sebab diturunkan dalam bahasa Arab.
c. Mereka menghafal Al-Quran dan Sunnah Rasul, mereka menjadi orang yang
pertama mempelajari ilmu syariat dan hukumnya.
2
c. Kemampuan dan kapasitas individu yang berbeda-beda, diantaranya perbedaan dalam
hal tingkat pemahaman, hafalan, mengistinbatkan hokum, dan kemampuan
menerjemahkan isyarat dari nash-nash syariat.
d. Timbulnya perbedaan pandangan terhadap otoritas kepemimpinan umat Islam.
3
2. 5 Faktor Kondisional dan Situasional yang Mempengaruhi Tasyri’ Islam masa
Khulafaur Rasyidin
5
Tindakan-tindakan Penting yang Dilakukan Abu Bakar :
a. Pidatonya pada waktu pelantikan yang berbunyi :
“Aku telah kalian pilih sebagai khalifah, kepala Negara. Tetapi aku bukanlah
orang yang terbaik diantara kalian. Kerena itu, jika aku melakukan sesuatu
yang benar, ikutilah, dan bantulah aku. Tetapi jika aku melakukan kesalahan,
perbaikilah. Sebab menurut pendapatku, menyatakan yang benar adalah
amanat, membohongi rakyat adalah pengkhianat.” Selanjutnya beliau berkata,
“Ikutilah perintahku selama aku mengikuti perintah Allah dan Rasulnya.
Kalian berhak untuk tidak patuh kepadaku dan akupun tidak akan menuntut
kepatuhan kalian.” Kata-katanya itu sangat penting artinya dipandang dari
sudut hukum ketatanegaraan dan pemikiran politik islam. Sebab, kata-katanya
itu dapat dijadikan dasar dalam menentukan hubungan antara rakyat dengan
penguasa, antara pemerintah dan warga negara.
b. Cara yang dilakukan dalam memecahkan persoalan yang timbul di
masyarakat.
Mula-mula pemecahan masalah itu dicarinya dalam wahyu tuhan. Kalu dalam
wakyu tuhan tidak ada, dicarinya dalam wahyu nabi. Kalau dalam sunnah nabi
tidak diperoleh pemecahan masalah, Abu bakar bertanya kepada para sahabat
nabi yang dikumpulkan dalam majelis. Mejelis ini melakukan ijtihad lalu
timbullah konsesus bersama yang disebut ijma’ mengenai masalah tertentu.
Dalam masa abu bakar inilah apa yang disebut dalam kepustakaan sebagai
ijma’ sahabat.
c. Pembentukan panitia khusus yang bertugas mengumpulkan catatan ayat-ayat
Alquran yang telah ditulis pada zaman Nabi pada bahan-bahan darurat seperti
pelepah-pelepah kurma, tulang-tulang unta, kemudian dihimpun dalam satu
naskah yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit yang merupakan sekretaris Nabi
Muhammad.
d. Berkenaan dengan bagian harta warisan seorang nenek, Abu Bakar tidak
menemukan ketentuannya dalam Al-Quran, ia kemudian bertanya kepada
sahabat. Mugirah seorang sahabat member tanggapan, ia berkata bahwa Nabi
memebrikan seper enam harta bagi nenek.
6
2. Masa Khalifah Umar bin Khattab
Setelah khalifah Abu bakar meninggal dunia, Umar bin Khattab menjadi khalifah
tahun 13 H/634 M. Dalam masanya daerah islam berkembang dan meluas antara
lain : Mesir, Iraq, Adjebijan, Parsi, Siria. Umar telah mengusir orang-orang
Yahudi dan Jazirah Arab. Dan Umarlah yang pertama kali menyusun
adsministrasi pemerintahan, menetapkan peradilan dan perkantoran, serta kalender
penanggalan. Umar dkenal sebagai Imam Mujtahiddin. Pada masanya ia berijtihad
antara lain tidak menghukum pencuri dengan potong tangan karena tidak ada illat
untuk memotongnya. Pencuri itu merupakan pegawai dari majikannya yang kaya
raya yang tidak memberikan gaji secara wajar. Maka umar menjalankan istislah,
yang kemudian dinamai almaslahatul mursalah. Umat tidak memberikan zakat
kepada almullafatu qulubuhum karena tidak ada illat untuk memberikannya,
maqashid yang terdapat dalam ayat ma’qulun-nash itu tidak terdapat. Yang
kemudian dianamai dengan al-ihtihsaan dan lain-lain.
8
4. Ali bin Abi Thalib
Setelah Utsman meninggal dunia, orang-orang terkemuka memilih Ali bin
Abi Thalib menjadi khalifah keempat. Ia memerintah dari tahun 656 sampai tahun
662 M. Sejak kecil ia diasuh dan didik oleh Nabi Muhammad, oleh karena itu,
hubungannya rapat sekali dengan Nabi. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi
SAW, setelah ia menikah dengan putri Nabi, Fathimah Az-zahra. Ketika Nabi
Muhammad masih hidup, Ali sering ditunjuk oleh Nabi menggantikan beliau
menyelesaikan masalah-masalah penting. Nabi Muhammad sendiri pernah
menyatakan bahwa hubungan Nabi dengan Ali dapat dimisalkan seperti Nabi
Musa dan Harun. Dan karena itu pula, orang berkata bahwa Ali telah mengambil
suri teladan, ilmu pengetahuan, budi pekerti, dan kebersihan hati Nabi Muhammad
Saw. Karena itu banyak orang yang berpendapat bahwa ia lebih berhak menjadi
khalifah daripada yang lainnya. Yang berpendapat demikian terkenal dengan
golongan syi’ah.
Diantara ijtihad Ali adalah tentang seorang yang menikah dengan seorang
perempuan. Ketika ia bermaksud melakukan perjalanan tanpa membawa isterinya,
keluarga istrinya mengancam bahwa pernikahan dengan isterinya talah berakhirr,
istri itu belum memperoleh kiriman. Hal itu kemudian diadukan ke Ali, Ali
berkata bertindaklah bijaksana sampai suaminya menyataka talak, Ali
menolaknya, Ali bermaksu bahwa sumpah atau akad talak yang debarengi denga
syarat tidak sah. Semasa pemerintahan Ali, tidak banyak yang diperbuat untuk
mengembangkan hukum islam. Hal ini dikarenakan keadaan Negara tidak stabil.
Di sana sini timbul bibit-bibit perpecahan yang serius dalam tubuh umat Islam
yang bermuara pada perang saudara dan timbulnya kelompok-kelompok besar
umat islam sekarang ini, antara lain :
Kelompok Ahlussunnah waljamaah (suni), yaitu kelompok atau jamaah yang
berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad; Kelompok syiah yaitu pengikut
Ali bin Abi Thalib.
Dasar perpecahan adalah perbedaan pendapat mengenai masalah politik,
yakni siapa saja yang berhak menjadi khalifah, masalah pemahaman akidah,
pelaksanaan ibadah, system hukum dan kekeluargaan. Golongan syiah banyak
terdapat di Lebanon, Irak, Pakistan, dan India. Bekas pengaruhnya terdapat di
Indonesia, tepatnya di Tanjung Priok, di Pasar Koja.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sumber pensyariatan (perundang-undangan) pada masa sahabat adalah
Al-Quaran
As-Sunnah
Ijma’
Logika (ra’yu)
2. Pengistimbatan pada masa khulafaurrasyidin sebatas kasus-kasus yang terjadi saja.
Mereka tidak memprediksikan masalah-masalah yang belum terjadi dan tidak
mengira-ngira bahwa hal itu akan terjadi lalu meneliti hukumnya sebagaimana ulama
mutaakhirin. Sahabat membatasi pada kasus-kasus yang perlu difatwakan saja.
Mereka tidak menyenangi hal itu dan mereka tidak menampakkan pendapat tentang
sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi, jika sesuatu itu terjadi mereka ijtihad untuk
mengistimabtkan hukumnya.
3. Perkembangan tasyrik pada masa khulafaurrasyidin itu disesuakan dengan masa
kekhalifahannya, karena semakin berkembangnya zaman semakin benyak masalah
baru yang ditimbulkan, sehingga khlalifah atau para mijtahid memerlukan untuk
berijtihad memenumak jalan keluar dari sebuah masalah. Masing-masing khlalifah
memiliki kebijakan sendiri dalam memnyelasaikan sebuah masalah yang muncul.
B. Saran
Makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
berharap pembaca terutama Bapak Dosen dapat memberikan kritik dan saran
konstruktif kepada kami untuk perbaikan makalah agar lebih bagus lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Jaih Mubarak, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: Rosda Karya, 2000.
Muhammad Zuhri, Terjemahan Tarikh Tasyrik Al-Islam, Semarang: Darul Ikhya, 1980.
Ra
syad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, Jakarta: Amzah, 2011.
Supiana dan Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2001.
www.TARIKH TASYRI’ MASA KHULAFAUR RASYIDIN _ lailynurarifa site's.htm.
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, (Jakarta: Amzah, 2011), hal 57-63.
Muhammad Zuhri, Terjemahan Tarikh Tasyrik Al-Islam, (Semarang: Darul Ikhya, 1980), hal
256.
www.TARIKH TASYRI’ MASA KHULAFAUR RASYIDIN _ lailynurarifa site's.htm.
Jaih Mubarak, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam (Bandung: Rosda Karya, 2000), hal
45.
Supiana dan Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2001), hal 289.
11