Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‘alamin, segala puji dan syukur seraya penyusun


panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehinnga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ―Sejarah
Filsafat Yunani Kuno Pra Socrates‖ ini tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Umum. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Zainal Abidin, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Umum.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun penyusun
tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga bisa
menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Metro, 28 Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Sejarah Filsafat Yunani Kuno ...................................................................... 3

B. Filsafat Yunani Pra-Socrates ........................................................................ 6

C. Tokoh-Tokoh Filsafat Masa Pra- Socrates ................................................... 7

1. Thales (625-545 SM)................................................................................ 7

2. Anaximandros (640-546 SM) ................................................................... 9

3. Anaximenes (585-524 SM) ...................................................................... 9

4. Pythagoras (± 572-497 SM ) .................................................................. 10

5. Xenophanes (570 SM ) ........................................................................... 11

6. Heraclitos (535-475 SM ) ....................................................................... 12

7. Perminides .............................................................................................. 13

8. Leukippos (± 540 SM)............................................................................ 14

9. Zeno ( ± 490-430 SM) ............................................................................ 14

10. Empedocles (490-435 SM) ................................................................. 15

11. Anaxagoras ( ± 499-420SM) .............................................................. 15

12. Democritos (460-370 SM) .................................................................. 16

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17

A. Kesimpulan ................................................................................................ 17

ii
B. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada pembahasan Pengantar Filsafat sebelumnya telah di ketahui bahwa
―Filsafat itu adalah kekasih / sahabat kebijaksanaan / kearifan atau kekasih /
sahabat pengetahuan, jadi karena merupakan kekasih / sahabat kebijaksanaan /
kearifan atau kekasih, maka filsafat memiliki hasrat untuk selalu ingin dekat,
ingin akrab, ingin mengasihi kearifan / kebijaksanaan / pengetahuan. Tapi,
kearifan / kebijaksanaan / pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat abstrak
dan luas. Keabstrakan dan keluasan ini menjadikan hasrat yang dimiliki filsafat
tersebut tak mudah untuk di puaskan sepenuhnya. Ini menyebabkan filsafat terus
menerus melakukan usaha untuk memenuhinya‖.
Dalam mempelajari sejarah filsafat yunani, berarti menyaksikan kelahiran
filsafat. Filsafat lahir diawali dengan adanya para filusuf pertama yang memiliki
keraguan atasmitos-mitos atau dongeng tentang asal muasal segala sesuatu,baik
alam semesta maupun manusia yang tidak bisa di terima oleh akal manusia. Sudah
barang tentu kemenangan akal atas mitos-mitos itu tidak mungkin terjadi dengan
tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga
berabad-abad.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah
peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia
dari mite-mitemenjadi lebih rasional. Pola pikir mite adalah pola pikir yang
mengandalkan mitos-mitos untuk menjelaskan fenomena alam seperti gempa
bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap kejadian alam biasa, tapi dewa
bumi sedang menggoyangkan kepalanya. Namun setelah filsafat ditemukan,
fenomena tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa melainkan
fenomena alam yang terjadi. Dan hal ini terus dikembangkan oleh manusia
melalui filsafat sehingga alam dijadikan obyek penelitian dan pengkajian sampai
dalam bentuk yang paling mutakhir, seperti yang kita kenal sekarang.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan
difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah filsafat Yunani kuno Pra-Socrates?
2. Siapa saja tokoh filsuf Yunani kuno Pra-Socrates?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah filsafat Yunani kuno masa Pra-
Socrates.
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh yang ada dalam sejarah filsafat
Yunani kuno masa Pra-Socrates.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat Yunani Kuno


Masyarakat Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM sudah mempunyai
kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaraan
yang bersumber pada mistos-mitos. Kemudian setelah abad ke-6 SM muncullah
sejumlah ahli yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan
tentang misteri alam semesta ini dapat dijawab dan diterima oleh akal. Saat itulah
terjadi sebuah kebangkita cara berpikir.
Upaya ahli untuk mengarahkan pada suatu kebebasan pikir ini kemudian
membuat banyak orang untuk membuat suatu konsep yang dilandasi dengan
kekuatan akal pikiran secara murni.
Terdapat tiga faktor yang dijadikan filsafat Yunani lahir, yaitu:
1. Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos
dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau
mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis
yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos
selektif dan rasional, seperti syair karta Homerus, Orpheus dan lain-
lain.
2. Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran
filsafat Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat
penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.
3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir)
dilembah Sungai Nil. Kemudian berkat kemampuan dan
kecakapannnya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka
mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktisnya saja, tetapi
juga aspek teoretis kreatif.1
Berikut ini dikemukakan periodesasi perkembangan pemikiran filsafat
menurut Bertens (1976), juga disimpulkan dari Bertens (1999). Ia membagi

1
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, t.t.), 29.

3
filsafat Yunani Kuno menjadi tiga periode masa sejarah filsafat, yaitu Masa Awal,
Masa Keemasan, dan Masa Helenitas dan Romawi.2
1. Masa Awal Filsafat Yunani Kuno
Masa awal fisafat Yunani Kuno ditandai oleh tercatatnya tiga nama
filsuf yang berasal dari daerah Miletos, yaitu Thales, Anaximandros,
dan Anaximenes. Selain ketiga nama tersebut, tercatat beberapa nama
dari daerah lain, seperti Herakleitos dari Ephesos, Pythagoras dari
Italia Selatan, Parmenides dari Elea, dan Demokritos dari Abdera.
2. Zaman Keemasan Yunani Kuno
Filsafat pada masa ini ditandai oleh sejumlah nama besar yang
sampai sekarang tidak pernah dilupakan oleh kalangan pemikir,
termasuk pemikir masa kini, sekalipun berbeda pendapat. Nama besar
yang pertama adalah Perikles. Ia tinggal di Athena sebagai pusat
penganut berbagai aliran filsafat yang ada pada masa itu. Di sana
terdapat pula pemikiran sofistik yang penganutnya disebut kaum Sofis.
Salah satu tokohnya adalah Protagoras. Pemahamannya
memperlihatkan sifat-sifat relativisme, bahwa kebenaran bersifat
relative. Tidak ada kebenaran yang tetap dan definitif. Benar, baik, dan
bagus, selalu dalam hubungan dengan manusia, tidak mandiri sebagai
kebenaran yang mutlak.
Tokoh lain adalah Socrates (470 SM-399 SM). Ia menentang
sofistik dengan mengatakan bahwa benar dan baik adalah nilai objektif
yang harus dijunjung tinggi semua orang. Seorang murid Sokrates
yang terkenal adalah Plato (427 SM-347 SM), Ia lahir dari kalangan
bangsawan Athena. Ajaran-ajarannya dituangkan dalam bentuk dialog.
Penting diketahui, pada tahun 387 SM, Plato mendirikan sekolah
filsafat yang disebut Akademia. Murid Plato yang terkenal adalah
Aristoteles (384 SM-322 SM) dari Yunani Utara, lulusan Akademia
Plato. Dari beberapa pendapat Aristoteles, paling penting adalah ―teori
bentuk-materi‖. Dalam teori ini dinyatakan, bahwa setiap benda
jasmani terdiri dari bentuk dan materi. Jelas bagi Aristoteles, ilmu
2
Sutarjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat. (Bandung : PT Refika Aditama, 2009)
cet.3 h.58

4
pengetahuan dimungkinkan atas dasar bentuk yang terdapat dalam
setiap benda konkret. Pandangan ini kemudian dikenal dengan nama
‗hilemorfisme‘.
3. Masa Helenitas dan Romawi
Masa Helenitas dan Romawi tidak dapat dilepaskan dari peranan
Raja Alexsander Agung. Raja ini telah mampu mendirikan Negara
besar yang tidak sekedar meliputi seluruh Yunani, tetapi juga daerah-
daerah disebelah timurnya. Ada sejumlah aliran pada masa ini, seperti
stoisisme, epikurisme, skeptisisme, elektisisme, dan neoplatisisme.
a. Stoisisme merupakan mahzab yang didirikan di Athena oleh Zeno
dari Kition, sekitar tahun 300SM. Menurut stoisisme, jagad raya
dari dalam ditentukan ―logos‖ yang berarti ratio. Dengan
demikian, kejadian alam telah ditentukan dan tidak dapat
dielakkan.
b. Epikurisme dibangun oleh Epikuros (341-270 SM) yang
mendirikan sekolah sendiri di Athena dan membangunkan kembali
atomisme Demokrotos. Menurut aliran ini, segala hal terdiri dari
atom yang senantiasa bergerak dan secara kebetulan bertabrakan.
c. Skeptisisme di Yunani dipelopori oleh Pyrrho (365-275 SM).
Aliran ini tidak jelas identitasnya pada masa Helenitas, dan
ajarannya lebih tampak sebagai sikap umum masyarakat luas yang
meyakini bahwa kemapuan manusia tidak akan sampai pada
kebenaran yang mutlak. Isi ajaran mahzab ini adalah kesangsian.
d. Eklektisme pun pada dasarnya bukanlah dimaksudkan sebagai
mahzab atau aliran, sama seperti skeptisisme. Aliran ini lebih
merupakan kecenderungan masyarakat luas untuk memetik
berbagai unsur filsafat dari berbagai aliran dalam menghadapi
berbagai permsalahan, dan tidak sampai pada kesatuan pemikiran.
Tokoh aliran ini yang hidup di Roma adalah Cicero (106-43 SM),
Seorang ahli berpidato yang mahsyur. Di Alexandra terdapat
seorang Yahudi yang termasuk eksponen aliran ini, yaitu Philio

5
(25 SM – 50M) yang berusaha mendamaikan agama Yahudi
dengan filsafat Yunani, Khususnya filsafat Plato.
e. Neoplatonisme perlu di pandang sebagai puncak terakhir filsafat
Yunani. Sesuai dengan namanya, neoplatonisme menghidupkan
kembali filsafat plato, tetapi para pengikutnya dipengaruhi filsafat
lain yang lahir sesudah Plato, misalnya Aristoteles dan Stoa.
Tokohnya adalah Plotinos (203/4-269/70), lahir di Mesir. Hasil
pemikiran plotinos dihimpun dan diterbitkan oleh salah seorang
muridnya, Porphyrios.3
Periode Yunani Kuno lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir
alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di
sekitarnya mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang
bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada
mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang berubah.

B. Filsafat Yunani Pra-Socrates


Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang lahir karena perubahan pemikiran
manusia dari yang semula dongeng-dongen dan mitos tentang asal muasal segala
sesuatu yang ada di dunia ini berubah menjadi suatu pemikiran yang dapat
dietrima oleh akal.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan karna
di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci.
Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan
Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani
dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan .
Lahirnya filsafat pra socrates juga disebabkan karena kemenangan akal atas
dongeng atau mitos yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal
muasal segala sesuatu. Para pemikir atau ahli filsafat ini mencoba untuk mencari-
cari jawaban tentang akibat terjadinya alam semesta beserta isinya.

3
Sutarjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), 58.

6
Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik
di dunia maupun manusia yang menyebabkan akal manusia tidak puas dengan
keterangan dongeng tersebut, dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-
cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.
Filsafat Pra Socrates dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam
artinya para ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan
yang menjadi sasaran para ahli filsafat tersebut, atau objek pemikirannya adalah
alam semesta. Tujuan filosofi mereka dalam memikirkan soal alam besar
darimana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka,
pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional
dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja
keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa
mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di lain pihak orang cukup puas menerima
keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.4

C. Tokoh-Tokoh Filsafat Masa Pra- Socrates


Menurut Juhaya S. Pradja, para filosof Yunani yang pertama tidak lahir dari
tanah airnya sendiri melainkan dari tanah perantauan di Asia Minor. 5 dahulunya,
Bangsa Yunani di Semenanjung Balkan banyak yang menjadi perantau karena
tanahnya yang tidak subur, dan sepanjang daratannya banyak bukut serta banyak
teluk yang menjorok ke daratan sehingga tidak banyak tersedia tempat yang baik
untuk ditinggali. Para perantau itu kemudian hidup makmur di tanah baru tersebut
dari perdagangan dan perniagaan. Waktu-waktu luang mereka gunakan untuk
memperdalam ilmu dan mengembangkan pikiran serta seni.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa tokoh-tokoh serta pemikiran-
pemirikannya pada masa Yunani Kuno Pra-Socrates.
1. Thales (625-545 SM)
Thales hidup pada abad ke-6 SM. Ia dikenal sebagai salah satu dari
hoi hepta sophoi atau tujuh orang bijaksana dikarenakan mereka

4
Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenada Media Gruip, 2010), 71.
5
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum dari Mitologi samapai Teorifilosofi (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2008), 147.

7
terkanl dengan pertuah-petuah nasehatnya. Aristosteles memberikan
gelar kepada Thales sebagai filsuf yang pertama.6
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang
mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi dari
alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air
sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuan pada masa itu ia
mempelajari magnetism dan listrik yang merupakan pokok soal fisika.
Juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan
mengemukakan pendapat, bahwa bulan bersinar karena memantulkan
cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari, dan bahwa
kedua sudut alas suatu segitiga samakaki adalah sama besarnya.
Dengan demikian, Thales merupakan ahli Matematika yang pertama
dan juga sebagai the father of deductive reasoning (bapak penalaran
deduktif).
Menurut Thales, asal-muasal alam ini adalah air. Air yang cair
adalah pokok, pangkal, dan dasar dari segala-galanya. Segala sesutau
berasal dari air dan kembali ke air. Sabagi dasar pemikirannya, Thales
memberikan argumen yang rasional, bahwa tumbuhan, binatang, lahir
di tempat yambab, bakteri hidup di tempat yang lembab,
kelembabapan berasal dari air.
Baginya air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada tetapi
juga merupakan akhir dari segalanya. Di awal dan diujung air, atau
dalam perkataan filsuf bahwa air adalah substrat (bingkai) dan subtansi
(isi) bertitik tolak dari pemikiran tersebut maka tidak ada jurang
pemisah, dan bahwa semuanya satu yaitu air.7
Dalam sejarah metematika, Thales dianggap sebagai pelopor
geometri abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir,
yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang
salah satunya: bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki
adalah sama besarnya.8

6
Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, 73.
7
Praja, 74–75.
8
Achmadi, Filsafat Umum, 31–32.

8
Walaupun pandangan-pandangan Thales banyak yang kurang jelas,
akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih
sangat sederhana dengan menggunakan rasio (akal pikir). Pandangan
Thales merupakan caraa berpikir yang tinggi pada saat itu dimana
sebagian besar masyarakatnya masih sangat percaya pada mitos-mitos
dan tahayul-tahayul tentang asal muasal alam semesta. Thales telah
membuka pemikiran dan keyakinan tentang alam semesta tanpa
menunggu adanya penemuan ilmiah.9
2. Anaximandros (640-546 SM)
Ia merupakan orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam
kesusteraan Yunani, dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi.
Sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi. Ia
berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di
Apollonia, Yunani.
Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche
(asas pertama alam semesta), Ia tidak menunjuk pada salah satu unsure
yang dapat diamati oleh indera, akan tetapi ia menunjuk dan memilih
pada suatu yang tidak dapat diamati indera, yaitu to apeiron, sebagai
sesuatu yang tidak terbatas, abad sifatnya, tidak berubah-ubah, ada
pada segala-galanya, dan sesuatu yang paling dalam. Alasannya,
apabila tentang arche tersebut ia menunjuk pada salah satu unsure,
maka unsure tersebut akan mempunyai sifat yang dapat bergerak
sesuai dengan sifatnya, sehingga tidak ada tempat bagi unsure yang
berlawanan.
3. Anaximenes (585-524 SM)
Dia murid Anaximandros, baginya arkhe atau apeiron adalah
segala sesuatu adalah ―hawa‖ atau ―udara‖ . Alasannya, bahwa udara
meliputi seluruh alam dan menjadi azas kehidupan manusia. Semua
unsur alam ini terjadi karena proses pemadatan dan pengenceran udara.
Tubuh manusia adalah mikrokosmos yang mencerminkan jagad raya
sebagai makrokosmos. Kalau Thales mengatakan bumi terapung di

9
Hakim, Filsafat Umum dari Mitologi samapai Teorifilosofi, 148.

9
atas air, maka Anaximenes mengatakan bumi — yang seperti meja
bundar — katanya melayang-Iayang di udara.
4. Pythagoras (± 572-497 SM )
Dia mendirikan perguruan dan mazhab Pythagorean yang
ajarannya bersifat rahasia. Ajaran Pythagoras sebagai guru
disampaikan secara lisan, tidak boleh dicatat dan harus dirahasiakan.
Setiap ada perselisihan antar para murid tentang filsafat selalu dapat
pendapat sang guru dan ditutup dengan pernyataan autos epha
(demikian sabda guru).
Apabila flulsuf-filsuf Miletos berfilsafat karena keingintahuan
ilmiah. Maka Pythagoras dan pengikut-pengikutnya bukan hanya
keingintahuan ilmiah saja, tetapi Iebih ke arah ―a way of life‖: suatu
pandangan hidup yang dengan itu manusia dapat mencapai kebersihan
jiwa dan memutus rangkaian perpindahan jiwa.
Ajaran Pythagoras yang sangat berpengaruh mencakup dua hal.
Pertama, ajaran rahasia dengan dasar kepercayaan bahwa jiwa itu
kekal, tidak dapat mati. Kedua, ajaran ilmu pasti mengenai bilangan
yang dijadikan dasar untuk memahami tentang alam.
Dikemudian hari pengikut-pengikut Pythagoras berkembang
menjadi dua aliran:
a. Akasmatikol, Iebih mengutamakan penyucian jiwa dengan
menaati aturan-aturan.
b. Mathematikol, lebih mengutamakan ilmu pengetahuan, terutama
ilmu pasti.
(i) Ajaran tentang Jiwa
Jiwa tidak dapat mati (immortal). Bila seseorang
meninggal maka jiwanya akan berpindah ke sosok lain.
Perpindahan jiwa itu akan terputus bila orang melakukan
jalan penyucian sesuai dengan ―tarekat‖ pythagorean
(misalnya berpantang makanan tertentu).

10
Agar hidup manusia harmonis harus ada
keseimbangan antara jiwa dan raga. Untuk mencapai
keseimbangan itu manusia harus:
1. taat kepada ajaran agama
2. menghormati orang tua
3. menepati janji
4. melepaskan keinginan nafsu
(ii) Ajaran tentang bilangan
Dia mengatakan bahwa arkhe segala sesuatu ialah
bilangan. Bilangan merupakan simbol tangga nada dalam
harmoni musik yang melahirkan keindahan. Alam semesta
ini adalah suatu harmoni yang indah juga. Bilangan adalah
segala-galanya yang mengandung pninsip-prinsip
pertentangan, namun tetap dalam harmoni alam.
Pythagoras menganut teori ―helio-sentris‖ namun
berbeda dengan pengertian sekarang. Matahari adalah api
sentral yang menjadi pusat segala sesuatu. Jagad raya
digambarkan dengan ―suatu tangga nada‖.
(iii) Ajaran Kosmologi
Pusat jagad raya adalah ―api‖. Api ini dikelilingi 10
badan jagad raya, yaitu, kontra bumi, bumi, bulan,
matahari, merkurius, venus, mars, yupiter, saturnus
kemudian langit dengan bintang-bintang tetap.
Kesepuluh badan jagad raya tadi beredar
mengelilingi api sentral sebagai tetraktys raksasa. Yang
kemudian hari, ―api sentral‖ ala pythagorean ini oleh
sementara pemikir Yunani (Heraklitos, Aristarkhos)
disamakan dengan matahari, sehingga dalam bidang
kosmologi menganut pendirian helio-sentris.
5. Xenophanes (570 SM )
Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dn
Herodotus, ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan,

11
yaitu Tuhan yang digambarkan sebagai (seakan-akan ) manusia.
Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berfikir, maka
Tuhan pun seperti manusia yang bersuara, berpakaian, dan lain-
lainnya. Ia juga membantah tuhan itu bersifat kekal dan tidak
mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan
mempunyai jumlah yang banyak dan menekan atas keesaan Tuhan.
Kritik ini ditunjukkan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasar
pada mitologi. 10
6. Heraclitos (535-475 SM )
Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang
ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche
(asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya
sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempuyai sifat
memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya segala sesuatu
menjadi abuatau asap. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan
kembali menjadi api. Menurut pendapatnya didalam arche terkandung
yang hidup seperti roh yang disebutnya sebagai logos (akal atau
semacam wahyu). Logos inilah yang menguasai dan sekaligus
mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan
selamat apabila sesuai dengan logos.11
Heraclitos juga mengemukakan tentang ajaran pertentangan. Setiap
benda tersusun dari unsur saling bertentangan (paradoks) dalam
kesatuan. Pertentangan tidak berdampingan tetapi bergerak dari satu ke
yang lain. Pertentangan itu adalah suatu keharusan yang wajar dan
layak. ―Perang (pertentangan) adalah Bapak segala-galanya‖ Damai
menjadi ada karena perang. Pertentangan adalah keadilan. Hanya
dengan pertentangan-lah segala sesuatu ―menjadi‖ sesuatu ―yang sama
adalah perlawanan‖.
Kemudian dia juga dikenal dengan pemikirannya tentang filsafat
―menjadi‖ .Heraklitos tidak percaya adanya sesuatu yang tetap,

10
Achmadi, Filsafat Umum, 35.
11
Achmadi, 35–37.

12
segalanya berubah. Muncul semboyan Panta rhei kai uden menei yang
artinya segalanya bergerak seperti aliran sungai. Bergerak berarti
menjadi. Tidak ada sesuatupun yang sungguh-sungguh ada. Semuanya
menjadi; semuanya berubah tanpa henti.
Menurutnya Arkhe segala sesuatu adalah api. Api tak pernah diam,
selalu bergerak dan berubah. Kemudian begitu pula dengan
pemikirannya tantang kosmos dan jiwa manusia, dia berpendapat
bahwa kosmos juga selalu berubah: api—air—tanah—air—api.
Begitu juga jiwa manusia senantiasa berubah sebagaimana
berubahnya air—api—tanah begitulah manusia dalam tidur jaga—
kematiannya. Kemudian ajarannya tent6ang logos bahwa logos di sini
lebih berati ―rasio‖. Logos bersifat ilahi, tetapi bukan mengacu pada
konsep ketuhanan. Logos adalah hukum yang menguasai segala
sesuatu yang senantiasa berubah. Maka logos juga berarti api —
simbol keabadian perubahan.
7. Perminides
Ia lahir pada 540 SM, dan tidak diketahui kapan wafatnya. Ia
adalah seorang filsuf Elea. Ia seorang ahli politik, tetapi pemikirannya
juga tidak dapat diremehkan pada saat itu. Filsafatnya adalah ―yang
realitas dalam alam ini hanya satu, tidak bergerak, dan tidak berubah.‖
Dasar pemikirannya : yang ada itu ada, mustahil tidak ada. Perubahan
itu berpindah dari ada menjadi tidak ada, itu mustahil sebagaimana
mustahilnya yang tidak ada menjadi ada. Menurut pendapatnya, apa
yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Hal
ini berbeda dengan pendapat Menurutnya, tidak ada satupun di alam
ini yang bersifat tetap atau permanen. Apa yang kelihatan tetap,
sebenarnya ia dalam proses perubahan yang tidak ada henti-hentinya.
Perminides mengatakan bahwa kebenaran hanya dapat dicapai
dengan akal dan lgika. Yang ada adalah ada, dan yang tidak ada adalah
tidak ada. Dunia ini tidka bertambah atau berkurang. Perubahan yang
tampak adalah tipuan. Segla sesuatu dpaat dikatakan benar jika orang
yang mengatakannya benar. Akan tetapi jika kebenaran disampaikan

13
dengan cara yang tidak benar, maka tidak akan menjadi benar. Rasio
menjadi ukuran kebenaran, dan rasio pada manusialah yang menjadi
yang mengatakan kebenaran. Olehkarenanya manusia sebagai ukuran
kebenaran. Untuk mencapai kebenaran kita tidak dapat berpedoman
pada penglihatan. Hanya akal yang dpaat mengatakanya.
Ajaran Perminides yang berbasis kepada stu dan tetap bertentangan
dengan ajaran Heraclitos. Jika Heracleitos berpegang pada sesuatu
yang senantiasa bergerak, sedangkan Perminides berpegang bahwa
sesuatu tidak bergerak atau tetap.12
8. Leukippos (± 540 SM)
Leukipos merupakan filsuf yang pertama kali mengajarkan tentang
atom. Menurut pendapatnya, tiap benda terdiri daari atom. Atom
adalah benda yang sangat kecil sehingga tidak dapat dibagi lagi.
Karena kecilnya tom itu tidak terlihat, tetapi tetap diyakini ada, tidak
hilang, dan tidak berubah-ubah. Ia senantiasa bergerak tiada henti.
Seperti Perminides, ia menyatakan tidak mungkin ada penciptaan
dan pemusnahan mutlak,tetapi ia tidak ingin menolak kenyataan
tentang banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak
pada segala sesuatu. Pandangan ontologis dari Leukippos mirip dengan
Perminides. Semua hakikatnya adalah hakikat, dan semua yang ada
adalah hakikat. Hakikat itu ada dan tiada. Keberadaan dan ketidak
adaan wujudnya sama, hanya realitasnya yang ebrbeda. Oleh
karenanya, tidak akan ada jika tidak ada yang tidak ada, karena ada
dan tidak ada sebagai hukum alam yang sebenarnya.13
9. Zeno ( ± 490-430 SM)
Zeno merupakan murid Parminindes, ia berusaha untuk
membuktikan ajaran gurunya bahwa gerak itu tidak ada. Gerak
hanyalah tipuan belaka. Ia menjadi terkenal karena ketangkasan
perkataan dan ketajaman pikirannya.

12
Hakim, Filsafat Umum dari Mitologi samapai Teorifilosofi, 168.
13
Hakim, 168.

14
Filsafatnya mengatakan bahwa subtansi alam itu terdiri dari empat
elemen yaitu : tanah, air, udara, dan api. Campuran yang berbeda-beda
dari empat elemen tersebut membentuk segala benda dalam alam ini.
Lemen-elemen tersebut bercampur karena cinta, dan berpisah karena
kebencian. Semua wujud di alam ini bersifat sementara, hanya elemen-
elemen, cinta dan kebencian yang kekal abadi.14
10. Empedocles (490-435 SM)
Empedocles sependapat dengan Parmenides, bahwa alam semesta
didalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara baru, dan tidak ada
hal yang hilang. Ia tidak setuju dengan konsep ruang kosong, akan
tetapi ia mempertahankan adanya pluralitas dan perubahan dari hasil
pengamatan indera. Realitas tersusun oleh empat unsure, yaitu : api,
udara, tanah dan air. Kemudian empat unsure tersebut digabungkan
dengan unsure yang berlawanan. Dan akan menghasilkan sesuatu
benda dengan kekuatan yang sama, tidak berubah, dan walaupun
dengan komposisi yang berbeda15
11. Anaxagoras ( ± 499-420SM)
Anaxagoras adalah ahli pikir pertama yang mendomisili di Athena,
dimana dikemudian hari Athena inilah yang menjadi pusat utama
perkembangan filsafat Yunani sampai abad ke-2. Ia pernah diajukan
kepengadilan dengan mengajarkan bahwa matahari adalah batu yang
berpijar dan bulan adalah tanah, bukan sebagai dewa seperti yang
menjadi kepercayaan masyarakat pada saat itu. Atas jasa Pericles, ia
dapat dilepaskan dan kemudian melarikan diri ke Lampaskos. Salah
satu pemikiranya, realitas bukanlah satu, akan tetapi terdiri dari banyak
unsure dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai
bagian yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan
jumlahnya tidak terhingga.16

14
Achmadi, Filsafat Umum, 38.
15
Achmadi, 39.
16
Achmadi, 40.

15
12. Democritos (460-370 SM)
Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan
yang bermacam-macam masalah, seperti : kosmologi, matematika,
astronomi, logika, etika, teknik, music, puisi dan masi banyak lagi.
Dan salah satu menurut pendapatnya atom-atom itu selalu
bergerak, berarti harus ada ruang kosong. Sebab satu atom hanya dapat
bergerak dan menduduki satu tempat saja . sehingga Democritos
berpendapat baha realitas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang
penuh ), dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong).17
Demikianlah beberapa tokoh-tokoh filsuf pada masa filsafat Yunani kuno
Pra-Socrates.

17
Achmadi, 42.

16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparaan materi di atas dapat kita simpulkan beberapa hal yaitu :
1. Periode Yunani Kuno lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para
ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa
yang diamati di sekitarnya mereka membuat pernyataan-pernyataan
tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan
tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari
alam semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala
sesuatu yang berubah.
2. Tokoh-tokoh filsuf yang ada pada masa filsafat Yunani kuno Pra-
Socrates adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, Phytaghoras,
Xenophanes, Heraclitos, Perminides, Leukippos, Zeno, Empedodes,
Anaxogoras, dan Democritos.

B. Saran
Didalam pembuatan makalah ini tentunya penulis memiliki banyak
kekeliruan yang mungkin tidak disadari oleh penulis. Dari itu, diharapkan kepada
seluruh pembaca, jika menemukan kekeliruan dalam makalah yang saya buat ini,
maka penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun, supaya penulis tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Dan
demi mewujudkan karya-karya ilmiah yang lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, t.t.

Hakim, Atang Abdul. Filsafat Umum dari Mitologi samapai Teorifilosofi.

Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Praja, Juhaya S. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media Gruip,

2010.

Wiramihardja, Sutarjo A. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama,

2009.

18

Anda mungkin juga menyukai