Anda di halaman 1dari 19

PENGURUSAN JENAZAH, TAKZIAH, ZIARAH KUBUR DAN

PENGAJARANNYA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah: Materi dan Pembelajaran Fiqih MTs dan MA
Dosen Pengampu : Ahmad Fatah, S.Pd.I.,M.S.I.

Disusun Oleh:
Kelompok 12
Achmad Faisal A. 1510120023
Irzaqul Mughits W. 1510120028
Muhammad Zuhdi 1510120032

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun
tidak akan pernah diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah
makhluk sebaik-baik ciptaan Allah swt dan ditempatkan pada derajat yang
tinggi, Islam sangat memerhatikan dan menghormati orang-orang yang
meninggal dunia.
Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang
meninggal adalah makhluk Allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadap ke haribaan Allah swt, orang meninggal perlu
mendapat perhatian khusus dari yang masih hidup.
Pengurus jenazah termasuk syariat Islam yang perlu diketahui oleh
seluruh umat Islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau
pengurusan jenazah sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
Sedang melakukan takziah termasuk dalam hal ibadah. Takziah tidak
dapat dipisah dari permasalahan jenazah, atau ketika paraulama membahas
hukum mengunjungi orang sedang sakaratulmaut atau meninggal
dunia.Termasuk di dalam nyahukum memandikan mayat, mengkafankan,
menguburkan sampai menshalatinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan tentu dapat terlihat
banyak hal yang perlu dibenahi lagi. Sehingga dapat disimpulkan menjadi
rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana konsepsi tentang jenazah?
2. Bagaimana konsepsi tentang takziah?
3. Bagaimana konsepsi tentang ziarah kubur?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah
Kata jenazah, bila ditinjau dari segi bahasa (etimologis), berasal dari
bahasa Arab dan menjadi turunan dari isim masdar (adjective) yang diambil
dari fi‘il mad}i janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dari
kata tersebut dibaca fathah (janazatan), kata ini berarti orang yang telah
meninggal dunia. Namun bila huruf jim-nya dibaca kasrah, maka kata ini
memiliki arti orang yang mengantuk. Demikian keterangan yang dijelaskan
oleh sang penulis kitab Mat}ali’ al-Anwar.1
Lebih jauh, kata jenazah, menurut Hasan Sadiliy, memiliki makna
“seseorang yang telah meninggal dunia yang sudah terputus masa
kehidupannya dengan alam dunia ini”.2
Dalam kamus al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai
“seseorang yang telah meninggal dunia dan diletakkan dalam usungan. Kata
ini bersinonim dengan al-mayyit (Arab)3 atau mayat (Indonesia).4
Karenanya, Ibn al-Faris memaknai kematian (al-mawt) sebagai peristiwa
berpisahnya nyawa (ruh) dari badan (jasad).5
Selanjutnya, kata jenazah juga diartikan oleh Partanto dan Dahlan al-
Barry sebagai “raga yang sudah tidak bernyawa lagi”.6 Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jenazah diartikan sebagai badan atau
tubuh orang yang sudah mati.7

1
Dikutip dari Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh} al-Muhaz\z\ab, “kitab al-Jana’iz”, “bab
Ma Yuf’al bi al-Mayyit”, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), V: 10
2
Hasan Sadiliy, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoere, 1982), hlm. 36
3
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),
hlm. 215
4
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam di Indenesia, (Jakarta: CV Anda Utama, 1993), II:
516
5
Lihat Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh}} al-Muhaz\z\ab., hlm. 105
6
Pius A Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),
hlm. 285
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 639

2
Hampir sama dengan pemaknaan tersebut, Ibnu Mas‘ud dan Zainal
Abidin S., mengartikan kata jenazah sebagai orang yang telah meninggal
yang diletakkan di dalam usungan dan hendak dibawa ke kubur untuk
ditanamkan (makamkan).8
Lebih jauh lagi, Ustaz Labib Mz. memperluas pemaknaan tersebut
dengan seseorang yang terputus hubungannya antara ruh dengan badan,
perpisahan antara keduanya, perubahan dari suatu keadaan ke keadaan yang
lainnya.9

B. Tata Cara Pengurusan Jenazah


Kewajiban seoarng muslim terhadap saudara-saudaranya yang
meninggal dunia ada empat perkara yaitu: memandikan, mengkafani,
mensolatkan dan menguburkan. Adapun hukumnya adalah fardhu kifayah.
1. Memandikan Jenazah
Memandikan mayat hukumnya fardhu kifayah (mayat anak-anak
atau dewasa) kecuali:
a. Bayi keguguran yang belum berusia empat bulan. Bayi ini tidak wajib
dimandikan tetapi cukup dibalut dengan kain lalu dikuburkan. Adapun
jika sudah berusia empat bulan maka mayat bayi dimandikan,
dikafani, dan dikuburkan.1
b. Seorang syahid yang dibunuh demi membela Islam, tidak wajib
dimandikan dan tidak wajib dikafani. Dia cukup dikuburkan dengan
bajunya. Gugurnya kewajiban mandi dan kafan bila seorang syahid
mati di tengah berkecamuknya perang.
Syarat-syarat Orang yang Memandikan jenazah, yaitu:
a. Islam
b. Baligh

8
Ibnu Mas‘ud, Zainal Abidin S., Fiqh Maz\hab Syafi‘i, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),
hlm. 449.
9
Ustaz Labib Mz, Misteri Perjalanan Hidup Sesudah Mati, (Surabaya: Tiga Dua, 2000),
hlm. 77
1
Moh. Rifa’i, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,2008), hlm. 289.

3
c. Berakal
d. Sesama jenis kelamin antara yang memandikan dengan yang
dimandikan kecuali:
1) Anak kecil yang usianya belum lebih dari tiga tahun
2) Suami – isteri. Masing-masing boleh memandikan yang lain.
3) Mahram. Jika tidak ada orang yang sejenis kelamin dengan mayat,
maka saudara mahramnya boleh memandikannya.
Cara memandikan Jenazah, yaitu:
a. Mayat diletakkan pada tempat yang tinggi seperti balai-balai atau
ranjang dan ditempat yang sunyi, tidak banyak orang masuk atau
keluar
b. Siapkan air secukupnya. Disunatkan air dicampur dengan daun bidara
atau suatu yang dapat menghilangkan daki seperti sabun. Sebagian air
dicampur kapur barus untuk digunakan pada siraman terakhir nanti
c. Mayat diberi pakaian mandi yang tertutup aurotnya sejauh tidak
menyulitkan orang yang memandikan
d. Mengeluarkan kotoran dari dalam perutnya serta kotoran-kotoran
dibagian tubuh yang lain dengan cara yang halus dan sopan.
e. Bersihkan mulut dan giginya, barulah dibasuh kepalanya seraya disisir
rambut dan jenggotnya jika ada lalu di baringkan ke sebelah kiri untuk
dibasuh sebelah kanannya, sesudah itu baringkan ke sebelah kanan
untuk dibasuh sebelah kirinya. Serangkaian pekerjaan tersebut
dihitung satu kali basuhan dan di-pandang cukup, namun disunahkan
3 kali atau 5 kali.
Rasulullah SAW bersabda:

‫سلَّ ْم ِإ ْغس ِْلنَ َها ثَالَ ثًا ا َ ْو‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫علَيْنَ الَّنَب‬
َ ‫ع ِطيَّةَ دَ َخ َل‬ َ ‫ع ْن أ ُ ِ ِّم‬
َ
‫اج َع ْلنَ ِفى األ َ ِخي َْر ِة َكا‬ ْ ‫س ا َ ْو أ َ ْكث َ َر ِم ْن ذَ ِل َك ِإ ْن َرأ َ ْيت ُ َّن ذَ ِل َك ِب َماءٍ َو ِسد ٍْر َو‬ َ ‫خ َْم‬
)‫فُ ْو ًرا (رواه البخارى ومسلم‬
Artinya :”Dari Ummu Atiyah ra., datang kepada kami sewaktu
kami memandikan putrid beliau, kemudian beliau bersabda:
mandikanlah ia 3 kali atau 5 kali atau lebih kalau kamu pandang
lebih baik dari itu dengan air atau daun bidara dan basuhlah

4
yang terakhir dengan dicampur dengan kapur barus”.(HR.
Bukhori dan Muslim)2.
f. Meratakan air keseluruh badan jenazah dari atas kepala sampai ke
kaki
g. Mewudhukan jenazah
h. Setelah itu lalu mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu kemudian
menutupinya dengan kain.3
Orang yang berhak memandikan Mayat
a. Suami atau istri mayat dan muhrimnya
b. Bila muhrimnya tidak ada, maka bisa diserahkan kepada orang yang
mengerti dan dipercaya
c. Jenis kelaminnya sejenis dan jika tidak ada muhrim atau yang sejenis
dengan si mayat maka boleh ditayamumkan.
2. Mengkafani Jenazah
Syarat mengkafani Jenazah, yaitu:
a. Sekurang-kurangnya satu lapis yang menutup seluruh tubuhnya
b. Mengkafaninya sesudah dimandikan
c. Diutamakan berwarna putih. Bagi laki-laki disunatkan 3 lapis yang
terdiri dari kain sarung dan dua lapis yang menutup seluruh tubuhnya.
Sedangkan bagi perempuan disunahkan 5 lapis yaitu: kain basahan
(kain bawah), selembar kerudung (tutup kepala), selembar baju
kurung dan tiga lapis yang menutup seluruh tubuh.
Cara Mengkafani Jenazah, yaitu:
a. Jika Jenazah nya laki-laki, yaitu: dihamparkan sehelai-sehelai dan
ditaburkan di atas tiap-tiap lapis itu harum-haruman seperti kapur
barus dan semacamnya, lalu mayat diletakkan di atasnya, sesudah
diberi kapur barus dan sebagainya kedua tangannya disedekapkan
seperti sholat, kemudian kain dibungkuskan lapis demi lapis.Pada
bagian kaki, perut dan kepala diberi ikat (tali) dari kain putih.

2
Muttafaq „alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 1195 dan Muslim Juz 2 : 939.
3
Rahman Ritonga dan Zainudin, Fiqih Ibadah. (Jakarta: Gaya Media Pratama). Hlm, 123-
129

5
b. Jika mayatnya perempuan, yaitu: dilakukan seperti tersebut diatas
hanya pada tubuh mayat dipakaikan kain basahan (kain bawah), baju
dan tutup kepala (kerudung). Khusus bagi orang yang meninggal
dalam keadaan ihrom haji/umroh tidak boleh diberi harum-haruman
dan tutup kepala.
Adapun yang wajib menanggung dari biaya kafan adalah
diambilkan dari harta si mayat, apabila tidak meninggalkan harta warisan
maka dibebankan kepada orang yang memelihara sewaktu hidup dan
apabila mayat tidak ada yang menanggung maka diambilkan dari baitul
maal.
3. Mensholatkan Jenazah
Sholat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir
dalam rangka mendo’akan orang muslim yang meninggal. Apabila
jenazahnya laki-laki imam hendaklah berdiri lurus di depan kepalannya,
dan apabila jenazahnya perempuan hendaklah imam menghadap setengah
perut atau punggungnya.
Syarat sholat jenazah, yaitu:
a. Seperti pada shalat wajib yaitu menutup aurat, suci badan, tempat, dan
pakaian dari najis, suci dari hadas besar dan kecil, serta menghadap
kiblat
b. Jenazah telah dimandikan dan dikafani
c. Meletakkan jenazah disebelah kiblat yang mengshalatkan.
Rukun sholat jenazah, yaitu:
a. Niat
b. Berdiri jika mampu
c. Takbir empat kali
d. Membaca surat Al-Fatihah
e. Membaca sholawat Nabi saw
f. Mendoakan mayat setelah takbir ketiga dan ke empat

6
g. Kemudian ditutup dengan salam.4
Adapun do'a setelah takbir ketiga adalah sebagai berikut:

‫ع ْنهُ( َها) َوا َ ْك ِر ْم نُ ُز‬


َ ‫ْف‬ ُ ‫عا فِ ِه(هَا) َوع‬ َ ‫ار َح ْمهُ(هَا) َو‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ(هَا) َو‬
‫طا َيا َك َما‬ َ ‫ج َونَ ِقِّ ِه ِمنَ ْال َخ‬ٍ ‫س ْع َم ْد َخلَهُ(هَا) َوا ْغس ِْلهُ(هَا) ِب َماءٍ َوث َ ْل‬ ِّ ِ ‫لَهُ(هَا) َو َو‬
ً‫ض ِمنَ الدَّ ن َِس َوا َ ْب ِد ْلهُ( َها) دَا ًرا َخي ًْرا ِم ْن دَ ِارهِ(هَا) َوا َ ْهال‬ ُ َ‫ب ْاأل َ ْبي‬ ُ ‫يُن ََّق الث َّ ْو‬
‫عذَا‬َ ‫َخي ًْرا ِم ْن ا َ ْه ِل ِه(هَا) َوزَ ْو ًجا َخي ًْرا ِم ْن زَ ْو ِج ِه( َها) َوقِ ِه فِتْنَةَ ْالقَب ِْر َو‬
)‫َبهُ(هَا) (روه مسلم‬
Ya Allah, anugerahilah ia ampunan dan rahmatilah dia,
bebaskanlah dia dan maafkanlah, dan muliakanlah
kedatangannya, lapangkanlah tempat masuknya, dan sucikanlah
ia dengan air dan salju, dan bersihkanlah ia dari kesalahannya
sebagaimana kain putih yang dibersihkan dari kotoran, gantilah
rumahnya lebih baik dari rumahnya yang dahulu dan gantilah
ahli keluarganya dengan yang lebih baik daripada ahli
keluarganya yang dahulu dan peliharalah ia dari huru hara
kubur dan siksaannya. (H.R. Muslim).

Do'a setelah takbir keempat adalah sebagai berikut:

)‫اَللَّ ُه َّم الَت َ ْح ِر ْمنَا ا َ ْج َرهُ (هَا) َوالَت َ ْفتِنَّا بَ ْعدَهُ ( َها) َوا ْغ ِف ْر لَنَا َولَهُ (هَا) (روه مسلم‬
"Ya Allah, janganlah Engkau rugikan kami dari memperoleh
ganjarannya dan jangan pula kami beri fitnah sepeninggalnya,
ampunilah kami dan dia..". (HR . Muslim)

4. Menguburkan Mayat
Cara Menguburkan Mayat, yaitu:
a. Mula-mula dibuatkan liang lahat kira-kira tidak bisa dibongkar oleh
binatang buas atau dapat menimbulkan bau busuk
b. Jenazah dimasukkan kedalam liang lahat dengan posisi miring
kekanan dan menghadap kiblat. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar ra:

)‫)رواه الترمذى وأبو داود‬


“Nabi SAW jika memasukkan jenazah (ke dalam) kuburnya,
mengucapkan, Dengan menyebut Nama Allah, di atas agama
Rasulullah”. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

4
Ibid. Hlm,135-141

7
c. Tali-tali kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempatkan
pada tanah
d. Setelah ditutup dengan bambu/papan/kayu di atasnya ditimbun dengan
tanah sampai rata
e. Mendo'akan dan memohonkan ampun kepada jenazah. Diriwayatkan
dari Utsman bin Affan bahwa Rasulullah SAW, bersabda:

)‫(متفق عليه‬
" Bahwa Nabi a jika telah selesai memakamkan jenazah beliau
berdiri dan bersabda, “Mohonkanlah ampunan untuk saudara
kalian dan mohonkanlah keteguhan (hati) untuknya, karena ia
sekarang sedang ditanya (oleh malaikat)". (HR. Bukhori dan
Muslim).
:‫علَ ْي ِه فَقَا َل‬ ِ ِِّ‫غ ِم ْن دَ ْف ِن ْال َمي‬
َ َ‫ت َوق‬
َ ‫ف‬ َ ‫سلَّ َم ِإذَا فَ َر‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ا َنَ النَّب‬
)‫ِإ ْست َ ْغ ِف ُر ْوا ِأل َ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُ ْوا لَهُ فَإِنَّهُ اْآلنَ يُ ْسئ َ ُل (رواه ابو داود‬
"Bahwa Nabi saw, apabila telah selesai menguburkan jenazah,
beliau berdiri diatasnya dan bersabda: mohonkanlah ampun
untuk saudaramu dan mintakanlah untuknya supaya di beri
ketabahan karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya".
(HR. Abu Daud).

C. Pengertian Takziah
Menurut bahasa, takziah bersumber dari akar kata ‘azza artinya
menghimbau agar bersabar, atau membantu melapangkan dada seseorang
yang sedang ditimpa musibah. Sedangkan menurut istilah, terdapat beberapa
definisi ulama. Akan tetapi semuanya tidak keluar dari makna lugawi di
atas. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Syarbini al-Khatib menjelaskan, bahwa takziah adalah:
"Menasehati orang yang berduka cita untuk tetap sabar.
Mengingatkan ganjaran yang dijanjikan bagi orang sabar dan
kerugian bagi orang yang tidak sabar. Memohonkan ampunan
kepada simayit, agar tegar menghadapi musibah."

2. Imam Nawawiberkata:

8
"Takziah adalah menyabarkan, dengan wasilah apa saja yang dapat
menyenangkan perasaan keluarga mayit, dan meringankan
kesedihannya."
3. Imam Al-bahuti Al-Hanbali, menyebutkan:
"Takziah adalah menghibur dan memberi semangat kepada orang
yang ditimpa musibah agar tetap sabar. Mendoakan simayit bilaia
seorang muslim atau muslimah."
4. Ibnu Qudamah menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan takziah
adalah:
"Menghibur keluarga mayit dan membantu tunaikan hak mereka,
serta senantiasa berada di dekat mereka."
Orang yang melakukan takziah adalah mereka yang mampu
merasakan kesedihan atau duka yang dialami saudaranya. Hal ini jelas
termasuk dalam kategori amar ma'ruf nahi munkar yang merupakan salah
satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu, takziah adalah aplikasi dari
sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan.
Allah SWT berfirman, ''Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam
kebaikan dan ketakwaan''. (QS Al-Maidah: 2).
Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziah mempunyai nilai dan
keutamaan tinggi bagi yang melakukannya. Beliau bersabda, ''Tidaklah
seorang Mukmin yang melakukan takziah atas musibah yang menimpa
saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata kemuliaan
pada hari kiamat.'' (HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).
Tak ada satu pun manusia yang bisa menolak kematian. Singkatnya,
selain sebagai wujud hubungan baik antar manusia, takziah juga merupakan
media untuk mengingatkan manusia terhadap sesuatu yang pasti, yaitu
kematian.

D. Ketentuan Ziarah Kubur

9
Ziarah kubur ialah mengunjungi makam (qubur) seseorang untuk
memanjatkan do'a dan memintakan ampun dari Allah swt. Disyari’atkan
ziarah kubur dengan maksud untuk mengambil pelajaran (‘ibrah) dan ingat
akan kehidupan akhirat, dengan syarat tidak mengucapkan kata-kata yang
mendatangkan murka Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagai misal, meminta
sesuatu kepada penghuni kubur (orang mati) dan memohon pertolongan
kepada selain Allah dan semisalnya. Hal tersebut merupakan perbuatan
syirik.
Tujuannya adalah agar orang yang berziarah itu mengingat mati,
mengingat akhirat sehingga tidak hanya mengejar duniawi saja tetapi
seimbang antara dunia dan akherat. Ziarah kubur pernah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, sebagaimana sabdanya:

‫ارةِ ْالقَب ِْر فَقَ ْد‬ َ ‫ قَ ْد ُك ْنتُ نَ َه ْيت ُ ُك ْم‬:‫سلَّ َم‬


َ َ‫ع ْن ِزي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫ى هللا‬ َّ ‫صل‬َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫ارةِ ْالقَب ِْر أ ُ َّم ِه فَ ُز ْو ُروهَا فَإِنَّ َها ت َ ْذ ِك َر اْأل َ ِخ َرةِ (رواه‬
َ ‫أَذَنَ ِل ُم َح َّم ٍد فِى ِز َي‬
)‫ابوداود والتر مذى‬,‫مسلم‬
Artinya: "Bersabda Rasulullah saw, telah melarang kamu berziarah
kubur, sekarang Muhammad telah mendapatkan izin untuk berziarah
ke kubur ibunya, maka ziarahlah kamu, karena sesungguhnya ziarah
itu mengingat akherat".(HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).

Adab dalam berziarah kubur yang baik dan benar menurut Islam:
1. Berperilaku sopan dan ramah ketika mendatangi areal pemakaman
2. Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Ridho dari Allah
SWT, bukan untuk meminta sesuatu pada orang yang sudah meninggal
3. Tidak duduk, menginjak-injak, tidur-tiduran, dll di atas makam orang
mati
4. Tidak melakukan tindakan tidak senonoh seperti buang air besar,
kencing, meludah, buang sampah sembarangan, dan lain-lain
5. Mengucapkan salam kepada penghuni alam kubur.
Rasulullah SAW bersabda :
“Dari Sulaiman ibn Buraidah dari ayahnya, Rasulullah saw,
bersabda : Selamat sejahtera pada mukminin dan muslimin yang
ada disini. Kami insya Allah akan menyusul kamu. Aku mohon

10
kepada Allah semoga kami dan kamu mendapat keselamatan”. (HR.
Muslin dan Ahmad).
6. Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan tenang
di alam kubur sana dengan ikhlas.5
Menurut Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul wahab ziarah kubur ada
3 macam. Yaitu:
1. Ziarah yang syar’i. Dan ini yang di syariatkan dalam Isam. Ada tiga
syarat yang harus dipenuhi.
a. Tidak melakukan safar dalam rangka ziarah. Seperti sabda Rasulullah
SAW.
“Janganlah kalian bepergian jauh melakukan safar kecuali ke tiga
masjid. Masjidku ini, Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

b. Tidak mengucapkan ucapan batil


c. Tidak mengkhususkan waktu tertentu, karena tidak ada dalilnya.
2. Ziarah Bid’ah. Ialah ziarah yang tidak memenuhi salah satu syarat diatas
atau lebih.
3. Ziarah Syirik. Pelaku ziarah ini mengsekutukan Allah, dengan berdo’a
meminta rizki pada makam si mayit yang di kunjungi, meminta
keberkahan dan kesehatan pada si mayit dan berlebihan dalam
memperlakukan makam si mayit.
Hukum Ziarah Kubur, yaitu:
Ziarah kubur dianjurkan bagi kaum pria berdasarkan hadits Abu
Hurairah radliallahu ‘anhu, “Rasulullah SAW. pernah menziarahi kubur ibu
beliau, kemudian beliau menangis sehingga membuat para sahabat di
sekelilingnya menangis. Beliau lalu berkata, “Tadi aku meminta izin kepada
Rabb-ku ‘azza wa jalla agar aku dibolehkan berdo’a memohon ampun bagi
ibuku, namun hal itu tidak diperkenankan. Kemudian aku memohon agar
aku dperbolehkan mengunjungi kuburnya, maka hal ini diperbolehkan

5
Abdul Munir Mulkaan. Masalah-masalah Teologi dan Fiqih dalam Tarjih
Muhammadiyah.(Yogyakarta: Roykhan). Hlm, 410-413

11
bagiku. Oleh karena itu ziarahilah kubur, karena hal itu akan mengingatkan
kalian kepada akhirat.”

E. Pengajaran Pengurusan Jenazah, Takziah, dan Ziarah Kubur


Pada materi pembelajaran tentang mengurusi jenazah, takziah dan
ziarah kubur ini, guru hendaknya menggunakan strategi pembelajaran yang
aktif, dengan strategi ini diharapkan agar siswa aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran, metode yang digunakan yaitu:
1. Metode Ceramah
Metode yang digunakan dalam mengembangkan proses
pembelajaran melalui penuturan,6yaitu guru memberikan penjelasan
kepada siswa tentang tata cara mengurusi jenazah, takziah dan ziarah
kubur.
2. Metode Diskusi Kelompok
Metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan,7 yaitu guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok
untuk mengadakan perbincangan ilmiah tentang tatacaramengurusi
jenazah, takziahdan ziarah kubur guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas
suatu masalah.
3. Metode Tanya Jawab
Metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi
lansung antara guru dan siswa,8 yaitu guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan dan siswa yang memberikan jawaban atau sebaliknya siswa
yang disuruh bertanya dan guru yang menjawab.

6
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013 ), hlm.
194
7
Ibid,hlm. 210
8
Ibid, hlm. 200

12
4. Metode Demonstrasi
Metode yang digunakan untuk melatih langsung peserta didik yaitu
guru meminta kepada siswa untuk mempraktikkan tentang tata cara
mengurusi jenazah.
Sedangkan strategi yang digunakan adalah active learning dengan
model Demonstrasion. Seorang guru dapat menggunakan teknik ini untuk
mengajarkan ketentuan pengurusan jenazah, takziah dan ziarah kubur
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru memberikan informasi kompetensi kepada peserta didik.
2. Guru memberikan sajian gambaran bahan umum materi bahan ajar.
3. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
4. Guru menunjuk kelompok untuk mendemostrasikan.
5. Selanjutnya, kelompok yang telah mendemostrasikan mengajak kepada
kelompok lain untuk diskusi.
6. Guru menyimpulkan dan mengevaluasi
7. Dan terakhir guru memberikan refleksi.
Dalam pembelajaran ini guru dapat menggunakan formasi
pembelajaran huruf U, agar peserta didik dapat melihat guru dan media
visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung antara
satu sama lain.

F. Hasil Kajian
Pada kajian kali ini, kelompok kami telah meneliti pada salah satu
lembaga pendidikan di jepara, yaitu di MA Nurul Islam Kriyan.
Tempat dan waktu pelaksanaan:
Tempat : MA Nurul Islam Kriyan
Alamat : Jl. Raden Kusuma Abdul Jalil Kriyan No. 134
Kalinyamatan Jepara
Hari/Tanggal : Selasa, 07 November 2017
Waktu : 08.00 - 12.00 WIB

13
Tujuan : Wawancara tentang pengajaran materi Fiqh kelas XI Bab
XI tata cara mengurusi jenazah, takziah dan ziarah kubur
Narasumber : Bapak Musta’in, S.Ag.
Jabatan : Guru Fiqh dan Pembina Pramuka
Riwayat singkat pendidikan dari Pak Mustain adalah beliau pernah
belajar di MI Nurul Huda Rajekwesi Jepara, kemudian melanjutkan sekolah
di MTs Miftahul Huda RaguklampitanJeparadan MA Mu’allimin NU
Kudus. Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi IAIN
Walisongo yang sekarang menjadi UIN Walisongo dan lulus pada tahun
1994, dan sekarang beliau telah mengajar di MA Nurul Islam Kriyan,
Kalinyamatan Jepara di mulai sejak 17 Juli 1995.9
Ketertarikan kelompok kami untuk mewawancarai beliau adalah,
karena beliau cukup dekat dengan salah satu kelompok kami, sehingga
memudahkan kelompok kami untuk mengadakan wawancara. Selain itu,
beliau adalah satu-satunya guru yang mengajar Fiqh di madrasah tersebut,
sehingga pengetahuan dan pengalaman beliau mengenai pembelajaran
materi fiqh sangat luas dan tidak diragukan lagi.
Terkait dengan materi pembelajaran fiqh kelas XI semester genap di
MA Nurul Islam Kriyan tentang materi tata cara mengurusi jenazah, takziah
dan ziarah kubur, sebelum proses pembelajaran dimulai, Pak Mustain telah
merancang perencanaan tertulis dalam bentuk perangkat pembelajaran yang
meliputi, analisis minggu efektif, program tahunan, program semester dan
rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ). Hal ini karena mengikuti
prosedur pembelajaran formal klasikal sesuai dengan kurikulum dari
pemerintah, dan sebagai bentuk kesiapan seorang pendidik dalam
merencanakan apa yang akan diajarkan kepada peserta didik saat proses
pembelajar nanti.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam, berdo’a bersama,
mengecek kehadiran siswa dan memberikan motivasi, menjelaskan tentang

9
Wawancara kepada Bapak Mustain, S.Ag. pada tanggal 07 November 2017 jam 08.00-
12.00 WIB

14
kompetensi dan tujuan yang harus dicapai setelah pembelajaran. Dalam
kegiatan ini guru harus menguasai materi dan metode yang digunakan.
Adapun metode yang digunakan oleh Pak Mustain adalah ceramah dan
diskusi. Setelah siswa selesai dalam berdikusi dan mengumpulkan hasil
diskusinya, beliau menyampaikan kesimpulan atau penjelasan tentang
materi yang telah didiskusikan oleh siswa. Untuk tahap selanjutnya beliau
menggunakan metode tanya jawab dan demonstrasi, yang terakhir siswa
disuruh mereview kembali materi yang telah disampaikan.

Tabel Metode Pembelajaran


Metode Pembelajaran Keterangan
1. Metode Ceramah Metode yang digunakan dalam mengembangkan
proses pembelajaran melalui penuturan, yaitu
guru memberikan penjelasan kepada siswa
tentang tata cara mengurusi jenazah, takziah dan
ziarah kubur.
2. Metode Diskusi Metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan,10 yaitu guru
membagi siswa kedalam beberapa kelompok
untuk mengadakan perbincangan ilmiah tentang
tata cara mengurusi jenazah, takziah dan ziarah
kubur guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan atas suatu masalah.
3. Metode Tanya Metode pembelajaran yang memungkinkan
Jawab terjadinya komunikasi lansung antara guru dan
siswa, yaitu guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan dan siswa yang memberikan jawaban
atau sebaliknya siswa yang disuruh bertanya dan
guru yang menjawab.

10
Ibid,hlm. 210

15
4. Metode Metode yang digunakan untuk melatih langsung
Demonstrasi peserta didik yaitu guru meminta kepada siswa
untuk mempraktikkan tentang tata cara
mengurusi jenazah.

Dalam proses pembelajaran, Pak Mustain menggunakan media


antara lain seperti lembar kerja siswa, lembar penilaian, dan perpustakaan.
Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk menunjang materi ini adalah
peraga mayat, kain kafan dll, sedangkan untuk sumber belajarnya memakai
buku pedoman Direktorat Pendidikan Madrasah Kementrian Agama, Fiqh,
Kelas XI, kurikulum 2013 yang dipadukan dengan Al Qur’an dan
terjemahan Departemen Agama.
Teknik penilaian proses meliputi :
1. Sikap : mengamati sikap peserta didik
2. Pengetahuan : memberi tugas tertulis
3. Ketrampilan : menilai kemampuan kinerja berdikusi.
Teknik Penilaian hasil meliputi :
1. Pengayaan :Memberi tugas tambahan kepada siswa yang sudah
menguasai materi
2. Remedial : Memberi tugas kepada siswa yang belum menguasai
materi
Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh Pak Musta’in adalah penilaian
tengah semester dan ulangan kenaikan kelas untuk setiap semester.
Sedangkan dalam proses pembelajaran fiqhnya mendapat pengawasan yaitu
adanya supervisi dari madrasah atau dari kepala madrasah dalam bentuk
kepala madrasah masuk dalam kelas untuk mengecek kegiatan pembelajaran
yang berlangsung dan RPPnya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan diatas, penulis dapat memberi simpulan sebagai
berikut:
1. Jenazah adalah seseorang yang telah meninggal dunia. Kewajiban
seorang muslim terhadap jenazah: Memandikan jenazah, Mengkafani
jenazah, Menshalatkan jenazah, dan Menguburkan jenazah.
2. Takziah yaitu melawat atau menjenguk orang yang meninggal dunia
untuk turut menyatakan berbela sungkawa dan menghibur kepada
keluarganya.
3. Ziarah Kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang
sudah wafat, baik orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau
Nabi dengan niat mendo’akan serta mengambil pelajaran dari keadaan
mereka.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena kritik dan
saran yang membangun kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ritonga, Ahmad. Zainudin. 2002. Fiqih Ibadah. Jakarta: Gaya Media


Pratama.
Mulkaan, Abdul Munir. 2005. Masalah-Masalah Toelogi dan Fiqih dalam
Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Roykhan.
Rifa’i, Moh. 2008. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wawancara kepada Bapak Mustain, S.Ag. pada tanggal 07 November 2017
jam 08.00-12.00 WIB

18

Anda mungkin juga menyukai