Anda di halaman 1dari 12

ZUHUD

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
“Akhlak Tasawuf”

Dosen Pengampu :

Neny Muthiatul Awaliyah, M.Ag.

Disusun Oleh :

Irsyad Tuwassi’ul Arzaqi (53020200061)

Lathifah Salma (53020200051)

Riza Roidhatul Budur (53020200044)

Ilmu AL-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

IAIN Salatiga

2021
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH AWT. Karena atas rahmat karunia serta
kasih sayang-NYA kami dapat menyelesaikan makalah mengenai topik,tema,judul serta
kerangka karangan dengan sebaik mungin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi terekhir, penutup para nabi sekaligus sebagai uswatun hasanah kita Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Neny Muthiatul Awaliyah, M.Ag selaku dosen
mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun pengetikan, walaupun
demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.

Salatiga, 23 Maret 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN ZUHUD.........................................................................................................................4
1. Pengertian Zuhud..........................................................................................................................4
2. Dalil Zuhud....................................................................................................................................5
3. Tingkatan Zuhud...........................................................................................................................5
4. Hikmah Zuhud...............................................................................................................................6
5. Penerapan Zuhud dalam Kehidupan Sehari-hari.......................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................9
B. SARAN...........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu topik dalam tasawuf yang dibicarakan oleh para tokoh sufi adalah
tentang Zuhud. Dalam Memahami konsep zuhud sering kali terjadi pro kontra, ada
pendapat yang mengharuskan seseorang menjalani zuhud untuk mencapai ma'rifat pada
Allah, dan dianggap sebagai salah satu tangga (maqomat) yang harus dilalui. Dan ada
pula yang menganggap bahwa konsep zuhud dalam ajaran tasawauf merupakan konsep
yang menjauhkan sesorang dari persoalan dunia sehingga berdampak negatif bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban. Melakukan hidup zuhud merupakan suri
tauladan yang diwariskan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dalam prakteknya
para tokoh sufi menggolongkan beberapa tingkatan, mulai dari tingkat displin terendah
sampai pada tingkatan tertinggi, tergantung pada kadar kemampuan orang yang
mempraktekkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud zuhud?
2. Apakah dalil zuhud?
3. Apa saja tingkatan zuhud?
4. Apa hikmah mempelajari zuhud?
5. Apa saja penerapan zuhud?

C. Tujuan
1. Untuk mengerti tentang zuhud
2. Dapat mengetahui dalil zuhud
3. Dapat mengerti tingkatan zuhud
4. Dapat mengambil hikmah belajar tentang zuhud
5. Bisa menerapkan zuhud dalam keseharian

3
BAB II

PEMBAHASAN ZUHUD

1. Pengertian Zuhud
Pengertian zuhud menurut bahasa berasal dari kata ‫دا‬BB‫ زه‬yang artinya dengan
berpaling dan meninggalkan atau menyendiri, Sementara kata yang juga akar kata zuhud,
berarti meninggalkan mengharap/ bergantung kepada dunia, atau meninggalkan sesuatu
karena suatu kehinaan baginya.

Menurut istilah zuhud adalah tidak berhasrat terhadap sesuatu yang mubah
walaupun kesempatan untuk memperoleh atau mengerjakannya ada. Hal itu dilakukan
untuk melatih dan membersihkan diri, dan untuk mendahulukan kepentingan orang lain
dari kepentingan diri sendiri. Dan orang berzuhud disebut Zahid.

Hakikat zuhud adalah tidak menyukai sesuatu dan mengharapkan ganti pada
sesuatu yang lain. Jadi, orang yang meninggalkan sisa-sisa dunia dan menolaknya demi
mengharapkan keuntungan akhirat, maka ia adalah orang yang berzuhud dari dunia.
Tingkatan zuhud tertinggi ialah, jika seseorang tidak menginginkan segala sesuatu selain
Allah , bahkan termasuk akhirat. Zuhud harus disertai dengan kesadaran , bahwa akhirat
itu lebih baik daripada dunia. Pada hakikatnya amal yang timbul dari suatu keadaan
adalah pelengkap keinginan terhadap akhirat. Amal itu laksana menyerahkan harga
dengan tetap menjaga hati dan anggota tubuh dari segala sesuatu yang bertentangan
dengan perniagaan.1. Adapun pengertian zuhud menurut para ulama’ yaitu antara lain:

a) Imam al Ghazali, zuhud adalah sebagai maqam orang-orang yang menempuh


jalan akhirat.

1
Ihya’ ulumuddin hal.378

4
b) Imam al Qusyairi, zuhud yaitu meninggalkan kenikmatan dunia dan tidak
mempedulikan orang yang dapat menikmatinya, tidak merasa bangga dengan
kenikmatan dunia dan tidak akan mengeluh karena kehilangan dunia.
c) Al Junaid, zuhud adalah kosongnya tangan dan hati (jiwa) dari kepemilikan
dari hal yang mengikutinya (ketamakan).
d) Habib Abdullah bin Alwi al Hadad, zuhud adalah sengaja menjauhi materi
dunia dan hanya mengambil sedikit dari yang dibutuhkan untuk sekedar
hidup.

2. Dalil Zuhud
Keutamaan zuhud ditunjukkan oleh ayat-ayat dan hadits-hadits yang
menerangkan seputar masalah itu. Allah berfirman dalam QS. Al-kahfi ayat 7 :

َ ‫ض ِزينَةً لَّ َها لِنَ ْبلُ َو ُه ْم أَيُّ ُه ْم أَ ْح‬


‫سنُ َع َماًل‬ ِ ‫إِنَّا َج َع ْلنَا َما َعلَى ٱأْل َ ْر‬

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya.”

Juga terdapat dalam Surah al-Qashash ayat 77

َ ‫سن َك َما أَ ْح‬


‫سنَ هَّللا ُ إِلَ ْي َك ۖ َواَل تَ ْب ِغ‬ ِ ‫صيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَ ْح‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَاكَ هَّللا ُ الدَّا َر اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل ت‬
ِ َ‫َنس ن‬
28:77 - َ‫س ِدين‬ ِ ‫سا َد فِي اأْل َ ْر‬
ِ ‫ض ۖ إِنَّ هَّللا َ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْف‬ َ َ‫ا ْلف‬

Artinya: "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan." (Q.S. al-Qashash [28]:77)

3. Tingkatan Zuhud
Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi, salah seorang ulama tasawuf membagi zuhud menjadi
tiga tingkatan sebagai berikut :

5
a. Tingkat mubtadi atau tingkat pemula, yakni orang yang tidak memiliki sesuatu dan
hatinya pun tidak ingin memilikinya.
b. Tingkat mutahaqqiq atau tingkat orang yang telah mengenal hakikat zuhud, yakni
orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda
duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya.
c. Tingkat ‘alim muyaqqin atau orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai
nilai. Bagi kelompok ini dunia hanyalah sesuatu yang melalaikan orang dari
mengingat Allah.
Imam al-Gazali, seorang ulama besar dan terkenal juga membagi zuhud atas tiga
bagian sebagai berikut.
a. Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik.
b. Meninggalkan keduniaan karena mengharap sesuatu yang bersifat keakhiratan.
c. Meninggalkan segala sesuatu selain Allah swt karena rasa cintanya hanya tertuju
kepada Allah.

Dari pembagian yang dikemukakan oleh Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi dan Imam al-
Gazali, terlihat bahwa pokok persoalan terletak pada pandangan bahwa harta benda
adalah sesuatu yang harus dihindari. Oleh karena harta benda dianggap dapat
memalingkan hati dari mengingat tujuan perjalanan sufi, yaitu Allah swt. Bagi sufi,
dunia ini tidak mempunyai nilai hakiki karena ia bersifat sementara dan tidak kekal.
Artinya, yang betulbetul mengandung nilai hanyalah surga di akhirat. Surga ini pun
belum mempunyai nilai yang hakiki. Nilai yang hakiki hanya ada pada zat nilai itu
berasal, yaitu Allah swt.2

Oleh karena itu, para sufi memasrahkan segenap harapannya kepada Allah dan tidak
mementingkan dunia ini karena bagi mereka dunia penuh tipu daya. Inilah makna zuhud
menurut para sufi. Sikap zuhud ini tidaklah semata perilaku sufi. Kaum muslimin secara
umum pun perlu menerapkan sikap ini.

4. Hikmah Zuhud
Adapun hikmah zuhud adalah sebagai berikut:
1. Barangsiapa yang zuhud tidak sedih karena kehinaanya (dunia).
2
https://www.ilmuwiki.com.diakses tanggal 14 maret 2021

6
2. Tidak ambisus untuk memperoleh kemuliaan dunia.
3. Allah Swt akan memberikan ilmu tanpa ia mempelajarinya (ilmu laduni).
4. Allah Swt akan mengokohkan hikmah dalam hatinya dan mengeluarkan hikmah itu
melalui lidanya.

5. Penerapan Zuhud dalam Kehidupan Sehari-hari


Berperilaku zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, tidak mau berusaha, hanya
beribadah shalat, zikir, berdoa, mengaji, dan sebagainya, tetapi menjadikan dunia ini
sekedar sarana untuk menuju akhirat, dia bekerja tetapi tidak sampai melalaikan
kewajibannya sebagai seorang hamba yaitu beribadah. Karena orang yang berperilaku
zuhud tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan akhirnya, tetapi hanya sementara
sebagai jembatan menuju kehidupan yang sebenarnya yakni akhirat. Orang yang
berperilaku zuhud yakin bahwa semakin haus akan kenikmatan dunia maka hidupnya
akan sengsara di dunia dan akhirat.

Seorang zahid atau yang berperilaku zuhud memiliki ciri-ciri antara lain sebagai
berikut:
1. Hidup sederhana, sekalipun kaya raya.
2. Tidak menumpuk-numpuk harta.
3. Menghindari hidup berfoya-foya dan bermegah-megah.
4. Senantiasa mengedepankan kepentingan akhirat.
5. Sangat berhati-hati dalam memperoleh atau mencari nafkah.
6. Tidak mudah terpengaruh dengan kesenangan duniawi. Dunia adalah
ladang untuk akhirat.
Para tokoh sufi menggolongkan orang-orang yang berzuhud menjadi tiga
golongan yaitu3:
a. Pertama adalah mereka yang lari dari dunia meskipun disodorkan kepada
mereka secara cuma – cuma. Mereka sama sekali tidak tertarik kehidupan
dunia sama sekali dan hanya ingin fokus beribadah kepada Allah SWT.

3
Zuhud dalam ajaran tasawuf hal:87

7
b. Kedua adalah mereka yang tidak lari dari dunia jika Allah memberikannya.
Mereka menerima dan membagikannya kepada kepada orang yang berhak
mendapatkannya.
c. Ketiga adalah mereka yang terkadang mencari dunia hanya sekedar untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka ini memiliki sifat syukur, ridho,
qonaah, dan sabar terhadap cobaan yang diberikan.

8
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Zuhud merupakan sikap hidup menjauhkan diri atau berpantang dari apa-apa yang
bersifat keduniaan, bahkan terkadang dari yang diperbolehkan (mubah) karena khawatir
melanggar batas. Zuhud sendiri terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu mubtadi, mutahaqqiq
dan ‘alim muyaqin. Dan tingkatan tertinggi zuhud ialah jika seseorang tidak
menginginkan segala sesuatu selain Allah, bahkan termasuk akhirat. Disertai kesadaran
bahwa akhirat lebih baik dari pada dunia. Apabila kita memiliki sikap hidup seperti ini
maka akan ada hikmah yang berpengaruh kepada kehidupan sehari-hari seperti tidak
mencari kemuliaan dunia (mencari harta) maka kita akan hidup secara sederhana, tidak
suka menumpuk harta, tidak suka berfoya-foya dan akan selalu melaksanakan perintah
Allah SWT yaitu amar ma’ruf nahi munkar dengan cara mengingat Allah SWT agar
senantiasa terlindungi.

B. SARAN
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah kami ini banyak kesalahan dan
sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Siddiq, Abdul Rosyad.2009. Ringkasan Ihya’ Ulumudin, Jakarta:Akbarmedia.


https://www.ilmuwiki.com.diakses pada 14 maret 2021, pukul 09.30.
Hafirun, Muhammad. Zuhud Dalam Ajaran Tasawuf.HISBAH: Jurnal Bimbingan
Konselingdan Dakwah Islam.Vol.14, No.1 Juni 2017.

10

Anda mungkin juga menyukai