Anda di halaman 1dari 13

MEMAHAMI PERBEDAAN ANTARA MANUSIA DENGAN MAKHLUK

INFRAHUMAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq

Dosen Pengampu : IBU Dr. Hj. Muzayyanah Mu’tasim Hasan,

Oleh :

Muhammad Fadlul Wafi (07030320103)

Muhammad Iqbal Wi'an Ekaputra (07030320105)

Yassir Maulana Iqbal ( 07010320027)

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Memahami Perbedaan Antara Manusia Dengan Makhluk
Infra Human”

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak yang
termasuk dalam kelompok pengerjaan makalah ini. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan sekalian serta kepada IBU Dr. Hj. Muzayyanah
Mu’tasim Hasan, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Mantiq yang selalu memotivasi
kami dalam mengerjakan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapatnya kekurangan


dalam pengerjaannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi
perbaikan kedepannya.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi berkat dan bermanfaat bagi
kita semua.

Surabaya,17 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
a. LATAR BELAKANG.............................................................................................. 4
b. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 4
C. TUJUAN .................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
a. Hakikat Manusia....................................................................................................... 5
b.Hakikat Infrahuman ................................................................................................ 8
c. Perbedaan Manusia Dan Infrahuman ....................................................................10
d. Sikap Manusia Terhadap Infrahuman ...................................................................11
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 12
a.KESIMPULAN ......................................................................................................... 12
b.SARAN....................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang memiliki tingkat peradaban tertinggi memiliki 3 komponen
utama yang mendukung kemampuannya. Koomponen tersebut adalah jasmani, akal, dan rohani.
Oleh karena itu, manusia dihara nantinya mendorong mereka pkan mampu untuk
memaksimalkan 3 komponen tersebut

Manusia memiliki perbedaan mendasar dengan makhluk infrahuman. Perbedaan ini juga
berujung pada perbedaan tingkat peradaban diantara keduanya. Perbedaan tingkat peradaban
ini dipicu oleh beberapa hakikat yang ada pada manusia.

Manusia juga memiliki beberapa hakikat untuk mendukung kebeberadaan mereka. Hakikat ini
juga yang mengantarkan manusia pada tingkat toleransi tertinggi pada makhluk infrahuman.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hakikat Manusia?


2. Bagaimana Hakikat Makhluk Infrahuman?
3. Bagaimana Perbedaan Antara Manusia Dengan Maklhuk Infrahuman
4. Bagaimana Sikap Maniusia terhadap Makhluk Infrahuman?

C. Tujuan

1. Menjelaskan Tentang Hakikat Manusia


2. Menjelaskan Hakikat Makhluk Infrahuman
3. Menjelaskan Perbedaan Antara Manusia Dengan Maklhuk Infra human
4. Menjelaskan Sikap Manusia Terhadap Makhluk Infra human

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT MANUSIA

1. Hakikat Manusia

Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq
(manusia adalah binatang yang berfikir), , dimana manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi
yang mampu menggunakan akal dan pikirannya demi mewujudkan keinginan dan kebutuhannya.
Dengan akal dan pikirannya itulah, manusia bisa membentuk budaya hingga peradaban yang
terus berkembang tanpa henti.

Menuru al-Ghazali Manusia terdiri dari komponen jasad dan ruh. Pendapat ini didasarkan
pada teori kebangkitan jasad pada akhir hayat (kehidupan). Disampaikan bahwa manusia akan
dibangkitkan di hari akhir itu jasad dan ruh, karena itu yang merasakan nikmat dan pedihnya
siksa akhirat adalah jiwa dan raganya. Dari teori ini maka manusia adalah individu yang
memiliki unsur jasadi dan ruhani. Kedua unsur ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, namun yang memiliki posisi yang tinggi adalah unsur ruhani1
Hakikat manusia menurut al-Qur‟an ialah bahwa manusia itu terdiri dari unsur jasmani,
unsur akal, dan unsur ruhani. Ketiga unsur tersebut sama pentingnya untuk dikembangkan.
Sehingga konsekuensinya pendidikan harus didesain untuk mengembangkan jasmani, akal, dan
ruhani manusia. Unsur jasmani merupakan salah satu esensi (hakikat) manusia sebagai mana
dijelaskan dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 168 yang artinya “Hai sekalian manusia
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dari bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syetan karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Akal
adalah salah satu aspek terpenting dalam hakikat manusia. Akal digunakan untuk berpikir,
sehingga hakikat dari manusia itu sendiri adalah ia mempunyai rasa ingin, mempunyai rasa
mampu, dan mempunyai daya piker untuk mengetahui apa yang ada di dunia ini. Sedangkan
aspek ruhani manusia di jelaskan dalam al-Qur‟an surat al-Hijr ayat 29 “Tatkala aku telah
menyempurnakan (kejadiannya), dan Aku tiupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud” Dalam hal ini bahwa eksistensi manusia adalah jasmani, akal, dan
ruh, yang mana ketiganya menyusun manusia menjadi satu kesatuan.2

1
Enung Asmaya. Hakikat Manusia dalam Tasawuf Al-Ghazali. Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol 12 No 1. 2018.
Hal 129
2
Deden Makbuloh, Holistik Agama, Manusia, dan Alam Semesta, (Lampung, PUSIKAMLA Fakultas Ushuluddin IAIN
Lampung), 2009, h. 56

5
2. Hakikat Manusia Menurut Sifat-sifat

a. Kemampuan menyadari diri.

Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan
manusia dapat membedakan dirinya dengan orang lain ataupun hewan disekitarnya. Bahkan
bukan hanya bisa membedakan, namun juga bias membuat jarak (distansi) dengan lingkungan
baik yang berupa pribadi maupun non pribadi (benda).

b. Kemampuan bereksistensi

Karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi maka pada manusia terdapat unsur
kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia bukan “ber-ada” seperti hewan didalam kandang
dan tumbuh-tumbuhan didalam kebun, melainkan “meng-ada” di muka bumi. (Umar Tirtahardja
dan S.L.La Sulo, 2010: 6). Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan, peserta
didik akan diajar agar belajar dari pengalaman, belajar mengantisipasi waktu keadaan dan
peristiwa, belajar melihat prospek masa depan Serta mengembangkan daya imajinasi kretif sejak
dari masa kanak-kanak.

c. Kata hati (conscience of man)

Manusia memiliki pemahaman yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang
telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya (baik atau buruk) bagi manusia sebagai
manusia.

Dengan sebutan “pelita hati” atau “hati murni” menunjukkan bahwa kata hati itu adalah
kemampuan pada diri manusia yang memberi penerapan tentang baik buruknya perbuatannya
sebagai manusia. Dengan kata lain dapat disimpulkan juga bahwa kata hati itu adalah
kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia
sebagai manusia.

d. Moral

6
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang
dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Seseorang
dikatan bermoral tinggi karena ia menyatukn diri dengan nilai-nilai yang tinggi, serta segenap
perbuatannya merupakan pergerakan dari nilai-nilai yang tinggi tersebut.

e. Tanggung jawab.

Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab, merupakan
pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud orang bertanggung jawab bermacam-
macam, ada tanggung jawab pada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung
jawab kepada tuhan.Disini tanpak betapa eratnya hubungan antara kata hati, moral dan tanggung
jawab. Kata hati memberi pedoman, moral melakukan, dan tanggung jawab merupakan kesedian
menerima konsekuensi dari perbuatan

f. Rasa kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas, tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini
ada dua hal yang kelihatannya saling bertentangan yaitu “rasa bebas” dan “sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia” yang berarti ada ikatan. Orang yang hanya mungkin merasakan adanya
kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai
segenap perbuatannya. Dengan kata lain, ikatan luar (yang membelenggu) telah berubah menjadi
ikatan dalam (yang menggerakkan).

g. Kewajiban dan hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai menifestasi dari manusia
sebagai makhluk sosial. Dalam realitas hidup sehari-sehari, umumnya hak diasosiasikan dengan
sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu beban. Benarkah
kewajiban dianggap beban oleh manusia? Ternyata bukan beban melainkan suatu keniscayaan.
(Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010: 10). Artinya selama seseorang menyebut dirinya
manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya.
Sebab jika mengelakkan maka ia berarti mengingkari kemanusiaannya (yaitu sebagai kenyataan
makhluk social).

7
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan

Kebahagiaan itu dapat diusahakan peningkatannya. Ada dua hal yang dapat dikembangkan,
yaitu: kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan
takdir. Dengan demikian pendidikan mempunya peranan penting sebagai wahana untuk
mencapai kebahagiaan, utamanya pendidikan keagamaan.3

1. Dimensi Keindividualan.

Dikatakan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingnya). Secara fisik
mungkin bentuk muka sama tetapi terdapat perbedaan mengenai pandangannya. Contoh :
Seseorang yang kembar identik memiliki karakter yang berbeda.

2. Dimensi Kesosilan.

Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas (M.J Langeveld, 1955) pernyataan tersebut
diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya
dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Contoh : Tetangga
sangat berperan penting dalam hidup dan bermasyarakat.

3. Dimensi Kesusilaan.

Susila berasal dari bahasa Sansekerta dan terdiri dari dua kata, yakni Su dan Sila yang artinya
kepantasan yang lebih tinggi. 4Prijarkara mengartikan manusia Susila sebagai manusia yang
memiliki nilai-nilai menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai-
nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna
kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman
dalam hidup. Contoh : Sesama makhluk harus saling menghormati dan menyayangi, mengikuti
nilai kerukunan terhadap tetangga.

4. Dimensi Keberagamaan.

Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius, diyakini dengan adanya kekuatan supranatural
yang menguasai hidup alam semesta ini. Contoh : masyarakat dalam bertetangga tetap
mengontrol tetangga lain yang berbuatdiluar batas sehingga nilai keagamaan tetap terjaga.

3
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta : PT Rineka Cipta
4
Uno, H. B. (2022). Landasan pendidikan. Bumi Aksara

8
B. Hakikat Infrahuman

Kata sifat infrahuman (Makhluk yang belum (pada tingkat) pada tingkat pemahaman
manusia, seperti anak, atau binatang presimbolik atau belum dapat menggunakan simbol untuk
berkomunikasi.

Apa itu "infrahuman" selalu berkaitan dengan pertanyaan tentang bagaimana sistem
budaya dapat muncul di alam, bagaimana mereka bisa adaptif, dan bagaimana evolusi dan
ekologi spesies dipengaruhi oleh kepemilikan sistem budaya.Kata sifat infrahuman
mengandung karakterisasi ini termasuk pandangan dari antropologi budaya serta upaya untuk
menerapkan konsep budaya pada hewan. Konsep yang ada bermasalah dalam beberapa cara,
seperti apriori mengecualikan infrahumans dari menjadi kandidat untuk memiliki budaya, atau
salah mengira apa budaya untuk ukurannya.Infrahuman membahas isu-isu filosofis yang
berkaitan dengan sifat dan ruang lingkup mentalitas hewan, serta pemahaman akal sehat dan
pengetahuan ilmiah pikiran hewan.5

Kata "infrahuman" mengacu pada konsep yang "di bawah" manusia, sesuatu yang bukan
manusia secara keseluruhan. Dengan demikian, kita dapat mengambil pengertian bahwa makhluk
infrahuman adalah makhluk atau segala sesuatu di alam yang berada di bawah derajat manusia,
baik itu berupa makhluk hidup ataupun makhluk tak hidup (barang-barang infrahuman).
Makhluk infrahuman itu tergabung dan tergantung, tidak bisa berdiri sendiri, sehingga mereka
hanya merupakan onderdeel dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manager
lingkungannya.

5
http://wibialwis.blogspot.com/2013/03/perbedaan-manusia-dari-makhluk.html?m=1 diakses 17 maret pukul
20.00

9
C. Perbedaan Manusia Dan Makhluk Infrahuman

Muthahhari Menyebutkan Bahwa perbedaan manusia dengan makhluk lainyaseperti halnya


binatang, diantaranya Ialah:6
1. Kesadaran binatang akan lingkungannya sepenuhnya diperoleh melalui inderaindera luarnya,
dan sebab itu bersifat luaran (eksternal) dan dangkal, tidak menjangkau esensi dan seluk beluk
objek kesadaran.
2. Bersifat individual dan khusus, tanpa kemampuan menggeneralisasikannya.
3. Bersifat lokal dan terbatas pada lingkungannya saja.
4. Bersifat langsung atau segera, terbatas pada masa kini, tercerai dari masa lalu dan masa depan.

Selain itu, perbedaan-perbedaan Manusia dan Makhluk inrahuman diataranya ialah:


1. Manusia merupakan animal rationale, dimana manusia berbeda dari pada makhluk ciptaan
lainnya atau makhluk infrahuman karena hanya manusialah yang memiliki akal budi,
pengetahuan, dan ciri atau kekhasan tersendiri. Sebagai makhluk rasional, manusia senantisa
berpikir, berefleksi dan menyadari eksistensi dirinya di tengah keberadaannya bersama yang lain.
Atau dengan kata lain, manusia mempunyai kemampuan mencerna pengalaman, merenung,
merefleksi, menalar, dan meneliti dalam upaya memahami lingkungannya.
2. Manusia memiliki kebebasan, kedaulatan, dan sikap otonom yang menyebabkan manusia
sanggup menghasilkan sesuatu yang baru, manusia bebas untuk memilih, melakukan, dan
menentukan pilihan terhadap apapun terkait dirinya. Berbeda dengan makhluk infrahuman yang
serba tergantung dan terikat, tidak berdiri sendiri, dan tidak memiliki kedaulatan. Makhluk
infrahuman terdeterminasi oleh kondisi internalnya seperti naluri dan kondisi eksternalnya
seperti lingkungan. Makin rendah kedudukannya, makin terikat gerak-geriknya pada barang-
barang sekitarnya dan makin terbatas ke-otonomiannya. Otonomi inilah yang memungkinkan
manusia mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya.
3. Makhluk infrahuman tidak mampu mengadakan koreksi dalam perbuatannya. Berlainan
dengan manusia yang selalu dapat mengadakan kombinasi-kombinasi baru yang dapat mengubah
perbuatannya dan mampu menyempurnakan aksinya. Kita tidak pernah minta
pertanggungjawaban dari seekor hewan mengenai perbuatannya. Hewan tidak mempunyai moral
atau tanggung jawab karena tidak mengerti atau memaklumi perbuatannya sendiri

6
Ali Maksum. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.
13

10
D. Sikap Manusia Terhadap Makhluk Infrahuman
Meyer-Abich Mengatakan bahwa menjadi manusia bukan sekedar kebersamaan kita dengan
11esame manusia akan tetapi juga sebuah kebersamaan kita dengan makhluk hidup atau benda-
benda lain yang bersama-sama menghuni dunia ini. Oleh kareanya, manusia bukanlah pusat
segala-galanya, bahkan hanya dalam koeksistensi dengan dunia infrahumanlah terdapat unsur-
unsur kemanusiaan. Kemanusiaan kita sebagai manusia tak akan nyata bila kita tak
berkoeksitensi (hidup berdampingan) dengan dunia infrahuman.7
Terdapat Hak Dan Kewajiban Manusia yang harus dilakukan terhadap Makhluk Infrahuman,
diantaranya ialah
• Manusia mampu menunjukkan bahwa dirinya memiliki hak untuk menggunakan, menguasai,
dan mengontrol makhluk-makhluk infrahuman yang ada disekitarnya guna mencapai tujuan,
termasuk memenuhi kebutuhan hidupnya
• Selain memiliki hak, tentu saja manusia memiliki beban kewajiban dan tanggung jawab
terhadap makhluk infrahuman yang ada disekitarnya. Manusia juga harus mengenal dan
menghargai makhluk-makhluk infrahuman sebagai individu yang berdampingan di alam.
Manusia mempunyai tugas untuk menjaga, memelihara, dan melestarikannya disamping
kelayakan untuk mengatur dan mengarahkan dunia infrahuman sesuai dengan kehendak
manusia.

7
Alexender Aur, ANALISIS SOCIAL ECOLOGY SYSTEM-ACTION SITUATION UNTUK KERANGKA KERJA MEMULIHKAN
BUMI Sebuah Proposal Aplikatif Artikel 138 Ensiklik Laudato Si’, Sepentia Humana, Vol.02, No.1 2022

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq (manusia
adalah binatang yang berfikir), , dimana manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang
mampu menggunakan akal dan pikirannya demi mewujudkan keinginan dan kebutuhannya.
Dengan akal dan pikirannya itulah, manusia bisa membentuk budaya hingga peradaban yang
terus berkembang tanpa henti.
Ada beberapa hakikat manusia jka dilihat dari sifat yang dimilikinya. Hakikat tesebut adalah
a. Kemampuan menyadari diri.
b. Kemampuan bereksistensi
c. Kata hati (conscience of man)
d. Moral
e. Tanggung jawab.
f. Rasa kebebasan
g. Kewajiban dan hak
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Muthahhari Menyebutkan Bahwa perbedaan manusia dengan makhluk lainyaseperti halnya
binatang, diantaranya Ialah:
1. Kesadaran binatang akan lingkungannya sepenuhnya diperoleh melalui inderaindera
luarnya, dan sebab itu bersifat luaran (eksternal) dan dangkal, tidak menjangkau esensi
dan seluk beluk objek kesadaran.
2. Bersifat individual dan khusus, tanpa kemampuan menggeneralisasikannya.
3. Bersifat lokal dan terbatas pada lingkungannya saja.
4. Bersifat langsung atau segera, terbatas pada masa kini, tercerai dari masa lalu dan masa
depan

B.SARAN

12
DAFTAR PUSTAKA

Enung Asmaya. Hakikat Manusia dalam Tasawuf Al-Ghazali. Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol 12 No
1. 2018. Hal 129

Deden Makbuloh, Holistik Agama, Manusia, dan Alam Semesta, (Lampung, PUSIKAMLA
Fakultas Ushuluddin IAIN Lampung), 2009, h. 56

Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo.2008.Pengantar Pendidikan.Jakarta : PT Rineka Cipta

Uno, H. B. (2022). Landasan pendidikan. Bumi Aksara


http://wibialwis.blogspot.com/2013/03/perbedaan-manusia-dari-makhluk.html?m=1 Diakses17
Maret 2022 Pada Pukul 20.00

Ali Maksum. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), hlm. 13

13

Anda mungkin juga menyukai