Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIA


SEBAGAI INSAN PENDIDIKAN ( HOMO EDUCANDUM )
(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan)

Dosen Pengampu : M. Yudha Kusumawardana ,S.MB,SH,MH

DISUSUN OLEH :

1. DHEAN RIVAL
2. NOVI ASTIANI HIDAYAT
3. SALSA ALFIORA

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


SEMESTER II
STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI
TAHUN 2019

Jl. Bhayangkara Km.1 Palabuhanratu Kab. Sukabumi


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senan tiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan hingga saat ini. Sehingga kita diberikan
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah
tentang “ KEBUTUHAN DAN POLA HUBUNGAN ANTAR MANUSIA SEBAGAI INSAN
PENDIDIKAN”.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan . Mengenai Pengertian Makhluk Alamiah, Makhluk Sosial,Hakekat
Manusia Sebagai Makhluk Alamiah Dan Sosial, Dan Hubungan Manusia Sebagai Insan
Pendidikan.
Dalam penulisan makalah ini syukur alhamdulilla saya pribadi dan rekan-rekan tidak
mendapatkan kesulitan, sehingga dapat di kerjakan dengan lancar tanpa hambatan.
Untuk itu jika seandainya dalam penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai
dengan harapan, maka kami dengan senang hati menerima masukan, baik itu kritikan atau pun
saran.

Palabuhanratu , 24 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 1


B. Rumusan Makalah …… ………………………………………......................……. 2
C. Tujuan Pembuatan Makalah …………………………………………….....…….…. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahkluk Alamiah Dan Makhluk Sosial ………………………….......... 3


B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah Dan Makhluk Sosial .................... 5
C. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan ……………....................... 9
1. Manusia Sebagai Makhluk Yang Perlu Dididik Dan Mendidik Diri …………... 11
2. Manusia Sebagai Makhluk Yang Dapat Dididik …………………………….… 13
3. Manusia Makhluk Berpendidikan ……………………………………………... 14
BAB III PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………………………........................... 16
B. Saran …….………………………………………………………………..….......... 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah mahkluk yang memerlukan pendidikan atau “homo educandum”.


Manusia dipanggil sebagai homo educandum kerana manusia memerlukan kepada pendidikan
dan harus dididik terhadap setiap individu. Oleh kerana menurut aspek ini manusia dikategorikan
sebagai “animal educabil” yang sebangsa binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang selain
manusia hanya dapat dilakukan melalui latihan sehingga dapat mengerjakan sesuatu yang
sifatnya statis (tidak berubah).

Kenapa manusia perlu dididik? Prof. Dr. Hasan Langgulung mengatakan perlu dilihat
kepada dua aspek, pertama dari segi pandangan masyarakat dan kedua dari segi pandangan
individu. Dari segi pandangan masyarakat pendidikan bererti sebagai perisai kebudayaan dari
generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat itu kekel berlanjutan. Atau dengan
kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke
generasi supaya identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara.

Dilihat pula dari kacamata individu, pendidikan bererti pengembangan potensi-potensi


yang terpendam dan tersembunyi. Contohnya, seperti perkembangan potensi akal, potensi
berbahasa, potensi agama dan selainnya. Potensi-potensi tersebut, haruslah diusahakan dan
dikembangankan dengan sebaik-baiknya agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Dilihat dari kedua sudut pandangan di atas, maka manusia perlu sekali diberi pendidikan,
kerana tanpa pendidikan pewarisan kebudayaan dan pengembangan potensi manusia tak dapat
dilaksanakan dengan sepenuhnya. Di dalam kitab suci Al-Quran manusia disebut sebagai ahsana
taqwin, yang bererti sebaik-baik bentuk, dan di antara makhluk Tuhan memang manusialah yang
paling baik kejadiannya. Terutama yang paling penting bagi manusia adalah mempunyai akal.

Dengan akal yang ada padanya itu manusia berusaha berjuang dan bekerja keras untuk
memperbaiki kehidupannya. Di dalam Al-Quran surat “ Al-Balad” dijelaskan Tuhan menjadikan
manusia dalam kancah perjuangan. Perjuangan adalah lambang tertinggi, dengan perjuangan
inilah manusia dapat mengadakan perbaikan, perubahan dan pembaharuan dalam hidupnya untuk
memfungsikan akal tersebut. Sehingga diperoleh sikap intelektual yang sihat hasil daripada
didikan tersebut.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian makhluk alamiah dan makhluk sosial ?

2. Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial ?

3. Bagaimana hubungan antar manusia sebagai insan pendidikan ?

C. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian makhluk alamiah dan makhluk sosial

2. Untuk mengetahui keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan
sosial

3. Untuk mengetahui hubungan antar manusia sebagai insan pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahkluk Alamiah Dan Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak
dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium
kehidupan sosial. Manusia disebut juga insan. Dalam bahasa arab, berasal dari kata
nasiyayang berarti lupa dan jika di lihat dari kata dasar dari al-uns yang berarti jinak. Kata
insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya
manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaann yang baru di sekitarnya. Hal yang paling
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Seperti yang kita ketahui bahwa
kita sebagai manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki
akal. Siapapun dan apapun kedudukannya, manusia harus memahami hakekat diri dan
kehidupannya. Keberadaan manusia pada hakekatnya terwujud sebagai makhluk alamiah dan
makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk alamiah yang mempunyai sifat dan ciri-cirisebagaimana
makhluk alamiah lainnya, yang terikat dengan hukum-hukumalamiah. Dalam diri manusia
terdapat unsur-unsur alam, ada unsur benda mati,ada unsur-unsur tumbuh-tumbuhan
(manusia mempunyai sifat tumbuh dan berkembang), ada unsur hewani, dengan kemampuan
gerak, mempunyai nafsu,insting dan sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia
secara fisik mempunyai bentuk lebih baik, lebih indah, lebih sempurna, jadi secara
alamimanusia menjadi makhluk paling tinggi.
Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang ada disekitarnya
sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang lingkupalam sekitar. Manusia dan
alam memiliki hubungan yang sangat berkaitan eratdalam proses pertumbuhan dan
perkembangan sesuai jaman dan pengaruh teknologi yang dimiliki manusia. Meskipun
terkadang dalam proses pendidikan manusia dan alam seringkali bertolak belakang dan
saling merugikan satu sama lainnya. Pendidikan yang didasari oleh tingkah laku manusia di
alam juga tidak dapat lepas baik dari unsur maupun sifat alamiah manusia itu sendiri.
Manusia dan alam sangat terhubung erat, bagaimana tidak, tiap seper sekian detik kita
membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia alamiah lebih cenderung memanfaatkan
apa yang ada di alam sekitarnya. Karena mereka lebih berpikiran bahwa apa yang dibutuh
kannya sudah ada dan sudah disediakan di alam semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan
secara tidak langsung tanpa belajar dari siapapun manusia sudah dapat belajar dan
mempelajari kehidupannya. Ini disebabkan karena manusia yang mempunyai sisi alamiah
yang telah lahir dari akal dan pikirannya sendiri.Pada hakekatnya sebagai makhluk alamiah
yang berbeda antara satudengan yang lainnya terkadang manusia memiliki banyak
persamaan, namun secara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri-sendiri.
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat alamiah manusia.
Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap eksistensi dirinya. Eksistensi
diri manusia mencakup pengertian yang luas termasuk kepercayaandirinya, harga dirinya,
keegoisannya, martabat kepribadiannya, persamaan dan perbedaan yang mencirikan dengan
pribadi lainnya, dan yang sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi – potensi yang
menjadi kemampuan darinya sendiri.
Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan
kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang
lain. Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu menempati
kedudukan (status) tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing – masing, namun
demikian sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan
sesamanya. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan
eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk sosial
atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer,1987).
Arah perkembangan manusia adalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan penting
terhadap setiap lapisan kesadarannya yang berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang
dimiliki manusia dalam dirinya. Itulah kodrat seorang manusia dalam sifat alamiahnya
walaupun barangkali ia belum mencapainya. Manusia secara alamiah itu merupakan suatu
keseluruhan yang tidak dapat di bagi – bagi. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan
“manusia adalah makhluk alamiah” atau yang biasa disebut (in-dividere). Aristoteles seakan
– akan berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapakemampuan
tertentu yang masing-masingnya bekerja tersendiri, seperti halnyaada yang disebut
kemampuan-kemampuan vegetatif, seperti makan, berkembang biak, dan ada sebagian orang
yang menyebutnya kemampuan sensitif seperti bergerak mengamati, bernafsu dan
berperasaan. Adapula yang disebut kemampuan intelektif yaitu berkemauan dan
berkecerdasan.
Manusia juga tidak lepas dari hubungannya dengan manusia yang lainnya. Dimana
manusia tidak hanya memiliki peran sebagai manusia alamiah yang bergantung pada
kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita sebut sebagaimakhluk social. Manusia
sebagai makhluk social harus mampu berinteraksi secara hakekat dan keberadaannya,
termasuk dalam bidang pendidikan pula manusia memiliki peranan yang berpedoman pada
filsafat yang sangat begitu penting danerat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya
berperan sebagai makhluk alamiah dan sosial yang memiliki kaitan yang erat dengan filsafat
pendidikan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.

B. Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah Dan Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk alamiah yang mempunyai sifat dan ciri-cirisebagaimana


makhluk alamiah lainnya, yang terikat dengan hukum-hukumalamiah. Dalam diri manusia
terdapat unsur-unsur alam, ada unsur benda mati,ada unsur-unsur tumbuh-tumbuhan
(manusia mempunyai sifat tumbuh dan berkembang), ada unsur hewani, dengan kemampuan
gerak, mempunyai nafsu,insting dan sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia
secara fisik mempunyai bentuk lebih baik, lebih indah, lebih sempurna, jadi secara
alamimanusia menjadi makhluk paling tinggi.
Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang adadisekitarnya
sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang lingkupalam sekitar. Manusia dan
alam memiliki hubungan yang sangat berkaitan eratdalam proses pertumbuhan dan
perkembangan sesuai jaman dan pengaruhteknologi yang dimiliki manusia. Meskipun
terkadang dalam proses pendidikanmanusia dan alam seringkali bertolak belakang dan saling
merugikan satu samalainnya. Pendidikan yang didasari oleh tingkah laku manusia di alam
juga tidak dapat lepas baik dari unsur maupun sifat alamiah manusia itu sendiri.
Manusia dan alam sangat terhubung erat, bagaimana tidak, tiap seper sekian detik kita
membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia alamiah lebih cenderung memanfaatkan
apa yang ada di alam sekitarnya. Karena merekalebih berpikiran bahwa apa yang
dibutuhkannya sudah ada dan sudah disediakandi alam semesta ini. Hal tersebut
mengakibatkan secara tidak langsung tanpa belajar dari siapapun manusia sudah dapat
belajar dan mempelajari kehidupannya. Ini disebabkan karena manusia yang mempunyai sisi
alamiah yang telah lahir dari akal dan pikirannya sendiri.Pada hakekatnya sebagai makhluk
alamiah yang berbeda antara satudengan yang lainnya terkadang manusia memiliki banyak
persamaan, namun secara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri-sendiri.
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat alamiah manusia.
Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap eksistensi dirinya. Eksistensi
diri manusia mencakup pengertian yang luas termasuk kepercayaandirinya, harga dirinya,
keegoisannya, martabat kepribadiannya, persamaan dan perbedaan yang mencirikan dengan
pribadi lainnya, dan yang sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi – potensi yang
menjadi kemampuan dari ririnyasendiri.
Manusia secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing-masing,
ingin mewujudkan perkembangan jamannya menurut pendidikan dan kemampuan yang
dimilikinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi dan
membuka kesempatan dalam bidang pendidikan. Tidak ada manusia yang betul-betul ingin
menjadiorang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamiahnya. Maka setiapindividu
akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinyasehingga membedakan
dirinya dengan yang lainnya.Manusia dalam perkembangannnya selalu berusaha menemukan
yang barudan mengembangkan potensi serta arah tujuannya.
Arah perkembangan manusia adalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan penting
terhadap setiap lapisan kesadarannya yang berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang
dimiliki manusia dalam dirinya. Itulah kodrat seorang manusia dalam sifat alamiahnya
walaupun barangkali ia belum mencapainya. Manusia secara alamiah itu merupakan suatu
keseluruhan yang tidak dapat di bagi – bagi. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan
“manusia adalah makhluk alamiah” atau yang biasa disebut (in-dividere). Aristoteles seakan
– akan berpendapat bahwa manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapakemampuan
tertentu yang masing-masingnya bekerja tersendiri, seperti halnyaada yang disebut
kemampuan-kemampuan vegetatif, seperti makan, berkembang biak, dan ada sebagian orang
yang menyebutnya kemampuansensitif seperti bergerak mengamati, bernafsu dan
berperasaan. Adapula yang disebut kemampuan intelektif yaitu berkemauan dan
berkecerdasan.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu
bentuk interaksi sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosial lainnya. Manusia adalah
makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang
diinginkan dengan dirinyasendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaannya. Manusia sebagai makhluk sosial dapat Nampak pada kenyataan bahwa
tidak  pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan
oranglain.Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, diaselalu
membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi,
dan bersosialisai dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah
disebut sebagai makhluk sosial.Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk
kaidah perilakuserta bekerjasama dalam sekelompok orang yang lebih besar.
Kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk
kerjasama dalamkelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk
kehidupanyang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan. Kesadaran manusia
sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasatanggungjawab untuk mengayomi individu
yang jauh lebih “lemah” dari pada wujud sosial yang “besar” dan “kuat”. Kehidupan sosial,
kebersamaan, baik itu nonformal (masyarakat) maupun dalam bentuk formal (institusi,
negara) wajib mengayomi individu.
Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salahsatu kodrat manusia
yaitu selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interpendensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu
kesatuan hidup, warga masyarakat dan warga negara. Hidup dalam hubungan interaksi social
mengandung konsekuensi baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif
ini adalah perwujudan dari nila-nilai sekaligus watak manusia, bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antar individu.
Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama.
Dalam hal ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikapdan suasana
kekeluargaan serta kegotongroyongan. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja,
manusia juga mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan
mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan kasih
sayang,harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang
lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam berhubungan dan berinteraksi,
manusia memiliki sifat yang khasdan dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik
merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan,
“manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak
dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini
telahdibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar.
Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukkan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti
bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah,manusia
juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani. Manusia dalam hidup
bermasyarakat, akan saling berhubungan dan ssling membutuhkan stusama lain. Kebutuhan
itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksisocial. Mariyati dan Suryawati (2003),
menyatakan bahwa “interaksi social adalah kontak atau hubungan timbal balik atau respon
antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain
dikemukakan olehMurdiyat Moko dan Handayani (2004), “interaksi social adalah hubungan
antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yangmenghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social”. “interaksi
positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasanasaling mempercayai, menghargai, dan
saling mendukung” (Siagian, 2004).Interaksi social adalah suatu hubungan antar sesame
manusia yang salingmempengaruhi satu sama lain, baik itu dalam hubungan antar individu,
antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok. Interaksi sosial terjadi jika adanya
kontak sosial dan komunikasi.

C. Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan


Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke
akar-akarnya mengenal pendidikan. (Pidarta,2007: 84) Dengan kemampuan pengetahuan
yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan kelangsungan hidupnya.
Manusia berusaha mengamalkan ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam
peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah menjadi moral, dan kemudian menjadi etika
kehidupan, sedemikian rupa sehingga hakikat perilaku berupa kecenderungan untuk
mempertanggungjawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupan ini
sepenuhnya.
Sedangkan tanggung jawab yang demikian itu berbentuk nilai keadilan. Adil terhadap diri
sendiri, terhadap sesama manusia, dan lebih-lebih terhadap alam dimana hidup dan
kehidupan ini berlangsung. Karena tanpa diri dan atau kepribadiannya, seorang manusia
tidak mungkin bisa memerankan arti dan fungsinya sebagai manusia, tanpa sesama manusia
lainnya, seorang manusia tidak mungkin mampu berada dan melangsungkan keberadaannya
dan lebih-lebih tanpa potensi alam, manusia siapa pun tidak mungkin berada.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang tua, keluarga dan
masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk
potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya. Kegiatan pendidikan dan
pembelajaran itu diselenggarakan mulai dengan cara-cara konvensional (alami) menurut
pengalaman hidup, sampai pada cara-cara formal yang metodik dan sistematik institusional
(pendidikan sekolah), menurut kemampuan konseptik-rasional.
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan dalam
rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong dri sendiri, orang
lain dan terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung dalam ekosistemnya.
Dengan kata lain, pematangan diri adalah bentuk kegiatan pendidikan lanjutan, yakni upaya
manusia untuk menjadi semakin arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap apa pun dan
siapa pun yang menjadi bagian bagian integral dari eksistensi kehidupan ini.
Pada pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya seluas
persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara kodrati melekat pada
dan dalam diri manusia. Secara langsung atau tidak, setiap kegiatan hidup manusia selalu
mengandung arti dan fungsi pendidikan. Dengan pendidikan, manusia melakukan kegiatan
makan, minum, bekerja, beristirahat, bermasyarakat, beragama dan sebagainya.
Dengan demikian, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kasualitas. Karena
manusia, pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri
sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan pendidikan atau bisa disebut juga
dengan “homo educandum”.  Manusia dipanggil sebagai homo educandum karena manusia
tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, manusia memerlukan pendidikan dan harus dididik
terhadap setiap individu.
Pengertian “homo educandum” menyiratkan adanya tiga subpredikat lainnya, yaitu homo
educandee also (makhluk terdidik), homo educabile (makhluk yang dapat dididik),
dan homo educandum (mahluk pendidikan). Oleh sebab itu, pendidikan bagi manusia sangat
penting, karena pendidikan tersebut merupakan salah satu usaha dalam rangka
memanusiakan manusia dan memanusiawikan manusia.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan
diharapkan dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bretakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sasaran pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau sarana serta jalan untuk membuat
perubahan menuju perkembangan hidup. Pada titik ini manusia mewujudkan dirinya sebagai
makhluk berpendidikan.
Tersirat dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk pendidikan, atas dasar potensi kodrat
cipta, rasa, karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk dididik, mendidik diri dan
makhluk yang dapat dididik.
1. Manusia Sebagai Makhluk Yang Perlu Dididik Dan Mendidik Diri
Manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan mendidik drinya. Terdapat tiga
prinsip antopologis yang menjadi asumsi perlunya manusia mendapatkan pendidikan
dan perlu mendidik diri, yaitu: 1) prinsip historitas, 2) proinsip idealitas, dan 3)
prinsip posibilitas/aktualitas.
Eksistensi manusia tiada lain adalah untuk menjadi manusia. Eksistensi manusia
tersebut terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan untuk
mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, mausia berada dalam perjalanan hidup,
dalam perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus
“belum selesai” mewujudkan dirinya sebagai manusia (prinsip historisitas).
Bersamaan dengan hal diatas, dalam eksistensinya manusia mengemban tugas
untuk menjadi manusia ideal. Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia
yang dicita-citakan atau yang seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut
belum terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk dapat diwujudkan (prinsip
idealitas).
Permasalahannya, bagaimana mungkin manusia dapat menjadi manusia? Terlebih
dahulu kita bandingkan sifat perkembangan hewan dan sifat perkembangan manusia.
Perkembangan hewan bersifat terspesialisasi/tertutup. Contoh: Seekor anak kucing
lahir sebagai anak kucing, selanjutnya ia hidup dan berkembang sesuai kodrat dan
martabat ke-kucing-annya (menjadi kucing). Kita tidak pernah menemukan bahwa
ada seekor anak kucing yang berkembang menjadi seekor kambing, karena hal itu
sangatlah mustahil terjadi. Sebaliknya, perkembangan pada manusia sifatnya terbuka.
Manusia memang telah dibekali berbagai potensi untuk mampu menjadi seorang
manusia, misalnya: potensi untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, potensi untuk dapat berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa, karya, dsb. Namun,
setelah kelahirannya, bahwaa potensi itu mungkin terwujudkan, kurang terwujudkan
atau bahkan tidak terwujudkan. Manusia mungkin berkembang sesuai dengan kodrat
dan martabat kemanusiaannya (menjadi manusia seutuhnya), sebaliknya mungkin
pula ia brekembang ke arah yang kurang atau tidak sesuai dengan kodrat dan
martabat kemanusiaannya (kurang/tidak menjadi manusia).
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan berbagai fenomena perilaku
orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhannya, orag-orang yang
berperilaku sesuai dengan nilai dan budaya masyarakatnya, dsb. Di samping itu, kita
pun dapat menyaksikan orang-orang yang berperilaku kurang/tidak sesuai dengan
perilaku manusia yang seharusnya, baik menurut nilai, norma agama maupun
budayanya. Misalnya seseorang yang berperilaku koruptor bak tikus kantor?
Anne Rollet, ia melaporkan bahwa sampai tahun 1976 para entolog telah mencatat
60 anak-anak buas yang hidup bersama dan dipelihara oleh binatang. Tidak diketahui
bagaimana awal kejadiannya, yang jelas ia menemukan bahwa diantara ke-60 anak
tersebut ada yang dipelihara oleh serigala, kijang, kera, dsb. Anak-anak tersebut
akhirnya berperilaku tidak sebagaimana layaknya manusia, melainkan betingkah laku
sebagaimana binatang yang memeliharanya. Mereka tidak berpakaian, bertindak
agresif untuk menyerang dan menggigit, tidak dapat tertawa, ada yang tidak dapat
berjalan tegak, tidak berbahasa sebagaimana bahasanya manusia,dll. (Insisari No.160
Tahun ke XIII, No-VEMBER 1976:81-86). Demikianah perkembangan hidup
manusia bersifat terbuka atau serba mungkin. Inilah prinsip posibilitas/prinsip
aktualitas.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa berbagai kemampuan yang
seharusnya dilakukan manusia tidak dibawa sejak kelahirannya., melainkan harus
diperoleh setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju kedewasaannya. Di satu
pihak, berbagai kemampuan tersebut diperoleh manusia melalui upaya bantuan dari
pihak lain. Mungkin dalam bentuk pengasuhan, pengajaran, latihan, bimbingan, dan
berbagai bentuk kegiatan lainnya yang dapat dirangkumkan dalam istilah pendidikan.
Di lain pihak, manusia juga harus belajar atau harus mendidik diri. Dalam
bereksistensi yang harus menjadikan diri itu hakikatnya adalah manusia itu sendiri.
Sebaik dan sekuat apapun upaya yang diberikan oleh pihak lain (pendidik) kepada
seseorang (peserta didik) untuk membantunya menjadi manusia, tetapi apabila
seseorang tersebut tidak mau mendidik diri, maka upaya bantuan tersebut tidak akan
memberikan kontribusi apapun bagi kemungkinan seseorang tadi untuk emnjadi
manusia. Jika sejak kelahirannya perkembangan dan pengembangan kehidupan
manusai diserahkan kepada dirinya masing-masing tanpa dididik oleh orang lain dan
tanpa upaya mendidik diri dari pihak manusia yang bersangkutan, kemungkinannya ia
akan hanya hidup berdasarkan dorongan instinknya saja.
Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi
manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia
ia perlu dididik dan mendidik diri. “Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui
pendidikan”  demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya
(Henderson,1959). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld
yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal
Educandum (M.J. Langeveld,1980).

2. Manusia Sebagai Makhluk Yang Dapat Dididik


Manusia perlu dididik dan mendidik diri. Berdasarkan konsep hakikat manusia,
dapat ditemukan lima prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia
akan dapat dididik, yaitu:
a. Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia yang ideal. Sosok manusia
yang ideal tersebut antara lain adalah manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, bermoral dan berakhlak terpuji/mulia, pintar, cerdas, mempunyai
perasaan, mempunyai kemamuan, mampu berkarya, menghasilkan sesuatu, dst. Manusia
pun memiliki berbagai macam potensi, yaitu potensi untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, potensi untuk berbuat baik, potensi cipta, potensi rasa, potensi
karsa dan potensi karya. Sebab itu, manusia akan dapat dididik karena manusia sudah
memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ideal.
b. Prinsip Dinamika
Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam rangka membantu
manusia (peserta didik) agar menjadi manusia yang ideal. Manusia itu sendiri memiliki
dinamika untuk menjadi manusia yang ideal. Manusia seelalu aktif baik dalam aspek
fisiologik maupun spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang
lebih dari apa yag telah ada atau yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk
mengaktualisasikan diri agar menjadi manusia ideal, baik dala rangka
interaksi/komunikasinya secara horizontal maupun vertikal. Karena itu dinamika manusia
mengimplikasikan bahwa ia akan dapat dididik.
c. Prinsip Individualitas
Praktek pendidikan merupakan upaya membantu manusia (peserta didik) yang
antara lain diarahkan agar ia mampu menajdi dirirnya sendiri. Di pihak lain, manusia
(peserta didik) adalah individu yang memiliki kesendirian (subyektifitas), bebas dan aktif
berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Sebab itu, individualitas mengimplikasikan
bahwa manusia akan dapat dididik.
d. Prinsip Sosialitas
Pendidikan belangsung dalam pergaulan (interaksi/komunikasi) anatar sesama
manusia (pendidik dan peserta didik). Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan
disampaikan pendidik dan diterima peserta didik. Hakikat manusia adalah makhluk
sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan
sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik di mana setiap individu akan
menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas meimplikasikan
bahwa manusia akan dapat dididik.
e. Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normtif, artinya dilaksanakan berdasarkan system nilai norma
dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia
agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari
agama, masyarakat dan budayanya. Di pihak lain, manusia berdimensi moralitas, manusia
mampu membedakan yang baik dan yang jahat. Sebab itu, dimensi moralitas
mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
Atas dasar berbagai asumsi di atas, jelas kiranya bahwa mnausia akan dapat
dididik, sehubungan dengan ini M.J. Langenveld (1980) memberikan identitas kepada
manusia sebagai “Animal Educabile”. Dengan mengacu pada asumsi ini diharapkan kita
sebagai manusia harus bersikap sabar dan tabah dalam melaksanakan pendidikan. 
3. Manusia Makhluk Berpendidikan
Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam perwujudannya sebagai
individu yang menjadi bagian integral dari masyarakatnya. Dua sisi perwujudan ini
dipandang penting dan perlu untuk proses dalam sistem pendidikan, agar dikemudian hari
manusia dapat menemukan jati dirinya sebagai manusia. Berulang kali dinyatakan bahwa
tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya di
dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal-mula dan hakikat tujuan hidupnya.
Sehubungan dengan hal itu, pendidikan secara khusus difungsikan untuk menumbuh
kembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang ada dalam diri manusia.
Potensi kejiwaan cipta, rasa dan karsa mutlak perlu mendapat bimbingan
berkelanjutan, karena ketiganya adalah potensi kreatif dan dinamis khas manusia.
Adapun sasaran pembimbingan dalam sistem kegiatan pendidikan adalah menumbuhkan
kesadaran atas eksistensi kehidupannya sebagai manusia yang berasal mula dan betujuan.
Di dalam sistem kegiatan pendidikan berkelanjutan, kesadaran tersebut menjadi dinamis
untuk kemudian bisa membuahkan kecerdasan spiritual.
Tersirat dalam kodratnya sebagai makhluk pendidikan, atas potensi kodrat cipta,
rasa dan karsanya, manusia berkemampuan untuk dididik dan mendidik. Kemampuan
dididik berarti tiga potensi kejiwaannya itu sejak kecil bisa menerima perawatan,
pertolongan dan pembimbingan dari orang lain. Sedangkan kemampuan mendidik berarti
pada tingkat kesadaran dan keadaan tertentu, manusia bisa melakukan perawatan,
pembinaan dan pertolongan kepada orang lain. Dengan kemampuan pendidikan inilah
manusia terus membuat perubahan untuk mengembangkan hidup dan kehidupan dirinya
sebagai manusia. Karena pendidikan adalah masalah khas kodrati manusia, sepanjang ada
manusia, pendidikan akan selalu ada. Jadi bagi manusia, pendidikan adalah mutlak.
Karena itu, tanpa  pendidikan manusia tidak mungkin mampu mencptakan perubahan
untuk mengembagkan hidup dan kehidupannya. Sebab, jika hanya dengan insting saja,
keberadaan manusia dipastikan akan segera punah.
Manusia haruslah bersikap dan berpilaku adil terhadap diri sendiri, masyarakat
dan terhadap alam. Agar bisa berbuat demikian, manusia harus berusaha mendapatkan
pengetahuan yang benar mengenai keberadaan segala sesuatu yang ada ini,dar mana
asalanya, bagaimana keberadaannya, dan apakah menjadi tujuan akhir keberadaan
tersebut. Untuk itu, manusia harus mendidik diri sendiri dan sesamanya secara terus-
menerus.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam, dengansesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari
semua potensi moral,intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi
dirinya dan masyarakat yangditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan
Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup
dankehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan
maka terbentuklahpribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu
dapat hidup dengan tenang.Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota
kesatuan sosial manusia tanpa kehilanganpribadinya masing-masing.
Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, yakni keluarga,
masyarakat, dansekolah/ lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama
pendidikan, masyarakat sebagaitempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga
formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian
anak.

B. Saran

Dalam proses kehidupan manusia akan dihadapkan dengan berbagai masalah. Untuk dapat
memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Dan hal itu harus melalui pendidikan. Jadi bagi
manusia pendidikan adalah suatu keharusan ( Animal Educandum ). Karena potensi dasar yang
dibawa sejak lahir, masih harus dikembangkan lagi dalam lingkungan melalui pendidikan
( Animal Educable ). Kedewasaan merupakan tujuan perkembangan manusia dan kata kunci
dalam pendidikan. Karena pendidikan juga bisa disebut sebagai upaya mendewasakan anak
manusia, yaitu membimbing anak agar menjadi manusia yang bertanggungjawab ( menunjukan
adanya kesadaran normative pada diri manusia ).

DAFTAR PUSTAKA

http://Andinijs.blogspot.com/2013/2010/kebutuhan-dan-pola-hubungan-manusia.

http://Pendidikanbiologia.blogspot.com/2017/03/normal-0-false.

http://Rasyid-alvaro.blogspot.com/2015/11/filsafat-hakikat-manusia-sebagai-19.

http://Kiens-edu.blogspot.com/search/label/filsafat%20pendidikan.

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Rasyidin,Waini.dkk.(2006). Filsafat pendidikan. Bandung: UPI press.

Sadulloh,Uyoh.(2007). Filsafat pendidikan. Bumi siliwangi: cipta utama.

www.academia.edu/12301093/Home-Educandum.

Anda mungkin juga menyukai