Disusun Oleh :
Kharisma
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Pandangan
Perenialisme Dalam Pendidikan” tepat pada waktunya. Terimakasih pula
kepada semua pihak yang sudah ikut membantu sehingga kami dapat
menyusun makalah ini.
Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan. Dalam makalah ini kami akan membahas
tentang pengertian Perenialisme dan Kaitannya dengan pendidikan. Saya
ucapkan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
rekan-rekan.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan dari rekan-rekan guna peningkatan
kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.
Kelompok 6
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1.3 Tujuan
BAB 2 Pembahasan
2.1Hakikat Perenialisme
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Aliran perenialisme merupakan terapan dari filsafat umum. Filsafat pendidikan pada
dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari
filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Berikut ini aliran perenialisme dalam filsafat pendidikan.
Perenialisme diambil dari kata perenial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing throughout the whole
year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari makna yang
terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan
filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi didunia ini penuh
kekacauan, ketidakpastian dan ketidakteraturan, terutama pada kehidupan moral,
intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan ini.
Rumusan Masalah
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah yang kami tulis, dalam pembuatan makalah Aliran
Filsafat Pendidikan Perenialisme dengan perumusan masalah di atas adalah :
BAB II
Pembahasan
Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan dan
keemasan filsafat perenialisme. Namun, mungkin saja kita bisa saja dengan terburu-
buru melihat perkembangan filsafat perenial ini hanya dalam kerengka sejalan
pemikiran barat saja, melainkan juga terjadi di wilayah lainnya . dan memang harus
tetap diakui bahwasanya jejak perkembangan filsafat perenial jauh lebih tampak
Dalam konteks sejarah perkembangan intelektual barat, apalagi sebagai jenis
filsafat khusus, filsafat ni mendafat eleborasi sistem dari para perenialis barat, seperti
Agostino Steunco. Namun, filsafat perenial atau yang sering disebut sebagai
kebijaksanaan univeral, disebabkan oleh beberapa alasan yang kompleks secara
berangsur-angsur mulai rumtuh menjelang akhir abad ke-16. Salah satu alasan yang
paling dimonan adalah perkembangan yang pesat dari pilsafat materialis. Filsafat
materialis ini membawa perubahan yang radikal terhadap paradigma hidup dan
pemikiran manusia pada saat itu.
Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak aspek realita
yang diabaikan, dan yang tinggal hanyalah mekanistik belaka. Filsafat materialis ini
begitu kuat mempengaruhi pola pikir manusia abad modern yang merentang sejak
abad ke-16 hingga akhir abad ke-20. Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-
21, sehingga pada tia-tiap bentuk pemikiran baru yang muncul hingga pada zaman
kontemporer. Dan zaman kontemporer inilah dapat dikatakan zaman kebangkitan
filsafat perenialisme.
Filsafat Perenial sebagai suatu wacana intelektual, yang secara popular muncul
beberapa dekade ini, sepenuhnya bukanlah istilah yang baru. Filsafat Perennial
cenderung dipengaruhi oleh nuansa spiritual yang kental. Hal ini disebabkan oleh
tema yang diusungnya, yaitu “hikmah keabadian” yang hanya bermakna dan
mempunyai kekuatan ketika ia dibicarakan oleh agama. Makanya tidak
mengherankan baik di barat maupun Islam, bahwa lahirnya filsafat perennial adalah
hasil telaah kritis para filosof yang sufi (mistis) pada zamannya.
Kemudian pada pertengahan abad ini (1948) Adolf Huxley mempopulerkan istilah
filsafat perenial tersebut dengan menulis buku yang diberi judul The Perennial
Philosophia. Ia menyebutkan, bahwa filsafat perenial mengandung tiga pokok
pemikiran :
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu: nafsu,
kemauan dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itudan kepada
masyarakat, agar supaya kebutuhan yang ada disetiap lapisan masyarakat bisa
terpenuhi. Ide-ide Plato itu dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih mendekat
pada dunia kenyataan. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah “kebahagiaan”.
Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi yang intelek harus
dikenbangkan secara seimbang.
Peremialisme memandang bahwa realita itu bersifat universal dan ada dimana
saja, juga sama disetiap waktu. Inilah jaminan yang dapat dipenuhi dengan jalan
mengerti wujud harmoni bentuk-bentuk realita, meskipun tersembunyi dalam satu
wujud materi atau peristiwa-peristiwa yang berubah, atau pun didalam ide-ide yang
dituangkan.
1. Pendidikan
Perenialisme memandang education as cultural regresion:
pendidikan sebagai jalan kembali,atau proses mengembalikan keadaan
manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang
dianggap sebagai kebudayaan yang ideal.
Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-
nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam
kebudayaan masa lampau yang dipandang kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, perenialis percaya bahwa prinsip-prinsip
pendidikan juga bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins
mengemukakan ”Pendidikan mengimplikasikan pengajaran.
Pengajaran mengiplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah
kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun adalah sama”.
Selain itu, pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup,
bukan hidup itu sendiri.
2. Tujuan Pendidikan
Bagi perenialis bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan
abadi, inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab
itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik
menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang
abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
3. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite intelektual yang
mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada
generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan
mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam
kehidupan. Sekolah bagi perenialis merupakan peraturan-peraturan
yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang
paling baik dari warisan sosial budaya.
4. Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered (berpusat pada
materi pelajaran). Materi pelajaran harus bersifat universal dan abadi,
selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan
rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat manusia. Mata
pelajaran yang mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang
mempunyai “rational content” yang lebih besar.
5. Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan
oleh perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan
mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great books
dalam rangka mendisiplinkan pikiran.
6. Peranan Guru Dan Peserta Didik
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak,
melainkan guru juga sebagai “murid” yang mengalami proses belajar
serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery,
dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-
muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior
dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih,
dan perfect knowledge.
BAB III
Penutup
3.1 Simpulan
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing throughout the whole
year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari makna yang
terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan
filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi didunia ini penuh
kekacauan, ketidakpastian dan ketidakteraturan, terutama pada kehidupan moral,
intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan ini.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://abdulmuiz18.blogspot.com/2018/03/aliran-perenialisme-dalam-filsafat.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/22/pendidikan-filsafat-perenialisme-
dalam-pembelajaran/
http://karyailmu99.blogspot.com/2016/08/filsafat-pendidikan-pandangan-aliran.html
http://sriastutiolivemon.blogspot.com/2015/10/makalah-filsafat-pendidikan-aliran.html
https://yahanu87.blogspot.com/2017/03/makalah-filsafat-pendidikan-perenialisme.html