Anda di halaman 1dari 16

ALIRAN MODERN

PERENIALISME, REKONSTRUKTIVISME, IDEALISME

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas terstruktur


Dosen Pengampu :

Dr. Sumiarti M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Fadhilah aprilia salsabila ( 214110403034 )

2. Sidqi Romadhoni ( 214110403061 )

3. Ranum Zofani ( 214110403081 )

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Dasar-Dasar Teori Pendidikan, dengan judul
“Aliran Modern Perenialisme, Rekontruktivisme, Idealisme.”

Dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi,mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam


pembuatan makalah ini.

Purwokerto, 1 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2

C. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

A. Aliran Perenialisme...............................................................................................3

B. Konsep Pemikiran Perenialisme......................................…..................................4

C. Tokoh Tokoh Aliran Perenialisme…………………………….……….………..5

D. Aliran Kontruktivisme………………………………………………..................7

E. Sejarah Perkembangan Aliran Kontrukivisme…………………………………..7

F. Pandangan Aliran Rkontruktivisme Tentang Pendidikan……………………….8

G. Aliran Idealisme………………………………………………………………...8

H. Implikasi Aliran Idealisme Dalam Pendidikan………………………………....9

I. Tokoh Tokoh Aliran Idealisme………………………………………..………10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aliran modern adalah aliran yang muncul sebagai respon terhadap suasana
aliran-aliran sebelumnya. Makna modern mencakup segala sendi-sendi kehidupan
sosial dan budaya manusia yang terkait dengan dimensimateriil da spiritualnya,
seputar bagaimana cara mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, struktur
pengetahuan itu sendiri dan implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam
pengetahuan manusia. Masa modern menjadi identitas di dalam aliran Modern. Pada
masa ini rasionalisme semakin kuat. Tidak mudah untuk menentukan mulai dari
kapan Abad Pertengahan berhenti.
Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15
dan 16 atau pada akhir masa Renaissance. Masa setelah Abad Pertengahan adalah
masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan
itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang
pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik
Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di
bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran
dari Plato dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan. Lahirnya
berbagai macam aliran dalam ruang sejarah tidak dapat dilepaskan dari kondisi yang
melingkupinya. Selain dapat dikatakan aliran yang merespon, mengkritisi, bahkan
membongkar tradisi dalam kurun waktu tertentu aliran modern juga mengandung
nilai-nilai kesinambungan yang berkelanjutan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud aliran perenialisme?


2. Bagaimana konsep pemikiran perenialisme?
3. Bagaimana pemikiran perenialisme tentang pendidikan?
4. Siapa saja tokoh-tokoh aliran perenialisme?
5. Apa yang dimaksud aliran konstruktivisme?
6. Bagaimana sejarah perkembangan aliran kontruktivisme?
7. Bagaimana pandangan aliran kontruktivisme tentang pendidikan?
8. Apa yang dimaksud aliran idealisme?
9. Bagaimana implikasi aliran idealisme dalam pendidikan?
10. Siapa saja tokoh-tokoh aliran idealisme?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud aliran perenialisme.


2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pemikiran perenialisme.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran perenialisme tentang pendidikan.
4. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh aliran perenialisme.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud aliran konstruktivisme.
6. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan aliran kontruktivisme.
7. Untuk mengetahui bagaimana pandangan aliran kontruktivisme tentang
pendidikan.
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud aliran idealisme.
9. Untuk mengetahui bagaimana implikasi aliran idealisme dalam pendidikan.
10. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh aliran idealisme.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Perenialisme

Perenialisme berasal dari kata perennial diartikan sebagai continuing


throughout the whole year atau lasting for e very long time, yakni abadi atau kekal
dan dapat berarti pula tiada akhir. Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat
perenial ialah berpegang pada nilai-nilai atau normanorma yang bersifat abadi. Aliran
ini mengambil analogi realiata social budaya manusia, seperti realita sepohon bunga
yang terus menerus mekar dari musim ke musim,datang dan pergi, berubah warna
secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika gejala dari
musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah-olah merupakan
benang dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama (Djumransjah, 2006:
185-186).

Prenialisme dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur
kepada nilai-nilai keudayaan masa lampau. Kembali kepada masa lampau dalam
konteks aliran ini, bukanlah dalam pengertian bernostalgia dan sekedar mengingat-
ingat kembali pola kehidupan masa lalu, tetapi untuk membina kembali keyakinan
akan nilainilai asasi masa silam untuk menghadapi problema kehidupan manusia saat
sekarang dan bahkan sampai kapan pun dan di mana pun (Syam, 1998: 295-297).
Dengan demikian maka prenialisme ini menginginkan bahwa budaya, adat istiadat-
istiadat yang terbiasa mereka lakukan merupakan suatu yang abadi, kekal tanpa akhir.
Aliran perenialisme beranggapan bahwa pendidikan harus didasari oleh nilai-nilai
cultural masa lampau, regressive road to culture, oleh karena kehidupan modern saat
ini banyak menimbulkan krisis dalam banyak bidang (Assegaf, 2011: 193).

3
B. Konsep Pemikiran Perenialisme

Filsafat perenial dikatakan juga sebagai filsafat keabadian, sebagaimana


dikatakan oleh Frithjof Schuon “philosophi perennis is the universal gnosis wich
always has existed and always be exist” (filsafat perenial adalah suatu pengetahuan
mistis universal yang telah ada dan akan selalu ada selamanya).16 Filsafat Perenial
sebagai suatu wacana intelektual, yang secara populer muncul beberapa dekade ini,
sepenuhnya bukanlah istilah yang baru.17 Filsafat Perennial cenderung dipengaruhi
oleh nuansa spiritual yang kental. Hal ini disebabkan oleh tema yang diusungnya,
yaitu “hikmah keabadian” yang hanya bermakna dan mempunyai kekuatan ketika ia
dibicarakan oleh agama. Makanya tidak mengherankan baik di barat maupun Islam,
bahwa lahirnya filsafat perennial adalah hasil telaah kritis para filosof yang sufi
(mistis) dan sufi (mistis) yang filosof pada zamannya.

Tentang filsafat perenial atau Hikmah Abadi, sebagaimana yang telah


dijelaskan Huxley “Prinsip-prinsip dasar Hikmah Abadi dapat ditemukan diantara
legenda dan mitos kuno yang berkembang dalam masyarakat primitif di seluruh
penjuru dunia. Kaum perenialis amat menekankan tradisi kesejarahan. Secara historis,
perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka
menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang
baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan
sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan
tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip
umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji.

1. Pemikiran Perenialisme Tentang Pendidikan


Filsafat perenialisme dalam pendidikan lahir pada abad ke-20.
Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.

4
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa
ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual, dan sosio-kultural. Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah
dengan jalan mundur ke belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada
zaman kuno dan abad pertengahan.
Tentang pendidikan kaum Perenialisme memandang education as cultural
regression : pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan
keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap
sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan
tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam
kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal di atas, penganut Perenialisme percaya bahwa prinsip-
prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi.

C. Tokoh Tokoh Aliran Perenialisme


1. Plato
Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM. dan meninggal pada tahun
347 SM. dalam usia 80 tahun. Ia dibesarkan dalam keluarga bangsawan Athena
yang kaya raya, sebuah keluarga Aristokrasi yang turun temurun memegang
peranan penting dalam politik Athena (Hata, 1986: 80). Plato adalah filsuf idealis,
ia memandang dunia ide sebagai dunia kenyataan. Pokok pikiran plato tentang
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi daripada hukum universal
yang abadi dan sempurna. Yakni idea, sehingga ketertiban sosial hanya akan
mungkin bila ide itu menjadi ukuran, asas normatif dalam tata pemerintahan.
Maka tujuan pendidikan adalah ”membina pemimpin yang sadar” dan
mempraktekkan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.

5
Prinsip-prinsip Plato dalam Pendidikan nampak pada pemikirannya tentang
tujuan hidup adalah untuk mencari kebenaran universal. Sehingga tujuan
pendidikan adalah mengembangkan daya pikiran individu yang bermuara pada
penemuan kebenaran bukan ketrampilan praktis. Pemikiran ini muncul karena
Plato tidak sejalan dengan mayoritas kaum sophis pada waktu yang –menganggap
- pengajaran pada mahasiswa kurang tepat (Smith, 1986: 29).

2. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira ,suatu kota kecil di semenanjung Kalkidike di
Trasia (Balka) pada tahun 384 SM dan meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM.
Ide-ide Plato dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih mendekatkan pada
dunia kenyataan. Aristoteles terutama menitikberatkan pembinaan berfikir
melaluyi media sciences. Pandangan Aristoteles lebih realis dari pandangan Plato,
hal ini dikarenakan cara belajar kepada ayahnya yang lebih menekankan pada
metode pengamatan.
Aristoteles menganggap pembinaan kebiasaan sebagai dasar. Terutama
dalam pembinaan kesadaran disiplin atau moral, harus melalui proses permulaan
dengan kebiasaan di waktu muda. Secara ontologis, ia menyatakan bahwa sifat
atau watak anak lebih banyak potensialitas sedang guru lebih banyak mempunyai
aktualitas. Bagi aristoteles tujuan pendidikan adalah kebahagiaan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelek harus
dikembangkan secara seimbang (Hadiwijono, 1986: 104).
3. Augustino Steuco
Augustino Steuco lahir di kota pegunungan Umbrian di daerah Gubbio
antara tahun 1497 atau awal kelahirannya tahun 1512 atau 1513 dan menetap
hingga tahun 1517. Selanjutnya pada tahun 1518-1552 sebagian waktunya
digunakan untuk mengikuti perkuliahan di Universitas Bologna. Di situlah ia
mulai tertarik pada bidang bahasa dengan banyak belajar bahasa Aram, Syiria,
Arab dan Etiopia disamping bahasa Yunani.

6
Kunci pemikiran filsafat Steuco terlihat pada pandangannya bahwa terdapat
“prinsip tunggal dari segala sesuatu” yang satu dan selalu sama dalam
pengetahuan manusia. Menurut Steuco agama merupakan kemampuan alamiah
manusia untuk mencapai kesejatian. Agama merupakan syarat mutlak bagi
manusia untuk menjadi manusia, dan merupakan vera philosophia (fisafat sejati),
yaitu filasafat yang mengarah kepada kesalehan dan kontemplasi pada Tuhan.

D. Aliran Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti
bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus
Bahasa Inonesia berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi
kita sendiri. Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-
anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara
sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi.

E. Sejarah Perkembangan Aliran Konstruktivisme

Aliran falsafah rekonstruktivisme terdiri dari dua pemikiran, yaitu Masyarakat


memerlukan perubahan sosial melibatkan baik perubahan pendidikan dan penggunaan
pendidikan dalam merubah masyarakat. Aliran rekonstruktivisme mempunyai sikap
terhadap perubahan tersebut bahawa mereka mendukung individu untuk mencari
kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan semasa ini. Aliran falsafah
rekonstruktivisme dapat menjadi alat yang reponsif kerana dihadapkan pada
permasalahan masyarakat yang berhubungan dengan ras, kemiskinan, peperangan,
kerusakan lingkungan dan teknologi yang tidak manusiawi yang membutuhkan
rekonstruksi/perubahan dengan segera. Para individu di abad 20 kebingungan tidak
hanya oleh perubahan yang telah terjadi, tetapi juga dengan kemungkinan perubahan
pada masa yang akan datang yang harus dibuat jika kita hendak mengatasi masalah-
masalah yang ada. Sedangkan ada banyak orang mempunyai pandangan yang berpikir
dan mengembangkan perubahan sosial yang disebut dengan falsafah
rekonstruktivisme.
7

F. Pandangan Aliran Rekontruktivisme Tentang Pendidikan

Menurut aliran rekontrutivisme teori pendidikan didasarkan kepada beberapa hal


yaitu:

 Tujuan pendidikan

a). Sekolah-sekolah berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan


perubahan social, ekonomi dan politik.

b). Tugas sekolah mengembangkan “ahli-ahli” sosial, warga Negara yang


mempunyai tujuan mengubah wajah masyarakat semasa.

c). Membangkitkan kesedaran peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi


dan politik.

 Metode pendidikan

Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan


kebutuhan-kebutuhan pragmatik untuk perbaikan. Bererti metode yang
digunakan adalah pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan
program perbaikan masyarakat.

 Kurikulum

Kurikulum berisi mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-


kebutuhan masyarakat masa hadapan. Berisi masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan politik yang dihadapi manusia.

G. Aliran Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami kaitannya dengan jiwa dan ruh. Istilah idealisme diambil dari
kata idea, yakni seseuatu yang hadir dalam jiwa.
8

Idealisme adalah aliran filsafat pendidikan yang menyatakan bahwa


pengetahuan dan kebenaran ialah ide. Aliran ini merupakan lawan dari realisme.
Dimana idealisme menganggap bahwa segala bentuk realita adalah manifestasi ide.
Secara Pentingnya filsafat idealisme dalam pendidikan karena peserta didik dapat
meningkatkan kemampuan atau bakat terpendamnya melalui akal atau ide yang
kemudian direalisasikan.
Herman Horne mengatakan idealisme merupakan pandangan yang
menyimpulkan bahwa alam merupakan ekspresi dari pikiran, juga mengatakan bahwa
subtansi dari dunia ini adalah dari alam pikiran serta berpandangan bahwa hal-hal
yang bersifat materi dapat dijelaskan melalui jiwa.1 Senada dengan itu, Ahmad Tafsir
mengemukakan bahwa dalam kajian filsafat, idealisme adalah doktrin yang
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
ketergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (ruh). lstilah ini diambil dari "idea",
yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.

H. Implikasi Idealisme Dalam Pendidikan

Untuk melihat implikasi aliran idealisme dalam bidang pendidikan, dapat


ditinjau dari modus hubungan antara filsafat dan pendidikan. Imam Barnadi
mengemukakan bahwa pada hakikatnya, hubungan antara filsafat dan pendidikan
merupakan hubungan keharmonisan, bukan hanya hubungan insidental semata. Lebih
lanjut Imam Barnadib mengemukakan bahwa untuk memahami filsafat pendidikan,
perlu dilihat pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan.
Menurutnya, pendekatan itu dapat dilihat melalui beberapa sudut pandang.

Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat


ideal dan spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang
lebih mulia. Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada hal-hal fisik, tetapi
nengutamakan yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi pada idealisme
menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidik
hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang ambing oleh sesuatu yang
bersifat relatif atau temporer.

Uraian tersebut dapat dipahami bahwa pandangan umum filsafati idealisme


yang berangkat dari hal-hal yang bersifat ideal dan spritual, sangat menentukan cara
pandang ketika memasuki dunia pendidikan. Dengan kata lain bahwa hal-hal yang
bersifat ideal dapat menentukan pandangan dan pemikiran terhadap berbagai hal
dalam pendidikan yaitu dari segi tujuan, materi, pendidik, peserta didik dan hakikat
pendidikan secara keseluruhan.

I. Tokoh Tokoh Aliran Idealisme


a) Plato

Konsep ilmu pengetahuan menurut plato dibedakan menjadi dua macam,


yaitu indrawi dan kejiwaan. Indrawi ini sifatnya tidak tetap artinya berubah-ubah
dan hanya sementara. Sedangkan kejiwaan yang menghasilkan nilai yang tidak
berubah dan kebijaksanaa.

b) Elea

Elea berpendapat bahwa sesuatu yang ada itu tidak ada seluk beluknya dan
tidak berubah. Yang Nampak oleh pancaindra bukanlah yang sesungguhnya tetapi
hanya wujudnya saja. Oleh karena itu kebenaran tidak hanya yang terlihat saja
tetapi harus dengan pikiran.

c) Hegel

Menurut Hegel roh merupakan sesuatu yang konkret dan real. Dan konsep
roh didapat atau diilhami dari agama. Prinsip idealisme menurut hegel ialah
bahwa semua realita harus disepadankan dengan subjek, untuk itu ia juga
mementingkan rasio.
10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Makna modern mencakup segala sendi-sendi kehidupan sosial dan budaya
manusia yang terkait dengan dimensimateriil da spiritualnya, seputar bagaimana cara
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, struktur pengetahuan itu sendiri
dan implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan manusia.
Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu
berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.
Selain dapat dikatakan aliran yang merespon, mengkritisi, bahkan
membongkar tradisi dalam kurun waktu tertentu aliran modern juga mengandung
nilai-nilai kesinambungan yang berkelanjutan.

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak tedapat
kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Masgumelar¹, N. K. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya . Islamic Education


Journal, 52.

Mu’ammar1, M. A. (2014). PERENIALISME PENDIDIKAN. Nur El-Islam, 18.

Rusdi. (2013). FILSAFAT IDEALISME. Dinamika Ilmu, 244.

SIREGAR, R. L. (2016 ). Teori Belajar Perenialisme. Jurnal Al-hikmah, 181.


11

Anda mungkin juga menyukai