KELOMPOK 5 :
IRNA NURSAIDAH TELAUMBANUA (1192171003)
JIHAN SUNITA (1193371008)
PLS REGULER B
2019
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan izinnya
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Aliran aliran Pendidikan” ini.
Tepat pada waktunya.Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yangtelah
memberikan arahan sehingga tugas yang diberikan dapat terselesaikan.Penulis menyadari ketidaksempurnaannya
makalah ini, oleh sebab itu diharapkankritik dan sarannya guna untuk perbaikan kedepan.Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, semogaTuhan Yang Maha Esa tetap melimpahkan karunia dan
pertolonganya kepadakita semua dalam upaya untuk meraih kesuksesan. Amin.
Kelonpok 5
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya
mengenal pendidikan. Para filsup melaluikarya filsafat pendidikannya berusaha menggali ide-ide baru tentang
pendidikan$yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan pesertadidik dan
pendidik maupun ditinjau dari latar ge"gra is$ s"si"l"gis$ dan budayasuatu bangsa. dari sudut pandang
Dari berbagai aliran filsafat pendidikan tersebut di atas memberi dampak terciptanya konsep-konsep atau teori-
teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung masing-masing filsafat pendidikan
itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan filsafat pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu
diwujudkan di atas kebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan.Dengan kata lain teori-teori pendidikan
harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.
Adapun rumusan masalah dari makalah manusia dan keindahan adalahsebagai berikut:
3.Bagaimana perbandingan antara aliran pendidikan di zaman dulu dan dizaman modern seperti sekarang ini?
2.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada
kebudayaan lama. Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang
berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan
yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan
tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat
eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan
harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan
kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif
selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme, yaitu
yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah
berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta
kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi
terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang
dari aktivitas manusia.14 Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930 dengan beberapa orang pelopornya
seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell. Pada tahun 1938 mereka
membentuk suatu lembaga yang disebut dengan “the essensialist committee for the advancement of American
Education” sementara Bagley sebagai pelopor esensialsme adalah seorang guru besar pada “Teacher College”
Colombia University. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah mentransmiskan warisan budaya dan sejarah
kepada generasi muda.
Aliran ini populer pada tahun 1930 an dengan populernya Wiliam Bagley (1874-1946). Pada awal abad ke-20 aliran
ini dikritik sebagai aliran kaku untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia dewasa. Namun, dengan suksesnya Ui
Sopiet dalam meluncurkan Sputnik pada tahun 1957, minat pada aliran ini kembali hidup. Pada tahun 1983 The
President’s Commission on Excellence in Education di AS menerbitkan laporan, A Nation at Risk, yang
memperlihatkan kehidupan penganut aliran e
C. Ciri-ciri Utama
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai
pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada
dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang
disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam
pikir modern.
Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad
pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang
memenuhi tuntutan zaman. Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat
tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain,
pandangan-pandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu, alam adalah yang
pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari
pengalaman terletak pada dunia fisik. Dan disana terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-
persepsi yang tidak semata-mata bersifat mental.
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini
maka aliran Essentialisme dianggap para ahli sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali
kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala
zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa
depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran para filosof ahli pengetahuan yang agung,
yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan monumental.
Kesalahan dari kebudayaan moderen sekarang Essensialisme ialah kecenderungannya, bahkan gejala-gejala
penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-
kultural yang tidak kita ingini sekarang, hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah
kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan demikian, kita boleh optimis dengan masa depan kita,
masa depan kebudayaan umat manusia.
Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut:
minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik
perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa
adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia,
oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah
suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat
tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
D. Implikasi Aliran Essentialisme Terhadap Pendidikan
Dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti
bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk kebahagiaan dunia dan akherat. Isi pengetahuannya mencakup,
kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.
2. Pandangan epistemologi
teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistomologi esensialisme.
Sebab, jika manusia mampu menyadari bahwa realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti
mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya.Berdasarkan kualitas
inilah manusia memproduksi pengetahuannya secara tepat dalam benda-benda, ilmu alam, biologi sosial, dan agama.
sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.Penganut
idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika
banyak interaktif berada didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.
kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya
bisa dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut
Essensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat bahwa bila seseorang itu belajar pada taraf
permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Akal budi
manusia membentuk, mengatur, mengelompokkannya dalam ruang dan waktu. Dengan prinsip itu dapat dikatakan
bahwa belajar pada seseorang sebenarnya adalah mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri sebagai substansi
spritual. Jiwa membina dan menciptakan dirinya sendiri. Jadi belajar adalah menerima dan mengenal dengan
sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi serta diteruskan
kepada angkatan berikutnya (Barnadib:1996:56). Belajar adalah cerminan dari jiwa yang aktif.
Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari sejarah, matematika, sains dan sastra.
Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari dua komponen yaitu mata kuliah umum dan sains. Dengan menguasai mata
kuliah ini yaitu yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan alam, seorang siswa mempersiapkan diri untuk
berpartisipasi ssecara efektif dalam masyarakat beradab.
Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai yang sederhana sampai yang kompleks.
Kurikulum direncanakan dan disusun berdasarkan pikiran yang matang agar manusia dapat hidup harmonis dan
menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis.
Esensialisme didasri atas pandanga humanis yang merupakan reaksi tehadap hidup yang mengarah pada
keduniawian, serba ilmiah dan meterialistik. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham
penganut aliran idealisme dan realisme. Beberapa tokoh utama dalam penyebaran aliran esensialisme adala:
Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16, yang merupakan
tikoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum
sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum
Aristokrat.
Johann Amos Comenius, yang hidup di seputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang memiliki pandangan
realitas dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai
dengan kehendak tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
John Locke, tikoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia berpendapat bahwa
pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.
Johann Henrich Pestalozzi, sebagai seorang tokoh yang berpandangan naturalistis yang hidup pada tahun 1746-
1827. Pestalozzi memiliki kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada manusia
terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya.
Johann Friederich Frobel, 1782-1852 sebagai tokoh yang berpandangan kosmis-sintetis dengan keyakinannya
bahwa manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian dari alam ini, sehingga manusia tunduk dan
mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.
Johann Friederich Harbert, yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salah seorang murid dari Immanuel Kant
yang berpandangan kritis, Harbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang
dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang
disebut proses pencapayan tujuan pendidikan oleh Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.
William T. Harris, tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909. Harris yang pandanganmya
dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan idealisme obyektif pada pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya
adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual.
A. Pengertian perenialisme
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English
diartikan sebagai “continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari
makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang
pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan
zaman moderen telah menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis ini
perenialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan masa lampau” regresive road to culture.
Oleh sebab itu perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan
manusia zaman modren ini kapada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal yang telah teruji
ketangguhannya.
Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang
theologis – bernaung dibawah supremasi gereja katolik. Dengan orientasi pada ajaran dan tafsir Thomas Aquinas –
dan (b) perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita Plato dan Aristoteles.
Aliran perenialisme lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama
dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah
menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert
Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan dan keemasan filsafat perenialisme. Namun,
mungkin saja kita bisa saja dengan terburu-buru melihat perkembangan filsafat perenial ini hanya dalam kerengka
sejalan pemikiran barat saja, melainkan juga terjadi di wilayah lainnya . dan memang harus tetap diakui bahwasanya
jejak perkembanganfilsafat perenial jauh lebih tampak.
dalam konteks sejarah perkembangan intelektual barat, apalagi sebagai jenis filsafat khusus, filsafat ni mendafat
eleborasi sistem dari para perenialis barat, seperti Agostino Steunco. Namun, filsafat perenial atau yang sering
disebut sebagai kebijaksanaan univeral, disebabkan oleh beberapa alasan yang kompleks secara berangsur-angsur
mulai rumtuh menjelang akhir abad ke-16. Salah satu alasan yang paling dimonan adalah perkembangan yang pesat
dari pilsafat materialis. Filsafat materialis ini membawa perubahan yang radikal terhadap paradigma hidup dan
pemikiran manusia pada saat itu.
Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak aspek relita yang diabaikan, dan yang tinggal
hanyalah mekanistik belaka. Filsafat materialis ini begitu kuat mempengaruhi pola pikir manusia abad modern yang
merentang sejak abad ke-16 hingga akhir abad ke-20. Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, sehingga
pada tia-tiap bentuk pemikiran baru yang muncul hingga pada zaman kontemporer. Dan zaman kontemporer inilah
dapat dikatakan zama kebangkitan filsafat perenialisme.
• Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato, Aristoteles dan Santo
Thomas Aquines.
• Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti
tak terikat oleh ruang dan waktu.
• Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman pertengahan
(renaissance).
Peremialisme memandang bahwa realitas itu bersifat universal dan ada dimana saja, juga sama disetiap waktu. Inilah
jaminan yang dapat dipenuhi dengan jalan mengerti wujud harmoni bentuk-bentuk realita, meskipun tersembunyi
dalam satu wujut materi atau pristiwa-pristiwa yang berubah, atau pun didalam ide-de yang berea
Perennialisme mengakui bahwa impresi atau kesan melalui pengamatan tentang individual thing adalah pangkal
pengertian tentang kebenaran. Tetapi manusia akan memperoleh pengetahuan lebih tepat jika bersandar pada asas-
asas kepercayaan dan bantuan wahyu; dan itulah tahu dalam makna tertinggi, yang ideal
Pandangan tentang hakikat nilai menurut perennialisme adalah pandangan mengenai hal-hal yang bersifat spiritual.
Yang absolut atau ideal (Tuhan) adalah sumber nilai dan oleh karena itu nilai selalu bersifat teologis.
Pendidikan
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan kembali,atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai
kebudayaan yang ideal.
Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi tujuan
pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan
menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite itelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan
meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan peserta
didik atau orang muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan peraturan-peraturan
yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya.
Kurikulum
Kurikulum pada aliran ini berpusat pada mata pelajaran, dan cenderung menitikberatkan pada: sastra, matematika,
bahasa, dan humaniora, termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal.
Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu
membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan
pikiran.
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai “mirid” yang
mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan
moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior
dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect knowladge.
AristotelesFilsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran
filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai
pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.
Plato
Aristoteles
Mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan alam kehidupan manusia sehari-hari.
Manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus
Thomas Aquinas
Pendidikan adalah menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif dan nyata yang
timbul dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang mendukungnya pada tiap-tiap individu.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa aliran filsafat pendidikan yang kita gunakan dalam
proses pembelajaran sangat mempengaruhikarakter peserta didik kedepannya. Masing-masing aliran memiliki ciri-
ciri dan pengaruh terhadap pendidikan. Filsa at pendidikan eksistensialisme berisi athumanistis progresivisme
merupakan pendidikan yang berpusat pada pesertadidik perenialisme merupakan pendidikan yang berpusat pada
nilai-nilai luhur yang kekal dan dianggap kuat untuk menjadi pandangan hidup esensialisme merupakan aliran
filsafat yang mendukung perenialisme rekonstruksinisme adalah aliran pendukung progresivisme yang
memfokuskan pendidikan padakarakter serta sosialisasi peserta didik.
3.2 SARAN
Demikian makalah yang dapat saya selesaikan, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi
diri kami sendiri selaku pelajar. Dalam penulisan karya tulis ini pastinya terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
maka dari itu besar harapan penulis untuk menerima kritikan dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya pada tugas-tugas berikutnya. Terima kasih.