Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

KELOMPOK 5 :
IRNA NURSAIDAH TELAUMBANUA (1192171003)
JIHAN SUNITA (1193371008)

PLS REGULER B

Dosen Pengampu : JUBAIDAH HASIBUAN,S.Pd,M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan izinnya
sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Aliran aliran Pendidikan” ini.

Tepat pada waktunya.Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yangtelah
memberikan arahan sehingga tugas yang diberikan dapat terselesaikan.Penulis menyadari ketidaksempurnaannya
makalah ini, oleh sebab itu diharapkankritik dan sarannya guna untuk perbaikan kedepan.Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, semogaTuhan Yang Maha Esa tetap melimpahkan karunia dan
pertolonganya kepadakita semua dalam upaya untuk meraih kesuksesan. Amin.

Medan, 17 September 2019

Kelonpok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................................................................................. 1

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Aliran Filsafat Esensialisme........................................................................................................................................... 2

2.2Aliran Filsafat Perenialisme ............................................................................................................................................ 2

2.3Aliran Filsafat Rekonstruksionalisme ............................................................................................................................. 2

BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 kesimpulan ...................................................................................................................................................................... 5

3.2 Saran ............................................................................................................................................................................... 5


BAB I

PENDAHULUAN

2.1 LATAR BELAKANG

Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya

mengenal pendidikan. Para filsup melaluikarya filsafat pendidikannya berusaha menggali ide-ide baru tentang

pendidikan$yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan pesertadidik dan

pendidik maupun ditinjau dari latar ge"gra is$ s"si"l"gis$ dan budayasuatu bangsa. dari sudut pandang

keberadaan manusia akan menimbulkan aliran Perenialisealis, kontruksionalisme dan esensialisme .

Dari berbagai aliran filsafat pendidikan tersebut di atas memberi dampak terciptanya konsep-konsep atau teori-

teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung masing-masing filsafat pendidikan

itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan filsafat pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu

diwujudkan di atas kebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan.Dengan kata lain teori-teori pendidikan
harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.

2.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah manusia dan keindahan adalahsebagai berikut:

1.Apa yang dimaksud dengan aliran-aliran filsafat pendidikan ?

2.Apa saja aliran-aliran filsafat pendidikan ?

3.Bagaimana perbandingan antara aliran pendidikan di zaman dulu dan dizaman modern seperti sekarang ini?

2.3 TUJUAN

 Untuk mengetahui aliran aliran filsafat pendidikan


 Untuk mengetahui asal usul aliran filsafat pendidikan
 Untuk mengetahui perkembangan aliran filsafat pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 ALIRAN ESENSIALISME

A. Pengertian Aliran Esensialisme

Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada
kebudayaan lama. Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang
berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan
yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan
tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat
eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan
harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan

kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif
selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.

B. Sejarah Perkembanggan Esensialisme

Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme, yaitu
yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah
berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta
kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi
terhadapa tradisi dan sebagai puncak timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang
dari aktivitas manusia.14 Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930 dengan beberapa orang pelopornya
seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell. Pada tahun 1938 mereka
membentuk suatu lembaga yang disebut dengan “the essensialist committee for the advancement of American
Education” sementara Bagley sebagai pelopor esensialsme adalah seorang guru besar pada “Teacher College”
Colombia University. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah mentransmiskan warisan budaya dan sejarah
kepada generasi muda.

Aliran ini populer pada tahun 1930 an dengan populernya Wiliam Bagley (1874-1946). Pada awal abad ke-20 aliran
ini dikritik sebagai aliran kaku untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia dewasa. Namun, dengan suksesnya Ui
Sopiet dalam meluncurkan Sputnik pada tahun 1957, minat pada aliran ini kembali hidup. Pada tahun 1983 The
President’s Commission on Excellence in Education di AS menerbitkan laporan, A Nation at Risk, yang
memperlihatkan kehidupan penganut aliran e

C. Ciri-ciri Utama

Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai
pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada
dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang
disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam
pikir modern.

Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad
pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang
memenuhi tuntutan zaman. Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat
tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain,
pandangan-pandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu, alam adalah yang
pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari
pengalaman terletak pada dunia fisik. Dan disana terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-
persepsi yang tidak semata-mata bersifat mental.

Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini
maka aliran Essentialisme dianggap para ahli sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali
kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.

Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji oleh segala
zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa
depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran para filosof ahli pengetahuan yang agung,
yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka bersifat kekal dan monumental.

Kesalahan dari kebudayaan moderen sekarang Essensialisme ialah kecenderungannya, bahkan gejala-gejala
penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-
kultural yang tidak kita ingini sekarang, hanya dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah
kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan demikian, kita boleh optimis dengan masa depan kita,
masa depan kebudayaan umat manusia.

Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai berikut:

minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik
perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa
adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia,
oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah
suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat
tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
D. Implikasi Aliran Essentialisme Terhadap Pendidikan

1. Pandangan ontologi essensialis

Dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti
bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk kebahagiaan dunia dan akherat. Isi pengetahuannya mencakup,
kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.

2. Pandangan epistemologi

teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistomologi esensialisme.

Sebab, jika manusia mampu menyadari bahwa realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti
mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya.Berdasarkan kualitas
inilah manusia memproduksi pengetahuannya secara tepat dalam benda-benda, ilmu alam, biologi sosial, dan agama.

3. Pandangan aksiologi esensialisme

Pandangan Aksiologi sangat dipegaruhi oleh ontologi dan epistemologi.

Teori Nilai Menurut Idealisme:

sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.Penganut
idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika
banyak interaktif berada didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.

Teori Nilai Menurut Realisme:

kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya
bisa dihayati oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek tersebut

4. Pandangan mengenai belajar

Essensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat bahwa bila seseorang itu belajar pada taraf
permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Akal budi
manusia membentuk, mengatur, mengelompokkannya dalam ruang dan waktu. Dengan prinsip itu dapat dikatakan
bahwa belajar pada seseorang sebenarnya adalah mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri sebagai substansi
spritual. Jiwa membina dan menciptakan dirinya sendiri. Jadi belajar adalah menerima dan mengenal dengan
sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi serta diteruskan
kepada angkatan berikutnya (Barnadib:1996:56). Belajar adalah cerminan dari jiwa yang aktif.

5. Pandangan Kurikulum Essentialisme


Essensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa pendidikan selayaknya bergerak dalam
kegiatan pembelajaran tentang keahlian dasar, seni dan sains yang telah nyata-nyata berguna dimasa lalu dan tetap
demikian dimasa yang akan datang. Para essensialis percaya bahwa beberapa keahlian esensi atau dasar mempunyai
kontribusi yang besar terhadap keberadaan manusia seperti membaca, menulis, aritmatika dan perilaku sosial yang
beradab. Keahlian dasar ini merupakan hal yang selayaknya dan memeng dibutuhkan sehingga selalu ada dalam
setiap kurikulum sekolah dasar yang baik.

Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari sejarah, matematika, sains dan sastra.
Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari dua komponen yaitu mata kuliah umum dan sains. Dengan menguasai mata
kuliah ini yaitu yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan alam, seorang siswa mempersiapkan diri untuk
berpartisipasi ssecara efektif dalam masyarakat beradab.

Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai yang sederhana sampai yang kompleks.
Kurikulum direncanakan dan disusun berdasarkan pikiran yang matang agar manusia dapat hidup harmonis dan
menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis.

E. Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme

Esensialisme didasri atas pandanga humanis yang merupakan reaksi tehadap hidup yang mengarah pada
keduniawian, serba ilmiah dan meterialistik. Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham
penganut aliran idealisme dan realisme. Beberapa tokoh utama dalam penyebaran aliran esensialisme adala:

Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16, yang merupakan
tikoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum
sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum
Aristokrat.

Johann Amos Comenius, yang hidup di seputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang memiliki pandangan
realitas dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai
dengan kehendak tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.

John Locke, tikoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia berpendapat bahwa
pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.

Johann Henrich Pestalozzi, sebagai seorang tokoh yang berpandangan naturalistis yang hidup pada tahun 1746-
1827. Pestalozzi memiliki kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada manusia
terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya.

Johann Friederich Frobel, 1782-1852 sebagai tokoh yang berpandangan kosmis-sintetis dengan keyakinannya
bahwa manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian dari alam ini, sehingga manusia tunduk dan
mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.

Johann Friederich Harbert, yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salah seorang murid dari Immanuel Kant
yang berpandangan kritis, Harbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang
dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang
disebut proses pencapayan tujuan pendidikan oleh Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.

William T. Harris, tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909. Harris yang pandanganmya
dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan idealisme obyektif pada pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya
adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual.

3.2 ALIRAN PERENIALISME

A. Pengertian perenialisme

Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English
diartikan sebagai “continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari
makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang
pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan
zaman moderen telah menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis ini
perenialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan masa lampau” regresive road to culture.
Oleh sebab itu perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan
manusia zaman modren ini kapada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal yang telah teruji
ketangguhannya.

Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang
theologis – bernaung dibawah supremasi gereja katolik. Dengan orientasi pada ajaran dan tafsir Thomas Aquinas –
dan (b) perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita Plato dan Aristoteles.

B. Sejarah Perkebdangan Aliran perenialisme

Aliran perenialisme lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama
dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah
menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert
Maynard Hutchins dan ortimer Adler.

Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan dan keemasan filsafat perenialisme. Namun,
mungkin saja kita bisa saja dengan terburu-buru melihat perkembangan filsafat perenial ini hanya dalam kerengka
sejalan pemikiran barat saja, melainkan juga terjadi di wilayah lainnya . dan memang harus tetap diakui bahwasanya
jejak perkembanganfilsafat perenial jauh lebih tampak.

dalam konteks sejarah perkembangan intelektual barat, apalagi sebagai jenis filsafat khusus, filsafat ni mendafat
eleborasi sistem dari para perenialis barat, seperti Agostino Steunco. Namun, filsafat perenial atau yang sering
disebut sebagai kebijaksanaan univeral, disebabkan oleh beberapa alasan yang kompleks secara berangsur-angsur
mulai rumtuh menjelang akhir abad ke-16. Salah satu alasan yang paling dimonan adalah perkembangan yang pesat
dari pilsafat materialis. Filsafat materialis ini membawa perubahan yang radikal terhadap paradigma hidup dan
pemikiran manusia pada saat itu.

Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak aspek relita yang diabaikan, dan yang tinggal
hanyalah mekanistik belaka. Filsafat materialis ini begitu kuat mempengaruhi pola pikir manusia abad modern yang
merentang sejak abad ke-16 hingga akhir abad ke-20. Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, sehingga
pada tia-tiap bentuk pemikiran baru yang muncul hingga pada zaman kontemporer. Dan zaman kontemporer inilah
dapat dikatakan zama kebangkitan filsafat perenialisme.

C. Ciri- Ciri Perenialisme

• Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato, Aristoteles dan Santo
Thomas Aquines.

• Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti
tak terikat oleh ruang dan waktu.

• Nilai bersifat tak berubah dan universal.

• Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman pertengahan
(renaissance).

D. Implikasi Aliran Perenialisme Terhadap Pendidikan

1. Pandangan tentang realita (ontologis)

Peremialisme memandang bahwa realitas itu bersifat universal dan ada dimana saja, juga sama disetiap waktu. Inilah
jaminan yang dapat dipenuhi dengan jalan mengerti wujud harmoni bentuk-bentuk realita, meskipun tersembunyi
dalam satu wujut materi atau pristiwa-pristiwa yang berubah, atau pun didalam ide-de yang berea

2. Pandangan tentang pengetahuan (Epistimologi)

Perennialisme mengakui bahwa impresi atau kesan melalui pengamatan tentang individual thing adalah pangkal
pengertian tentang kebenaran. Tetapi manusia akan memperoleh pengetahuan lebih tepat jika bersandar pada asas-
asas kepercayaan dan bantuan wahyu; dan itulah tahu dalam makna tertinggi, yang ideal

3. Pandangan tentang nilai (Axiologi)

Pandangan tentang hakikat nilai menurut perennialisme adalah pandangan mengenai hal-hal yang bersifat spiritual.
Yang absolut atau ideal (Tuhan) adalah sumber nilai dan oleh karena itu nilai selalu bersifat teologis.

4. Pandangan tentang pendidikan

Pendidikan
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan kembali,atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai
kebudayaan yang ideal.

Tujuan pendidikan

Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi tujuan
pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan
menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.

Sekolah

Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite itelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan
meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan peserta
didik atau orang muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan peraturan-peraturan
yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya.

Kurikulum

Kurikulum pada aliran ini berpusat pada mata pelajaran, dan cenderung menitikberatkan pada: sastra, matematika,
bahasa, dan humaniora, termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal.

Metode

Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu
membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan
pikiran.

Peranan guru dan peserta didik

Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai “mirid” yang
mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan
moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior
dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect knowladge.

E. Tokoh-tokoh Aliran Perenialisme

AristotelesFilsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran
filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai
pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.

Plato

Dunia ideal bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan.

Aristoteles
Mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan alam kehidupan manusia sehari-hari.
Manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus

Thomas Aquinas

Pendidikan adalah menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif dan nyata yang
timbul dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang mendukungnya pada tiap-tiap individu.

3.3 Aliran Rekonstruksionisme


Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam
konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis
kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam, kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang
merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan
kesimpangsiuran.
Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh
aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk
mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran perenialisme memilih cara tersendiri, yakni
dengan kembali ke alam kebudayaan lama (regressive road culture) yang mereka anggap paling ideal. Sementara itu,
aliran rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia
atau agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya.Maka, proses dan
lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang baru. Untuk tujuan tersebut diperlukan kerja sama antarumat manusia.[4]
Aliran rekonstuksionisme bercita-cita uutuk mewujudkan dan melaksanakan sinthesa atau perpaduan
ajaran Kristen dan demokrasi modern dengan teknologi modern dan seni modern didalam suatu kebudayaan yang
dibina bersama oleh seluruh kedaulatan bangsa-bangsa sedunia.[5]
Rekonstruksinalisme mencita-citakan terwujudnya sutu dunia baru, dengan kebudayaan baru dibawah suatu
kedaulatan dunia, dalam control mayoritas umat manusia.Dengan kata lain perkataan aliran rekonstruksionalisme
adalah aliran yang menghendaki agar anak didiknya dapat dibandingkan kemampuaannya untuk secara kontruktif
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan perkembangan masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu
pengetahuaan dan teknologi. Dengan penyesuaian seperti anak didik akan tetap berada dalam suasana aman dan
bebas.[6]
Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa aliran rekonstruksionisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu
dunia dimana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dari kedaulatan dan otoritas
internasional.[7]

C. Tokoh-tokoh Aliran Rekonstruksionisme


Aliran filsafat Rekonstruksionisme dipelopori oleh Goerge Count dan Harold Rugg pada 1930. Mereka
bermaksud membangun masyarakat baru, masyarakat yang dipandang pantas dan adil.Ide gagasan mereka secara
meluas dipengaruhi oleh pemikiran progresif Dewey; dan ini menjelaskan mengapa aliran Rekonstruksionisme
memiliki landasan filsafat pragmatism. Meskipun mereka banyak terinspirasi pemikiran Theodore Brameld,
khususnya dengan beberapa karya filsafat pendidikannya, mulai dari ‘Pattern of Educational Philosophy (1950),
Toward recunstucted Philosophy of Education (1956), dan Education of power (1965).[8]

D. Prinsip-Prinsip Aliran Rekonstruksionisme


1. Masyarakat dunia sedang dalam kondisi Krisis , jika praktik- praktik yang ada sekarang tidak dibalik,maka
peradaban yang kita kenal ini akan mengalami kehancuran.
Persoalan-persoalan tentang kependudukan, sumber daya alam yang terbatas, kesenjangan global dalam
distribusi (penyebaran) kekayaan, poliferasi nuklir, rasisme, nasionalisme sempit, dan penggunaan teknologi yang
‘sembrono’ dan tidak bertanggung jawab telah mengancam dunia kita sekarang dan akan memusnahkannya jika
tidak dikoreksi segera mungkin. Persoalan-persoalan tersebut menurut kalangan rekonstruksionisme, berjalan seiring
dengan tantangan totalitarisme modern, yakni hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat luas dan
meningkatnya kedunguan fungsional penduduk dunia. Singkatnya, dunia sedang menghadapi persoalan-persoalan
sosial, militer dan ekonomi pada skala yang terbayangkan. Persoalan-persoalan yang dihadapi tersebut sudah
sedemikian beratnya sehingga tidak dapat lagi diabaikan.
2. Solusi efektif satu-satunya bagi pesoalan- pesoalan dunia kita adalah penciptaan social yang menjagat.
Kerjasama dari semua bangsa adalah satu-satunya harapan bagi penduduk dunia yang berkembang terus yang
menghuni dunia dengan segala keterbatasan sumber daya alamnya. Era teknologi telah memunculkan saling
ketergantungan dunia, di samping juga kemajuan-kemajuan di bidang sains. Di sisi lain, kita sedang didera
kesenjangan budaya dalam beradaptasi dengan tatanan dunia baru. Kita sedang berupaya hidup di ruang angkasa
dengan sebuah sistem nilai dan mentalitas politik yang dianut di era kuda dan andong.Menurut rekonstruksionisme,
umat manusia sekarang hidup dalam masyarakat dunia yang mana kemampuan teknologinya dapat membinasakan
kebutuhan-kebutuhan material semua orang. Dalam masyrakat ini, sangat mungkin muncul penghayal karena
komunitas internasional secara bersama-sama bergelut dari kesibukan menghasilkan dan mengupayakan kekayaan
material menuju ke tingkat dimana kebutuhan dan kepentingan manusia dianggap paling penting. Dunia semasa itu,
orang-orang berkonsentrasi untuk menjadi manusia yang lebih baik (secara material) sebagai tujuan akhir.
F. Teori pendidikan rekonstruksionisme
1. Tujuan Pendidikan
a. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial,
ekonomi dan politik dalam masyarakat.
b. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara
yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
c. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial,
ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik untuk
perbaikan.Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan
program aksi perbaikan masyarakat.
3. Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan.
Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusi, yang
termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri; dan program-program perbaikan yang
ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses penyelidikan
ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan, dan perlu
berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat manusia,
mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk
memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru harus
menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah
yang menjanjikan keberhasilannya.
Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
1) Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi
nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat
modern.
2) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan lembaga utama dalam
masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.
3) Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
4) Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana dengan cara memperhatikan
prosedur yang demokratis
5) Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-
kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial
yang mendorong kita untuk menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat
universal.
6) meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan cara
bagaimana guru dilatih.[11]
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa aliran filsafat pendidikan yang kita gunakan dalam
proses pembelajaran sangat mempengaruhikarakter peserta didik kedepannya. Masing-masing aliran memiliki ciri-

ciri dan pengaruh terhadap pendidikan. Filsa at pendidikan eksistensialisme berisi athumanistis progresivisme

merupakan pendidikan yang berpusat pada pesertadidik perenialisme merupakan pendidikan yang berpusat pada
nilai-nilai luhur yang kekal dan dianggap kuat untuk menjadi pandangan hidup esensialisme merupakan aliran
filsafat yang mendukung perenialisme rekonstruksinisme adalah aliran pendukung progresivisme yang
memfokuskan pendidikan padakarakter serta sosialisasi peserta didik.

3.2 SARAN

Demikian makalah yang dapat saya selesaikan, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi
diri kami sendiri selaku pelajar. Dalam penulisan karya tulis ini pastinya terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
maka dari itu besar harapan penulis untuk menerima kritikan dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya pada tugas-tugas berikutnya. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai