Anda di halaman 1dari 11

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

(Mini riset sejarah Islam)

DOSEN PENGAMPU : Drs. Ponirin, M.Si

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

-AGNES SENTIA GINTING (NIM 3213321006)

-LEONY OCTORA MANIHURUK (NIM 3213321028)

-MARIA SILITONGA (NIM 3213321016)

-MUHAMMAD KABUL (NIM 3212421022)

-WIDYA RACHEL NATASHA HUTAURUK (NIM 3213321005)

-WAHYU RADETI GINTING (3212421012)

MATA KULIAH SEAJARAH ISLAM

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, oleh karena berkat dan karuniaNya kami dapat
menyelesaikan penyusunan mini riset ini dengan baik. Kami berharap mini riset ini dapat
menambahkan pengetahuan dan pengalaman agar lebih memahami bagaimana hidup rukun dengan
sesama umat beragama.

Adapun makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, maka dari itu meminta maaf dan kami
terbuka terhadap saran-saran dan masukan yang ditujukan kepada kami agar kedepannya kami bisa
memberikan yang lebih baik. Semoga mini riset ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Terimakasih juga kenapa bapak dosen Dra. Ponirin M. Si karena telah membimbing dalam
penyelesaian mini riset ini
DAFTAR ISI

BAB 1..................................................................................................................................................i

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................................i

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................i

1.3 TUJUAN PENELITIAN.................................................................................................................ii

BAB 2.................................................................................................................................................2

1.1 Apa itu kerukunan umat beragama...........................................................................................2

1.2 Kerukunan umat beragama di Indonesia..................................................................................3

1.3 Teologis etis kristen tentang kerukunan umat beragama di Indonesia................................ 5

BAB 3............................................................................................................................................... 7

PENUTUP ........................................................................................................................................ 7

KESIMPULAN ...................................................................................................................................7

SARAN...............................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................8


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara demokrasi yang pada setiap warga negaranya memiliki hak yang sama
untuk bebas memilih atau memeluk keyakinan masing-masing. Adapun agama-agama atau keyakinan
yang dipercaya warga negara Indonesia diantaranya agama Kristen, Katholik, Islam, Buddha, dan Hindu.
Selain itu ada juga satu agama atau keyakinan yang sekarang telah diakui di Indonesia yaitu agama
Khonghucu.

Dengan adanya keberagaman keyakinan itu, tentulah pasti memiliki kendala-kendala. Salah satu kendala
yang ada yaitu kendala kerukunan antar umat beragama. Banyak antar umat beragama saling
menjatuhkan satu sama lain. Kasus ambon, perusakan rumat ibadah, demonstrasi anarkis, bom di rumah
ibadah dan yang lainnyayang menyisakan masalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu waktu siap
membara dan memanaskan suasana di sekelilingmya. Hal ini mengindentifikasi bahwa pemahaman
tentang kerukukan umat beragama perlu di tinjau ulang lagi, karenya banyaknya kasus kasus yang
menjadikan adanya saling bermusuhan, saling merasa ketidak adilan.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai agama. Kemajemukan
yang di tandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas
agama masing masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang
multicultural. Multikulutural Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku, budaya, bahasa, ras tapi
juga dalam hal agama. Dengan perbedaan agama tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bias
mengakibatkan konflik antar umat beragama.

Oleh karena itu untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama yang sejati, harus tercipta
satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna
menghindari ledakan konflik” antar umat beragama yang terjadi tiba tiba”

B. Rumusan masalah

⦁ Apa itu kerukunan antar umat beragama?

⦁ Bagaimana kondisi kerukunan antar umat beragama di Indonesia?

⦁ Bagaimana tinjauan teologis etis Kristen tentang kerukunan antar umat beragama di Indonesia?

C. Tujuan penelitian
•agar mahasiswa tahu apa maksud kerukunan beragama

•agar mahasiswa tahu bagaimana kerukunan umat beragama di Indonesia

•agar mahasiswa tahu bagaimana etis Kristen tentang kerukunan umat beragama di Indonesia

BAB 2
A.APA ITU KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Kerukunan merupakan jalan hidup setiap manusia yang memiliki bagian-bagian dan tujuan tertentu yang
harus dijaga bersama-sama, saling tolong menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan dan saling
menjaga satu sama lain. Maka dari itu setiap tanggal 3 Januari dinyatakan sebagai hari kerukunan
nasional.

Kata kerukunan berasal dari bahasa arab ruknun (rukun) kata jamaknya adalah arkan yang berarti asas,
dasar atau pondasi (arti generiknya).

Dalam bahasa Indonesia arti rukun ialah:

⦁ Rukun (nominal), berarti: Sesuatu yang harus di penuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti tidak sahnya
manusia dalam sembahyang yang tidak cukup syarat, dan rukunya asas, yang berarti dasar atau sendi:
semuanya terlaksana dengan baik tidak menyimpang dari rukunnya agama.

⦁ Rukun (ajektif) berarti: Baik dan damai tidak bertentangan: hendaknya kita hidup rukun dengan
tetangga, bersatu hati, sepakat. Merukunkan berarti: mendamaikanenjadikan bersatu hati. Kerukunan
berarti : perihal hidup rukun; rasa rukun; kesepakatan: kerukunan hidup bersama.

Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan-
perbedaan itu sebagai titik tolak untuk membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta
menerima dengan ketulusan hati yang penuh ke ikhlasan. Kerukunan merupakan kondisi dan proses
tercipta dan terpeliharannya pola-pola interaksi yang beragam diantara unit-unit (unsure / sub sistem)
yang otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling
menerima, saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta sikap saling memaknai
kebersamaan.

Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukununan adalah damai dan perdamaian. Dengan
pengertian ini jelas, bahwa kata kerukunan hanya dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan.
Kerukunan antar umat beragama bukan berarti merelatifir agama-agama yang ada dan melebur kepada
satu totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai mazhab dari
agama totalitas itu, melainkan sebagai cara atau sarana untuk mempertemukan, mengatur hubungan
luar antara orang yang tidak seagama atau antara golongan umat beragama dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kerukunan ialah hidup damai dan tentram saling
toleransi antara masyarakat yang beragama sama maupun berbeda, kesediaan mereka untuk menerima
adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain, membiarkan orang lain untuk
mengamalkan ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat, dan kemampuan untuk menerima
perbedaan.

⦁ Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama

Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab
kerukunan merupakan salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan rakyat dan bangsa
Indonesia. Tanpa terwujudnya kerukunan diantara berbagai suku, Agama, Ras dan antar Golongan
bangsa Indonesia akan mudah terancam oleh perpecahan dengan segala akibatnya yang tidak
diinginkan.

Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan suasana damai,
tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai, tenggang rasa, gotong royong
sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila.

Agama secara umum merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh masyarakat
menjadi norma dan nilai yang diyakini dan dipercaya. Agama diakui sebagai seperangkat aturan yang
mengatur keberadaan manusia di dunia.

B. KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia dipolakan dalam Trilogi Kerukunan yaitu:

⦁ Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama Ialah kerukunan di antara aliran-aliran /
paham-paham /mazhab-mazhab yang ada dalam suatu umat atau komunitas agama.

⦁ Kerukunan di antara umat / komunitas agama yang berbeda-beda Ialah kerukunan di antara para
pemeluk agama-agama yang berbeda-beda yaitu di antara pemeluk islam dengan pemeluk Kristen
Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha.

⦁ Kerukunan antar umat / komunitas agama dengan pemerintah Ialah supaya diupayakan keserasian dan
keselarasan di antara para pemeluk atau pejabat agama dengan para pejabat pemerintah dengan
saling memahami dan menghargai tugas masing-masing dalam rangka membangun masyarakat dan
bangsa Indonesia yang beragama.

Dengan demikian kerukunan merupakan jalan hidup manusia yang memiliki bagian-bagian dan tujuan
tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling tolong menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan,
saling menjaga satu sama lain.
Kerukunan antar umat beragama dapat dikatakan sebagai suatu kondisi sosial dimana semua golongan
agama bisa hidup berdampingan bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya.

Kerukunan antar agama yang dimaksudkan ialah mengupayakan agar terciptanya suatu keadaan yang
tidak ada pertentangan intern dalam masing-masing umat beragama, antar golongan-golongan agama
yang berbeda satu sama lain, antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lainnya,
antara umat-umat beragama dengan pemerintah

Wujud dari Kerukunan antar umat beragama

⦁ Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.

⦁ Saling hormat menghormati dan bekerjasama intern pemeluk agama, antar berbagai golongan agama
dan umat-umat beragama dengan pemerintah yang sama-sama bertanggung jawab mmbangun bangsa
dan Negara.

⦁ Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada orang lain.

⦁ Kondisi kerukunan antar umat beragama di Indonesia

Ditengah – tengah kemajuan jaman, selain menghadapi berbagai tantangan hidup, krisis secara
ekonomi, dan sebagainya. Indonesia pun sedang menghadapi tantangan tersendiri diantara
masyarakatnya sendiri, hal ini seringkali diakibatkan karena adanya sifat fanatisme primordial yg muncul
ditengah-tengah kehidupan masyarakatnya.

Apa itu fanatisme primordial?

⦁ Menurut Wikipedia, Fanatisme adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap
sesuatu secara berlebihan. Filsuf ⦁ George Santayanamendefinisikan fanatisme sebagai,
"melipatgandakan usaha Anda ketika Anda lupa tujuan Anda"; dan menurut ⦁ Winston Churchill,
"Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa
dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak
mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.

C.TEOLOGIS ETIS KRISTEN TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA


Agama Kristen adalah agama yang minoritas di indosia dimana yang mayoritas adalah agama Islam
dimana agama yang pertama di kenal pun memang agama Islam agama Kristen sendiri di bawa oleh
bangsa barat melalui jalur perdagangan VOC oleh Belanda, agama Kristen di Indonesia kurang mendapat
keadilan karna banyaknya umat lain yang krisis toleransi seperti contoh ahok yang di libatkan pendista
agama yang faktanya itu salah dan hanya adu domba belakang oleh pihak yang tak suka terhadap ahok
karna agama Kristen.

Meskipun demikian, perlu kita sadari bahwa kita tidak boleh melakukan generelisasi terlalu jauh. Di
Indonesia jumlah umat Kristen yang hanya sekitaran 10% saja itu, sekitar 20-an juta orang, maka bila
dirata-ratakan setiap gedung gereja mempunyai jemaat 500 orang (banyak yang dibawah angka ini),
maka jumlah gedung gereja di Indonesia adalah sekitar 40.000 (empat puluh ribu) jumlahnya. Jadi
penghambatan yang dialami hanya menyangkut 0.8% dari seluruh gedung gereja yang ada.

Melihat fakta ini, kita jangan terlalu jauh menyimpulkan hal-hal yang kasuistik itu sebagai masalah Anti-
Kristen secara general. Kita perlu menundukkan pada proporsi sebenarnya dengan melokalisasikan
masalahnya yaitu ditujukan kepada ‘kelompok fanatik dalam Islam’ yang nota bene merupakan
kelompok minoritas dalam Islam yang oleh kelompok mayoritas dalam Islam sendiri tidak selalu
didukung. Sikap terlalu meng-generalisasi yang demikian bias menjurus pada generalisasi-balik dimana
kekristenan bias mengalami antipasti dari kelompok mayoritas dalam Islam. Justru umat Kristen
seharusnnya bergandengan tangan dengan kelompok mayoritas dalam Islam, dalam kerangka
kebangsaan Indonesia untuk mengatasi ‘kelompok fanatik dalam Islam’ yang minoritas itu.

Fanatisme Primordialisme agama tidak merupakan monopoli agamatertentu, tetapi ternyata bias
dilakukan oleh umat fanatik dalam semua agama. Dimana mereka menjadi mayoritas di suatu daerah,
maka masuknya agama lain daerah itu dapat memanaskan hubungan paguyuban homogeny yang sudah
terjadi. Kenyataan ini memang merupakan hambatan serius penegakkan Pancasila dan Bhinekka Tunggal
Eka di Indonesia.

⦁ Dalam huru-hara di Timor Timur disamping unsur lainnya seperti kesenjangan sosial ekonomi dan
kesukuan, unsur fanatisme agama ikut terlibat dimana banyak gereja Protestan dan mesjid dibakar oleh
umat Katolik

⦁ Kasus Surabaya, Situbondo, dan Tasikmalaya, justru dilakukan oleh orang Islam fanatik, dan
mengorbankan banyak gereja protestan maupun Katolik.

⦁ Kerusuhan di Sanggau Ledo melibatkan orang yang banyak di antaranya beragama Kristen Protestan
dan menimpa pendatang yang kebanyakan beragama Islam.

Sekalipun demikian, kasus-kasus tersebut tidak bisa dibilang sebagai kasus murni disebabkan agama,
sebab ada beberapa faktor lain yang ikut menjadi penyebab.

Kalau banyak orang Katolik membakar mesjid dan gereja Protestan di Timor Timur kita tidak dapat
mengatakan bahwa orang Katolik anti Islam dan Protestan, demikian juga di Surabaya, Situbondo dan
Tasikmalaya, ada orang Islam membakar gereja Katolik dan Protestan tentunya tidak arif kalau kita
menuduh Islam seluruhnya sebagai membakar gereja. Sebaliknya juga, meskipun banyak orang Kristen
membakar rumah orang islam di Sanggau Ledo yang mungkin mengenai mesjid, tentu kita tidak tepat
kalau mengatakan bahwa umat Kristen mengusir umat Islam. Soalnya lagi, di sebagian besar tanah air
dan penduduk Indonesia, kerukunan itu masih ada, tanpa menimbulkan masalah.

Kerukunan agama dan keyakinan merupakan identitas diri lain dari kemajemukan alamiah bangsa
Indonesia. Para perumus dasar Negara Pancasila terdahulu telah bersepakat untuk menempatkan dasar
spiritualitas Nusantara ini dalam urutan pertama dari kelima sila Pancasila, Ketuhana Yang Maha Esa.
Nilai yang terkandung dalam sila ini adalah kewajiban bangsa Indonesia untuk beragama secara
kebudayaan, yakni suatu sikap dan perilaku beragama yang menjunjung prinsip-prinsip toleransi. Bagian
dari prinsip toleransi beragama tersebut dapat dilakukan dengan menjauhkan sikap tindakan
memaksakan keyakinan seseorang atau kelompok atas individu atau kelompok lainnya.

BAB 3

PENUTUP
⦁ KESIMPULAN

Bila kita ingin memecahkan masalah Primordialisme Agama itu, kita perlu melokalisir permasalahannya
agar mudah mengobatinya. Dalam suasana huru-hara yang banyak terjadi belakangan ini, semua pihak
harus mawas diri untuk tidak melakukan generalisasi seakan akan agama ini salah dan agama ini betul,
karena pelaku-pelaku kerusuhan umumnya adalah sekelompok fanatis agama yang jelas disesali oleh
pimpinan agama itu sendiri. Yang jelas kasus-kasus yang melibatkan primordialisme agama perlu
dihadapi dengan hati-hati untuk tidak meluaskan masalahnya menjadi general, massal, dan berskala
nasional.

⦁ SARAN

⦁ Bagi Mahasiswa

Hendaknya sebagai mahasiswa yang baik, kita jangan terlalu mudah untuk mengambil keputusan suatu
masalah yang bersangkutan dengan Agama. Jangan menilai suatu masalah itu dari agamanya, dan
jangan juga mengadu dombakan agama yang satu dengan agama yang lain.

⦁ Bagi Masyarakat

Hendaknya dalam bermasyarakat yang baik setiap masyarakat jangan mudah terpengaruh akan keadaan
yang ada di sekitar kita. Jangan juga membedakan bedakan agama yang satu dengan yang lain agar
terciptanya kerukunan umat beragama yang sangat baik

⦁ Bagi Pemerintah

Sebaiknya pemerintah tidak mencampurkan urusan politik atau pekerjaan dalam agama, karena itu
dapat menyebabkan SARA, dan hendaknya pemerintah bisa mengambil kesimpulan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Surat dari FKKS-Jatim tanggal 17 Januari 1997 yang dikirimkan melalui nternet ke Pengurus

PGI/PII/DPI/PGBI.)

Sumber kasus: http://www.tempo.co.id/ang/har/1997/970107_1.htm)

Tonnies. Ferdinand. 1887. Gemeinschaft und Gesselschaft

Baum, Grehory. 1975. Religion and Alienation: A Theoligical Reading of Sociology

https://id.wikipedia.org/wiki/Fanatisme

https://id.wikipedia.org/wiki/Primordialisme

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/07/pengertian-kerukunan-antar-umat-beragama.html

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-kerukunan.html

Herlianto. 1997. Gereja di tengah Gejolak Kota-Kota sesudah Surabaya, Situbondo &

Tasikmalaya, lalu…?

A, Ubaedillah. 2015. Pancasila Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila, Demokrasi,

Dan Pencegahan Korupsi (Edisi Pertama)

Anda mungkin juga menyukai