Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBENTUKAN BANGSA-BANGSA DI ASIA TENGGARA

Dosen Pengampu Sejarah Asia Tenggara :

Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M. Si

Disusun Oleh :

Agnes Sentia Br Ginting 3213321006

Della Yuspita Sari 3211121019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
PENDAHULUAN

Asia Tenggara adalah sebuah kawasan di bagian Tenggara. Kawasan ini mencakup indochina
dan semenanjung melaya serta kepulauan di sekitarnya Asia Tenggara memiliki letak yang
ditinjau dari berbagai aspek baik itu dari segi astronomis,geografis,politis,ekonomis serta
sosial serta keadaan alamnya . Letak dari asia tenggara yang sangat strategis menjadikan
kawasan ini alur perdagangan global. Dalam era global yang berkembang dengan sangat
pesat mendorong negara yang ada di dunia terus melakukan perubahan sesuai dengan apa
yang ada sekarang ini .Pada wilayah regional asia tenggara saat ini menghadapi berbagai
permasalahan di masing-masing negara di Asia Tenggara dan tantangan perekonomian.

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN............................................................................................................. i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

KAJIAN MATERI

PEMBENTUKAN BANGSA-BANGSA DI ASIA TENGGARA................................. 1

1.1 HUBUNGAN KONDISI ALAM DENGAN SEJARAH ASIA TENGGARA.... 4

1.2 PENYEBARAN BANGSA-BANGSA DI DARATAN ASIA TENGGARA…….. 7

KATA PENUTUP………………………………………………………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..…. 11

ii
Pembentukan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia


Tenggara (Perbara) adalah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di Asia Tenggara.
ASEAN didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok. Terdapat lima
negara pendiri ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Dalam
perkembangannya, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja kemudian
bergabung dengan ASEAN.

Sejarah berdirinya ASEAN diawali karena beberapa kesamaan negara-negara pendirinya serta
konflik yang terjadi saat itu. Tahun 1960-an merupakan masa-masa yang sulit bagi negara di Asia
Tenggara. Ada sejumlah perselisihan yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. Apa saja sih
konfliknya?

Asia Tenggara merupakan tempat yang strategis sehingga beberapa negara di kawasan ini
menjadi basis blok untuk Timur dan Barat, seperti di negara Vietnam dan Filipina. Selain itu, konflik
militer juga terjadi di negara lain seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Ada pula konflik bilateral
yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia, serta Kamboja dan Vietnam.

Permasalahan-permasalahan ini berdampak pada stabilitas pertahanan dan ekonomi di negara-


negara Asia Tenggara. Akhirnya, beberapa pemimpin berinisiatif untuk menciptakan suasana aman
dan damai untuk kawasan Asia Tenggara dengan membentuk ASEAN.

1
Berikut ini adalah negara-negara anggota ASEAN:

 Indonesia (negara pendiri ASEAN)

Ibu Kota: Jakarta


Hari Kemerdekaan: 17 Agustus
Bahasa: Bahasa Indonesia
Mata Uang: Rupiah (IDR)

Bentuk Negara : Republik Presidensial


Luas Wilayah: 1.904.569 km²

 Malaysia (negara pendiri ASEAN)

Ibu Kota: Kuala Lumpur


Hari Kemerdekaan: 31 Agustus
Bahasa: Malaysia
Mata Uang: Ringgit (MYR)

Bentuk Negara : Monarki Federasi


Luas Wilayah: 329.847 km²
 Filipina (negara pendiri ASEAN)

Ibu Kota: Manila


Hari Kemerdekaan: 12 Juni
Bahasa: Filipino/Tagalog dan Inggris
Mata Uang: Peso (PHP)

Bentuk Negara : Republik Presidensial


Luas Wilayah: 343.448 km²

 Singapura (negara pendiri ASEAN)

Ibu Kota: Singapura


Hari Kemerdekaan: 9 Agustus
Bahasa: Inggris, China, Mandarin, Melayu, dan Tamil
Mata Uang: Dolar Singpura (SGD)

2
Bentuk Negara :Republik Parlementer
Luas Wilayah: 721,5 km²

 Thailand (negara pendiri ASEAN)

Ibu Kota: Bangkok


Hari Kemerdekaan: 5 Desember
Bahasa: Thai
Mata Uang: Bath (THB

Bentuk Negara : Monarki Konstitusional


Luas Wilayah: 513.120 km²

 Brunei Darussalam bergabung pada (7 Januari 1984)

Ibu Kota: Bandar Seri Begawan


Hari Kemerdekaan: 23 Februari
Bahasa: Melayu, Inggris, dan Mandarin
Mata Uang: Dolar Brunei (BND)

Bentuk Negara : Monarki Absolut


Luas Wilayah: 5.765 km²
 Vietnam bergabung pada (28 Juli 1995)

Ibu Kota: Hanoi


Hari Kemerdekaan: 2 September
Bahasa: Vietnam
Mata Uang: Dong (VND)

Bentuk Negara : Republik Sosialis


Luas Wilayah: 331.230,8 km²
 Laos bergabung pada (23 Juli 1997)

Ibu Kota: Vientiane


Hari Kemerdekaan: 2 Desember

3
Bahasa: Lao, Prancis, dan Inggris
Mata Uang: Kip (LAK)

Bentuk Negara : Republik Sosialis


Luas Wilayah: 237.955 km²
Myanmar bergabung pada (23 Juli 1997)

Ibu Kota: Nay Pyi Taw


Hari Kemerdekaan: 4 Januari
Bahasa: Burma
Mata Uang: Kyat (MMK)

Bentuk Negara : Republik Parlementer


Luas Wilayah: 676.579 km²

 Kamboja bergabung pada (30 April 1999)

Ibu Kota: Phnom Penh


Hari Kemerdekaan: 9 November
Bahasa: Khmer, Prancis, dan Inggris
Mata Uang: Riel (KHR)

Bentuk Negara : Monarki Konstitusional


Luas Wilayah: 181.035 km²

1.1 HUBUNGAN KONDISI ALAM DENGAN SEJARAH ASIA TENGGARA

Kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah yang terletak di Benua Asia. Asia Tenggara
memiliki letak strategis dan sumber daya alam yang potensial. Kualitas dan kuantitas, serta
potensinya cukup tinggi. Diikuti dengan pesebaran yang luas. Potensi sumber daya alam yang
dimiliki seperti minyak bumi atau bahan tambang lain.

Hutan, peternakan, perikanan, dan pertanian juga masuk ke dalamnya. Dalam buku A New
History of Southeast Asia (2010) karya MC Ricklefs, Asia Tenggara terletak dekat dengan dua
samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Sehingga pelayaran ke dan dari kedua samudra

4
tersebut melalui selat-selat, yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Asia Tenggara juga
menjadi penghubung negara-negara Eropa, Timur Tengah, Afrika, dam Asia Selatan dengan negara-
negara Asia Timur dan Australia, serta Selandia Baru.

Pertanian adalah perkembangan alami yang berasal dari kebutuhan. Sebelum


pertanian, berburu dapat memenuhi kebutuhan makanan. Masyarakat Asia Tenggara telah melakukan
berbagai kegiatan domestikasi baik berupa hewan maupun tanaman seperti memelihara anjing, ayam,
dan babi beribu-ribu tahun yang lalu. Makanan terkait dengan status sosial. Apabila makanan
tersedia berlebih, orang mengadakan pesta besar dan semua orang boleh makan sepuasnya. Orang-
orang kaya seperti ini biasanya bekerja bertahun-tahun mengumpulkan makanan atau kekayaan yang
dibutuhkan untuk pesta-pesta ini. Kebaikan orang-orang kaya itu akan diingat oleh masyarakat,
menjadi semacam tabungan budi untuk masa yang akan datang. Kebiasaan ini tersebar di seluruh
wilayah Asia Tenggara, bahkan sampai ke Papua. Masyarakat dengan ciri seperti ini dikenal sebagai
masyarakat agraris.

Pada saat tekanan jumlah penduduk mencapai titik yang membutuhkan intensifikasi
pertanian, berkembang teknik bercocok tanam, seperti menanam ubi jalar di Papua atau
menanam padi di wilayah Indonesia lainnya. Para ahli prasejarah berpendapat, teknik bercocok
tanam padi sawah dikenal masyarakat Asia Tenggara dari Tiongkok, khususnya lembah Sungai
Yangtse dan Yunnan.

Sekitar abad ke-5 SM, penduduk dari daerah Dongson, yang sekarang termasuk dalam


wilayah Vietnam, telah mampu menguasai keterampilan dasar pengolahan logam. Hasil kebudayaan
logam mereka adalah yang paling tua yang telah ditemukan oleh para arkeolog di Asia Tenggara.
Sedangkan masyarakat terawal yang diketahui di Thailand - yaitu sekitar tahun 3,000 SM - berlokasi
di daerah Ban Chiang.

Pada sekitar tahun 2,500 SM, bangsa Melayu mulai menyebar di wilayah semenanjung dan
memperkenalkan teknologi primitif pengerjaan logam yang telah mereka kuasai di wilayah ini.
Sekitar tahun 1,500 SM, bangsa Mon mulai memasuki wilayah Burma, sedangkan bangsa Tai datang
lebih belakangan dari daerah selatan Tiongkok ke daratan Asia Tenggara untuk kemudian
menempatinya pada sekitar milenium pertama Masehi.

Secara astronomis kawasan Asia Tenggara terletak antara 29 derajat LU - 11 derajat LS dan
93 derajat BT - 141 derajat BT.

5
Berdasarkan letak geografisnya, kawasan Asia Tenggara berada di Benua Asia bagian tenggara.
Kawasan Asia Tenggara juga berbatasan dengan berbagai negara maupun laut, sebagai berikut:

1. Utara    : Negara China dan Laut China Timur


2. Timur   : Negara Papua Nuigini dan Samudra Pasifik
3. Selatan : Benua Australia dan Samudra Hindia
4. Barat    : Samudra Hindia, Teluk Bengala dan Laut Andaman, India, serta Bangladesh.

Kawasan Asia Tenggara terdiri dari bentang darat dan air. Bentang darat adalah bagian penting
sebagai tempat tinggal dan aktivitas penduduk. Sedangkan bentang air terdiri dari air tawar dan laut.

Kawasan Asia Tenggara sendiri memiliki bentang air tawar berupa sungai, danau, dan rawa. Sungai-
sungai besar memiliki peran yang cukup penting, terutama bagi penduduk.

Dengan air yang ada di sungai, bisa sebagai sumber air untuk berbagai keperluan hidup, perikanan,
bahan tambang, lalu lintas, dan rekreasi.

Dari fungsi tersebut, tumbuhan dan berkembang kota-kota besar di pinggir sungai, yaitu:

1. Kota Yangon, Myanmar yang berada di tepi sungai Irawadi


2. Kota Bangkok, Thailand yang berada di tepi sungai Chao Phraya
3. Kota Jakarta, Indonesia yang berada di tepi sungai Ciliwung
4. Kota Ho Chi Minh, Vietnam yang berada di tepi sungai Mekong
5. Kota Phnom Penh, Kamboja yang berada di tepi sungai Mekong

Danau-danau yang ada di Asia Tenggara juga dijadikan sebagai tempat pariwisata, yaitu Danau Toba
(Indonesia), Danau Poso (Indonesia), Danau Thale Luang (Thailand), dan danau Tonle Sap
(Kamboja)

6
1.2 PENYEBARAN BANGSA-BANGSA DI DARATAN ASIA TENGGARA

Asia Tenggara kaya akan kebudayaan dan keragaman suku bangsanya menjadikan Asia
Tenggara sangat dikenal di mancanegara. Tak hanya peninggalan-peninggalan bersejarahnya saja
yang membuat Asia Tenggara menjadi tujuan wisatawan tetapi keunikan penduduknya, seperti
halnya pada suku Karen di Thailand mempunyai ciri khas dengan leher panjangnya dan suku Jawa di
Indonesia yang akan seni tradisionalnya. Asia Tenggara diidentifikasikan ke dalam dua wilayah,
wilayah pertama terdiri dari bagian mainland yang terdiri dari Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja,
dan Vietnam, dan yang kedua adalah wilayah insular yang membagi negara Malaysia, Singapura,
Brunei, Indonesia, dan Filipina (SarDesai, 1997: 6).

Meskipun letaknya secara geografis hanya dibagi menjadi dua bagian, Asia Tenggara
menjadi sangat beranekaragam. Asia Tenggara memiliki karakteristik sebagai wilayah yang plural
dan heterogen dilihat dari banyaknya etnis, budaya, dan religi berbeda pada tiap wilayah yang
tersebar (Clarke, 2001: 415). Di daerah mainland, dihuni oleh berbagai etnis, seperti Burma, Cham,
Khmer, Lao, Thai, Vietnamese, Karen, Shan, Mon, Malay, Kachin, Chin, Tiongkok, Indian, dan
Arakanese. Sedangkan pada insular menjadi kediaman untuk etnis Indonesia, Filipino, Malay, Dayak
Lautan, Dayak Daratan, Melanaus, Sabahnese, Indian, dan Cina (SarDesai, 1997: 13).

Secara garis besar apabila dikategorikan, negara-negara di Asia Tenggara memiliki


setidaknya satu etnis utama yang memiliki jumlah populasi lebih besar daripada etnis lainnya.
Berdasar data dari Gerard Clarke (2001) dari tulisannya yang berjudul From Ethnocide to
Ethnodevelopment? Ethnic Minorities and Indigenous Peoples in Southeast Asia, dipaparkan etnis
utama yang mendiami kesepuluh negara Asia Tenggara. Negara Bunei Darussalam dan Malaysia
memiliki suku Malay sebagai etnis utama yang mendiami wilayah negaranya. Kamboja didiami oleh
etnis Khmer, Myanmar oleh suku Burma, Indonesia suku Jawa, Laos suku Lao, Filipina suku
Filipino beragama kristen, Singapura oleh etnis Tiongkok, Thailand suku Thai dan Vietnam memiliki
penduduk asli etnis Kinh. Meskipun memiliki satu etnis besar, negara-negara Asia Tenggara juga
memiliki berbagai etnis yang mendiami wilayahnya.

Berbicara mengenai etnisitas Asia Tenggara, A. L Kroeber (1952) memaparkan bahwa suku


bangsa yang tinggal di kawasan Asia Tenggara merupakan keturunan dari dua ras utama, yaitu Ras
Negroid—yang menempati Semenanjung Melayu dan wilayah Negara Filipina—, serta Ras
Mongoloid—yang menempati Kepulauan Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Ras Mongoloid yang
ada di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Proto Melayu (Melayu Tua), yang menurunkan
suku Batak, Dayak, dan Toraja; 2) Deutro Melayu (Melayu Muda), yang menurunkan suku Bali,
Jawa, dan Minangkabau. Adapun suku-suku yang jumlahnya besar di Asia Tenggara antara lain

7
Suku bangsa Lao Yao dan Thai di Laos dan Thailand, Suku bangsa Semang dan Sakai di Malaysia,
Suku bangsa Khmer di Kamboja, Suku bangsa Man, Tho, Muong ,dan Vietnam di Vietnam, Suku
bangsa Jawa, Sunda, Bali, Batak, dan Dayak di Indonesia, Suku bangsa Cina, India, Melayu, dan
Pakistan di Singapura. Mengenai agama yang dianut oleh penduduk Asia Tenggara sangat beragam,
dan tersebar di seluruh wilayah. Agama Buddha menjadi mayoritas di Thailand, Myanmar,
dan Laos serta Vietnam dan Kamboja. Agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk di Indonesia, -
Malaysia, dan Brunei dengan Indonesia menjadi negara dengan penganut Islam terbanyak di dunia.
Agama Kristen menjadi mayoritas di Filipina dan Timor Leste. Di Singapura, agama dengan
pemeluk terbanyak adalah agama yang dianut oleh orang Tionghoa seperti Buddha, Taoisme,
dan Konfusianisme. Walau begitu, di beberapa daerah, ada kantong-kantong pemeluk agama yang
bukan mayoritas seperti Hindu di Bali dan Kristen di Maluku dan Papua atau Islam di Thailand -
dan Filipina bagian selatan.

Setelah menelaah berbagai hal etnisitas kawasan Asia Tenggara, secara lebih lanjut,
pembahasan akan difokuskan pada dinamika etnis Laos, sebagaimana Laos memiliki tingkat etnisitas
yang cukup tinggi, dimana populasinya terdiri lebih dari empat puluh kelompok etnis.  Adapun etnis
tersebut  diklasifikan kedalam tiga famili umum, yakni Lao Sung (upland Lao), Lao Theung
(midland Lao) dan Lao Loum (lowland Lao) (Savada, 1994: 79). Sedangkan sensus 1985 melihat
ada empat puluh tujuh kelompok dengan hanya beberapa ratus ribu populasi dan beberapa sumber
setelah perang Indocina melihat ada lebih dari enam puluh kelompok  yang dibedakan berdasarkan
tempatnya berasal dan bahasa (Savada, 1994: 87).  Hubungan antar kelompok-kelompok ini kadang
dikarakteristikkan dengan kompetisi sumber daya alamnya, serta dapat dilihat melalui tempat
tinggal, praktik agrikultur, bentuk pemerintahan dan juga kepercayaan. Tidak ada definisi pasti dari
pembagian kelompok etnis menjadi subgrup etnis karena kurangnya informasi tentang kelompok
etnis tersebut.

Lao Loum adalah kelompok mayoritas dengan keberadaan 66 persen serta meliputi beberapa
etnis yang milai berpindah dari utara menuju semenanjung Asia Tenggara sekitar 1.000 tahun yang
lalu. Kelompok ini lebih memilih untuk tinggal di lembah dengan produksi padi sebagai penghasilan
agrikulturnya. Lao Theung adalah ras Austroasiatic yang kemungkinan penduduk asli Laos yang
dulunya telah bermigrasi ke utara. Pada awalnya petani padi diletakkan di uplands saat terjadinya
migrasi Lao Loum, dan tahun 1993 terhitung ada 24 persen populasi Lao Theung (Savada, 1994; 88).
Budaya dan linguistik yang ada dalam Lao Theung lebih banyak dibandingkan dengan etnis lainnya
karena subgrup yang cukup banyak seperti Kammu, Lamet di bagian utara, Katang dan Makong di
bagian tengah serta Loven dan Lawae di bagian agak selatan. Sedangkan Lao Sung memiliki

8
populasi yang paling sedikit, yakni sebanyak 10 persen populasi, seperti subgrup Hmong yang
dominan dan Miao-Yao atau Tibeto-Burmese yang telah bermigrasi dari utara sejak dua abad
terakhir. Selain itu Mien (Yao), Akha, Lahu dan kelompok lainnya adalah subgrup yang ada didalam
Lao Sung yang memiliki populasi kecil di bagian utara. Kelompok ini tinggal di pegunungan utara
dimana mereka bertandi padi dan jagung dimana beberapa desa ini sudah ada secara resmi sejak
1970-an.

Pemerintah menyadari akan adanya perbedaan etnisitas dan pemerintah berusaha untuk
mengurangi diskriminasi antara mayoritas dan minoritas (Savada, 1994; 89). Perbedaan etnis,
eksploitasi sejarah dan kompetisi akan sumber daya alam acap kali menjadi sumber konflik di Laos,
seperti yang terjadi pada tahun 1990-an dimana kelompok migrasi lowland Tai-Lao meletakkan
LaoTheung di uplands dimana Tai-Lao memang berkuasa cara politik sehingga Lao Theung
tereksploitasi. Pertukaran budak pun dapat terjadi di bagian selatan Laos dari abad ke-18 sampai 19
dimana Lao Theung sering terlibat dalam pertukaran ini. Kolonial Perancis lantas berusaha untuk
membantu posisi lowland Lao dengan memberikan akses pendidikan dan menunjuk mereka sebagai
pemimpin pemerintah tempat tinggalnya, terlepas dari etnisitas tempat tinggalnya. Sejak 1975 angka
penduduk Lao Theung dan Lao Sung telah meningkat di populasi nasional dan tenaga dalam
pemerintahan provinsi, meski pada tahun 1993 mereka hanya diwakilkan (Savada, 1994; 90).

9
KATA PENUTUP

Demikianlah hasil dari makalah yang telah kami buat selama kurang lebih dua minggu
dalam rangka memperdalam wawasan kami tentang Usaha Kecil dan Menengah. Semoga
dengan terbentuknya makalah ini, kami dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada
semua orang yang membacanya terutama bagi Mahasiswa-Mahasiswi Gunadarma. Kami juga
berharap bahwa dengan terbentuknya makalah ini, semua orang yang membutuhkan bahan-
bahan yang terkait dengan Usaha Kecil dan Menengah menjadi tertolong dan tidak kesulitan
dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.
Makalah ini kami persembahkan bagi berkembangnya struktur pendidikan. Semoga apa
yang tertulis di dalam makalah ini selalu abadi dan memberikan berkah yang tiada hentinya
dalam kehidupan kita bersama 
Terima kasih atas segala pihak yang telah membantu terbentuknya makalah ini.
Semoga bantuan anda sekalian tidak sia-sia. 

10
DAFTAR PUSTAKA

https://amp.kompas.com/skola/read/2020/02/20/180000369/kondisi-geografi-
asia-tenggara-luas-dan-bentangnya

http://setnas-asean.id/profil-negara-anggota-asean

https://www.google.com/search?q=pembentukan+bangsa-
bangsa+di+asia+tenggara&oq=pembentukan+bangsa-
bangsa+di+asia+tenggara&aqs=chrome..69i57j33i22i29i30l4.-
1j0j7&client=ms-android-vivo&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8

https://amp.kompas.com/skola/read/2020/02/20/180000369/kondisi-geografi-
asia-tenggara-luas-dan-bentangnya

http://vandanaclan.blogspot.com/2015/05/kilas-singkat-penyebaran-bangsa-
bangsa.html?m=1

Anderson,Bennedict R. O’G. 2006. Imagined Communities: Reflections on the


Origin and Spread of Nationalism. London:Verso

Chalk, Peter. 2001. Separatism and Southeast Asia: The Islamic Factor in


Southern Thailand, and Aceh. Studies in Conflict and Terrorism 24.

Clarke, Gerard. 2001. From Ethnocide to Ethnodevelopment? Ethnic Minorities


and Indigenous Peoples in Southeast Asia.

Kroeber, Alfred L. 1952. The Nature of Culture. University of Chicago Press

SarDesai, D.R. 1997. Southeast Asia Past and Present. Colorado: Westview


Press

11

Anda mungkin juga menyukai