Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

BANI UMAYYAH
DOSEN PENGAMPU : Drs. Ponirin, M.Si
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
-AGNES SENTIA GINTING (NIM 3213321006)
-LEONY OCTORA MANIHURUK
(NIM 3213321028)
-MARIA SILITONGA
(NIM 3213321016)
-MUHAMMAD KABUL
(NIM 3212421022)
-WIDYA RACHEL NATASHA HUTAURUK
(NIM 3213321005)
MATA KULIAH SEAJARAH ISLAM
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami dengan mata kuliah sejarah islam yang berjudul Bani Umayyah.
Kami mengucapkan Terimakasih kepada bapak Ponirin selaku dosen
pengampu mata kuliah sejarah Islam yang telah memberikan bimbingan
dan arahannya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa tugas yang kami kerjakan ini banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan dalam membuat tugas makalah
ini.
Dan, semoga dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan buat
kita semua. Akhir kata kami ucapkan, Terimakasih.
Medan, 13 September 2021
PENULIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dinasti Bani Umayyah merupakan kerajaan islam pertama yang
didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini
dilakukan nya dengan cara menolak pembantaian terhadap
Khalifah Ali Bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan
melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan stratergi politik
yang sangat menguntungkan bagi nya.
Kekuasaan bani Umayyah muncul sejak berakhirnya kekuasaan
khalifah Ali Bin Abi Thalib, disinilah awal bani Umayyah menjadi
penerus kepemimpinan umat islam.
Sistem dan model pemerintahan yang diterapkan Dinasti
Umayyah ini mengundang kritik keras, terutama dari golongan
Khawarij dan Syiah.
Dalam makalah ini akan membahas sejarah perkembangan
Politik, kondisi sosial, keagamaan, dan perkembangan peradaban
pada masa dinasti bani Umayyah.
Pada masa pembangunan tidak di fokuskan pada perluasan
wilayah, tetapi juga membangun jalan raya, pabrik, gedung,
masjid,dan panti asuhan, Ilmu agama dan pengetahuan Dinasti
Umayyah juga dikenal karena fanatisme kearabannya. sebagian
besar khalifahnya sangat fanatik terhadap kearaban dan bahasa
Arab yang mereka gunakan. Mereka memandang rendah orang
non-Arab. Dan, Kondisi tersebut menimbulkan kebencian
penduduk non-Muslim kepada Bani Umayyah. Tujuannya
merupakan untuk memperkokoh barisan dalam rangka
pertahanan dan keamanan dalam negeri.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana perkembangan politik dan kondisi sosial,
keagamaan pada masa dinasti Bani Umayyah.
b. Bagaimana perkembangan peradaban pada masa Dinasti Bani
Umayyah?
c. Bagaimana Peradaban Islam pada masa Bani Umayyah?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Bani Umayyah.
b. Mengetahui bagaimana peradaban Islam pada masa Bani
Umayyah.
c. Mengetahui penyebab kemunduran dan runtuhnya Bani
Umayah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. MASA BANI UMAYYAH
A. PERKEMBANGAN POLITIK
Setelah resmi menjadi khalifah Bani Umayyah, Muawiyah
memindahkan ibu kota pemerintahan dari Madinah ke Damaskus.
Muawiyah kemudian memfokuskan diri pada perluasan wilayah,hingga
akhirnya berhasil menaklukkan seluruh kerajaan Persia, sebagian
Kerajaan Bizantium di Afrika,Khurasan, dan Afganistan.
Bani Umayyah mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan
Khalifah Al-Walid I atau Al-Walid bin Abdul Malik yang memimpin
pada tahun 705-715 masehi. Pada masanya,pembangunan tidak hanya
difokuskan pada perluasan wilayah, tetapi juga membangun jalan raya,
pabrik, gedung, masjid, dan panti asuhan. Ilmu agama dan pengetahuan
juga berkembang pesat, dan umat Islam hidup dengan aman, makmur,
serta tentram.
Pada masa pemerintahan khalifah setelahnya, ekspansi wilayah Bani
Umayyah terus berlanjut.Tidak heran apabila Bani Umayyah memiliki
daerah sangat luas, baik di barat maupun timur, yang meliputi Spanyol,
Afrika Utara, Suriah, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian
wilayah Asia, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan,
dan Kirgistan.
Khalifah-khalifah Bani Umayyah di DamaskusJumlah khalifah Bani
Umayyah di Damaskus ada 14, dengan urutan masa kepemimpinan
sebagai berikut.
Muawiyah I (661-680 M),Ibrahim (744M),Yazid I (680-683 M),Marwan
II (744750),Muawiyah II (683-684 M),Marwan I (684-685 M),Abdul-
Malik (685-705 M),Al-Walid I (705-715 M),Sulaiman (715-717
M),Umar II (717-720 M),Yazid II (720-724 M),Hisyam (724-743
M),Al-Walid II (743-744 M),Yazid III (744 M).
Sistem dan model pemerintahan yang diterapkan Dinasti Umayyah
ini mengundang kritik keras, terutama dari golongan Khawarij dan
Syiah. Karena itu, tak mengherankan jika semasa berkuasa, para
pemimpin Bani Umayyah kerap kali disibukkan untuk menekan
kelompok oposisi. Dinasti Umayyah juga dikenal karena fanatisme
kearabannya.
Sebagian besar khalifahnya sangat fanatik terhadap kearaban dan
bahasa Arab yang mereka gunakan. Mereka memandang rendah orang
non-Arab dan memosisikan mereka sebagai warga kelas dua. Kondisi
tersebut menimbulkan kebencian penduduk non-Muslim kepada Bani
Umayyah.
Karena khawatir dengan berakhirnya kekuasaan, pemerintahan terus
mengonsolidasikan persoalan internal. Tujuannya adalah untuk
memperkokoh barisan dalam rangka pertahanan dan keamanan dalam
negeri serta antisipasi terhadap setiap gerakan pemberontak.
B. KONDISI SOSIAL BUDAYA
Kondisi sosial Dalam keagamaan
Dalam bidang keagamaan, pada masa Bani Umayyah ditandai dengan
munculnya berbagai aliran keagamaan yang bercorak politik
ideologis.Mereka itu antara lain golongan Syi'ah,Khawarij dengan
berbagai sektenya: Azariqah,Najdat Aziriyah,Ibadiyah, Ajaridah dan
Shafariyah,golongan Mu'tazilah,Maturidiyah,Asy'ariyah,Qadariyah,dan
Jabariyah. Berbagai aliran dan golongan keagamaan ini terkadang u
dalam negeri.
Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, Umar ibn Abd. Al-
Aziz dapat dikatakan berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan
Syi'ah. Dia juga memberikan kebebasan kepada penganut agama lain
untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak
diperingan dan kedudukan Mawali (umat Islam yang bukan keturunan
Arab, berasal dari Persia, dan Armenia), disejajarkan dengan Muslim
Arab
C. PERKEMBANGAN PERADABAN
Perkembangan peradaban Islam masa Bani Umayyah berkembang
pesat,karena perluasan kekuasaan kekhalifahan.Pada masa ini,Banu
Umayyah menaklukkan wilayah di Afrika Utara,Al-Andalus (Spanyol
dan Portugal), dan Sindh (Paksitan).Selain itu terdapat pemimpin yag
adil dan amanah,seperti khalifah Umar bin Abdul Aziz.Namun masa ini
juga diwarnai perpecahan umat Islam,karena adanya penindasan oleh
Banu Umayyah pada lawan politiknya (pendukung Husain bin Ali dan
Abdullah bin Zubair), serta adanya diskriminasi terhadap kalangan Islam
yang bukan Arab.
Bani Umayah adalah dinasti yang memerintah kekhalifahan Islam
setelah masa Khilafah Rasyidun pada tahun 661 M.Berbeda dengan
masa sebelumnya dimana khlaifah dipilih oleh umat Islam, khalifah
pada masa Umayah ini bersifat turun temurun,dimulai dari Muawiyah
bin Abu Sufyan,yang mewariskan kekhalifahan kepada anaknya,Yazid
bin Muawiyah.Dinasti ini berpusat di kota Damaskus, Syria.
Bani Umayyah sangat ekspansif, dan meluaskan wilayah
kekhalifahan hingga ke berbagai penjuru dunia seperti Spanyol
(ditaklukkan oleh Musa bin Nusayr dan Tariq bin Ziyad pada tahun 711)
dan India (wilayah sungai Indus ditalkukkan oleh Muhammad bin Qasim
pada tahun 712).
2.2 MASA BANI ABBASIYAH
Sejarah Singkat Dinasti/Daulah Abbasiyyah:

Dinasti Abbasiyah berkuasa selama lima abad yaitu tahun 132-656/750-


1258 M, menggantikan Daulah Umayyah yang telah berkuasa selama 92
tahun (40-132 H/660-750 M). Dengan tumbangnya Bani Umayyah maka
kekuasaan berpindah ke tangan Dinasti Abbasiyah.
Dinamakan Dinasti Abbasiyah dinisbahkan kepada paman Nabi
Muhammad SAW Abbas bin Abdul Mutholib karena para pendiri dan
khalifahnya merupakan keturunan darinya. Khalifah yang pertama kali
menduduki jabatan adalah Abdul Abbas Asy Syafah yang berkuasa pada
tahun 132-136 H/750-753 M. Dinasti Abbasiyah selama masa tersebut
dipimpin oleh 37 khalifah.

Khalifah yang terakhir adalah Al Mu’tazim yang berkuasa pada tahun


124 H/1258 M dan mati terbunuh oleh pasukan Mongol pimpinan
Hulogu Khan. Hulogu Khan adalah cucu dari Jengis Khan.
Khalifah-khalifah besar pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Abu Abbas
As Safa, Abu Jafar al-Mansyur, Harun ar-Rasyid, Al Makmum, Al
Mu’tazim dan Al Watsik. Mereka adalah para khalifah yang telah
menghantarkan ke puncak masa kejayaan dan keemasan daulah Dinasti
Abbasiyah. Setelah itu hampir tidak ada khalifah yang besar lagi. Hal ini
dikarenakan mereka lebih banyak disibukkan dengan hal duniawi dan
saling berebut kekuasaan.
Selama berkuasa Dinasti Abbasiyah mengalami masa kejayaannya,
mulai dari berdirinya hingga sampai pada masa pemerintahan Khalifah
Al Watsik Billah tahun 232 H/879 M. Masa tersebut merupakan masa
yang gemilang, bahkan dapat dikatakan masa keemasan dan kejayaan
bagi umat Islam hampir di segala bidang terutama bidang keilmuan dan
menjadi pusat peradaban dunia.
Dalam aktifitas pemerintahannya Dinasti Abbasiyah mengambil pusat
kegiatan di kota Bagdad dan sekaligus dijadikan sebagai ibukota negara.
Dari sinilah segala kegiatan baik politik, sosial, ekonomi, kekuasaan,
pengetahuan, kebudayaan, dan lain-lain dijalankan.

Kota Bagdad dijadikan sebagai kota pintu terbuka, artinya siapapun


boleh memasuki dan tinggal di kota tersebut. Akibatnya semua bangsa
yang menganut berbagai agama dan keyakinan diijinkan bermukim di
dalamnya. Bagdad pun menjadi kota internasional yang sangat ramai
dan di dalamnya berkumpul berbagai unsur, seperti Arab, Turki, Persia,
Romawi, Qibthi, dan sebagainya.

A. PERKEMBANGAN POLITIK
Pada zaman abbasiyah konsep khalifah berkembang sebagai sistem
politik.ketika dulah abasiyah memegang tampuk kekuasaan tertinggi
islam.terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Selama berkuasa Dinasti Abbasiyah mengalami masa kejayaannya,
mulai dari berdirinya hingga sampai pada masa pemerintahan Khalifah
Al Watsik Billah tahun 232 H/879 M. Masa tersebut merupakan masa
yang gemilang, bahkan dapat dikatakan masa keemasan dan kejayaan
bagi umat Islam hampir di segala bidang terutama bidang keilmuan dan
menjadi pusat peradaban dunia.Dalam aktifitas pemerintahannya Dinasti
Abbasiyah mengambil pusat kegiatan di kota Bagdad dan sekaligus
dijadikan sebagai ibukota negara. Dari sinilah segala kegiatan baik
politik, sosial, ekonomi, kekuasaan, pengetahuan, kebudayaan, dan lain-
lain dijalankan.Kota Bagdad dijadikan sebagai kota pintu terbuka,
artinya siapapun boleh memasuki dan tinggal di kota tersebut. Akibatnya
semua bangsa yang menganut berbagai agama dan keyakinan diijinkan
bermukim di dalamnya. Bagdad pun menjadi kota internasional yang
sangat ramai dan di dalamnya berkumpul berbagai unsur, seperti Arab,
Turki, Persia, Romawi, Qibthi, dan sebagainya.
Dalam versi yang lain,para serajawan biasanya membagi masa
pemerintahan bani abbasiyah dalam periode:
1.Periode pertama (750-847 M)
Pada periode pertama pemerintahan bani abbasiyah mencapai masa
keemasannya.secara politis,para khalifah betul-betul tokokh yang kuat
dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus.si sisi
lain,kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuam dalam islam.
2.Periode kedua (847-945)
Perkembangan peradapan dan kebudayaan serta kemajuan besar yang
dicapai dinasti abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para
penguasa untuk hidup mewah,bahkan cenderung mencolok.demikian ini
menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.

Masa pemerintahan Bani ABBASIYAH:


dikenal sebagai masa yang agresif, dimana perhatiannya bertumpu pada
usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang sudah terhenti sejak
zaman khulafaurrasyidin terakhir. Dalam jangka waktu 90 tahu, banyak
bangsa di setiap arah penjuru mata angina beramai-ramai masuk
kedalam kekuasaan islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah
Afrika Utara, Jazirah Arab, Syria, Palestina, sebagian daerah Anatolia,
Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang
dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgiztan, yang termasuk
Soviet Rusia.

Dalam bidang politik, Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang


sama sekali baru, untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan
administrasi kenegaraan yang semakin kompleks. Selain majelis
penasihat sebagai pendamping, Bani Umayyah juga dibantu oleh
beberapa sekertaris guna membantu pelaksanaan tugasnya, yaitu:
Kati bar-rasail, yaitu sekertaris yang bertugas menyelenggarakan
administrasi dan surat menyurat dengan para pembesar setempat.
Katib al-kharrar, yaitu sekertaris yang bertugas menyelenggarakan
penerimaan dan pengeluaran negara.
Katib al-jundi, yaitu sekertaris yang bertugas menyelenggarakan
berbagai hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
Katibasy-syurtah, yaitu sekertaris yang bertugas menyelenggarakan
pemelihraan keamanan dan ketertiban umum.
Katib al-qudat, yaitu sekertaris yang bertugas menyelenggarakan tertib
hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
B. KONDISI SOSIAL KEAGAMAAN
Dalam bidang keagamaan, pada masa Bani Umayyah ditandai dengan
munculnya berbagai aliran keagamaan yang bercorak politik ideologis.
Mereka itu antara lain golongan Syi'ah, Khawarij dengan berbagai
sektenya: Azariqah, Najdat Aziriyah, Ibadiyah, Ajaridah dan Shafariyah,
golongan Mu'tazilah, Maturidiyah, Asy'ariyah, Qadariyah, dan
Jabariyah. Berbagai aliran dan golongan keagamaan ini terkadang
melakukan gerakan dan pemberontakan terhadap pemerintahan yang
sah. Dengan terbunuhnya Husein di Karbela, perlawanan orang-orang
Syi'ah tidak pernah padam. Banyak pemberontakan yang dipelopori
kaum Syi'ah. Yang terkenal diantaranya pemberontakan Mukhtar di
Kufah pada tahun 685-687 M. Selain itu, terdapat pula gerakan Abdullah
bin Zubair. Ia membina gerakan oposisinya di Mekkah setelah dia
menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan
dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh.

Selain gerakan diatas, gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok


Khawarij dan Syi'ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas
gerakan itulah yang membuat orientasi pemerintahan dinasti ini dapat
diarahkan kepada pengamanan daerah kekuasaan diwilayah timur yang
meliputi kota disekitar Asia Tengah dan wilayah Afrika bagian utara,
bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol.

Situasi politik, sosial, dan keagamaan mulai membaik terjadi pada masa
pemerintahan khalifah Umar ibn Abd. Al-Aziz ( 717-720). Ketika
dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwasannya memperbaiki
dan meningkatkan kualitas negri yang berada dalam wilayah Islam lebih
baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama
adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannyas
sangat singkat, Umar ibn Abd. Al-Aziz dapat dikatakan berhasil
menjalin hubungan baik dengan golongan Syi'ah. Dia juga memberikan
kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan dan kedudukan
Mawali (umat Islam yang bukan keturunan Arab, berasal dari Persia,
dan Armenia), disejajarkan dengan Muslim Arab

C. PERDABAN MASA BANI ABBASIYAH


PERKEMBANGAN PERADABAN BANI ABBASIYAH:

Perkembangan peradaban Islam masa Bani Umayyah berkembang pesat,


karena perluasan kekuasaan kekhalifahan. Pada masa ini, Banu
Umayyah menaklukkan wilayah di Afrika Utara, Al-Andalus (Spanyol
dan Portugal), dan Sindh (Paksitan). Selain itu terdapat pemimpin yag
adil dan amanah, seperti khalifah Umar bin Abdul Aziz.Namun masa ini
juga diwarnai perpecahan umat Islam, karena adanya penindasan oleh
Banu Umayyah pada lawan politiknya (pendukung Husain bin Ali dan
Abdullah bin Zubair), serta adanya diskriminasi terhadap kalangan Islam
yang bukan Arab.
Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di
berbagai bidang.Ini terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.Khalifah Al-Ma’mun melakukan
penerjemahan buku-buku asing dan mendirikan baitul hikmah yang
menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.Kemudian muncul para
ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan
sains
PEMBAHASAN:
Bani Umayah adalah dinasti yang memerintah kekhalifahan Islam
setelah masa Khilafah Rasyidun pada tahun 661 M.Berbeda dengan
masa sebelumnya dimana khlaifah dipilih oleh umat Islam, khalifah
pada masa Umayah ini bersifat turun temurun, dimulai dari Muawiyah
bin Abu Sufyan, yang mewariskan kekhalifahan kepada anaknya, Yazid
bin Muawiyah. Dinasti ini berpusat di kota Damaskus, Syria.Banu
Umayyah sangat ekspansif, dan meluaskan wilayah kekhalifahan hingga
ke berbagai penjuru dunia seperti Spanyol (ditaklukkan oleh Musa bin
Nusayr dan Tariq bin Ziyad pada tahun 711) dan India (wilayah sungai
Indus ditalkukkan oleh Muhammad bin Qasim pada tahun 712). Dengan
ekspansi ini, kekuasaan militer dan politik kekhalifahan Banu Umayah
sangat kuat dan ditakuti tetangganya seperti kekaisaran Romawi
Timur.Bani Umayyah membangun Baitul Mal untuk menyalurkan zakat,
yang bermanfaat meningkatkan kesejahteraan umat Islam. Pada masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz, pemerintahan berlangsung dengan baik
hingga rakyat sejahtera Namun kegemilangan Bani Umayah juga
disertai sisi gelapnya. Misalnya adalah penindasan kepada pendukung
Husain bin Ali dan Abdullah bin Zubair.Husain bin Ali yang merupakan
cucu Nabi Muhammad dibunuh dan pertempuran Karbala pada 10
Muharram 61 Hijriyah (10 Oktober 680 M), karena menentang
pemerintahan khalifah Yazid bin Muawiyah. Pembantaian Husain bin
Ali dan keluarganya memperbesar perpecahan antara pendukung
keluarga Ali dengan umat Islam lainnya, yang menimbulkan berdirinya
aliran Syiah hingga saat ini.Kekhalifahan Umayyah juga menerapkan
kebijakan diskriminatif yang menguntungkan orang Arab seperti Banu
Umayyah sendiri dan merugikan orang non-Arab, seperti misalnya
orang Iran.Orang-orang Arab Muslim berada di puncak stuktur sosial
dan non-Arab dianggap sebagai kalangan bawah.
Ketidaksetaraan umat Islam non-Arab dalam pemerintahan
menyebabkan keresahan sosial, yang berujung pada digulingkannya
Bani Umayyah oleh Bani Abbasiyyah pada 750 M.

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam

Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,


2008)

Jousouf Souyb, Sejarah Umayyah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977)

Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang IAIN-IB


Press, jilid 1, Cet ke-2, 2002)

Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,


2009)

Siti Maryam (Ed), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga
Modern, (Yogyakarta: SPI Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2002)

Anda mungkin juga menyukai