Anda di halaman 1dari 14

KEBUDAYAAN ISLAM MASA DINASTI UMAYYAH

Makalah ini disususn untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam

Dosen pengampu:

Moh. Slamet, S. Ag,M Pd. I

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Dinar Jiwani (1893044039)


2. Sifa Hevana Khoirunnisa (1893044106)
3. M. Aqil Fadyahayyudin (1893044140)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai “Kebudayaan Islam Masa Dinasti Umayyah”.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya bisa
lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Tebuireng, Jombang

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Umayyah 6

B. Khalifah-Khalifah Dinasti Umayyah 7

C. Perluasan Islam Pada Masa Dinastu Umayyah 8

D. Perkembangan Organisasi dan Susunan Pemerintahan Dinasti Umayyah 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
9
B. Saran
9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHUUAN

A. Latar Belakang
Sebuah Daulah Umayyah berasal dari nama Umayyah ibd ‘Abdi Syams ibd Abdi
Manaf, salah seorang pemimpin suku Quraisy pada zaman Jahiliyah. Bani Umayyah
baru masuk Islam setelah Nabi Muhammad SAW berhasil menaklukkan kota Makkah.
Sepeninggal Rasulullah Bani Umayyah sesungguhnya telah menginginkan jabatan
pengganti Rasul, tetapi mereka belum berani mengatakan keinginannya itu pada masa
Abu Bakar dan Umar, baru setelah Umar meninggal penggantinya diserahkan kepada
hasil musyawarah enam orang sahabat, Bani Umayyah menyokong pencalonan Usman
secara terang-terangan, hingga akhirnya Usman terpilih.
Sejak saat itu mulailah Bani Umayyah meletakkan dasar-dasar untuk menegakkan
Khalifah Umayyah. Pada masa pemerintahan Usman inilah Mu’awiyah mencurahkan
segala tenaganya untuk memperkuat dirinya dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusat
kekeuasaannya di kemudian hari.
Dinasti Umayyah berkuasa dari tahun 41 H/ 661 M – 132 H/750 M. Khalifah
Dinasti Umayyah di Suriah berjumlah empat belas orang dan berasal dari dua keluarga,
yaitu 3 orang dari keluarga Harb dan 11 dari keluarga Abi al-As. Ia berhasil menciptakan
keamanan dalam negeri dan kemakmuran. Perluasan wilayah Islam pada masanya juga
sukses hingga mencapai Afrika Utara, Khurasan dan Bukhara.
Dinasti Umayyah adalah khalifah Islam pertama yang menjadikan Damaskus
sebagai pusat pemerintahan. Selama masa kekuasaannya, banyak kemajuan telah dicapai,
terutama dalam pengembangan berbagai ilmu pengetahuan dan menjadikan bahasa Arab
sebagai bahasa internasional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya dinasti umayyah?
2. Siapa saja khalifah-khalifah dinasti Umayyah?
3. Bagaimana perluasan islam pada masa dinasti Umayyah?
4. Bagaimana perkembangan organisasi dan susunan pemeintahan dinasti umayyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya dinasti umayyah.
2. Untuk pengetahui Siapa saja khalifah-khalifah dinasti Umayyah.
3. Untuk mengetahui perluasan islam pada masa dinasti Umayyah.
4. Untuk mengetahui perkembangan organisasi dan susunan pemeintahan dinasti
umayyah.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Umayyah


Nama “Daulah Umayyah” itu berasal dari nama “Umaiyyah Ibnu” Abdi Syams
Ibnu ‘Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin – pemimpin kabilah Quraisy
dizaman Jahiliyah. Umaiyyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim Ibnu
Abdi Manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat bangsanya.

Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan.
Dengan demikian yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan
Bani Umayah bin Abdu Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan raja-
raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan demikian,
Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani
Umayah.
Adapun istilah lain yang sering digunakan adalah kata Daulah, yang berarti
kekuasaan, pemerintahan, atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah
negara yang diperintah oleh Dinasti Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani
Umayah.
Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M
di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu
Shofyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur
Syam pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu
mengambil alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah
Hasan bin Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu
Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah. Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan bin
Ali kepada Muawiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan sebutan Amul Jama'ah atau
tahun penyatuan . Peristiwa itu terjadi pada tahun 661 M. Sejak itu, secara resmi
pemerintahan Islam dipegang oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian
memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus ( Suriah ).
Oleh karena itu Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti
Bani Umayah. Dilihat dari sejarahnya Bani Umayah memang begitu kental dengan
kekuasaannya, terutama pada masa zaman jahiliyah. Dalam setiap persaingan, ternyata
Bani Umayah selalu lebih unggul dibandingkan keluarga Bani Hasyim. Hal ini
disebabkan Bani Umayah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Umayah berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2. Umayah memiliki harta yang cukup
3. Umayah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di masyarakat, di
antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Sebagaimana yang disebut-sebut dalam sejarah, bahwa Abu Sofyan merupakan
pemimpin pasukan Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW padaPerang Badar Kubra.
Keluarga Bani Umayah masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-
8 H. Abu Sofyan diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang
salah satunya adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk
kedalam Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman.
Dengan ini banyak kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-duyun untuk masuk
Islam dan menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
Keturunan Umayah memegang kekuasaan Islam selama 90 tahun, kemudian
dikenal dengan Dinasti Umayah.
Pada masa awal , kebijakan pemerintah Dinasti Umayah lebih banyak ditujukan
untuk memperluas wilayah Islam dengan kekuatan militer. Namun pada periode
berikutnya, dinasti ini berhasil menata pemerintahannya diberbagai bidang. Hal ini
tercapai berkat jasa dari empat orang Khalifah , yaitu :
1. Abdul Malik bin Marwan
2. Walid bin Abdul Malik
3. Umar bin Abdul Aziz
4. Hisyam bin Abdul Malik

Pada masa pemerintahan merekalah tercapai kemakmuran dan kemajuan yang


tidak hanya dinikmati oleh rakyat yang beragama Islam saja, namun kemajuan dan
kemakmuran tersebut dapat dinikmati oleh kalangan non muslim. karena pada saat itu kas
negara sangat banyak dan melimpah bahkan sulit untuk mencari seseorang yang mau
menerima zakat.

B. Khalifah – khalifah Bani Umayyah


Berikut ini adalah Khalifah-khalifah pada masa dinasti Umayyah:
1. Mu’awiyyah (41 – 60 H )
2. Yazid ( 60 – 64 H )
3. Mu’awiyyah II ( 64 H )
4. Marwan Ibnu Hakam ( 64 – 65 H )
5. Abdul Malik Ibnu Marwan ( 65 – 86 H )
6. Al Walid Ibnu Abdil Malik ( 89 – 96 H )
7. Sulaiman Ibnu ‘Abdil Malk ( 92 – 99 )
8. Umar Ibnu Abdil ‘Aziz ( 99 – 101 H )
9. Yazid Ibnu Abdil Malik ( 101 – 105 H )
10. Hisyam Ibnu Abdil Malik ( 105 – 125 H )
11. Al Walid Ibnu Yazid (125 – 126 H )
12. Yazid Ibnu Walid ( 126 H )
13. Ibrahim Ibnu Walid ( 126 H )
14. Marwan Ibnu Muhammad ( 127 – 132 H )
C. Perluasan islam pada masa Dinasti Umaiyyah
Sebab-sebab perluasan pada masa dinasti umayyah sebagai berikut:
Boleh jadi tujuan pertama dari kaum muslimin ialah menaklukkan daerah Syam
dan Palestina. Setelah penaklukkan daerah-daerah itu selesai, mereka berpendapat bahwa
mereka harus memasuki daerah Mesir, untuk mengamankan pasukan-pasukan mereka
yang berada di Palestina terhadap serbuan yang mungkin dilakukan oleh tentara Romawi
yang berada di Mesir. Dan setelah penaklukan mesir itu selesai, merekapun kuatir atas
keselamatan pasukan mereka yang berada disana terhadap serbuan tentara Romawi yang
di Libya, atau penyerbuan-penyerbuan itu memang benar terjadi. Demikianlah
seterusnya. Dan suatu sifat dari peperangan ialah bahwa ia akan berlangsung terus sampai
terdapat tapal batas alami, yang memisahkan antara kedua pasukan yang bermusuhan itu.
Inilah sebab utama bagi perluasan penaklukan dimasa bani Umayyah. Dan
sebagaimana kita lihat, sebab perluasan itu bersifat Islam yang pada dasarnya semata-
mata suatu tindakan defensif, dan bukan suatu tindakan yang bersifat permusuhan.
Disamping itu ada lagi sebab lain yang tak dapat kita abaikan, ialah jihad untuk
menyiarkan agama islam. Sebagian kaum muslimin telah berusaha kearah ini. Dan
mereka berpendapat bahwa adalah menjadi tugas mereka untuk memerangi golongan-
golongan diluar lingkungan lingkungan kaum muslimin, terutama penganut-penganut
kepercayaan syirik, yang menghalang-halangi sampainya ajaran islam itu kedalam hati
sanubari rakyat yang telah lama menanti-nantikannya.
Setelah berakhirnya masa bani Umayyah, perluasan islam itu terhenti. Dan daulah
Abasiyyah tidak sanggup melangkah maju kedepan barang setapakpun. Bahkan ia tidak
berdaya untuk memasukkan milik milik bani umayyah kedalam kekuasaannya sesudah
rubuhnya daulah umaiyyah itu. Dalam masa itu walaupun gerakan perluasan melalui
saluran peperangan itu mengalami kemacetan, namun gerakan penyiaran islam tidaklah
pernah berhenti. Penyiaran islam itu tetap berjalan dengan perantara muballigh-muballigh
dan pedagang-pedagang, hingga sampailah ia ke negeri Afrika.
Perluasan wilayah yang dilakukan pada masa bani Umayyah itu meliputi tiga
front penting yaitu daerah-daerah yang telah dapat dicapai dan terhenti disitu gerakan
perluasan Islam yang dilakukan sampai masa khalifah Usman Ibnu Affan. Ketiga front
itu adalah sebagai berikut
1. Front pertama
Front pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia kecil. Di masa daulah bani
umayyah pertempuran di front ini telah meluas, sampai meliputi pengepungan
terhadap kota Konstatinopel, dan penyerangan terhadap beberapa pulau di Laut
Tengah.
2. Front kedua
Front Afrika Utara, front ini meluas sampai ke pantai atlantik, kemudian menyebrangi
selat jabal tarik dan sampai ke Spanyol.
3. Front ketiga
Front timur. Ini meluas dan terbagi kepada dua cabang yaitu satu menuju utara,
kedaerah – daerah diseberang sungai Jihun ( Amu Dariah ). Dan cabang yang kedua
menuju keselatan, meliputi daerah Sind.

D. Perkembangan Organisasi dan Susunan Pemerintahan Pada Masa Dinasti


Umayyah
Organisasi Negara pada masa Daulah Umayah masih seperti pada masa
permulaan Islam, yaitu terdiri dari lima badan:
1. An Nidhamus Siyasi (organisasi politik)
Bidang organisasi politik ini, telah mengalami beberapa perubahan dengan masa
permulaan islam, terutama telah terjadi perubahan yang sangat prinsip di antaranya :
a. Khilafah
Kekuasaan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan telah mengakibatkan terjadinya
perubahan dalam peraturan Syura yang menjadi dasarnya pemilihan Khulafaur
Rasyidin. Dengan demikian jabatan khilafah beralih ke tangan raja satu keluarga,
yang memerintah dengan kekuatan pedang, politik dan diplomasi. Penyelewengan
semakin jauh setelah Muawiyah mengangkat anaknya Yazid menjadi putra
mahkota (waliyul ahdi).
b. Al-Kitabah
Seperti halnya pada masa permulaan islam, maka dalam masa daulah Umayah
dibentuk semacam dewan sekretariat negara (Diwaanul kitabah) untuk mengurus
berbagai urusan pemerintahan. karena dalam masa ini urusan pemerintahan telah
menjadi lebih banyak, maka ditetapkan 5 orang sekretaris yaitu :
- Katib Ar-Rasail (sekretaris urusan persuratan)
- Katib al-Kharraj (sekretaris urusan kuangan / pajak)
- Katib al-Jund (sekretaris urusan ketentaraan)
- Katib asy-Syurthah (sekretasis urusan kepolisian)
- Katib al-Qadhi (sekretasis urusan kehakiman
- Al-Hijabah, Dalam masa daulah Umayah diadakan satu jabatan baru yang
bernama al hijabah, yaitu urusan pengawalan keselamatan khilafah. mungkin
karena khawatir akan terulang peristiwa pembunuhan terhadap Ali dan
percobaan pembunuhan terhadap Muawiyah danAmr bin Ash, maka
diadakanlah penjagaan yang ketat sekali, sehingga siapapun tidak dapat
menghadap sebelum mendapat ijin dari pengawal (hujjab)

2. An Nidhamul Idari (organisasi tata usaha Negara)


Seperti telah diterangkan, bahwa organisasi tata usaha negara pada permulaan islam
sangat sederhana, tidak diadakan pembidangan usaha yang khusus, demikian juga
pada masa dinasti Umayah. organisasi tata usaha negara pada masa ini terdiri dari :
a. Ad Dawaawin
Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, maka Daulah Umayah mengadakan
empat buah dewan yaitu : Diwanul Kharraj, Diwanur Rasail, Diwanul
Musytaghilat al-Mutanauwi’ah dan Diwanul Khatim
b. Al-Imarah Alal Buldan
bagi daerah Mamlakah Islamiyah kepada lima wilayah besar, yaitu :
- Hijaz, yaman, Nejed (pedalaman Jzairah Arab)
- Irak, Persia, Aman, Khurasan
- Mesir, Sudan
- Armenia, Azerbaijan, dan Asia kecil
- Afrika Utara, Libya, Andalusia, Sicilia
Untuk tiap wilayah besar ini, diangkat seorang Amirul Umara (Gubernur
Jenderal), yang dibawahnya ada beberapa orang Amir (gubernur) yang
mengepalai satu wilayah.
c. Barid
Organisasi pos diadakan dalam tata usaha negara islam semenjak Muawiyah
memegang jabatan khalifah. Setelah khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa
maka diadakan perbaikan dalam organisasi pos.
d. Syurthah
Organisasi syurthah (kepolisian) dilanjutkan terus pada masa dinasti Umayah
bahkan disempurnakan. Pada mulanya organisasi kepolisian menjadi bagian dari
organisasi kehakiman yang bertugas melaksanakan perintah hakim dan
keputusan-keputusan pengadilan, dan kepalanya sebagai pelaksana al-hudud. tak
lama kemudian organisasi kepolisian terpisah dari kehakiman dan berdiri sendiri
dengan tugas mengawasi kejahatan.
3. An Nidhamul Mali (organisasi keuangan atau ekonomi)
Sumber uang masuk pada masa daulah Umayah umumnya sama seperti di zaman
permulaan islam, di antaranya : Al-Dharaaib merupakan kewajiban yang harus
dibayar oleh warga negara. Masharif Baitil Mal
4. An Nidhamul Harbi (organisasi pertahanan)
Oganisasi pertahanan pada masa daulah umayah sama seperti pada masa khalifah
Umar, hanya lebih disempurnakan. bedanya kalau pada masa khulafaur Rasyidin
tentara Islam adalah tentara sukarela, maka pada masa daulah umayah orang masuk
tentara kebanyakan dengan paksa atau setengah paksa, yang dinamakan nidhamut
tajnidil ijbary (seperti undang-undang wajib militer)
5. An Nidhamul Qadhai (organisasi kehakiman)
Di zaman Daulah Umayah, kekuasaan pengadilan telah dipisahkan dari kekuasaan
politik. Kehakiman pada zaman ini mempunyai ciri :
a. Bahwa seorang qadhi (hakim) memutuskan perkara dengan ijtihadnya karena
pada waktu itu belum ada lagi madzhab empat ataupun madzhab-madzhab
lainnya. Pada masa itu, para qadli menggali hukum sendiri dari al-kitab dan as-
sunah dengan berijtihad.Kehakiman belum terpengaruh dengan politik, karena
para qadli bebas merdeka dengan hukumnya, tidak terpengaruh dengan kehendak
para pembesar yang berkuasa.
b. Para hakim pada zaman Umayah adalah manusia pilihan, yang bertakwa kepada
Allah dan melaksanakan hukum dengan adil, sementara para khalifah mengawasi
gerak-gerik dan perilaku mereka sehingga kalau ada yang menyeleweng terus
dipecat.
Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi ke dalam tiga badan :
1. Al-Qadla’ : tugasnya menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan
dengan agama.
2. Al-Hisbah : tugas al-Muhasib (kepala hisbah) biasanya menyelesaikan
perkara-perkara umum dan soaial pidana yang memerlukan tindakan cepat.
3. An-Nadhar fil-Madhalim, yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah
banding.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Nama “Daulah Umayyah” itu berasal dari nama “Umaiyyah Ibnu” Abdi Syams Ibnu
‘Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin – pemimpin kabilah Quraisy
dizaman Jahiliyah. Umaiyyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim
Ibnu Abdi Manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat
bangsanya.
Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan.
Dengan demikian yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau
keturunan Bani Umayah bin Abdu Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti
keturunan raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan.
Dengan demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang
berasal dari Bani Umayah.
2. Pada masa dinasti Umayyah ada 14 Khalifah atau pemimin.
3. Perluasan wilayah yang dilakukan pada masa bani Umayyah itu meliputi tiga front
penting yaitu daerah-daerah yang telah dapat dicapai dan terhenti disitu gerakan
perluasan Islam yang dilakukan sampai masa khalifah Usman Ibnu Affan.
4. Perkembangan organisasi pada masa dinasti umayyah
- An Nidhamus Siyasi (organisasi politik)
- An Nidhamul Idari (organisasi tata usaha Negara)
- An Nidhamul Mali (organisasi keuangan atau ekonomi)
- An Nidhamul Harbi (organisasi pertahanan)
- An Nidhamul Qadhai (organisasi kehakiman)
B. Saran
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak kesalahan dan kekuaragan. Maka
alangkah baiknya pembaca menambahi wawasan melalui sumber atau referensi langsung
yang dapat di pertanggung jawaban.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Syalabi. A. 2008. Sejarah dan kebudayaan Islam 2. Jakarta. PT Pustaka Al husna Baru

Salabi, Ahmad. 1972. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Nizar, Samsul. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai