Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

1. PERILAKU

Kata ahlak berasal dari bahasa Arab “khulqun” yang berati Haluun Linnafsi raasikhatun
tasdhuru ‘anhaal af-‘aalu min ghairi haajatin ila fikrin wanrawayyatin. Artinya suatu
keadaan jiwa yang dapat melakukan tingkah laku tanpa membutuhkan banyak akal dan
pikiran dan dikhususkan untuk sifat dan karakter yang tidak dapat dilihat oleh mata.
Sedangkan Al-Qurthubi berkata. Ahlak adalah sifat manusia dalam bergaul dengan
sesamanya, ada yang terpuji dan ada yang tercela. Adapun yang terpuji, secara umum adalah
menjadikan diri anda dan orang lain dalam diri anda lalu anda mengambil baktinya tetapi
tidak mengabdi kepadanya. Detailnya adalah lapang dada, lembut, sopan, sabar, saling
mencintai, dan sebagainya. Sedangkan tercela adalah kebalikannya.

Ibnu Al-Mubarak rahimahullah meriwayatkan ketika mendefinisikan tentang ahlak yang


baik ia berkata. “ yaitu bermanis muka, melakukan kebaikan. Dan menahan diri dari
perbuatan buruk”. Ahlak menempati kedudukan yang luhur dalam Islam, bahkan diantara
misi utama agama ini adalah menyempurnakan ahlak yang mulia, sebagaimana sabda Nabi
SAW:

‫اكمل المومنين ايمانااحسنهم خلقا‬

Artinya : “mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang baik ahlaknya”.

Dalam penjelasan hadist diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai
keimanan paling sempurna adalah apabila orang tersebut memiliki ahlak yang baik. Karena
dari ahlak yang baik akan menimbulkan hati yang bersih untuk beribadah dan menambah
keimanan seseorang kepada Tuhannya. Bahkan ahlak yang baik menjadi penyebab
terbanyak masuknya seorang hamba ke dalam surge. Karena dengan begitu seorang hamba
akan selalu melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Terjemahan

Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a bahwasanya Nabi SAW bersabda:” sesungguhnya
perumpamaan bergaul dengan teman shalih dan teman nakal adalah seperti berteman
dengan pembawa minyak kesturi dan peniup api. Pembawa minyak kerturi itu adakalanya
memberi minyak kepadamu adakalanya kamu membeli kepadanya dan adakalanya kamu
mendapatkan bau harum darinya. Dan peniup api itu adakalanya ia membakar kain bajumu
dan adakalanya kamu mendapatkan bau busuk dari padanya. (HR Muttafaq ‘Alaih).

Penjelasan Hadist

Hadist ini membimbing kepada umat manusia bagaimana membentuk kapribadian yang
baik yang merupakan cita-cita dan tujuan pendidikan dalam Islam. Salah satunya adalah
factor pengaruh dari teman pergaulan dimana seorang itu hidup. Dalam pendidikan, teman
mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pembentukan watak, karakter atau
kepribadian seseorang disamping factor lain. Karena melalui teman inilah manusia sangat
mudah dibentuk dan diwarnai pola hidup, pola fikir, dan perilaku. Rasulullah SAW
memberikan perumpamaan teman yang baik dan teman yang nakal atau teman yang buruk
sifatnya. Sebagai berikut

perumpamaan bergaul dengan teman shalih dan teman nakal adalah seperti berteman
dengan pembawa minyak kesturi dan peniup api.

Maksud teman disini adalah teman akrab sehari-hari sehingga terjadi interaktif antara dua
belah pihak. Dalam hadist diatas diungkapkan dengan kata al-Jalis artinya teman duduk
dimaksudkan lebih umum bukan teman dalam duduk saja tetapi dalam segala hal, baik
teman duduk maupun berdiri teman se-iya atau sekata atau teman akrab. Berbeda dengan
teman sekedar atau sesaat dalam suatu tempat yang menjadi sasaran tujuan misalnya bergaul
dengan anak nakal ada tujuan agar bias berubah sikapnya menjadi baik.
Sebagian ulama mengartikan kata al-jalis dengan teman mujalasah duduk berbincang-
bincang . hadist diatas menganjurkan untuk duduk bersama berbincang-bincang yang baik
seperti majlis zikir, majlis ilmu, dan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Sebaliknya jauhilah
duduk bersama teman yang berbincang-bincang tentang hal-hal yang tidak baik atau yang
tidak ada manfaatnya seperti bergunjing, berdusta, omong porno dan sebagainya. Dalam
menggambarkan begaimana pengaruh teman, Rasul SAW membuat perumpamaan yang
mudah dicerna dan dipahami oleh akal manusia biasa.

2. Kepedulian social

Artinya : “ dari Abu Hurairah r.a katanya : Bersabda Rasulullah SAW : barang siapa yang
menolong orang mukmin dari kesusahan dunia, niscahya Tuhan akan menolongnya dari
kesusahan – kesusahan hari kiamat, dan barang siapa yang menyokong orang mukmin.
Tuhan akan menyokongnya pula di dunia dan akhirat, dan barang siapa yang menutupi cela
orang Islam, Tuhan akan menutupi celanya di dunia dan akhirat, dan Allah senantiasa
menolong hamba-Nya selama hamba itu suka menolong saudaranya… (H.R Shahih Muslim)

Ini adalah hadist yang agung, karena merupakan kumpulan dari bermacam-macam ilmu,
kaidah dan adab-adab yang berkaitan dengan keutamaan mencukupi kebutuhan kaum
muslimin dan memberikan kemanfaatan bagi mereka dengan memudahkan untuk
mendapatkan ilmu, harta, pertolongan atau menunjukkan sesuatu yang mangandung
kemaslahatan, nasehat dan lain- lain .

a. Barang siapa yang menolong orang mukmin dari kesusahan dunia, niscahya Tuhan akan
menolongnyadari kesusahan-kesusahan hari kiamat.
Makna dari melepaskan kesusahan adalah menghilangkan kesusahan. Ibnu Rajab
berkata bahwa meringankan kesusahan seseorang dapat diwujudkan dengan
menghilangkan segala hal yang membuatnya sedih. Hal ini dapat dilakukan dengan
banyak cara, karena ia mencakup segala sesuatu yang melepaskan seseorang dari
kesulitan hidup.
Dalam hadist ini tidak disebutkan balasan dari suatu kebaikan didunia adalah
sebuah kebaikan pula di akhirat. Tetapi kesusahan di akhirat mencakup berbagai
keadaan-keaadan sulit dan ketakutan yang amat dahsyat. Menurut Imam An-Nawawi,
hadist ini juga menjanjikan orang meringankan kesusahan saudaranya, bahwa ia akan
diwafatkan dalam keadaan Islam. Ini merupakan janji pahala di Akhirat, dan kaum
mukminin harus percaya sepenuh hati dengan janji tersebut.
b. Barang siapa yang menyokong orang mukmin, Tuhan akan menyokongnya pula di dunia
dan di akhirat.
Menyokong yang dimaksud disini yakni member kemudahan yang diberikan kepada
orang yang berhutang., dapat diwujudkan dengan salah satu(dari 2 ) cara, yakni :
1) Mungkin memberinya tenggang waktu dan hal ini adalah sesuatu yang wajib.
2) Atau pula memutihkan utang tersebut atau dengan memberikan sesuatu yang
meringankan ia dari beban hutangnya.
Dalam Al-Qur’an telah disebutkan firman Allah ta’ala : “ Dan jika orang yang
berutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan
menyedekahkan sebagian atau semua utang itu lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.”
Jadi, pemberian tenggang waktu terhadap seorang yang berhutang (atau
membebaskan ia dari hutangnya) merupakan sebab utama tercapainya janji Allah
ta’ala, yaitu kemudahan urusan di dunia dan di akhirat.
c. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia
dan di akhirat.
Sabda nabi Muhammad SAW “ barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim”
maksudnya menutupi aib orang yang baik, bukan orang –orang yang telah dikenal suka
berbuat kerusakan. Hal ini berlaku dalam kaitannya dengan dosa yang telah terjadi dn
telah berlalu.
Namun apabila kita melihat suatu kemaksiatan dan seseorang sedang
mengerjakannya maka wajib bersegera untuk mencegahnya dan menahannya. Jika dia
tidak mampu, boleh baginya melaporkannya kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan
muncul mafsadah (yang lebih besar).
Terhadap orang yang telah terang-terangan melakukan maksiat tidaklah perlu
ditutup-tutupi karena menutup-nutupinya menyebabkan ia melakukan kerusakan dan
bebas mengganggu serta melanggar hal-hal yang melakukan kerusakan dan bebas
mengganggu serta melanggar hal-hal yan ham dan akhirnya dapat menarik orang lain
untuk melakukan sebagaimana yang ia lakukan. Bahkan hendaknya ia melaporkannya
kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan timbulnya mafsadah.
d. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selagi hamba-Nya suka menolong saudaranya
Sabda Nabi SAW “ dan Allah selalu menolong hamba-Nya selagi hamba-Nya
mau menolong saudaranya” kalimat ini sangat global untuk ditafsirkan hanya saja di
antara pengertiannya adalah apabila seseorang hamba bertekad untuk menolong
saudaranya maka sudah selayaknya untuk tidak bakhil dalam memberikan bantuan
berupa perkataan ataupun membela dalam kebenaran disertai keimanan bahwa Allah
akan menolongnya.
Hadist pada point ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala mambantu siapa saja yang
menolong saudaranya; baik dalam menyelesaikan hajat-hajat mereka ataupun hajatnya
sendiri. Mereka mendapatkan pertolongan Allah yang mereka tidak dapatkan kecuali
dengan menolong saudaranya tersebut. Meskipun Allah merupakan penolong hakiki bagi
seorang hamba pada setiap urusannya. Tetapi jika dia (sesame muslim) menolong
saudaranya, maka niscahya perbuatannya itu menjadi sebab bertambahnya pertolongan
Allah kepadanya.
3. Kepedulian Lingkungan
A. Larangan Menelantarkan Lahan

Artinya : “ hadist Jabir bin Abdullah r.a dia berkata : Ada beberapa orang dari kami
mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata : kami akan sewakan tanah itu (untuk
mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rasulullah SAW.
Bersabda : Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia Tanami atau serahkan
kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan ),maka jika ia enggan, hendaklah ia
memperhatikan sendiri memelihara tanah itu.” (HR. Imam Bukhari dalam kitab Al-
Hibbah).
Selain dari hadist diatas, ada juga hadist yang bersumber dari Abu Hurairah r.a dengan
lafadz sebagai berikut:
Antara kedua tersebut terdapat kesamaan, yaitu masing-masing ditakhrijkan oleh Imam
Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadist tersebut dari Jabir yang
diletakkan dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber dari Abu Hurairah dan
diletakkan dalam kitab Al-Muzara’ah.
Dari ungkapan Nabi SAW, dalam hadist diatas yang menganjurkan bagi pemilik tanah
hendaklah menanami lahannya atau menyuruh suadaranya ( orang lain ) untuk
menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan
lingkungan (lahan yang dimiliki ) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan
umum.
Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan
yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi
kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan
hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Allah SWT telah mengisyaratkan dalam
Al-Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah telah ciptakan di muka bumi ini.
Isyarat tersebut seperti diungkapkan dalam firman-Nya Q.S.Al-Baqarah : 29

“ Dialah Allah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi ini untukmu, kemudian
ia menuju ke langit, lalu dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia maha
mengetahui atas segala sesuatu”.
Dalam Hadist dari Jabir diatas menjelaskan bahwa sebagian para sahabat Nabi SAW
memanfaatkan lahan yang mereka miliki dengan menyewakan lahannya kepada petani.
Mereka menetapkan sewanya sepertiga atau seperempat atau malahan seperdua hasil
yang didapat oleh petani. Dengan adanya praktek demikian yang dilakukan oleh para
sahabat, maka Nabi meresponnya dengan mengeluarkan hadist diatas, yang
intinyamengajak sahabat mendiri lahannya atau menyuruh orang lain mengolahnya
apabila tidak sanggup mengolahnya.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah berpesan kepada
umatnyaagar tidka menelantarkan lahan atau tanah kosong. Sebisa mungkin kita harus
memanfaatkan lahan tersebut dengan menanaminya agar dapat bermanfaat untuk dirinya
dan juga orang lain. Jika tidak bisa menyerahan lahan tersebut kepada orang lain untuk
diolah dengan baik.
B. Korelasi kepedulian social dan lingkungan dengan pendidikan
Setiap orang akan mempunyai moralitas yang berbeda, semuanya tergantung awal
bentukan dan juga pengaruh disekelilingnya terutama keluarga. Lingkungan sekolah
sangatlah luas. Mulai dari hubungan social dalam diri sekolah itu sendiri, hubungan
social dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan petugas kesehatan, hubungan
sekolah dengan pengawas pendidikan, hubungan sekolah dengan pejabat pemerintahan,
dan hubungan sekolah dengan masyarakat sekitarnya, semuanya mempunyai pengaruh
terhadap proses belajar mengajar. Lingkungan social yang terdapat dalam diri sekolah itu
sendiri ketika proses belajar mengajar adalah hubungan adalah hubungan antara kepala
seklah dengan guru, hubungan guru dengan guru, hubungan pegewai dengan pegawai
dan sebagainya. Hubungan harmonis harus tercipta diantara para personil sekolah dalam
rangka untuk menciptakan iklim sekolah yang positif. Intinya, kepada bawahan dan
siswa yang ingin mencerdaskan , memberikan kasih sayang sebagaimana orang tua
terhadap anaknya, dan memberikan perlindungan terhadap gangguan yang bisa
menghambat kelancaran proses belajar mengajar. Sekolah yang unggul pasti dipimpin
oleh kepemimpinan yang berpotensi tinggi.
Pendidikan merupakan suatu hal yang lumrah, yang selalu berhubungan dengan
bidang apapun, termasuk dalam hal ini kesadaran terhadap lingkungan hidup. Dapat
dilihat bahwa tantangan lingkungan yang paling berat yang akan dialami umat manusia
dimuka bumi ke depan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Terjadinya
pemanasan global yang terlampau ekstrim akibat pembakaran bahan bakar fosil,
terutama batubara, minyak bumi, dan gas alam yang berlebihan, ditambah dengan
kerusakan lingkungan yang menyebabkan pengurangan penyerapan emisi karbon dari
hutan. Dengan inilah pentingnya menumbuhkan kesadaran pada diri akan lingkungan
hidup, berupa pemanfaatan dan pengembangannya.
Pendidikan dipercaya sebagai lembaga yang mampu mempertahankan
sebuah ,pemikiran atau konsep yang bertujuan untuk kemaslahatan umum, salah satu
contohnya adalah bahwa pendidikan dipercaya yntuk mempertahankan konsep tentang
lingkungan hidup.
Pendidikan lingkungan hidup merupakan pendidikan dalam ranah afektif dan
psikomotorik yaitu tingkah laku, nilai, dan komitmen untuk melakukan pengetahuannya,
sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai