Namimah
Menurut bahasa namimah berasal dari bahasa Arab yang artinya adu domba. Adapun
yang dimaksudkan dengan namimah menurut istilah adalah menyampaiakan sesuatu yang tidak
disenangi, baik yang tidak disenangi itu orang yang diceritakan ataupun orang yang
mendengarnya agar terjadi permusuhan. Cara menyampaikan sesuatu itu biasanya dengan
ucapan atau perkataan, tetapi adakalanya dengan tulisan, isyarat atau dengan sindiran.
Namimah pada hakikatnya adalah menyampaikan atau menceritakan rahasia orang lain
sehingga merusak nama baik orang lain tersebut, tentu saja orang yang diceritakan itu merasa
tidak senang dan dapat menimbulkan permusuhan.
Seringkali terjadi namimah dilakukan oleh orang yang sengaja ingin menimbulkan
permusuhan antara seseorang dengan orang lain atau bahkan sifat seseorang yang ingin mencari
popularitas diri sendiri diatas penderitaan orang lain. Misalnya Abduh dan Asmat adalah dua
orang yang bersahabat. Darwin adalah orang yang banyak omong dan akhlaknya kurang baik.
Melihat persahabatan Abduh dan Asmat sangat akrab, Darwin kemudian mencari-cari peluang
untuk mengadu domba antara Abduh dan Asmat dengan berbagai cara, sehingga
persahabatannya bercerai berai bahkan terjadi perkelahian atau permusuhan antara Abduh dan
Asmat.
Dalil yang Berhubungan dengan Namimah
Namimah termasuk akhlak tercela yang dilarang dalam Agama sesuai dengan firman Allah Swt.
sebagai berikut:
Artinya: “dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang
banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.” (QS. Al-Qalam [68]:10-11)
“Hai orangorang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS. Al-
Hujurat(49):6)
“Dari Abu Sa’id al Khudri R.A., ia berkata:”Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Siapa
saja yang melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya (kekuasaannya), apabila ia
tidak mampu, maka dengan lisannya dan apabila tidak mampu juga, maka dengan hatinya”(HR.
Muslim)
Pengertian Ghibah
Ghibah merupakan salah satu perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah SWT dan harus
dihindari oleh umat Islam. Secara etimologi, ghibah berasal dari bahasa Arab (dari kata ghaabaa
yaghiibu ghaiban), yang artinya ghaib, tidak hadir.
Berdasarkan etimologi tersebut, dapat dipahami bahwa ghibah ialah bentuk 'ketidakhadiran
seseorang' dalam sebuah pembicaraan. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
ghibah yaitu kegiatan membicarakan keburukan (keaiban) orang lain atau bergunjing.
Ghibah merupakan perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain. Meskipun
yang dibicarakan sesuai dengan kenyataan, tetapi ghibah tetaplah suatu perbuatan yang zalim.
Dalam agama Islam, ghibah sangat dilarang karena berisiko menimbulkan fitnah. Perlu
diketahui, seseorang yang berghibah bahkan diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya
sendiri. Ghibah juga merupakan perbuatan yang sangat dekat dengan perbuatan buruk lainnya
seperti iri, dengki, hingga fitnah
Hukum dan Larangan Ghibah
Ghibah merupakan perilaku zalim yang dilaknat oleh Allah SWT. Hal tersebut bahkan tercantum
dalam Alquran dan hadist. Allah SWT berfirman dalam Surat an-nur ayat 19 :
"Siapapun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan saudara Muslim kepada orang
lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat."
Allah SWT menggambarkan perilaku orang yang suka ghibah atau menggunjing dan
membicarakan orang lain dalam Surat Hujurat Ayat 12:
"Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka
itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap
sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian
membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha
penyayang."
Rasulullah SAW juga melarang umatnya untuk berghibah. Diriwayatkan dalam hadist
Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:
"Orang Islam itu saudara bagi orang Islam lain, jangan saling mengkhianati, jangan saling
membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap Muslim atas Muslim yang lain itu haram
rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa itu ada di sini (dalam hati) cukup seseorang
dikatakan jelek jika memandang rendah saudaranya Muslim."
1. Memperbanyak ilmu agama, dengan mengikuti kajian, membaca Alquran dan tafsirnya,
serta selalu berpikir positif agar dapat menjauhkan diri dari menggunjingkan orang lain.
2. Diam atau tidak menanggapi. Salah satu cara menghindari berghibah yaitu diam. Dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau
hendaklah ia diam." (Muttafaq 'alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim,no.47)
3. Menasehati pelaku ghibah untuk menyudahinya. Anda bisa mengatakan dan mengingatkan
pelaku ghibah bahwa perbuatan yang dilakukannya itu salah. Sebagaimana Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak
mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya. Dan itulah
selemah-lemah iman" (HR Muslim 70)
Syaikh Jamaluddin al-Qasimi mengemukakan hal-hal yang dapat membuat seseorang pada
akhirnya berbuat ghibah:
4. Iri hati.
Iri hati biasanya terjadi ketika ada seseorang yang senantiasa dipuji, dimuliakan dan dicintai oleh
masyarakat. Di sini ia berusaha untuk melenyapkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat
tersebut dengan mengemukakan keburukan orang yang bersangkutan. Di sinilah dimulainya
perbuatan ghibah.
5. Bergurau.
Di media televisi atau di media sosial lainnya kita sering melihat tayangan yang barangkali
maksudnya adalah bergurau. Hanya saja gurauan tersebut dapat menyakiti orang lain. Oleh
karena itu sebaiknya perlu diperhatikan bagaimana bergurau yang tidak membuat orang lain sakit
hati.
Apabila kita menghindari berkata ghibah maka kita akan terhindar dari murka Allah subhanahu
wa ta'ala. Manfaat lainnya dari menjauhi ghibah adalah membuat hidup menjadi tenang. Karena
kita tidak mempunyai masalah untuk membicarai orang lain.
Aktivitas lebih produktif. Tentu saja, orang yang tidak terbiasa membicarakan orang
lain pasti memilki kesibukan dalam hidup sehari-harinya. Orang-orang yang menghindari
ghibah akan memiliki pikiran yang lebih santai untuk mengerjakan kegiatannya, yang
menghasilkan kerja yang lebih produktif tanpa gangguan.
Hidup lebih tenang. Salah satu manfaat lainnya menghindari ghibah adalah hidup kita
tidak diganggu dengan perbuatan orang lain. Jika ada orang yang melakukan ini dan itu,
otomatis kita tidak terlalu pusing karena tidak berniat melakukan ghibah. Dengan begini,
hidup kita akan lebih tenang dan tidak terusik membicarakan orang lain.
Langkah tegas menghindari fitnah. Karena sesungguhnya perbuatan ghibah adalah
langkah menuju perbuatan fitnah. Orang yang memfitnah dikatakan adalah orang jahat
yang memangsa saudaranya sendiri.
Mempunyai nilai positif di masyarakat. Orang-orang yang suka membicarakan orang
lain, tentu saja memiliki cap negatif di kalangan masyarakat. Sebaliknya, jika kita
memiliki perkataan yang memberkati, berwibawa, dan berkelas tentu saja menambah
nilai bagi kita yang sangat berguna dalam bidang pekerjaan maupun pendidikan.
Mendapat kredibilitas. Dalam dunia pekerjaan, kredibilitas sangatlah penting bagi kita
sebagai para pekerja. Jika orang lain sering mendengar kita melakukan perbuatan ghibah,
tidak ada rekan yang ingin bekerja sama baik dalam bidang bisnis maupun komunikasi
biasa. Hal ini tentu saja merugikan kita sebab tanpa sadar kita sebenarnya telah
melenyapkan kesempatan kita sendiri. Seharusnya kita bisa mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik, tapi karena ghibah orang lain jadi malas mengajak kita sebagai rekan bisnis.
Mempunyai banyak teman. Jika kita menghindari ghibah, otomatis orang lain akan
merasa nyaman berteman baik dengan kita. Tidak seperti orang-orang yang seringkali
menggunjingkan orang, masyarakat akan enggan mendekati tipe manusia semacam itu
dan akan menjauhi atau bahkan mengucilkannya.
Terhindar dari murka Allah. Setiap dosa yang dilakukan manusia pasti telah disiapkan
ganjarannya oleh Allah. Orang yang suka melakukan ghibah ini, telah mendapatkan upah
mautnya sendiri. Jika kita bisa menjaga mulut kita dari membicarakan keburukan orang
lain, tentu saja Allah tidak akan menurunkan malapetaka melainkan berkah yang tak
berkesudahan.