Anda di halaman 1dari 4

Ghibah merupakan salah satu perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah SWT dan

harus dihindari oleh umat Islam. Secara etimologi, ghibah berasal dari bahasa Arab
(dari kata ghaabaa yaghiibu ghaiban), yang artinya ghaib, tidak hadir.

Berdasarkan etimologi tersebut, dapat dipahami bahwa ghibah ialah bentuk


'ketidakhadiran seseorang' dalam sebuah pembicaraan. Sementara menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ghibah yaitu kegiatan membicarakan keburukan (keaiban)
orang lain atau bergunjing.

Ghibah merupakan perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain.


Meskipun yang dibicarakan sesuai dengan kenyataan, tetapi ghibah tetaplah suatu
perbuatan yang zalim.

Dalam agama Islam, ghibah sangat dilarang karena berisiko menimbulkan fitnah.
Perlu diketahui, seseorang yang berghibah bahkan diibaratkan seperti memakan
bangkai saudaranya sendiri. Ghibah juga merupakan perbuatan yang sangat dekat
dengan perbuatan buruk lainnya seperti iri, dengki, hingga fitnah.

Hukum dan Larangan Ghibah


Ghibah merupakan perilaku zalim yang dilaknat oleh Allah SWT. Hal tersebut
bahkan tercantum dalam Alquran dan hadist. Allah SWT berfirman dalam Surat An-
Nur Ayat 19: "Siapapun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan
saudara Muslim kepada orang lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di
akhirat."Allah SWT menggambarkan perilaku orang yang suka ghibah atau
menggunjing dan membicarakan orang lain dalam Surat Hujurat Ayat 12:"Wahai
orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian
prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing
sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai
saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya
Allah menerima taubat dan Maha penyayang."Rasulullah SAW juga melarang
umatnya untuk berghibah. Diriwayatkan dalam hadist Tirmidzi, Rasulullah SAW
bersabda:"Orang Islam itu saudara bagi orang Islam lain, jangan saling
mengkhianati, jangan saling membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap
Muslim atas Muslim yang lain itu haram rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa
itu ada di sini (dalam hati) cukup seseorang dikatakan jelek jika memandang rendah
saudaranya Muslim."

Dosa Ghibah Berat dari Dosa Zina


Rasulullah SAW menyatakan bahwa dosa orang yang berghibah berat dari dosa
zina. "Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa?'
Rasulullah SAW menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka
Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni
sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya," (HR At-Thabrani).Selain itu,
diriwayatkan bahwa Allah SWT pernah berfirman kepada Nabi Musa AS:"Siapa saja
yang meninggal dunia dalam keadaan bertaubat dari perbuatan ghibah, maka dia
adalah orang terakhir masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dalam keadaan
terbiasa berbuat ghibah, maka dia adalah orang yang paling awal masuk neraka."Di
akhirat nanti, seseorang yang suka berghibah akan dimintai pertanggungjawaban di
hadapan Allah SWT oleh orang yang dighibahnya. Amal kebaikannya pun
dibayarkan kepada orang-orang yang pernah dizaliminya, termasuk kepada orang
yang telah dighibahnya. Kemudian setelah amal kebaikannya habis, amal keburukan
orang-orang yang dizaliminya ditimpakan pada dirinya.

Cara Menghindari Ghibah


Terdapat beberapa cara untuk menghindari ghibah, di antaranya sebagai berikut. 1.
Memperbanyak ilmu agama, dengan mengikuti kajian, membaca Alquran dan
tafsirnya, serta selalu berpikir positif agar dapat menjauhkan diri dari
menggunjingkan orang lain. 2. Diam atau tidak menanggapi. Salah satu cara
menghindari berghibah yaitu diam. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir
maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (Muttafaq 'alaih: Al-
Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)3. Menasehati pelaku ghibah untuk menyudahinya.
Anda bisa mengatakan dan mengingatkan pelaku ghibah bahwa perbuatan yang
dilakukannya itu salah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :"Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, rubahlah dengan
tangannya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu,
rubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman" (HR Muslim 70)

Zaman sekarang ini sering sekali kita mendengar habar berita-berita, baik dari
televisi,radio,surat kabar.majalah dan media sosial lainnya.yang kadang-kadang bisa
membuat emosi dan perasaan kita hanyut di buatnya,bahkan bisa membuat kita
terkecuh dan marah,padahal berita yang kita terima itu belum tentu
kebenarannya .Apalagi saat ini trend dengan berita-berita hoax.

Maka oleh itu kita sebagai seorang Muslim yang baik jangan asal terima saja berita-
berita yang belum tentu kebenarannya itu. Dalam bahasa agama disebut dengan
Tabayyun, kelarifikasi (Bhs Indonesia). Tabayyun dalam Islam ? Pengertian
tabayyun dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian secara bahasa dan istilah,
Marilah kita simak satu persatu. Secara bahasa tabayyun adalah mencari kejelasan
tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya. Jika dilihat dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau yang biasa kita kenal KBBI diartikan sebagai
pemahaman atau penjelasan.

Sementara secara istilah tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi suatu berita,
tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan baik dalam
perkara hukum, kebijakan dan sebaginya hingga sampai jelas benar
permasalahnnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzolimi atau tersakiti dan
terhindar dari perpecahan antar sesama manusia.

Setiap muslim wajib melaksanakan tabayyun tanpa terkecuali, terutama di zaman


yang penuh dengan fitnah seperti sekarang. Dan mudah sekali orang terpengaruh,
sehingga timbul saling menghujat dan menyalahkan. Dengan demikian sangatlah
penting bagi seorang muslim untuk mengamalkan sifat dan sikap terpuji yang satu
ini.
Tabayyun merupakan salah satu akhlak mulia dan salah satu prinsip penting dalam
menjaga kemurnian agama Islam dan keharmonisan dalam pergaulan sosial. Kalau
kita melihat para ulama dalam meneliti hadits-hadits Rasulullah saw pun selalu
menerapkan prinsip tabayyun. Dengan begitu baik perkataan, perbuatan, sikap dan
sifat rasul sampai sekarang digambarkan dengan baik dan benar di dalam hadits-
hadits sesuai dengan kenyataannya.

Begitu juga dalam kehidupan bermasyarakat seseorang akan terhindar dari


permusuhan antar sesama muslim atau manusia yang lain karena bisa bertabayyun
dengan sempurna. Allah swt bahkan memerintahkan umat muslim agar selalu
bertabayyun dalam mencari kebenaran dari apa yang telah kita dengar, karena
memang di situlah setan dengan tipu muslihat menggoda iman kita untuk langsung
menghakimi seseorang bersalah tanpa menanyakan tentang kebenaran yang
sesungguhnya, hal ini begitu mengkhawatirkan terutama ketika kita bermasyarakat
atau bersosial pada umumnya.

Seperti firman Allah swt sebagai berikut :Wahai orang- orang yang beriman, jika ada
seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka
tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya
pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi
menyesal atas perlakuan kalian.[al-Hujurât/49:6].

Asbabun Nuzul dari ayat di atas sendiri adalah ketika Rasulullah saw mengajak
seseorang yang bernama Al Harits untuk masuk Islam. Setelah di ajak oleh Baginda
Rasul ia pun menyatakan diri masuk Islam dan pulang kepada kaumnya untuk
mengajak masuk agama Islam. Pada saat itu juga Rasulullah saw mengajak untuk
menunaikan zakat yang disepakati oleh Al Harits.

Ketika waktu telah tiba, Rasulullah saw mengutus seseorang bernama Al Walid bin
Uqbah untuk mengambil zakat yang telah di janjikan. Namun di dalam perjalanan
hati Al Walid bin Uqban menjadi gentar dan kembali ke Rasulullah saw tanpa datang
ke tempat yang seharusnya dituju yaitu Al Harits. Ketika kembali ia kemudian
mengarang cerita bahwa Al Harits tidak mau menyerahkan zakat dan mengancam
membunuhnya. Mendengar cerita tersebut Rasulullah saw mengutus utusannya
untuk datang kepada Al Harits. Namun ternyata utusan itu bertemu Al Harits
ditengah-tengah perjalanan yang sedang menuju ke tempat Rasul dengan
membawa zakat yang telah di janjikan.

Setelah bertemu Rasulullah Al Harits menceritakan yang sebenarnya. Dan


Kemudian turunlah QS Al Hujurat ayat 6, dimana sebagai sebuah peringatan bagi
umat muslim agar selalu bertabayyun dalam menghadapi informasi yang terdengar
oleh telinga kita. Dan tentunya meminta penjelasan dari kedua belah pihak. Sangat
berbahaya jika tidak bertabayyun, karena bisa menimbulkan perpecahan sampai
pertumpahan darah. Sudah diketahui di atas bahwa prinsip tabayyun yaitu sikap
berhati-hati lebih baik untuk mengecek ulang kembali informasi yang telah kita
terima.

Apalagi masa sekarang merupakan sebuah masa dimana informasi begitu


terbukanya, di ibaratkan kita tinggal menyentuh atau mengklik suatu tautan di
internet dan dengan mudahnya kita akan mendapatkan informasi yang kita
inginkan.Media sosial yang begitu terus berkembang sangat pesat sejak mulai
periode 2008 atau 2009 dan terus berkembangan luar biasa saat ini.Orang dengan
mudah mengshare suatu tautan tanpa melihat dan menelusuri sumbernya.apakah
itu benar atau hanya berita bohong semata(HOAX).

Dan dengan begitu cepat berita ini menjadi viral di kalangan masyarakat yang mana
masyarakat yang menerima informasi ini juga sama tidak melakukan prinsip
tabayyun yang akhirnya menjadikan kebohongan dan pembodohan publik dimana-
mana. Bertabayyun di segala kondisi merupakan jalan yang memang harus
ditempuh oleh masyarakat muslim di zaman sekarang ini. Dari mulai menerapkan
tabayyun di dalam keluarga, lingkungan masyarakat, pekerjaan sampai ke dalam
media sosial yang sering kita gunakan setiap hari.

Media sosial sendiri kurang memiliki filter dalam menyaring informasi dan tidak
memiliki kekuatan untuk memisahkan mana berita yang benar dan mana yang berita
bohong.

Hal tersebut rentan sekali berita-berita bohong diterima di masyarakat dan mampu
menggiring masyarakat ke dalam opini yang salah, hal ini sangat mengkhawatirkan
tentunya.Oleh karenanya mulai saat ini marilah kita,hati-hati dan bijak dalam
mensikapi apabila ada berita-berita yang kita terima.Semoga bermanfaat dan
mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang benar. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai