09 Nov @Opini
Sairiang balam jo barabah
Assalamu’alaikum w.w
Puji syukur, marilah kita persembahkan kehadirat Allah yang maha kuasa
yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya hingga pada
kesempatan ini kita masih bisa melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan
untuk berkumpul ditempat ini.
Shalawat dan salam mari pula kita kirimkan kepada baginda Rasulullah saw .
Artinya:
Berita bohong ini mengenai Aisyah ra. Ummul mukminin, setelah perang
dengan banii Mustaliq pada bulan sya’ban 5 H.Perang itu diikuti kaum munafik
dan turut pula ‘Aisyah ra. Dengan Nabi saw. Berdasarkan undian yang
diadakan diantara istri-istri beliau. Dalam perjalanan kembali, mereka
berhenti pada suatu tempat.’Aisyah ra. Keluar dari sekedupnya untuk suatu
keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba ia merasa kalungnya hilang, lalu ia
pun mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan
bahwa ‘Aisyah ra. Masih ada dalam sekedup. Setelah ‘Aisyah ra. Mengetahui
sekedupnya sudah berangkat, ia duduk ditempatnya dan berharap sekedup
itu akan kembali menjemputnya. Secara kebetulan, seorang sahabat Nabi
bernama Safwan bi Mu’atttal lewat ditempat itu dan menemukan seseorang
yang sedang tidur sendirian. Safwan terkejut seraya mengucapkan “Innalillahi
wa inna iaihi raji’un, Istri rasulullah!” ‘Aisyah ra terbangun. Lalu safwan
mempersilahkan ‘Aisyah ra. Menaiki untanya. Safwan berjalan menuntun unta
sampai Madinah. Orang-Orang yang melihat mereka membicarakannya
menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas desus. Kemudian
kaum munafik membesar-besarkannya. Maka fitnah atas ‘Aisyah ra. Itu pun
bertambah luas sehingga menimbulkan keguncangan di kalangan kaum
Muslim.
Menurut imam al ghair dalam tafsir al ghazil jilid 13 mengatakan “ayat ini
sama dengan surah an nahl 105 sama-sama menjelaskan tentang perilaku
manusia yang menyebarkan berita dengan dusta.
Jika virus yang sedang melanda baru-baru ini, hanya akan menyerangkan dan
mematikan orang-orang yang lemah anti bodinya, maka wabah kebohongan
bahayanya akan menyerang dan mematikan siapa saja. Tak pandang seorang
penguasa, tak pandang seorang ulama, tak pandang seorang pengusaha bila
mereka diposisikan paksa oleh kejahatan media pasti akan lebih binasa
karena kejahatan para pendusta.
Artinya:
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al hujarat/49:6 yang berbunyi:
Artinya:
Wahai orang –orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu,
membawa berita penting, maka telitilah kebenaran
Ayat diatas berpesan jika ada berita atau informasi yang datang hendaknya
terlebih dahulu melakukan tabayyun dengan memeriksa secara teliti berita
tersebut. Dengan demikian, peran tokoh agama diharapkan mampu
melakukan upaya check-recheck, konfirmasi, dan akurasi, dalam mengawal i
sebuah berita, sehingga pesan berita yang tersebar dapat diterima dan
dimanfaatkan masyarakat untuk mempelajari realitas yang melingkupi situasi
tertentu.