Anda di halaman 1dari 5

Konsep Al Quran dalam menyikapi Hoak

09 Nov @Opini
Sairiang balam jo barabah

Barabah lalu balam pun mandi

Sairiang salam sarato sambah

Sambah Lalu salam kumbali

Balam bukan sumbarang balam

Balam basarang dirumpun pandan

Salam bukan sumbarang salam

Ikolah salam urang bariman

Assalamu’alaikum w.w

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin. Wabihi nasta’in ‘ala umriidduddnya waddiin.


Nashadualla ilaha illallah wahdahula syarikalah wanasyhaduanna
Muhammadan ‘abduhu wa rasululuh saw.

Yang terhomat, dewan hakim yang bijaksana, Bapak-bapak, ibu-ibu, hadirin-


walhadirat rahimakumullah

Puji syukur, marilah kita persembahkan kehadirat Allah yang maha kuasa
yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya hingga pada
kesempatan ini kita masih bisa melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan
untuk berkumpul ditempat ini.

Shalawat dan salam mari pula kita kirimkan kepada baginda Rasulullah saw .

Allahumma shalli ‘ala syayyidina Muhammad wa’ala ‘alihi washahbihi ajma’in.

Perkembangan teknologi Electronic digital memberikan dampak positf


sekaligus negatif terhadap perilaku sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
Bagi pelaku bisnis atau pengusaha, keberadaa media sosial dapat
memberikan dampak positif yang signifikan terhadap penjualan. Namun jika
kita melihat sisi negatifnya, tidak kalah dahsyat efek yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan dari media sosial. Penyebaran informasi hoak di media sosial
merupakan fenomena yang mengancam ukhwah Islamiyah dalam berbangsa
dan bernegara.

Menanggapi permasalahan tersebut, maka pada kesempatan ini kami akan


menyampaikan sebuah syarahan dengan judul

“Konsep Al Qur’an dalam menyikapi Hoak”

Sebagai landasana marilah kita dengan surah an nur/33:11 yang berbunyi:

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang membawa brita bohong itu adalah kelompok


diantara kamu (juga). Janganlah kamu mengira bahwa peristiwa itu buruk
bagimu, sebaliknya itu baik bagimu. Setiap orang dari mereka akan mendapat
balasan dari dosa yang diperbuatnya. Adapun orang yang mengambil peran
besar di antara mereka, dia mendapat azab yang sangat berat.

Berita bohong ini mengenai Aisyah ra. Ummul mukminin, setelah perang
dengan banii Mustaliq pada bulan sya’ban 5 H.Perang itu diikuti kaum munafik
dan turut pula ‘Aisyah ra. Dengan Nabi saw. Berdasarkan undian yang
diadakan diantara istri-istri beliau. Dalam perjalanan kembali, mereka
berhenti pada suatu tempat.’Aisyah ra. Keluar dari sekedupnya untuk suatu
keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba ia merasa kalungnya hilang, lalu ia
pun mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan
bahwa ‘Aisyah ra. Masih ada dalam sekedup. Setelah ‘Aisyah ra. Mengetahui
sekedupnya sudah berangkat, ia duduk ditempatnya dan berharap sekedup
itu akan kembali menjemputnya. Secara kebetulan, seorang sahabat Nabi
bernama Safwan bi Mu’atttal lewat ditempat itu dan menemukan seseorang
yang sedang tidur sendirian. Safwan terkejut seraya mengucapkan “Innalillahi
wa inna iaihi raji’un, Istri rasulullah!” ‘Aisyah ra terbangun. Lalu safwan
mempersilahkan ‘Aisyah ra. Menaiki untanya. Safwan berjalan menuntun unta
sampai Madinah. Orang-Orang yang melihat mereka membicarakannya
menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas desus. Kemudian
kaum munafik membesar-besarkannya. Maka fitnah atas ‘Aisyah ra. Itu pun
bertambah luas sehingga menimbulkan keguncangan di kalangan kaum
Muslim.

Menurut syeh prof doktor Suhaiman dalam tafsirnya al madinah al munawarah


menjelaskan “Dalam ayat ini Allah membebaskan umul mukminin dari
tuduhah zina yang disebarkan oleh pemimpin kaum munafik Abdullah bin ubai
bin salut dan Allah menerangkan hati kelurga Abu Bakar. Sedangkan secara
bahasa lafal al ifku adalah bentuk masdar dari fiil tsulasi mujarat yaitu afaka
yafiku ifkan yang berarti kadzaba, berbohong dan suka memanipulasi.

Menurut imam al ghair dalam tafsir al ghazil jilid 13 mengatakan “ayat ini
sama dengan surah an nahl 105 sama-sama menjelaskan tentang perilaku
manusia yang menyebarkan berita dengan dusta.

Gaya hidup para pendusta mereka berbuat ulah seenaknya, menyebarkan


berita dusta diberbagai tempat hanya semata untuk mendapatkan jabatan
kekuasaan dan kekayaan. Hanya demi sebuah jabatan mereka rela
menyebarkan kebohongan, hanya demi sebuah kekuasaan mereka
memproduksi berita bohong yang merugikan, dan hanya demi uang, mereka
melenyapkan fakta-fakta kebenaran.

Jika virus yang sedang melanda baru-baru ini, hanya akan menyerangkan dan
mematikan orang-orang yang lemah anti bodinya, maka wabah kebohongan
bahayanya akan menyerang dan mematikan siapa saja. Tak pandang seorang
penguasa, tak pandang seorang ulama, tak pandang seorang pengusaha bila
mereka diposisikan paksa oleh kejahatan media pasti akan lebih binasa
karena kejahatan para pendusta.

Lalu bagaimana konsep al qur’an dalam memyikapi berita bohong?

Al Qur’an mengecam umatnya yang ikut andil dalam menyebarkan berita


bohong padahal ia belum tahu kebenaran dari sebuah berita tersebut.

Ada beberapa anjuran Al Qur’an dalam menyikapi peredaran berita bohong.


Diantaranya:

1. Hendaklah berprasangka baik Allah menyatakan dalam surah an nur


ayat 12 yang berbunyi:

2. Mengapa orang –orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka


terhadap kelompok mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita
bohong itu, dan berkata “ ini adalah (berita) bohong yang nyata.

2. Selalu berkata benar


Menyampaikan berita yang benar akan menjaga kemurnian ajaran Islam serta
melahirkan keharmonisan dalam pergaulan. Sebagai mana firman Allah swt
dalam surah al ahzan/33: 70 yang berbunyi:

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan


ucapkanlah perkataan yang benar

3. Melakukan tabayyun (teliti) setiap menerima berita

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al hujarat/49:6 yang berbunyi:

Artinya:

Wahai orang –orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu,
membawa berita penting, maka telitilah kebenaran

Hadirin wal hadirat rahima kumullah

Ayat diatas berpesan jika ada berita atau informasi yang datang hendaknya
terlebih dahulu melakukan tabayyun dengan memeriksa secara teliti berita
tersebut. Dengan demikian, peran tokoh agama diharapkan mampu
melakukan upaya check-recheck, konfirmasi, dan akurasi, dalam mengawal i
sebuah berita, sehingga pesan berita yang tersebar dapat diterima dan
dimanfaatkan masyarakat untuk mempelajari realitas yang melingkupi situasi
tertentu.

Sebagai kesimpulan Konsep al Qur’an dalam menyikapi hoax adalah sebagai


berikut:

1. Hendaklah berprasangka baik

2. Selalu berkata benar


3. Melakukan tabayyun (teliti) setiap menerima berita

Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga ada manfaatnya, terikasih


atas segala perhatian, mohon maaf atas salah dan khilaf. Wa Billahi taufik
wal hidayah

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai