Anda di halaman 1dari 9

ISTIHDAR AL-SURAH

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Uslub Qur’an

Oleh :

Titin Jauharoh (A91219118)

Lufiyah Nurul Hidayah (A91219093)

Dosen Pengampu:

Dr. H. Kharisudin Aqib, M.Ag

PROGAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanyalah milik Allah semata. Syukur Alhamdulillah kita panjatkan
kehadiran Ilahi Rabbi yang telah memberikan sehat badan dan pikiran sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada putra Abdullah buah hati Siti Aminah yang
telah melahirkan generasi penerus ummat Islam yang tetap berdasarkan kepada prinsip
akhlakul karimah.

Makalah ini akan membahas tentang “Istihdar Al-Surah” Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca yang budiman. Kritik dan saran saya harapkan
dengan senag hati untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

Surabaya, 12 Juni, 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an diturunkan secara terperinci atas beberapa macam, ada yang


mengenai tauhid, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengatahuan, janji peringatan dan lainnya,
disusun surah demi surah, ayat demi ayat hal ini mengungkapkan bahwa tidak ada
satupun yang meragukan Al-Qur’an sebagai manifestasi dari pada hukum-hukum yang
mengatur segala sisi kehidupan manusia. Pengungkapan kisah-kisah dalam Al-Qur’an
merupakan suatu metode untuk mewujudkan tujuan yang ingin di capai, karena
bagaimanapun juga Al-Qur’an adalah kitab dakwah agama dan kisah-kisah satu metode
untuk menyampaikan materinya. Adanya kisah dalam Al-Quran merupakan petunjuk,
nasehat dan ibrah bagi manusia, agar menjadi pelajaran dalam meniti hidup dan
kehidupan. Dan kisah memiliki daya tarik tersendiri, punya daya yang kuat bagi jiwa
serta dapat mengunggah kesadaran manusia kepada iman dan perbuatan yang sesuai
dengan tuntunan ajaran islam. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an sarat sekali dengan pesan,
nasehat kebijakan, dan keutamaan. Allah menyampaikan kisah agar menjadi pedoman
dan petunjuk bagi umat manusia mengenai akhlak dan prilaku yang terpuji.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Istihdar dan Contohnya.
2. Bagaimana Rasa keterlibatan seseorang ketika membaca kisah dalam Al-Qur’an.
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian Istihdar dan Contohnya.
2. Untuk mengetahui bagaimana Rasa keterlibatan seseorang ketika membaca kisah
dalam Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Istihdar al-Surah dan Contohnya

Lafad Istihdar berasal dari lafad ‫ حضر‬yang memiliki arti Menghadiri, ada
dan berada. Sedangkan Al-Surah berarti gambar, ilustrasi. Ilustrasi merupakan
penggambaran suatu hal melalui elemen rupa untuk lebih menerangkan dan
menjelaskan sesuatu agar dapat memberikan efek secara langsung terhadap apa
yang disajikan. Jadi maksud dari istihdar al-surah adalah menghadirkan kisah-kisah
yang ada dalam Al-Qur’an sebagai suatu bukti yang nyata.

Contoh teks Al-Qur’an pada surah An-Nur ayat 11 dan surah Al-Hujarat ayat 6:

َ ْ‫صبَةٌ ِم ْن ُك ْم الَ تَح‬


ٍ ‫سب ُْوهُ ش ًَّرا لَ ُك ْم بَ ْل َخي ٌْر لَ ُك ْم ِل ُك ِل ْم ِر‬
‫ئ ِم ْن ُه ْم‬ ْ ‫ع‬ ِ ِ‫إِ َّن الَّ ِذيْنَ َجاؤُ ا ب‬
ُ ‫اإل ْف ِك‬
)11(.‫ع ِظ ْي ٌم‬ َ ٌ‫عذَاب‬ َ ُ‫ِي ت ََولَّى ِكب َْرهُ ِم ْن ُه ْم لَه‬
ْ ‫اإلس ِْم َوالَّذ‬
ِ َ‫ب ِمن‬ َ ‫س‬َ َ ‫َما ْكت‬

Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu


adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu
buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka
mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang
mengambil bagian yang terbesar (dari dosa yang di perbuatnya) dia mendapat adzab
yang besar. (QS. An-Nur:11)

Dalam surah An-Nur ayat 11 dijelaskan bahwa orang yang membawa berita
bohong atau berita buruk itu sesama manusia akan mendapat balasan atas perbuatan
mereka. Apabila terus menerus menyebarkan berita bohong orang tersebut akan
menerima adzab yang besar. Dalam tafsir Al-Misbah ayat di atas menjelaskan
mengenai kasus yang menimpa keluarga Nabi Muhammad SAW. Ayat ini
mengecam kepada mereka yang menuduh istri Nabi yaitu ‘Aisyah RA tanpa adanya
bukti yang jelas. Allah berfirman: yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa dan menyebarluaskan dengan


sengaja berita bohong yang keji menyangkut keluarga Nabi Muhammad adalah
golongan yang dianggap bagian dari komunitas kamu yakni yang hidup ditengah
kamu wahai kaum mukmin. Janganlah kamu menganggapnya, yakni menganggap
berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu karena dengan
demikian kamu dapat membedakan siapa yang munafik dan siapa yang kuat
imannya. Tiap-tiap seseorang dari mereka yang menyebarluaskan rumor itu
memperoleh balasan sesuai kadar apa yang dilakukan dari dosa isu buruk itu. Dan
siapa yang mengambil bagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu. Diantara
mereka yang menyebarkannya maka baginya azab yang besar di akhirat nanti. 1

‫علَى‬ ِ ُ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوا إِ ْن َجا َء ُك ْم فَا ِس ٌق بِنَبَإ ٍ فَتَبَيَّنُوا أ َ ْن ت‬
ْ ُ ‫ص ْيبُوا قَ ْو ًما بِ َج َهالَ ٍة فَت‬
َ ‫صبِ ُحوا‬
. َ‫َما فَعَ ْلت ُ ْم نَاد ِِميْن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujarat: 6)

Dalam ayat tersebut menjelaskan bagaimana orang-orang yang beriman


menghadapi orang fasik yang membawa suatu berita. Kita harus teliti ketika
memeriksa berita, dilihat dulu fakta dari berita tersebut, apakah sumbernya
terpercaya, supaya tidak menyesal dan tertimpa masalah gara-gara mempercayai
suatu berita tanpa memeriksa kebenarannya.

Dari dua ayat tersebut menjadi salah satu dasar yang ditetapkan oleh agama
untuk diterapkan dalam kehidupan sosial, dan juga bisa menjadi cara untuk berfikir
logis ketika menerima suatu berita. Karena kemampuan manusia yang tidak dapat
menjangkau informasi secara menyeluruh maka membutuhkan orang lain untuk
mengkonfirmasi berita tersebut. Tetapi harus berhati-hati juga dengan sumber berita
atau pihak yang dijadikan referensi berita, harus melihat kejujuran dan integretasi
pihak tersebut sebelum mempercayainya. Ayat diatas mengajarkan kita untuk
berfikir logis dan berdasarkan ilmu pengetahuan dan juga ayat diatas mencontohkan
dahulu ketika para ulama’ menyeleksi perawi hadits-hadits Nabi, salah satu yang
dibahas adalah penerimaan riwayat yang disampaikan oleh sejumlah orang yang
dinilai mustahil menurut kebiasaan mereka sepakat berbohong atau istilahnya
disebut mutawatir. Ini diakui oleh semua pakar, jumlah yang banyak itu harus
memenuhi syarat –syarat. Dengan kata lain meskipun banyak yang menyampaikan

1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan dan keserasihan Al-Quran, Jilid 9 (Ciputat: Lentera hati
cetakan IV.2011) Hlm.294-295.
tidak menjamin itu benar. Begitu juga berita, meskipun banyak yang menyebarkan
berita belum tentu berita itu benar.

Contoh bukti nyata pada zaman sekarang yaitu banyak berita-berita Hoax
yang menyebar, contohnya pada Minggu 12, juni 2022 berdar unggahan di media
sosial instagram yang berisi iklan promo upgrade kartu BRI Prioritas yang
mengatasnamakan BRI. “Adapun syarat untuk menjadi nasabah BRI Prioritas
dengan bebas biaya bulanan adalah memiliki saldo mengendap minimal Rp20 juta
yang tersimpan ditabungan, giro, deposito, investasi, atau gabungan dari ketiganya
promo tersebut akan berakhir pada 31 Juni 2022”. Padahal faktanya, BRI melalui
laman Twiter resminya menegaskan bahwa iklan promo upgrade kartu BRI
Prioritas yang tersebar adalah hoaks dan merupakan modus penipuan yang
mengatasnamakan BRI. Kami mengimbau kepada para nasabah agar berhati-hati
terhadap penipuan dengan modus iklan yang mengatasnamakan BRI dan tidak
memberikan data rahasia seperti password, m token, dan OTP kepada siapapun.

B. Rasa Keterlibatan Seseorang Ketika Membaca Kisah Dalam Al-Qur’an


Kisah-kisah dalam Al-Qur’an mempunyai pengaruh yang dalam terhadap
hati dan jiwa manusia. Banyak sekali kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang
menyertakan tokohnya sebagai pusat perhatian. Dalam Al-Qur’an pula banyak
kisah yang diungkapkan melalui dialog. Keikutsertakan dialog inilah yang lebih
mendorong timbulnya kesan mendalam hingga mampu menembus jiwa dan relung
hati manusia ketika menghiburnya.
Seorang Ayah mempunyai peran penting dalam membangun keluarga. Ia
merupakan pemimpin keluarga dan mempunyai tanggungjawab dalam menjaga
anggota keluarga serta mendidik putra putrinya agar menta’ati perintah Allah.
Perhatikan Surah As-Shaffat ayat 100-102:
‫ي‬ َّ ‫) فَلَ َّما بَلَ َغ َمعَهُ ال‬101( ‫ش ْرنَهُ ِبغُ َل ٍم َح ِل ْي ٍم‬
َ ‫س ْع‬ َ َ‫) فَب‬100( َ‫صا ِل ِحيْن‬ َّ ‫ب هَبْ ِل ْي ِمنَ ال‬ ِ ‫َر‬
َ ‫ت ال ْف َع ْل َما تُؤْ َم ُر‬
‫ست َِجدُنِى ِإ ْن‬ ِ َ‫ظ ْر َماذَا ت ََرى قَا َل يَآب‬ ُ ‫ي ِإنِى ا َ َرى فِى ال َمن َِام أَنِى أ َ ْذبَحُكَ فَا ْن‬
َّ َ‫قَا َل يَابُن‬
)102( . َ‫ص ِب ِريْن‬
َّ ‫شَآ َء هللاُ ِمنَ ال‬
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang yang sholeh. Maka kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang
amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! “ia
menjawab: Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu:
InsyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Surah tersebut membahas mengenai Nabi Ibrahim sebagai seorang ayah.
Dalam ayat tersebut Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar dikarunia seorang
anak yang sholeh. Namun ketika anak itu sudah berada di dekapannya dan mulai
menginjak masa remaja Allah justru memerintahkan agar Nabi Ibrahim
menyembelihnya. Setelah melihat perintah Allah dalam mimpi tersebut maka Nabi
Ibrahim bercerita kepada Nabi Ismail mengenai hal yang dimimpikannya itu. Nabi
Ismil dengan sabar dan ikhlas menyetujui perintah dari Allah yaitu penyembelihan
terhadap dirinya sendiri.
Dari ayat tersebut dapat kita rasakan bahwa ada seseorang yang terlibat
dalam kisah tersebut yaitu seorang ayah, tidak ada ayah manapun yang rela anaknya
disembelih, apalagi dengan kedua tangannya sendiri. Nabi Ibrahim sudah menanti
anak ini selama bertahun-tahun, namun justru ia mendapat perintah untuk
menyembelihnya. Nabi Ibrahim sebagai seorang ayah tetap mentaati perintah Allah
meskipun perintah tersebut sungguh amat sangat berat untuk dilakukan. Dari sini
kita dapat mengambil pelajaran bahwa perintah Allah itu diatas segalanya, segala
sesuatu yang kita miliki bahkan yang paling berhargapun bukanlah milik kita
seutuhnya maka kita harus siap dengan apa yang nantinya akan menimpa. Dalam
ayat diatas juga diisyaratkan bagi seorang ayah agar mampu mendidik anaknya
menjadi orang yang penyabar dan patuh serta taat terhadap perintah Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT
yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Dalam surat An-Nur ayat 11 dan Al-
Hujarat ayat 6 bisa diaplikasikan dengan kasus zaman sekarang. Dalam Al-Qur’an
sudah dijelaskan cara menyikapi fenomena kasus berita bohong (hoax), menjelaskan
langkah-langkah supaya tidak menjadi pelaku penyebar hoax. Menyebarkan berita yang
belum tentu kebenaranya bisa menjadikan kita seorang fasik dan akan mendapat adzab
yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keseharian Al-
Qur’an, jilid 9. (Ciputat: Lentera Hati cetakan IV, 2011).
 Tafsirweb,”Qur’an Surat An-Nur Ayat 11”, dalam https://tafsirweb.com/6139-
surat-an-nur-ayat-11.htm

Anda mungkin juga menyukai