هّٰلِل
َ َو َع َلى آلِ ِه َو،ان
صحْ ِب ِه َو َت ِاب ِع ْي ِه َ صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َع َلى م َُح َّم ٍد َس ِّي ِد َو َل ِد َع ْد َن ِ الحمْ ُد ِ ْال َملِكِ ال َّدي
َّ َوال،َّان َ
َأمَّا َبعْ ُد،ان ِ الز َمَّ َِّع َلى َمر
Dewan hakim yang kami hormati, hadirin sekalian yang berbahagia..
Media social layaknya pisau bermata dua, membawa dampak positif dan
negative. Media social sebagai sarana berkomunikasi membantu membangun relasi
untuk saling berbagi informasi, saling terkoneksi bahkan membuka pintu rezeki untuk
menghasilkan pundi-pundi. Namun hadirin, tak bisa dipungkiri bahwa media social juga
bisa membahayakan pribadi, instansi dan institusi, bahkan bisa juga membahayakan
bumi pertiwi. Akhir-akhir ini media social sering disalah gunakan untuk menyebarkan
propaganda, adu domba, memperluas jaringan narkoba, penipuan, prostitusi online dan
perdagangan manusia, bahkan sarana perpecahan SARA.
Betapa banyak pengguna media social kini sudah tak beretika, bebas berbicara,
beragumen sesukanya, menyumpah, mengutuk dan menghina bahkan melecehkan
orang lain tanpa memikirkan perasaan, aturan, batasan serta tuntunan ajaran agama
Islam. Lalu pantas jika Albert Enstein pernah berkata sudah semakin jelas terlihat bagi
kita bahwa tehnologi kita telah melampaui batas kemanusiaan. Untuk itu, “Konsep Al-
Qur’an dalam Berkomunikasi di Media Sosial” adalah tema syarhil quran yang akan
kami sampaikan dalam kesempatan ini. Sebagai rujukan Al-quran surah Al-Ahzab ayat
70-71 sebagai berikut :
ُۗۡصلِ ۡح لَ ُكمۡ َأ ۡع ٰ َملَ ُكمۡ َويَ ۡغفِ ۡر لَ ُكمۡ ُذنُوبَ ُكم ْ ُوا ٱهَّلل َ َوقُول
ۡ ي٧٠وا قَ ۡواٗل َس ِد ٗيدا ْ ُوا ٱتَّق
ْ ُين َءا َمن َ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ
َ ََو َمن ي ُِط ِع ٱهَّلل َ َو َرسُولَ ۥهُ فَقَ ۡد ف
از فَ ۡو ًزا َع ِظي ًما
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah perkataan yang benar (70) Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu
dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sungguh dia menang dengan kemenangan yang agung (71).
Syeikh Al-Qurthubi dalam tafsir Al-Jaami’u Al-Ahkamil Qur’an juz 14 hal 253
memaknai kalimat Waquulu qaulan sadiida dengan Ucapkanlah perkataan dengan
sengaja dan benar, perkataan yang benar adalah yang mengandung kebaikan”. Hal
tersebut juga ditegaskan oleh Syeikh Fakhruddin Ar-Razy dalam tafsir Mafaatiihul ghoib
juz 25 hal 186. beliau menjelaskan perbuatan itu harus baik dan perkataan itu harus
benar. Lalu hadirin…bagaimanakah perkataan yang benar itu? sebagai jawabannya
Syeikh Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur’anil Adzim juz 6 hal 487 menjelaskan perkataan
itu harus lurus tidak mengandung kepalsuan dan penyimpangan, ucapan dan tindakan
itu harus sejalan, tidak berbohong dan tidak dimanipulasi.
Sementara itu syaikh Abu Muhammad al-Husein bin Mas’ud Al-Baghowi dalam
Kitab Ma’aalimuttanzil Juz 3 halaman 668 Menjelaskan:
Betapa banyak saudara kita yang sudah menjadi korban penipuan dalam media
social oleh orang-orang yang mencari keuntungan. Mulai dari tergiring bisnis investasi
bodong hingga rugi milyaran rupiah, terlibat sindikat barang haram hingga menjadi
buronan kepolisian bahkan akhirnya harus mendekam didalam tahanan. Na’udzubillah
Oleh karena itu hadirin, marilah kita berhati-hati dalam menggunakan media
social, baca dan fahami dengan betul. Bukankah Undang-undang ITE Nomor 19 Tahun
2019 menjelaskan janganlah menyebarkan berita yang belum jelas sumbernya karena
itu akan menajdi bencana, janganlah menyinggung isu SARA agar amarah tak
membara, janganlah menyebar konten pornografi dan pornoaksi, Karena itu racun
generasi. Mulai saat ini Tahan jempolmu, Thingking for googling, Sabar sebelum
sebar, saring sebelum sharing. Jadilah penyampai kebenaran, Quulu qaulan
syadiida. Setuju?
Lalu hadirin, bagaimanakah kosep Alqur’an agar kita terhindar dari berita hoax. Sebagai
jawabannya Al-qur’an surah Al-Hujurat ayat 6 berikut ini :
ْ صبِح
ُوا َعلَ ٰى ْ صيب
ۡ ُُوا قَ ۡو ۢ َما بِ َج ٰهَلَ ٖة فَت ِ ُق بِنَبَ ٖإ فَتَبَيَّنُ ٓو ْا َأن ت َ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ
ُ ۢ ين َءا َمنُ ٓو ْا ِإن َجٓا َء ُكمۡ فَا ِس
َما فَ َع ۡلتُمۡ ٰنَ ِد ِمين
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang fasik datang kepadamu
membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan
suatu kaum karena ketidaktahuan(mu) yang beraikibat kamu menyesali perbuatanmu
itu
Ayat ini memberikan pedoman bagi sekalian kaum mukminin supaya berhati-hati dalam
menerima berita, terutama jika bersumber dari seseorang yang fasik. Syeikh Al-
ُ ۢ اس
Qurthubi dalam tafsir Al-Jami’ Al Ahkamil Quran jilid 16 hal 132 memaknai kata ق ِ َف
dengan Al-Kadzab (pendusta). Selanjutnya kalimat بِنَبَ ٖإmenurut Prof.Dr.M.Quraish
Shihab dalam tafsir Al-Misbah halaman 157 bermakna berita penting. Lalu kalimat
فَتَبَيَّنُ ٓو ْاmenurut Syeikh Ali Al-Qorni dalam tafsir Al-Muyassar halaman 153 mengatakan
buktikanlah kebenaran berita tersebut, teliti dengan sungguh-sungguh, cari kejelasan
berita tesrebut jangan sampai mempercayai sebelum diketahui kebenarannya. Jika
kamu memberikan suatu mudharat kepada kaum yang tak bersalah itu karena
kebodohanmu, demikianlah penjelasan Ali Ash-Shubuni dalam shofwatu tafsir juz 3
halaman 216.
Dewan hakim yang Arif dan Bijaksana, Hadirin sekalian yang berbahagia,
Untuk itu, saya mengajak kepada semuanya, Jangan sampai kita menyakiti orang lain
karena kesalahan kita dalam menerima berita, janganlah kita merugikan orang lain
karena kecerobohan kita. Dan janganlah sampai kita menghancurkan bangsa ini karena
kebodohan kita, sehingga kita akan menyesal pada akhirnya,
Sebagai kesimpulan dari syarahan yang telah kami smpaikan :
1. Kita harus selalu berupaya untuk berkata, dengan perkataan yang benar. Quulu
qaulan sadiidaa. Termasuk menghidarkan diri dari membuat status palsu dan berita
berita halu.
2. Meneliti sumber berita yang kita terima. apakah sumbernya terpercaya atau tidak,
ketika sumbernya diragukan kebenaranya atau bersumber dari orang fasik, maka
“tabayun” wajib kita lakukan.
3. Memastikan bahwa berita yang akan kita sebarkan tidak berdampak negative/buruk
pada orang lain. Yang bisa menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Fatusbikhu
alaa maa fa’altum naadimiin..
Demikianlah syarahan yang dapat kami sampaikan, Narjul afwa minkum, ilal liqo.
Wassalamu’alaikum warrahmaullahi wabarakatuh
…..