Anda di halaman 1dari 6

SIKAP MUSLIM DALAM MENERIMA BERITA

Makalah Diajukan dan diPresentasikan Untuk Memenuhi Syarat Perkuliahan Pada Mata Kuliah
Hadis Tarbawi.

DosenPengampu:
Mohammad Nabiel, M.Ag.

Disusun oleh:
Faruq Mubarok
Ikhdatul Mubarokah.
Lukluk Roudhotul Jannah.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MI


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BADRUS SHOLEH ARIF
(STAI-BA)
PURWOASRI - KEDIRI
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

Puji syukur kehadirat Tuhan semesta Alam. Tuhan yang menciptakan ,memelihara dan
mengadakan segala sesuatu serta kepada-Nya lah segala Sesutu akan kembali. Segala bentuk
pujian hanyalah Untuk-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Berkat segala limpahan Rahmat dan
Hidaya-Nya sehingga kita semua masih dapat melakukan beragai macam aktivitas dalam hidup
ini. Harapankita, mudahan–mudahan kehidupan ini senantiasa penuh dengan ridha dan kasih
sayang-Nya serta menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang selamat di Duniadan di
Akhirat. Amiiin.
Sholawat dan salam semoga senantiasa dihanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya sampai di hari kiamat. Dalam sejarah awal
perjuagan Islam di Makkah, kehidupan manusia penuh dengan corak hidup Jahiliyah. Berkat
risalah Nabi Muhammad-lah yang Beliau emban dengan penuh ketabahan dan kegigihan dapat
memberikan pengaruh yang sangat besar dalam tatanan kehidupan ketika itu. Akhirnya,
Ketentraman dan kedamaian hidup dapat dirasakan oleh masyarakat Arab ketika itu. Kita semua
sebagai ummat Nabi Muhammmad memiliki kewajiban untuk tetap mempertahankan nilai-nilai
keislaman tersebut yaitu dengan senantiasa berpedoman pada Al-Quran-Hadis. Rasulullah SAW
bersabda :
‫ْك ِفيُك َأ ِن َل َتِض ُّلوا ا َمَتَّس ْك ُت ِهِب ا ِكَتا الَّلِه َّنَة َنِبِّيِه‬
‫ْم َم َب َوُس‬ ‫َم‬ ‫َتَر ُت ْم ْم َرْي ْن‬
Artinya:“Aku tinggalkan dua perkara diantara kalian, tidaklah kalian tersesat selama
kalian berpegang kapada keduanya yaitu, Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya
(Hadis)”
Hadis merupakan sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-quran. Karena itu,
mempelajari Hadis merupakan salah satu kewajiban bagi ummat Islam. Sebagai realisasi dari hal
itu, makalah ini kami persembahkan kepada seluruh insan yang berminat memperdalam
pengetahuan tentang Hadis. Adapun temape mbahas andalam makalah ini ialah:
Sikap muslim dalam menerima khabar/ berita
Dalam karya tulis ini, penulis berusaha memberikan penjelasan yang semaksimal mungkin
dan berupaya memadukan beberapa referensi dalam menyajikan setiap materi pembahasannya
Kami berharap, mudah-mudahan karya ini dapat menjadi Amal Ibadah disisi Allah SWT.
Akhirnya, makalah ini dapat kami selesaikan dengan harapan dapat menjadi salah satu
media dan sumber pembelajaran Hadis Tarbawi. Kami menyadari atas segala keterbatasan dalam
menyusun makalah ini. Oleh karena itu, hal-hal yang berupakritikan, saran dan masukan sangat
kami nanti kan dari segenap pelajar, pembaca dan khususnya para ahli dalam bidang hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis.

‫ٍذ ِرَب‬ ‫ِهلل‬


‫ َح َّد َثَنا َعْب ُد ال (َّرَمْحِن ْبُن‬، ‫ ح َوَح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن اْلُمَثىَّن‬، ‫ َح َّد َثَنا َأيِب‬، ‫َوَح َّد َثَنا ُعَبْي ُد ا ْبُن ُمَع ا اْلَعْن ُّي‬
‫ َق اَل‬: ‫ َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة َق اَل‬، ‫ َعْن َح ْف ِص ْبِن َعاِص ٍم‬، ‫ َعْن ُخ َبْيِب ْبِن َعْب ِد ال(َّرَمْحِن‬،‫ َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة‬: ‫َم ْه ِدٍّي َق ااَل‬
» ‫ «َك َف ى ِباْلَمْرِء َك ِذًبا َأْن َحُيِّد َث ِبُك ِّل َم ا ِمَس َع‬: ‫َرُس وُل اِهلل َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َوَس َّلَم‬
‫ِد‬ ‫ِل‬
‫ َعْن‬، ‫ َعْن ُخ َبْيِب ْبِن َعْب ال (َّرَمْحِن‬،‫ َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة‬، ‫ َح َّد َثَنا َع ُّي ْبُن َح ْف ِص‬،‫َوَح َّد َثَنا َأُب و َبْك ِر ْبُن َأيِب َش ْيَبَة‬
‫ِل‬
1
‫ َعِن الَّنِّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َوَس َّلَم ِمِبْثِل َذ َك‬،‫ َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة‬، ‫َح ْف ِص ْبِن َعاِص ٍم‬
artinya: “Dan telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz al Anbari] telah
menceritakan kepada kami [Bapakku] (dalam riwayat lain disebutkan), Dan telah menceritakan
kepada kami [Muhammad bin al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin
Mahdi] keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Khubaib bin
Abdurrahman] dari [Hafsh bin Ashim] dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia
dengarkan." Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan
kepada kami [Ali bin Hafsh] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Khubaib bin
Abdurrahman] dari [Hafsh bin 'Ashim] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dengan seperti hadits tersebut."

B. Kronologi Sejarah
Imam Nawawi rahimahumulloh dalam Syarh Shahih Muslim kompilasi menjelaskan hadist
diatas, Sementara makna hadist dan atsar yang ada di dalam bab ini berisi diskusi tentang apa
yang didengar oleh manusia. Karena yang didengar bisa jadi benar, bisa jadi dusta. Itulah
kebiasaan yang terjadi di tengah-tengah kita jika seseorang membaca setiap apa yang ia dengar,
maka ia telah berdusta karena memberitakan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Sikap
Muslim dalam menerima berita/kabar:
1. Objektif, secara bahasa: keadaan yang sebenarnya. Secara istilah: mengenai keadaan
yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan orang lain.
2. Tabayyun, secara bahasa: mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar
keadaan sesungguhnya. Secara istilah, meneliti dan menyeleksi suatu berita, tidak secara
1
Muslim Bin Hajjaj An-Naisaburi, Shohih Muslim,(Beirut:Dar Ihya’ At-Turots,Tt) Juz 5, Hal 10.
tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan baik dalam perkara hukum,
kebijakan dan sebagainya hingga sampai jelas dan benar.

‫ٍة ِب‬ ‫ِص‬ ‫ِس ِب ٍأ‬ ‫ِإ‬ ‫ِذ‬


‫َيا َأُّيَه ا اَّل يَن آَم ُنوا ن َج اءُك ْم َفا ٌق َنَب َفَتَبَّيُنوا َأن ُت يُبوا َقْو مًا َجِبَه اَل َفُتْص ُح وا َعَلى َم ا َفَعْلُتْم‬
‫ِدِم‬
‫َنا َني‬
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian
dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan
sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan,
kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS. Al-Hujurat
[49]: 6).
Di dalam ayat tersebut ada dua kata kunci, pertama berita. Kemudian, kedua fasiq.
Berita dimaksud tentu saja memiliki nilai urgensi dalam sisi kehidupan umat manusia.
Dan fasiq menunjukkan bahwa berita itu disampaikan oleh orang yang keluar dari
ketaatan kepada Allah alias telah bermaksiat. Jika demikian, langkah yang mesti diambil
ialah tabayyun alias telitilah lebih dulu.
Seharusnya seorang muslim tidak mudah terpancing atau mudah menerima berita
begitu saja yang tidak jelas sumbenya, atau berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu
dikenal sebagai media penyebar berita palsu. Yang harus diwaspadai adalah berita dari
orang-orang yang fasik, seseorang yang masih suka melakukan kemaksiatan, tidak komit
dengan nilai-nilai islam dan cenderung mengabaikan aturannya. Sikap waspada dan tidak
mudah percaya begitu saja terhadap sebuah informasi yang datang dari seorang fasik, dan
allah juga mengigatkan agar tidak menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya
tersebut sebelum jelas kedudukannya.
Dalam sebuah riwayat dari Qatadah disebutkan “at tabayyun minallah wal ajalatu
minasy syaithan” sikap tabayyun merupakan perintah allah, sementara siakap terburu-
buru merupakan arahan syaithon.
3. Adil dalam mensikapi dua belah pihak,
pengertian adil adalah suatu sikap jujur, tidak memihak kepada pihak
tertentu serta bertindak objektif berdasarkan atas kebenaran yang umum.
Secara bahasa, kata adil berasal dari bahasa arab yang artinya berada di
tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Dalam bersikap adil, manusia dituntut
untuk tetap mempertimbangkan hak dan kewajiban setiap orang.
Dalam hal ini, pendapat yang benar adalah pendapat yang sesuai dengan dalil, yang
lain salah. Namun jika orang-orang yang berselisih ini berijtihad, yakni berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran, dengan disertai keikhlasan, maka mereka
semua terpuji dan mendapatkan pahala. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ِن ِإ‬ ‫ِك‬ ‫ِإ‬


‫ َو َذا َح َك َم َفاْج َتَه َد َّمُث َأْخ َطَأ َفَلُه َأْج ٌر‬، ‫َذا َح َك َم اَحْلا ُم َفاْج َتَه َد َّمُث َأَص اَب َفَلُه َأْج َرا‬
“Jika seorang hakim menghukumi, dia telah berijtihad, lalu ketetapannya sesuai
dengan kebenaran, maka dia mendapatkan dua pahala. Dan jika dia menghukumi, dia
telah berijtihad, lalu dia melekukan kesalahan, maka dia mendapatkan satu pahala.” [HR.
Bukhâri, no. 7352; Muslim, no.1716]
C. Kandungan hadis atau syarah
1. Segala yang dikerjakan atau ditinggalkan hamba berada dalam jangkauan pengetahuan Allah
SWT, tidak ada seorang pun yang keluar dari takdir- Nya. Meskipun demikian, syari’at
memerintahkan untuk menjauhi kawasan-kawasan yang dapat mencelakakan dan yang
berbahya.
2. Wajib mengamalkan khabar wahid (riwayat yang tidak mencapai tingkatan mutawatir) dalam
masalah-masalah aqidah dan ibadah. Hadist ‘Abdurrahman diatas termasuk diantara dalil
yang paling kuat dalam hal ini, bahkan para Sahabat menerima berita dan riwayatnya.
3. Dianjurkan memuji Allah ketika mencapai dan mengetahui perkara yang benar. Ini jelas
dalam perkataan ‘Umar ; “Alhamdulillah” ketika ijtihadnya sesuai dengan nash yang
diriwayatkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf.
Kesimpulan.

Setiap orang yang memperoleh informasi melalui media sosial (baik yang positif maupun
negatif) tidak boleh menyebarkannya sebelum divertifikasi dan dilakukan proses tabayyun serta
dipastikan kemanfaatannya.

Anda mungkin juga menyukai