Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan makalah Kewajiban Untuk Berdakwah
ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian mengenai " Kewajiban Untuk Berdakwah ".
Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak Oleh karena
itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan. Dalam
penyusunan laporan tugas ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Maka penulis ucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.

Karena kebaikan semua pihak yang telah penulis sebutkan tadi maka penulis bisa
menyelesaikan laporan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Laporan tugas ini memang masih jauh
dari kesempurnaan, tapi penulis sudah berusaha sebaik mungkin. Sekali lagi terima kasih.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

23 Maret, 2022

PENYUSUN

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................3

1.2. Rumusan Masalah......................................................................3

1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Dakwah..........................................................................5

2.2. Pengertian Dakwah....................................................................7

2.3. Kewajiban Berdakwah................................................................7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan kita sebagai manusia adalah mahluk yang sempurna ciptaan Alha SWT, tapi
belum sempuran manusia kalau belum hidup rukun berdampingan menghormati satu sama lain
dan saling menasehat-nasehati dalam kebaikan itulah sebaik baiknya manusia. Pengertian
diatas bersifat ungkapan saling menasehat-nasehati dalam kebaikan seperti dalam Firman Allah
“ hendaklah diantara kalian ada kelompok yang mengajak kepada khair, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan cegah dari yang mungkar “ Q.S Ali Imron 3: 104.  Ungkapan ini sangat releven
dengan kegiatan dakwah. Aktivitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas
sederhana yakni kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima dari rasullullah SAW .Hal
ini dapat dipahamai sebagaimana yang ditegaskan oleh hadits Rasullah SAW :“Balighu ‘anni
walau ayat”.

Di dalam Al-Qur’an mengandung nilai-nilai pendidikan, muamalah, hukum bahkan dakwah. Nilai
nilai dakwah ini yang kita akan telaah bersama, Berkaitan dengan kewajiban umat islam untuk
berdakwah yang secara kongkrit telah terkodifikasi di dalam al – qur’an. Sehingga hal ini
berkolerasi dan materi yang ditawarkan pada mata kuliah tafsir dakwah yang tercakup pada Qs.
Al-Maidah 67 dan Qs Ali imron 104. Inilah yang membuat kegiatan atau aktivitas dakwah boleh
dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan
nilai-nilai islam.Oleh karena itu aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran
pribadi yang dilakukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang
dapat melakukan dakwah. Memahami esensi dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah
sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi islam terhadap berbagai masalah
dalam kehidupan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa itu yang dimaksud dengan Kewajiban Berdakwah?

b. Apa itu kewajiban berdakwah pada surat Al Maidah Qs Al-Maidah 67 ?

c. Apa itu kewajiban berdakwah pada surat Al Maidah Qs Ali Imron 104 ?

3
1.3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui yang dimaksud dengan Kewajiban Berdakwah?

b. Mengetahui Kewajiban berdakwah pada surat Al Maidah Qs Al-Maidah 67 ?

c. Mengetahui Kewajiban berdakwah pada surat Al Maidah Qs Ali Imron 104 ?

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Dakwah


DAKWAH merupakan kegiatan yang abadi dilakukan sejalan dengan dinamika kehidupan
manusia itu sendiri. Meski dakwah sudah dimulai sejak Nabi Adam, dakwah tetap tidak
mengenal kata berakhir; bahkan ia akan selalu bergerak maju mengiringi langkah kehidupan
manusia setiap zaman. Buku ini berisi kajian mengenai sejarah dakwah Islam. Dijelaskan dalam
buku ini sejarah dakwah adalah segala peristiwa atau kejadian yang abadi, unik, dan penting
yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia dalam mengajak,
menyeru serta memanggil manusia kepada islam dalam bentuk lisan, tulisan dan perbuatan
(aksi social) secara pribadi maupun kelompok (lembaga) agar mereka memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat. Dakwah Islam merupakan suatu upaya yang dilakukan secara terus menerus
untuk melakukan perubahan agar lebih baik sesuai dengan maksud agama Islam, pada diri
manusia dalam berbagai aspek, baik aspek pikiran (al fikr), perasaan (Syu’ur) maupun tingkah
lakunya (akhlak suluk) menjadi lebih islami sehingga terbentuk pribadi masyarakat Islami (al
mujtama’al al Islamy) atau khairu ummat. Dijelaskan pula dalam buku ini sirah dakwah Rasul
dan kondisi masyarakat Jazirah Arab, dakwah Islam pada masa Khulafaur Rasyidin, Dakwah
Islam pada masa dinasti Umayyah, dakwah Islam pada masa dinasti Abbasiyah dan dakwah
Islam di Indonesia. Juga mengungkap siapa pelaku dakwah, bagaimana objek dakwah dan
kondisi sosialnya, apa materinya, bagaimana metode, strategi dan taktik dakwah dan media apa
yang dipakai.

Sejarah dakwah dimulai sejak tanggal 17 Ramadhan, 12 tahun sebelum hijrah (6 Agustus 610
M)1 pada waktu muhammad putra Abdullah diangkat menjadi Rasul dengan tugas “risalah”-nya
yang pertama untuk membudayakan umat manusia dengan perintah wajib membasmi buta
huruf dan mengembangkan ilmu pengetahuan2. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah:

 )٥( ‫) َعلَّ َم اإل ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬٤( ‫)الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬٣( ‫)ا ْق َرْأ َو َربُّكَ األ ْك َر ُم‬٢( ‫ق‬
ٍ َ‫ق اإل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫) َخل‬١( ‫ق‬

1
Said Quthub.,Jilid I,juz I,hal.14-21

2
A.Hsjmy Dustur Dakwah Menurut Al-quran, ibid hal. 4

5
“bacalah dengan nama tuhan-mu yang mencipta, yang telah mencipta manusia dari segumpal
darah beku, Bacalah dan Tuhan-mu Maha Pemurah, yang mangajar mempergunakan pena,
yang mengajar manusia apa yang belum diketahui”3 QS. Al-Alaq/96:1-5

berdakwah dimulai dengan bismilla (dengan nama Allah), hal ini memberikan petunjuk
bahwasanya dakwah haruslah dilaksanakan karena Allah. Ini landasan pokok yang bertitik tolak
dari konsepsi iman dan amal saleh yang berlandaskan ilmu pengetahuan, yang dalam waktu
relatif singkat telah dapat melahirkan satu “umat pilihan” yang menjadikan Khalifah penguasa
Bumi. Seperti dilukiskan al-Qur’an:

‫رًا لَهُ ْم ِم ْنهُ ُم‬2‫انَ َخ ْي‬22‫ب َل َك‬ِ ‫ا‬22َ‫ ُل ْال ِكت‬2‫وْ آ َمنَ َأ ْه‬22َ‫ونَ بِاهَّلل ِ َول‬22ُ‫ر َوتُْؤ ِمن‬2 ِ ‫اس تَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ 2‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ي َْر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
)١١٠(  َ‫اسقُون‬ ِ َ‫ْال ُمْؤ ِمنُونَ َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف‬

“Kamu adalah umat terbaik ditampilkan untuk manusia, dengan tugas menyuruh makruf,
melarang munkar dan percaya kepada Allah, Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentu lebih baik bagi
mereka; diantara mereka ada yang beriman dan sebagian besar tetap fasik.” 4QS. Ali-Imran/3:
110

Ayat 110 ini menegasakan martabat kaum muslimin sebagai umat paling terhormat, umat
pilihan yang ditampilkan untuk memimpin dunia, untuk menjadi khalifahnya di atas
bumi.Supaya lebih jelas dengan keterangan ayat diatas, cobalah renungkan keterangan di
bawah ini :

“Kamu adalah yang sebaik-baik ummat yang di keluarkan tuhan untuk seluruh manusia. Supaya
ummat islam jangan tersesat dan kejangkitan penyakit bangga, sebagai yang telah menimpa
kedua saudaranya, Yahudi dan Nasrani itu, sekali-kali jangan membaca sepotongan kalimat
yang pertamannya saja.wajidlah di baca sampai keujungnya. Sebab firman allah itu terbagi
empat bagian :

1.      Kamu adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan tuhan untuk seluruh umat

2.      Karena kamu menyuruh berbuat yang makruf.

3.      Dan kamu melarang berbuatan yang mungkar

4.      Serta kamu percaya kepada allah.

3
Al-Qur’an dan Terjemahan Surat Al-Alaq/96:1-5

4
Al-Qur’an dan Terjemahan Surat Ali-Imran/3: 110

6
Ini adalah satu ayat yang tidak terpotong-potong dan tidak boleh dipotong-potong5.

2.2. Pengertian Dakwah


Di tinjau dari segi etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti “panggilan, ajakan
atau seruan”. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata Dakwah berbentuk sebagai “isim mashdar”.
Kata ini berasal dari fi’il “da’a-yad’u”, artinya memanggil, mengajak atau menyeru. Orang yang
memanggil, mengajak atau menyeru atau melaksanakan dakwah dinamakan da’inya, terdiri dari
beberapa orang (banyak) di sebut “du’ah”. Dakwah menurut arti istilahnya mengandung
beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian
terhadap istilah dakwah terdapat beraneka ragam pendapat. Menurut Drs. Hamzah Yaqub
dalam bukunya “Publistik Islam” memberikan pengertian dakwah dalam islam ialah “mengajak
umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul” 6.

Asmuni syukir berpendapat bahwa istilah dakwah itu dapat di artikan dari dua sudut pandang,
yakni pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan bersifat pengembangan. Pembinaan
artinya suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah
ada sebelumnya. Sedangkan pengembangan berarti suatu kegiatan yang mengarah kepada
pembaharuan. Dengan demikian pengertian Dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu
usaha mempertahankan, melestariakan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka
tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syariat nya sehingga mereka menjadi
manusia yang hidup bahagia di dunia maupun akherat. Sedangkan pengertian dakwah yang
bersifat pengembangan adalah usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada
Allah agar mentaati syariat islam supaya na’ntinya dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia
maupun akherat7.

2.3. Kewajiban Berdakwah


Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan islam kepada
orang lain baik muslim maupun non muslim Misalnya amar ma’ruf, nahi munkar, memberi
nasihat dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa hukum islam tidak mewajibkan bagi
umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang
diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Adapun orang yang

5
Tafsir Al-Azhar,Prof. Dr. Hamka Juzu’4-5-6 hal.64

6
Mahmud,abdul halim.1995.dakwah fardiyyah.jakarta:gema insani pres. Hlm 29

7
Ibid. Hlm 29

7
diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah. ketentuan semacam ini di dasarkan pada firman
Allah Swt :

A. Surat Al – Maidah 67

َ‫اس ۗ ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْال َكافِ ِرين‬ ‫ُأ‬
ِ ‫ك ۖ َوِإن لَّ ْم تَ ْف َعلْ فَ َما بَلَّ ْغتَ ِر َسالَتَهُ ۚ َوهَّللا ُ يَع‬
ِ َّ‫ْص ُمكَ ِمنَ الن‬ ِ ‫يَا َأيُّهَا ال َّرسُو ُل بَلِّ ْغ َما‬
َ ِّ‫نز َل ِإلَ ْيكَ ِمن َّرب‬

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.(QS Al-Maidah 67)8.

1. Asbabun Nuzul

Pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada
dukungan langsung dari Alloh maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Alloh sebagai pihak
pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan
risalah. Nabi tidak sendirian, dibelakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang
sempurna yaitu Alloh SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak
ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai
merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan; “yang hadir
hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir”. Sehingga Allah berfirman sebagai
penegasan dukungan keselamatan :

ِ ‫ َوهَّللا ُ يَع‬ = Alloh memelihara kamu dari (gangguan) manusia


ِ َّ‫ْص ُمكَ ِمنَ الن‬
‫اس‬

Imam AL-Qurtubi memperjelas dalam konteks kerisalahan nabi sebagai rasul. Beliau
mengungkapkan sebab rasul tidak berani menyampaikan risalah kenabian secara terang-
terangan. Beliau menulis dalam tafsirnya :

‫ه‬22‫ه هللا أن‬22‫ وأعلم‬,‫ة‬22‫ذه اآلي‬22‫اره في ه‬22‫ر بإظه‬22‫ ثم أم‬,‫ركين‬22‫ا من المش‬22‫ه خوف‬22‫ معناه أظهر التبليغ; ألنه كان في أول اإلسالم يخفي‬:‫قيل‬
‫يعصمه من الناس‬

Arti “baligh” menurut Imam Al-Qurtubi lebih menampakan pada proses penyampaian amanah
kapada masyarakat. Karena di awal penyebaran agama Islam nabi khawatir kepada orang-orang
musyrik Makkah. Kemudian Alloh memerintahkan untuk menampakan kerisalahan tersebut
dengan diturunkannya ayat ini. Dan Alloh memberitahu kepada nabi bahwa Alloh akan menjaga

8
Quran Terjemah, Departemen Agama RI. Hlm 172

8
keselamatannya. Bahkan bila nabi tidak menyampaikan ayat, menyembunyikan risalah dan
amanat tersebut maka nabi dikatakan sebagai orang yang “kadzab”, berdusta.

Kata “Baligh” dalam bahasa Arab atinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila
dikaitkan dengan qawl (ucapan), kata balig berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat
mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan
sebgai prinsip komunikasi yang effektif. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat diperoleh bila
memperhatikan pertama, bila dalam pembelajaran menyesuaikan pembicaranya dengan sifat
khalayak. Istilah Al-Quran “fii anfusihiim”, artinya penyampaian dengan “bahasa” masyarakat
setempat. Hal yang kedua agar komunikasi dalam proses pembelajaran dapat diterima peserta
didik manakala komunikator menyentuh otak atau akal juga hatinya sekaligus. Tidak jarang di
sela khotbahnya nabi berhenti untuk bertanya atau memberi kesempatan yang hadir untuk
bertanya, terjadilah dialog. Khutbah nabi pendek tetapi padat penuh makna sehingga
menyentuh dalam setiap sanubari pendengarnya.

Menurut beberapa hadis yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi SAW, seperti Ibnu
Abbas, Abu Said Al-Khudri, Al-Barra’ bin Azib, Abu Hurairah, dan lainnya, ayat ini turun setelah
haji Wada’ di Ghadir Khum sehubungan dengan perintah memproklarnirkan kepemimpinan
(wilayah) Ali bin Abi Thalib a.s.

2. Tafsir Ayat

Menurut penjelasan dari Ibnu Katsir, Allah SWT berfirman sambil mengkhitabi hamba dan
rasulnya Muhammad SAW dengan ungkapan “Rasul” dan menyuruhnya supaya menyampaikan
seluruh perkara yang dibawanya dari Allah SWT. Dan Nabi Muhammad SAW telah
melaksanakan perintah itu dan menjalankan risalah dengan sempurna. Sehubungan dengan
penafsiran ayat ini, Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah, “ Barangsiapa yang menceritakan
kepadamu bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan Allah SWT
kepadanya, maka berdustalah orang itu, dan dia berfirman, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari tuhanmu.”demikianlah bunyi hadits itu secaara ringkas. Hadits ini
dikemukakan oleh Bukhari-Muslim dalam Shahihain-Nya secara lengkap 9.

Di dalam ayat-ayat yang telah lalu Allah SWT mengungkapkan watak orang-orang Yahudi yang
lebih keji dari watak mereka yang telah di ungkapkan dalam ayat-ayat sebelumnya, yaitu
tuduhan mereka bahwa Allah SWT bersikap kikir, tidak suka mengampuni dosa dan sebagainya.
Diungkapkannya juga bahwa mereka berwatak demikian itu lantaran telah menyimpang dari

9
Terjemah Ibnu Katsir, android

9
tuntutan kitab Allah, sehingga mereka tidak menyadari perbuatan mereka yang keji itu.
Kemudian di dalam ayat-ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, agar
menyampaikan wahyu yang telah diterima dengan tidak usah menghiraukan sikap orang-orang
Yahudi yang memusuhinya, bahkan Nabi Muhammad Saw, diperintahkan untuk menyeru
mereka agar kembali kepada tuntunan Taurat dan Injil, agar mereka menjadi orang yang
beragama tauhid dan menempuh jalan yang benar, sesuai tuntutan nabi-nabi yang telah di utus
kepada mereka dengan silih berganti10

Lalu dengan Firman Allah SWT, “Dan Allah melindungimu dari gangguan manusia.”maksudnya
adalah, Allah menyampaikan untuk menyampaikan risalah-Nya, sehingga Allah akan
melindungimu dari gangguan manusia, nenolongmu, dan membantumu dalam mengalahkan
musuh-musuhmu serta menenangkanmu atas mereka. Maka janganlah kamu takut dan sedih.
Tidak ada gangguan seorangpun yang akan menyentuhmu. Sebelum turun ayat ini Nabi
Muhammad SAW dijaga. Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah RA yang menceritakan, “pada
suatu malam Rasulullah SAW berjaga. Aku mendekatinya dan berkata, ‘wahai Rasulullah, ada
apa?’ Beliau menjawab, “aku berkeinginan ada orang baik hati dari sahabatku yang menjagaku
pada malam hari.’ Tatkala aku bertanya demikian, tiba-tiba aku mendengar suara. Nabi
bersabda, ‘siapa itu?’ Orang iru berkata, ‘Saya Sa’ad bin Malik’, Nabi bertanya, ‘Apa yang telah
mendorongmu datang kesini?’ Dia menjawab, “Ya Rasulullah, saya datang untuk menjagamu.’
Maka aku mendengar dengkaur Rasulullah dalam tidurnya.” Hadits ini dikemukakan dalam
Shahihain11.

Ayat ini mengajarkan kepada Nabi Muhammad agar tidak perlu takut menghadapi gangguan
dari mereka dalam membentangkan rahasia dan keburukan tingkah laku mereka itu karena
Allah menjamin akan memelihara Nabi Muhammad dari gangguan, baik masa sebelum hijrah
oleh orang kafir Quraisy maupun sesudah hijrah oleh orang Yahudi. Apa-apa yang Allah telah
turunkan kepada Muhammad adalah amanat yang wajib disampaikan seluruhnya kepada
manusia. Menyampaikan sebagian saja dari amanat Nya dianggap sama dengan tidak
menyampaikan sama sekali.

Demikianlah kerasnya peringatan tuhan kepada Muhammad. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tugas menyampaikan amanat adalah kewajiban rosul. Tugas penyampaian tersebut tidak boleh
ditunda dari waktunya meskipun penundaan itu dilakukan untuk menunggu kesanggupan
manusia untuk menerimanya, karena masa penundaan itu dapat dianggap sebagai suatu

10
Terjemah Ibnu Katsir, Android

11
Alquran dan Tafsirnya jilid 2, Departemen agama RI. Hlm 484

10
tindakan penyembunyian terhadap amanat Allah. Ancaman terhadap penyembunyian sebagian
amanat Allah sama kerasnya ancaman terhadap sikap seseorang yang beriman kepada sebagian
rosul-rosul saja dan beriman kepada sebagian ayat-ayat Al Qur'an saja. Meskipun seorang rosul
bersifat maksum yakni terpelihara dari sifat tidak menyampaikan, namun pada aya ini Allah
menegaskan pada rosulnya secara tegas bahwa tugas menyampaikan amanat adalah kewajiban
yang tidak dapat ditawar-tawar atau ditunda-tunda meskipun menyangkut peribadi rosul
sendiri seprti halnya yang akan terjadi anatara Zainab binti Jahsy dengan Nabi Muhammad
sebagaimana yang diuraikan oleh firman Allah12.

B. Surat Ali Imron 104

َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر ۚ َوُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬


ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru pada kebajikan menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang orang yang
beruntung13.

1. Asbabun Nuzul

Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu, Suku Aus dan Khazraj yang selalu
bermusuhan turun temurun selama 120 tahun, permusuhan kedua suku tersebut berakhir
setelah Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam kepada mereka, pada akhirnya suku Aus
yakni kaum Anshar dan suku Khazraj hidup berdampingan secara damai dan penuh keakraban.

Suatu ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat suku Aus dengan suku Khazraj duduk
bersama dengan santai dan penuh keakraban, padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais
tidak suka melihat keakraban dan kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda
Yahudi duduk bersama suku Aus dan Khazraj untuk menyinggung perag Bu’ast yang pernah
terjadi antara Aus dan Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya
masing-masing, saling mencaci maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW yang
mendengar peristiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka : Apakah kalian termakan
fitnah jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama Islam,
dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan jahiliyah ?. setelah mendengar
nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan saling berpelukan. Sungguh peristiwa itu adalah
seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik peristiwa. Maka turunlah surat Ali Imran ayat 104 14.

12
Alquran dan Tafsirnya, Departemen Agama RI, hlm 486

13
Quran terjemah, Departemen Agama RI, hlm 93

11
2. Tafsir Ayat

Allah memerintahkan untuk menempuh jalan yang berbeda, yaitu menempuh jalan yang luas
dan lurus serta mengajak orang lain menempuh jalan kebajikan dan makruf, dan mencegah
mereka dari yang munkar yaitu dari yang nilai buruk lagi di ingkari oleh akal sehat masyarakat.
Dengan adanya dakwah, maka terdapatlah masyarakat yang sehat. Dan itulah tujuan hidup
manusia, sebab manusia itu pada hakekatnya tidaklah ada yang menyukai yang munkar dan
menolak yang ma’ruf. Maka apabila amar ma’ruf nahi munkar terhenti, itulah tanda bahwa
masyarakat tadi mulai ditimpa penyakit. Kemenangan dan kejayaan pergaulan hidup manusia
ialah pada adanya kesadaran akan kebaikan dan ma’ruf dan tolakan yang mutlak atas yang
munkar. Itulah sebabnya maka ujung ayat menegaskan: “Dan mereka itu, ialah orang-orang
yang beroleh kemenangan” (ujung ayat 104)15.

Disamping itu penjelasan ayat 104 Ali Imran ini, berisikan perintah Allah SWT. Bahwa setelah
masing-masing berusaha memperbaiki dirinya sendiri, agar memikirkan pula nasib orang lain,
merasa bertanggung jawab untuk mengajak orang lain agar memperbaiki dirinya dengan jalan
mengikuti agama Allah. Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya segolongan umat Islam
yang bergerak dalam bidang dakwah yang selalu memberi peringatan, bilamana nampak gejala-
gejala perpecahan dan penyelewengan. Karena itu pada ayat ini diperintahkan agar supaya di
antara umat Islam ada segolongan umat yang terlatih di bidang dakwah yang dengan tegas
menyerukan kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf (baik) dan mencegah dari yang
mungkar (keji)16.

Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim dalam sebuah hadits dari Abu
Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda : “Barang siapa di antara kalian
melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya. Dan jika ia tidak
mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya, yang
demikian itu adalah selemah-lemah iman.”Di dalam riwayat lain disebutkan: “Dan tiadalah
dibelakang itu (selain dari itu) iman barang seberat biji sawi pun17.”

Dengan demikian umat Islam akan terpelihara daripada perpecahan dan infiltrasi pihak
manapun. Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan

14
http://dyanz-kneights.blogspot.co.id/p/al-quran-surat-ali-imran-ayat-102-104.html

15
Abdul Aziz, Qur’an Hadis  (Semarang: CV.Wicakrana, 1994) hlm. 48.

16
Alquran dan Tafsirnya, Departemen Agama RI

17
Terjemah Ibnu Katsir, Android

12
menghilangkan sifat-sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai kemenangan. maka ia
terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan taktik perjuangan untuk mencapainya,
yaitu: kemenangan tidak akan tercapai melainkan dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan
terwujud melainkan dengan persatuan. Persatuan yang kokoh dan kuat tidak akan tercapai
kecuali dengan sifat-sifat keutamaan. Tidak terpelihara keutamaan itu melainkan dengan
terpeliharanya agama dan akhirnya tidak mungkin agama terpelihara melainkan dengan adanya
dakwah.

Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar agama dapat
berkembang baik dan sempurna sehingga banyak pemeluk-pemeluknya. Dengan dorongan
agama akan tercapailah bermacam-macam kebaikan sehingga terwujud persatuan yang kokoh
kuat. Dari persatuan yang kokoh tersebut akan timbullah kemampuan yang besar untuk
mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Mereka yang memenuhi syarat-syarat
perjuangan itulah orang-orang yang sukses dan beruntung.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah berati ialah “mengajak umat
manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul sebagaimana
pendapat Drs. Hamzah Yaqub

Dan setiap umat Islam Dikenai kewajiban berdakwah sebagaimana sebelumnya Allah
memerintahkan Dakwah kepada Nabi Muhammad yang pada awalnya Nabi merasa takut untuk
menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan langsung dari Alloh maka
keberanian itu muncul. Dukungan dari Alloh sebagai pihak pemberi wewenang menimbulkan
semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah

Dalam QS. Ali Imron ayat 104, demikian nyatalah kewajiban seorang Untuk berdakwah yakni
berda’wah kepada kebaikan; da’wah kepada tauhidullah, dan amar ma’ruf nahi munkar.
Dengan adanya dakwah, maka terdapatlah masyarakat yang sehat. Dan itulah tujuan hidup
manusia, sebab manusia itu pada hakekatnya tidaklah ada yang menyukai yang munkar dan
menolak yang ma’ruf. Maka apabila amar ma’ruf nahi munkar terhenti, itulah tanda bahwa
masyarakat tadi mulai ditimpa penyakit. Kemenangan dan kejayaan pergaulan hidup manusia
ialah pada adanya kesadaran akan kebaikan dan ma’ruf dan tolakan yang mutlak atas yang
munkar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan Tafsirnya jilid 2, Departemen agama

Alquran dan Tafsirnya jilid 2, Departemen agama RI. Hlm 484

Quran terjemah, Departemen Agama RI, hlm 93

Quran Terjemah, Departemen Agama RI. Hlm 172

Terjemah Tafsir Ibnu Katsir

Abdul Aziz, Qur’an Hadis  (Semarang: CV.Wicakrana, 1994)

Mahmud,abdul halim.1995.dakwah fardiyyah.jakarta:gema insani pres

Mahmud,abdul halim.1995.dakwah fardiyyah.jakarta:gema insani pres. Hlm 29

Tafsir Al-Azhar,Prof. Dr. Hamka Juzu’4-5-6 hal.64

A.Hsjmy Dustur Dakwah Menurut Al-quran, ibid hal. 4

Al-Qur’an dan Terjemahan Surat Al-Alaq/96:1-5

Al-Qur’an dan Terjemahan Surat Ali-Imran/3: 110

Abdul Aziz, Qur’an Hadis  (Semarang: CV.Wicakrana, 1994) hlm. 48.

http://info.pikiran-rakyat.com/?q=info-kita/sejarah-dakwah-islam

15
http://dyanz-kneights.blogspot.co.id/p/al-quran-surat-ali-imran-ayat-102-104.html

16

Anda mungkin juga menyukai