1
MATERI 2
KONSEP DAN RUANG LINGKUP PAI
Tujuan
.
Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan
1
jawab. Dengan kata lain, pendidikan Islam bertujuan untuk
membina potensi spiritual, emosional dan intelegensia
secara optimal dan integratif.
2
jin kecuali untuk beribadah kepada-Ku’. Aktivitas yang
dimaksudkan di sini terkandung dalam ayat 30 Surah Al-
Baqarah: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi,” dan Surah Hud 61: “Dan Dia (Allah
Swt.) menciptakan kamu (manusia) dari bumi (tanah) dan
menugaskan kamu memakmurkan”. Maksud dari ayat ini,
manusia yang dipercaya oleh Allah sebagai khalifah itu
bertugas memakmurkan atau membangun bumi ini sesuai
dengan konsep yang ditetapkan oleh yang menugaskan
(Allah SWT).
3
ke-rubbubiyyah-Nya. Oleh karena itu proses pendidikan,
sebagai bagian pokok dari aktivitas pembinaan hidup
manusia, harus mampu mengembangkan rasa
kepatuhan dan rasa syukur yang mendalam kepada
Khaliqnya, sehingga beban tanggung jawab manusia
tidak ditujukan kepada selain Allah. Inilah sebenarnya
makna tauhid yang mendasari aspek Pendidikan Islam.
4
dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada
beberapa dasar yang melandasi penyelenggaraan PAI di
sekolah, yaitu dasar konstitusional, operasional, religius, dan
psikologi.
a. Dasar Konstitusional
1) Pancasila, yakni sila pertama pancasila yang
mengandung pengertian kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa atau kehidupan beragama.
Dalam konteks ini PAI diperlukan untuk mewujudkan
kehidupan beragama, khususnya Islam.
2) UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang
menyebutkan bahwa “Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya itu.” Dari petikan
pernyataan UUD tersebut dapat disimpulkan bahwa
warga negara Indonesia harus mempunyai
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau
beragama. Negara melindungi kebebasan warganya
untuk memeluk agama yang diyakini dan melakukan
ibadah sesuai dengan ajaran agama tersebut.
Sedangkan ajaran agama tidak mungkin dapat
tersampaikan kepada umat tanpa adanya pendidikan
agama.
5
b. Dasar Operasional
1) Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta
penjelasannya.
2) Ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang
pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan
pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke
dalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari Sekolah
Dasar sampai Perguruan Tinggi.
c. Dasar Religius
1) Dasar dari Al-Qur’an
a) Surat at-Taubah/9: 122
ْان ْال ُم ْؤم ُن ْو َن ل َي ْنف ُر ْوا َكاَّۤفة َف َل ْو َلا َن َف َر من
َ َ ََ
۞ وما ك
ِ ًۗ ِ ِ ِ
)122 :9/التوبة
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu
semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa
sebagian dari setiap golongan di antara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan
agama mereka dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,
agar mereka dapat menjaga dirinya.” (At-
Taubah/9:122)
6
b) Surat Ali Imron/3: 104
َ ْ ُ ُ َْ َ ْ َْ َ َ ْ ُ ْ ٌ َُّ ُ ْ ِّ ْ ُ َ ْ
َولتكن ِمنك ْم امة َّيدعون ِالى الخي ِر ويأمرون
ُك ُهم َ ٰۤ ُ َ َ ْ ْ
ُ َ َ ْ َ ََْ ْ ُ ْ َ
ْ
ِبالمعرو ِف وينهون ع ِن المنك ِرًۗ واول ِٕى
ٰ َ ْ ُ ْ ُْ
)104 :3/ ( ال عمران١٠٤ المف ِلحون
َ ْ َ ْ ُْ َُْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ
:16/ ( النحل١٢٥ عن س ِبي ِل ٖه وهو اعلم ِبالمهت ِدين
)125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
7
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
)mendapat petunjuk.” (An-Nahl/16:125
عن عمر رضي اهلل تعالى عنه أيضا قال :بينما نحن جلوس
عند رسول اهلل صلى اهلل عليه وآله وسلم ذات يوم إذ طلع
عليه أثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى
اهلل عليه وآله وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه
إلا اهلل وأن محمدا رسول اهلل وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة
الإحسان قال أن تعبد اهلل كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه
8
فأخبرني عن الساعة قال ما المسئول عنها بأعلم: يراك قال
9
membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi:
“Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau
bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya dan
hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata:
“anda benar.” Kemudian dia berkata lagi:
“Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau
bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”.
Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari
kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang
ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia
berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan
tuannya dan jika engkau melihat seorang
bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala
domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan
bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah)
bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya? aku
berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.
Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang
kepada kalian (bermaksud) mengajarkan (pokok-
pokok) agama kalian. (H.R. Muslim)
10
3) Dasar psikologi
11
Berdasarkan skema tersebut,
tujuan PAI adalah
menjadikan peserta didik
menjadi muslim, mu’min,
dan muhsin. Muhsin adalah
keadaan tertinggi sebagai
perpaduan dari muslim dan
mukmin. Oleh karena itu
keberagamaan yang utama
yang ingin diraih dalam PAI
adalah terwujudnya predikat
muhsin sebagai hasil
perpaduan antara predikat
muslim dan mu’min (Islam +
iman = ihsan).
12
iman, dan ihsan) dibangun dari disiplin ilmu Al-Quran dan
Hadits, sedangkan wujud kongkret dari perwujudan
keberagamaan dipelajari melalui disiplin ilmu sejarah.
13
5. Tujuan Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti
14
demikian dia aktif dalam mewujudkan upaya-upaya
melestarikan dan merawat lingkungan sekitarnya; dan
f. membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai
persatuan sehingga dengan demikian dapat
menguatkan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah
basyariyyah), persaudaraan seagama (ukhuwwah
Islāmiyyah), dan juga persaudaraan sebangsa dan
senegara (ukhuwwah waṫaniyyah) dengan segenap
kebinekaan agama, suku dan budayanya.
15