Anda di halaman 1dari 7

RESUME

Tugas, Tanggung Jawab dan Hak Pendidik dalam Islam

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu : Dr. Munardji, M. Ag.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4 / TMT 3-C

1. Ida laelatul Munawaroh (12204183121)


2. Moh. Ihyaudin (12204183136)
3. Risa Inu Masidayu (12204183143)
4. Alfrida Dinna Ocviana (12204183150)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2019
RESUME ILMU PENDIDIKAN ISLAM

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN HAK PENDIDIK DALAM ISLAM

Secara etimologi, dalam konteks pendidikan Islam pendidik disebut dengan murrabi
(pemeliharaan), mu’allim (pemberian ilmu pengetahuan), muaddib, muddaris, dan mursyid.
Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang tugas, tanggung jawab, dan hak
pendidik dalam Islam. Berikut penjelasannya,
A. Tugas Pendidik dalam Islam
Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya, karena
tugas mulia dan berat yang dipikul hampir sama dan sejajar dengan tugas seorang Rasul.
Dalam paradigm Jawa, pendidik diindentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu
dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang
memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan daan pandangan yang luas dalam melihat
kehidupan ini. Dikatakan dituru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang
segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya.
Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu (knowledge),
tetapi juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya pada peserta didik.
Dalam pandangan al-Ghazali, seorang pendidik mempunyai tugas yang utama yaitu
menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hari manusia untuk
mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Hal ini karena pada dasarnya tujuan utama
pendidikan Islam adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, kemudian realisasinya
pada keshalehan sosial dalam masyarakat sekelilingnya.
Abdurrahman an-Nahlawy menyebutkan tugas pendidik, yaitu:
1. Berfungsi penyucian, artinya pendidik berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan
pengemban fitrah peserta didik.
2. Berfungsi pengajaran, yaitu pendidik bertugas menginternalisasikan dan
mentransformaskan pengetahuan (knowledge), dan nilai-nilai (value) agama kepada
peserta didik.1
Allah sebagai pendidik utama yang menyampaikan kepada para Nabi berupa berita
gembira untuk disosialisasikan kepada umat manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya:

‫ديقين‬CCC‫ؤالء ان كنتم ص‬CCC‫ماء ه‬CCC‫ؤني باس‬CCC‫ال انب‬CCC‫ة فق‬CCC‫هم على الملئك‬CCC‫ا ثم عرض‬CCC‫ماء كله‬CCC‫وعلّم ادم االس‬.

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar-benar orang yang
benar”. (Q.S. Al-Baqarah/2: 31)
Ayat di atas dengan jelas bahwa Allah mengajar nabi Adam, kemudian di ayat lain
Allah mendidik manusia dengan perantaraan tulis baca:

‫علّم االنسان مالم يعلم‬


Artinya: “Dia megajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuina.”
(Q.S. al-‘Alaq/ 96: 5).
Allah mendidik manusia sesuatu yang tidak manusia ketahui. Pendidikan Allah
menyangkut segala hal yang ada di alam semesta ini.
Jadi, dapat disimpukan bahwa tugas pendidik dalam Islam, yaitu:
1. Sebagai pengajar (mu’alim, intructional), yang bertugas merencakan pogram-pogram
yang disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian (evaluation) setelah
program dilaksanakan.
2. Sebagai pendidik (murrabi,educator),yang mengarahkan anak didik pada
tingkatkedewasaan yang kepribadian insan kamil,eiring dengan tujuan Allah
menciptakannya.

1
Muhammad Muntahibun Nafis, ILMU PENDIDIKAN ISLAM, (Yogyakarta, Penerbit Teras; 2011),
hlm.88.
3. Sebagai pemimpin (manager),yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri dan anak
didik serta masyarakat terkait,yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian,pengontrolan,dan antisipasi atas programyang telah dilakukan.
B. Tanggung Jawab Pendidik dalam Islam

Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan perbuatan individu saja.
Sebagaimana telah ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al-An’am

ٰ‫از َرةٌ ِو ْز َر ُأ ْخ َرى‬ ٍ ‫َواَل تَ ْك ِسبُ ُكلُّ نَ ْف‬


ِ ‫س ِإاَّل َعلَ ْيهَا ۚ َواَل ت َِز ُر َو‬

Artinya: “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemadhorotannya kembali


kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa
orang lain.”
Dalam al-Qur’an surat al-Mudasir ayat 38 juga dinyatakan:
ٌ‫ت َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬
Artinya: “Tiap-tiap diri tanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
1. Orang tua
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak, karena merekalah
anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikan bentuk pertama dari pendidikan
terdapat dalam kehidupan keluarga.
Sejak dalam kandungan , setelah lahir hingga dewasa, masih perlu kita bimbing. Dan
menurut hasil penelitian ilmu pengetahuan modern jiwa terbentuk dari lingkungan. Dan
lingkunagan yang pertama yang dialam seorang anak adalah asuhan ibu dan ayah.
Allah swt. Memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar memelihara
dirinya dan keluarganya dari api neraka, hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”(QS. At-Tahrim : 6).
2. Sekolah
Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidik yang terpikul dipundak para
orang tua.
Nabi Muhammad saw. Menjelaskan kepada kita tentang seorang guru yang berhak
disebut seorang alim (berilmu) kecuali mengamalkan ilmunya. Sebagaimana sabda Nabi
Muahammad saw:“seorang itu belum dinamakan alim/berilmu sehingga ia mengamalkan
ilmunya itu”.
Bila seorang guru telah memiliki syarat-syarat kepribadian dan sadar atas
kewajibannya yang telah disebutkan tadi, maka menggambarkan profil seorang guru dapat
melaksanakan tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anakknya disekolah.
3. Masyarakat
Yang dimaksud dengan tanggung jawab masyarakat ini bukan berarti tanggung
jawab tanggung jawab secara kelompok melainkan secara perseorangan dan pribadi bagi
manusia.
Masing-masing anggota masyarakat menciptakan suatu sistem masyarakat sehingga
mendorong masing-masing anggota masyarakat tersebut untuk mendidik sendiri dan
bersedia mendidik anggota masyarakat yang lain. Seperti yang dijelaskan dalam surat Al-
Imron ayat 110 yang berbunyi:

Cِ ‫اس تَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ ۗ َولَوْ آ َمنَ َأ ْه ُل ْال ِكتَا‬
‫ب‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ َ‫لَ َكانَ خَ ْيرًا لَهُ ْم ۚ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُونَ َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْالف‬
َ‫اسقُون‬

Artinya: ”kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada
Allah.” (QS. Al-Imron : 110)
Bilamana setiap anggota masyarakat sudah menyadari dan melaksanakantanggung
jawabnya sesuai dengan aturan-aturan islam, maka akan terbentulah suatu sistem
masyarakat islami.
4. Diri Sendiri
Dengan ditegaskannya tanggungjawab diri sendiri ini tercegah adanya pelemparan
tanggungjawab kepada pihak-pihak lain lebih dari itu, penegasan itu juga mendorong
setiap individu untuk mengembangkan fitrah dan potensi atau sumber daya insaninya
menuju kesempurnaan. Dengan menggunakan kaidah fiqih, orang islam dewasa dan
berakal sehat disebut mukalaf, ia dibebani syariat. Sehubungan dengan itu apabila manusia
telah mencapai tingkat mukallaf, maka ia bertanggung jawab sendiri dalam mempelajari
dan mengamalkan agama islam. Jika kita sulit mempelajari dan mengamalkan agama islam
maka dianjurkan untuk bertanya agar lebih mengerti. Sebagaimana sudah dijelaskan pada
ayat dibawah ini,

َ‫فَا ْسَألُوا َأ ْه َل ال ِّذ ْك ِر ِإ ْن ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬

Artinya: maka hendaklah kamu bertanya kepada orang-orang yang mengerti jika kamu
tidak ada tahu.

C. Hak Pendidik dalam Islam


Hak ialah kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan aturan, undang-
undang,dan sebagainya). Hak seorang pendidik menurut perspektif Islam, antara lain:
1. Gaji. Menurut Al-Qabisi bahwa seorang guru boleh menerima gaji (upah). Sedangkan
menurut al-Ghazali : “ Al-Quran diajarkan karena Allah, jadi tidaklah patut digaji orang
(guru) yang mengajarkannya. Ini adalah alasan agama yang menuntut para guru
menunaikan tugas dan kewajibannya (bekerja) di jalan Allah”. Sesungguhnya,
kesimpulan Al Ghazali dalam hal mengharamkan gaji guru dapat dipahami secara tersirat,
yaitu gaji yang tercela (diharamkan) sebagai yang dikecam al-Ghazali itu, apabila Al-
Qur’an (ilmu-ilmu yang lain) dijadikan sebagai alat untuk mencari rezeki, menumpuk
kekayaan, bahkan satu-satunya tujuan mengajar (dari seorang guru) hanya untuk mencari
nafkah dan mencukupi segala kebutuhan rumah tangganya. Dalam sebuah hadist Rasul
SAW bersabda : “ yang paling pantas kamu terima gaji karena ada kitab Allah (Al
Qur’an). Tetapi rasul saw pada kesempatan lain juga bersabda : “ Bacalah Al Qur’an,
jangan kamu cari makan dengan itu, jangan kamu mendegar-dengarnya.” Sabda rasul ini
yang memperteguh pendapat Al Ghazali untuk mengharamkan gaji guru.
2. Penghargaan. Pada hakikatnya pendidik (guru) adalah abu al ruh (bapak rohani) bagi
peserta didiknya. Dialah yang memberikan santapan rohani dan memperbaiki tingkah
laku peserta didik. Oleh karena itu, profesi guru wajib di muliakan,mengingat peranya
yang sangat signifikan dalam menyampaikan generasi mendatang.
3. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas dan
presentasi kerja.
4. Kesempatan menggunakan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan untuk menunjang
kelancaran tugas.2

2
Shabir, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Vol.2 No.2 Desember 2015 : 221-232, hlm. 228.

Anda mungkin juga menyukai