Disusun Oleh :
KELOMPOK 4 / TMT 3-C
SEPTEMBER 2019
RESUME ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Secara etimologi, dalam konteks pendidikan Islam pendidik disebut dengan murrabi
(pemeliharaan), mu’allim (pemberian ilmu pengetahuan), muaddib, muddaris, dan mursyid.
Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang tugas, tanggung jawab, dan hak
pendidik dalam Islam. Berikut penjelasannya,
A. Tugas Pendidik dalam Islam
Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya, karena
tugas mulia dan berat yang dipikul hampir sama dan sejajar dengan tugas seorang Rasul.
Dalam paradigm Jawa, pendidik diindentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu
dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang
memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan daan pandangan yang luas dalam melihat
kehidupan ini. Dikatakan dituru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang
segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya.
Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu (knowledge),
tetapi juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya pada peserta didik.
Dalam pandangan al-Ghazali, seorang pendidik mempunyai tugas yang utama yaitu
menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta membawa hari manusia untuk
mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Hal ini karena pada dasarnya tujuan utama
pendidikan Islam adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, kemudian realisasinya
pada keshalehan sosial dalam masyarakat sekelilingnya.
Abdurrahman an-Nahlawy menyebutkan tugas pendidik, yaitu:
1. Berfungsi penyucian, artinya pendidik berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan
pengemban fitrah peserta didik.
2. Berfungsi pengajaran, yaitu pendidik bertugas menginternalisasikan dan
mentransformaskan pengetahuan (knowledge), dan nilai-nilai (value) agama kepada
peserta didik.1
Allah sebagai pendidik utama yang menyampaikan kepada para Nabi berupa berita
gembira untuk disosialisasikan kepada umat manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya:
ديقينCCCؤالء ان كنتم صCCCماء هCCCؤني باسCCCال انبCCCة فقCCCهم على الملئكCCCا ثم عرضCCCماء كلهCCCوعلّم ادم االس.
1
Muhammad Muntahibun Nafis, ILMU PENDIDIKAN ISLAM, (Yogyakarta, Penerbit Teras; 2011),
hlm.88.
3. Sebagai pemimpin (manager),yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri dan anak
didik serta masyarakat terkait,yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian,pengontrolan,dan antisipasi atas programyang telah dilakukan.
B. Tanggung Jawab Pendidik dalam Islam
Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan perbuatan individu saja.
Sebagaimana telah ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al-An’am
يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”(QS. At-Tahrim : 6).
2. Sekolah
Guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidik yang terpikul dipundak para
orang tua.
Nabi Muhammad saw. Menjelaskan kepada kita tentang seorang guru yang berhak
disebut seorang alim (berilmu) kecuali mengamalkan ilmunya. Sebagaimana sabda Nabi
Muahammad saw:“seorang itu belum dinamakan alim/berilmu sehingga ia mengamalkan
ilmunya itu”.
Bila seorang guru telah memiliki syarat-syarat kepribadian dan sadar atas
kewajibannya yang telah disebutkan tadi, maka menggambarkan profil seorang guru dapat
melaksanakan tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anakknya disekolah.
3. Masyarakat
Yang dimaksud dengan tanggung jawab masyarakat ini bukan berarti tanggung
jawab tanggung jawab secara kelompok melainkan secara perseorangan dan pribadi bagi
manusia.
Masing-masing anggota masyarakat menciptakan suatu sistem masyarakat sehingga
mendorong masing-masing anggota masyarakat tersebut untuk mendidik sendiri dan
bersedia mendidik anggota masyarakat yang lain. Seperti yang dijelaskan dalam surat Al-
Imron ayat 110 yang berbunyi:
Artinya: ”kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada
Allah.” (QS. Al-Imron : 110)
Bilamana setiap anggota masyarakat sudah menyadari dan melaksanakantanggung
jawabnya sesuai dengan aturan-aturan islam, maka akan terbentulah suatu sistem
masyarakat islami.
4. Diri Sendiri
Dengan ditegaskannya tanggungjawab diri sendiri ini tercegah adanya pelemparan
tanggungjawab kepada pihak-pihak lain lebih dari itu, penegasan itu juga mendorong
setiap individu untuk mengembangkan fitrah dan potensi atau sumber daya insaninya
menuju kesempurnaan. Dengan menggunakan kaidah fiqih, orang islam dewasa dan
berakal sehat disebut mukalaf, ia dibebani syariat. Sehubungan dengan itu apabila manusia
telah mencapai tingkat mukallaf, maka ia bertanggung jawab sendiri dalam mempelajari
dan mengamalkan agama islam. Jika kita sulit mempelajari dan mengamalkan agama islam
maka dianjurkan untuk bertanya agar lebih mengerti. Sebagaimana sudah dijelaskan pada
ayat dibawah ini,
Artinya: maka hendaklah kamu bertanya kepada orang-orang yang mengerti jika kamu
tidak ada tahu.
2
Shabir, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Vol.2 No.2 Desember 2015 : 221-232, hlm. 228.