Anda di halaman 1dari 16

Keutamaan Orang Yang Berilmu Untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Nilai (Afeksi)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Chairul Anwar, M. Pd

Disusun Oleh: Kelompok 3 / PAI G


1. Elis Faiqoturrohmah 1711010216
2. Fitri Barokah 1711010225
3. Heri Aulia Rahman 1711010229

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG T.A 2019/2002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat, hidayah serta
inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
lancar dan tepat pada waktunya yaitu makalah yang berjudul “Keutamaan Orang
Yang Berilmu Untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan” yang disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Nilai (Afeksi).
dengan Dosen Pengampu: Prof. Dr. Chairul Anwar, M. Pd
Didalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari peran dan pemikiran dari
berbagai sumber, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan Makalah ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi Pembaca,
Aamiin.

Bandar Lampung, 30 Maret 2020

Penulis: Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH....................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................2
C. TUJUAN.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Kedudukan Ilmu Dalam Islam...........................................................2
B. Pendidikan dan Stratifikasi Sosial .....................................................5
C. Pendidikan dan Kualitas Hidup .........................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................13
KESIMPULAN.......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diskursus tentang ilmu pengetahuan, pendidikan dan status sosial menjadi
menjadi bahasan wajib dalam ilmu sosiologi. Hubungan antara ilmu pengetahuan
dan tingkat pendidikan seseorang terhadap status sosial dalam stratifikasi menjadi
demikian erat. Pendidikan dalam ilmu sosiologi dipandang sebagai salah satu
factor yang berpengaruh terhadap status sosial di masyarakat. Hal ini berarti
semakin orang berilmu yang berarti memiliki tingkat pendidikan tinggi, maka
akan mendapatkan status sosial tinggi pula.
Islam memberikan penegasan tentang ilmu pengetahuan. Ayat pertama
turun bahkan merupakan perintah untuk membaca, yang berarti dipahami sebagai
perintah untuk belajar dan memaknai fenomena ciptaan-Nya. Bahasan al-Qur’an
tentang ilmu pengetahuan kemudian sampai pada hubungan orang berilmu dengan
status sosial.
Iman dan ilmu tersebut akan membuat orang mantap dan agung. Tentu saja
yang dimaksud dengan yang berilmu itu artinya yang diberi pengetahuan. Ini
berarti pada ayat tersebut membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar,
yang pertama sekedar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan
beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi
lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan
pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, tulisan maupun dengan
keteladanan. (Quraish Shihab 2002:79-80). Menurutnya orang-orang yang dapat
menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu, mereka dengan mudah
mengumpulkan harta benda, mempunyai kedudukan dan dihormati orang. Ini
merupakan suatu pertanda bahwa Allah mengangkat derajatnya.

1
Banyak Kajian berusaha mendeskripsikan tentang hubungan ilmu
pengetahuan, pembelajaran dan pendidikan, tingkat pendidikan terhadap status
sosial seseorang dalam masyarakat, dan kemudian dianalisa mengenai
hubungannya dengan kualitas hidup manusia, untuk menghasilkan kemungkinan
sebuah teori semakin tinggi ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan seseorang,
maka semakin tinggi pula kualitas hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan ilmu dalam islam ?
2. Bagaimana hubungan antara Pendidikan dan Stratifikasi Sosial ?
3. Bagaimana hubungan antara Pendidikan dan Kualitas Hidup ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan Bagaimana Kedudukan ilmu dalam Islam
2. Menjelaskan bagaimana konsep hubungan pendidikan dan
Stratifikasi social
3. Menjelaskan konsep hubungan pendidikan dan kualitas hidup

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Ilmu dalam Islam


Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam Islam dapat dikethaui pada ayat
pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.

َ ‫اقْرْأ َو َرب ُّ َك اَأْل‬


َ ‫) اذَّل ِ ي عَمَّل‬3( ‫كْر ُم‬ َ )2( ‫) َخلَ َق اِإْل َنس َان ِم ْن عَلَ ٍق‬1( ‫ا ْق َرْأ اِب مْس ِ َرب ّ َِك اذَّل ِ ي َخلَ َق‬

)5( ْ ‫) عَمَّل َ ا َنس َان َمال َ ْم ي َ ْعمَل‬4( ِ ‫اِب لْ َقمَل‬


‫ِإْل‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-
Alaq: 1-5)

Ayat pertama turun di atas mengandung makna bahwa objek yang harus
dibaca tidak dibatasi. Semuanya diperintah untuk dibaca selama bacaan tersebut
memberikan mamfaat untuk kemanusiaa. Pada ayat di atas juga terkandung makna
bahwa membaca dianjurkan dilakukan secara berulang-ulang sebagaimana
terdapat pengulangan pada perintah membaca pada suart tersebut. Pada surat
tersebut juga terisyarat bahwa terdapat dua cara perolehan dan pengembangan
ilmu. Pertama, yaitu Allah mengajar dengan pena (perolehan ilmu melalui alat-
alat dan usaha manusia). Kedua, perolehan ilmu pengetahuan tanpa alat dan usaha

3
manusia (ilham, intuisi, wahyu dan lain-lain).
Ilmu dengan berbagai gubahan bentuknya dalam al-Quran terulang
sebanyak 854 kali pengulangan. Secara bahasa ilmu berarti kejelasan. Dengan
demikian ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Berdasarkan ayat-
ayat al-Quran, maka objek ilmu dalam Islam terbagi kepada dua yaitu objek
materi dan objek non materi.1
Islam sangat mementingkan ilmu dan pengetahuan. Bahkan al-Quran
menggambarkan bahwa Allah memberikan ketinggian derajat kepada orang-orang
yang beriman dan berilmu. Allah juga menggambarkan bahwa hanya orang-orang
yang berilmu yang memiliki rasa kekaguman kepada kebesaran dan keagungan
Allah :

ُ ‫اَي َأ هُّي َ ا ا ذَّل ِ َين آ َم نُ وا َذ ا ِق ي َل لَ مُك ْ ت ََف َّس ُح وا يِف ال َْم َج ِال ِس فَ اف َْس ُح وا ي َ ف َْس ِح ا هَّلل‬
‫ِإ‬
Eۖ ْ ‫لَ مُك‬

Artinya: “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman


di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mijadilah: 11)

Islam mendorong umatnya untuk selalu mencari ilmu pengetahuan dan


kemudian mengembangkannya. Di dalam al-Quran sangat sangat banyak ayat
yang mendorong umat Islam untuk menghidupkan budaya ilmiyah karena
kebahagiaan serta kebaikan hidup di dunia dan akhirat sangat bergantung kepada
kehidupan budaya ilmiah ini.
Dalam bahasa Indonesia, ilmu diartikan dengan pengetahuan atau

1
Quraish Shihab, Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat, cet.
XVIII (Bandung: Mizan, 2007), hal. 436

4
kepandaian (baik yang berkenaan dengan segala jenis pengetahuan kebatinan
maupun yang berkenaan dengan alam dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui.2
Abuddin Nata (2011: 365) mengutip pendapat Omar Mohammad al-
Toumy al-Syaibani yang mengatakan bahwa ilmu atau pengetahuan adalah segala
sesuatu yang dicapai atau didapatkan lewat panca indera, akal manusia, atau
diperoleh melalui intuisi dan ilham.
Dalam perspektif Islam, semua jenis ilmu pengetahuan diyakini sebagai
anugerah dan berasal dari Allah. Tidak ada manusia yang membuat ilmu. Manusia
hanya menemukan atau memperoleh. Jenis ilmu science, mengkaji alam semesta
yang kemudian dikelompokkan kepada ilmu pengetahuan tentang ayat-ayat
kauniyah. Sementara ilmu al-diniyyah (ilmu agama) yang sumbernya al-Qur’an
dan Sunnah Nabi, disebut sebagai kelompok ilmu pengetahuan tentang ayat-ayat
qauliyah yang diperoleh melalui pengindraan terhadap ayat qauliyah, olah akal,
dan olah hati dan intusi.3

B. Pendidikan dan Stratifikasi Sosial


Kajian tentang stratifikasi sosial ini diperlukan untuk memperjelas makna
“derajat” sebagaimana yang dimaksud dalam Qur’an surat al-mujadalah tersebut.
Derajat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tingkatan,
martabat, pangkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991). Status sosial memiliki
makna lebih dekat dengan derajat sebagaimana dimaksud al-Qur’an. Kajian ini
akan menjelaskan mengenai derajat atau status sosial dalam konsep stratifikasi

2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991),
hal. 373 dan 731
3
Ahmad Rivauzi, Wawasan Studi KeIslaman; Memahami Universalitas Islam untuk
Mendidik Pribadi dan Masyarakat yang Berkarakter Rahmatan li al-‘Alamin, Cet I (Ciputat:
Sakata Cendikia, 2015), hal. 310

5
sosial secara sosiologis, stratifikasi sosial dalam Islam, dan pendidikan Islam.
Menurut Soerjono Soekanto, stratifikasi adalah pembedaan posisi
seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertical.4
Al-Qur’an sebagai kitab suci, juga berfungsi sebagai petunjuk untuk
menata kehidupan umat manusia (Islam), sekaligus merupakan ajaran wahyu dari
Tuhan yang memiliki pandangan sendiri tentang masyarakat, dan tentang nilai-
nilai sosial sebagai sebuah sistem aturan (nilai) yang dianutnya. Sistem nilai itulah
pada gilirannya menjadikan sesuatu hal/barang menjadi dihargai oleh masyarakt
(Islam) dan kemudian melahirkan stratifikasi sosial dalam kehidupannya. Nilai-
nilai sosial dari ajaran wahyu itu tentunya harus digali terus menerus dari
beberapa ayat yang terkandung di dalamnya untuk dijadikan pijakan dalam
kehidupan bermasyarakat dewasa ini. Adapun nilai-nilai itu di antara adalah;
1. Iman dan Ilmu

ُ ‫اَي َأ هُّي َ ا ا ذَّل ِ َين آ َم نُ وا َذ ا ِق ي َل لَ مُك ْ ت ََف َّس ُح وا يِف ال َْم َج ِال ِس فَ اف َْس ُح وا ي َ ف َْس ِح ا هَّلل‬
‫ِإ‬
َ ‫لَ مُك ْ ۖ َو َذ ا ِق ي َل ان ْزُش ُ وا فَ ان ْزُش ُ وا يَ ْرفَ ع ِ ا هَّلل ُ ا ذَّل ِ َين آ َم نُ وا ِم نْ مُك ْ َوا ذَّل ِ َين ُأ وتُ وا ال ِْع مْل‬
‫ِإ‬
َ ُ‫ات ۚ َوا هَّلل ُ ب َِم ا تَع َْم ل‬
‫ون َخ ِب ٌري‬ ٍ ‫َد َر َج‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hal.
252

6
kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah: 11)

Dalam realitas di masyarakat pada umumnya, orang-orang yang


berilmu senantiasa dihormati dan menempati posisi tinggi dibanding
orang-orang yang tidak berilmu. Hal ini mendapat legitimasi dari al-
Qur’an, bahwa orang-orang yang beriman dan berilmu diangkat derajatnya
oleh Allah baik di dunia maupun di akherat. Juga pada kenyataannya di
masyarakat dapat dilihat, bagi orang yang memiliki iman dan ilmu akan
lebih sejahtera hidupnya di dunia ini bila dibandingkan dengan orang-
orang/masyarakat lain yang tidak memiliki iman dan ilmu.
2. Amal Perbuatan

ِ‫ون ِإ ىَل ٰ عَ ِال م‬ َ ُ‫َوقُ ِل ا مْع َ لُ وا فَ َس رَي َ ى ا هَّلل ُ مَع َ لَ مُك ْ َو َر ُس و هُل ُ َوال ُْم ْؤ ِم ن‬
َ ‫ون ۖ َو َس رُت َ ُّد‬

َ ُ‫ْب َوالشَّ ه ََاد ِة فَ ُي نَ ِب ّ ُئ مُك ْ ب َِم ا ُك نْمُت ْ تَع َْم ل‬


‫ون‬ ِ ‫الْغَي‬
Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.”(QS. Al-Taubah: 105)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasulnya, agar
beliau mengatakan kepada kaum muslimin yang mau bertaubat dan
membersihkan diri dari dosa-dosa dengan cara bersedekah dan
mengeluarkan zakat dan melakukan amal shaleh sebanyak mungkin.5
3. Kekuasaan

5
Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Lubab al-Tafsir min Ibn Kathir., Terjemah (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2012)

7
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkaukehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imron: 26).
Menurut ayat di atas, timbulnya kekuasaan pada diri manusia adalah
semata-mata pinjaman dari Allah SWT, “Dan Engkau muliakan barang
siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan barang siapa yang
kehendaki” Seluruh kekuasaan di langit dan di bumi semuanya adalah
miliknya Allah SWT (Hamka, 1983: 142). Ayat ini sesunggunya memiliki
arti bahwa kekuasaan yang diberikan kepada manusia di dunia ini adalah
bersifat sementara dan merupakan pinjaman.

Nasution (1994) menguraikan bahwa dalam berbagai studi, tingkat


pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks
kedudukan sosialnya. Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi
antara kedudukan sosial seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah
ditempuhnya. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi
sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai
perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan sosial atas beraspirasi agar
anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Sebaliknya anak yang orangtuanya
buta huruf (kalangan miskin) tidak dapat diharapkan akan berusaha agar anaknya
menikmati pendidikan tinggi.6

6
Nasution. M.A. Sosiologi Pendidikan, Edisi 2, Cetakan 1 (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal.
30

8
Pendidikan yang baik dipercaya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bagi individu atau keluarga, pendidikan dipercaya sebagai jalan yang paling
relevan untuk meningkatkan derajat kehidupan keluarga sehingga berlaku
common sense bahwa pendidikan dapat mempercepat terjadinya vertical sosial
movement, yaitu perpindahan seseorang dari strata sosial yang lebih rendah ke
strata yang lebih tinggi.
Pendidikan, secara sosiologis, akan melahirkan suatu lapisan masyarakat
terpelajar, yang menjadi fundamen bagi pembentukan formasi sosial baru, yaitu
kelas menengah. Dengan pendidikan yang baik, kelas menengah terpelajar ini
akan lebih mudah menyuarakan aspirasi publik, bersikap kritis, dan artikulatif.
Dimensi sosial pendidikan menegaskan bahwa pendidikan akan meningkatkan
mutu kehidupan masyarakat, dengan indikator-indikator sebagai berikut:
1. Pendidikan akan meningkatkan status sosial individu atau kelompok
masyarakat, yang kemudian menjadi instrumen dan kekuatan pendorong
proses mobilitas vertikal.
2. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan individu atau
kelompok masyarakat untuk mendapatkan atau memilih jenis-jenis
pekerjaan yang lebih baik. Yang akan berimplikasi pada perbaikan dan
peningkatan penghasilan sehingga berpengaruh secara langsung terhadap
peningkatan derajat kesejahteraan dan kesehatan.
3. Pendidikan akan membawa dampak langsung terhadap pengurangan
kemiskinan apabila derajat kesejahteraan masyarakat kian membaik dan
populasi penduduk miskin semakin berkurang.
4. Pendidikan akan membekali individu dengan sejumlah keterampilan sosial
seperti kemampuan berkomunikasi, menjalin interaksi sosial, dan
membangun relasi harmonis di dalam kehidupan bermasyarakat. Bekal
keterampilan sosial akan membuka akses ke dalam pergaulan hidup di

9
masyarakat sehingga memungkinkan bagi individu untuk mengembangkan
segenap potensi diri.
5. Pendidikan akan membuka berbagai peluang untuk melakukan inovasi dan
menyediakan sejumlah pilihan alternatif untuk mengembangkan
kreativitas sosial di berbagai bidang kehidupan.7
6. Pendidikan tidak saja membuat seseorang menjadi atau memperoleh
kedudukan dalam lapisan yang lebih tinggi, akan tetapi juga akan
memberikan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi
pula.8Kesejahteraan, dalam hal ini dapat memberikan paling sedikit
kemungkinan memperoleh kedudukan yang lebih baik, juga mungkin akan
memperoleh fasilitas berkawan atau bergaul dengan mereka yang
tergolong anggota lapisan yang tinggi.

C. Pendidikan dan Kualitas Hidup


Ayat al-Qur’an, Al-Mujadalah 58: 11 telah memberikan pemahaman
bahwa Allah SWT memberikan penekanan terhadap pentingnya ilmu
pengetahuan. Dalam Islam, ilmu pengetahuan bersifat universal, tidak terbatas
pada ilmu yang bersifat ibadah, namun mencakup seluruh jenis keilmuan yang
bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Dalam Surat Al-Mujadalah 58: 11
ditegaskan lmu pengetahuan bukan hanya penting, tetapi berhubungan kuat
dengan derajat seseorang di mata Allah SWT. Allah SWT menjanjikan
peningkatan derajat bagi orang yang berilmu. Dalam kajian sosiologis, derajat
dapat dipersepsikan sebagai status sosial seseorang, di mana status sosial
merupakan unsure penting dalam sistem stratifikasi sosial.

7
Media Indonesia, Dimensi Sosial-ekonomi Pendidikan, (Senin 6 September, 27 Mei 2011).

8
Soerdjono Soekanto, Struktur dan Proses Sosial : Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan, (Jakarta : Rajawali, 1984), hal. 103

10
Sebagaimana telah dijelaskan, Islam mengakui sistem stratifikasi sosial
sebagai bentuk penghargaan terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia.
Perintah-perintah terhadap kebaikan, perintah mencari rizki, pengakuan Islam
terhadap kepemilikkan, dan bahkan perintah taqwa yang kemudian Allah SWT
membedakan status orang yang bertaqwa dengan yang tidak, telah menunjukkan
indikasi kuat adanya pengakuan terhadap stratifikasi sosial.

Dari pembahasan tentang sratifikasi sosial, derajat atau status sosial


memiliki korelasi kuat dengan penghargaan terhadap seseorang. Penghargaan
diberikan hanya kepada orang-orang yang memiliki criteria-kriteria yang
berhubungan dengan kualitas hidup seseorang. Dapat dikatakan bahwa seseorang
yang memiliki status sosial tinggi adalah mereka yang memiliki kualitas hidup
tinggi juga. Sementara orang yang berstatus sosial tinggi di ataranya karena ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. Orang yang berilmu pengetahuan, yang kemudian
memiliki status sosial tinggi, pada umumnya telah menjalani proses pendidikan.

Pendidikan dan Kualitas Hidup (Semakin tinggi pendidikan, maka


semakin tinggi kualitas hidup seseorang). Kajian tentang kualitas hidup atau
quality of life dan berbagai turunannya saat ini menjadi salah satu kecenderungan
dalam bidang ilmu sosial, psikologi, budaya, ekonomi, politik, pemerintahan dan
juga agama. Dalam Islam, kualitas hidup berhubungan dengan beberapa aspek
kehidupan. Sebagaimana dijelaskan El-Muhammady (2004) kualitas hidup dalam
Islam memang selayaknya berhubungan dengan fisik, jiwa, dan pikiran mengingat
Islam menjaga pemenuhan kebutuhan dasar berupa agama, kehidupan, pikiran,
kesejahteraan, dan kemuliaan. Hal ini juga diperluas dengan fasilitas yang
berkaitan dengan kebutuhan dasar tersebut.
Jalaluddin (2003: 80) menjelaskan, merupakan fitrah manusia untuk

11
menginginkan hidupnya bermakna, untuk diri maupun lingkungannya. Kehidupan
yang bermakna akan membawa kesadaran pada diri manusia, bahwa eksistensinya
dihargai dan tidak sia-sia dan bukan merupakan kehidupan yang sia-sia.
Pendidikan juga merupakan bagian dari upaya untuk membantu manusia
memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh suatu kebahagiaan
hidup. Kehidupan bermakna merupakan hal penting dalam criteria kualitas hidup
manusia. Penghargaan yang diinginkan manusia, sebagaimana diungkapkan
Jalaluddin, merupakan keinginan manusia untuk memiliki status sosial yang layak
yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas hidupnya.9

Di sinilah peran pendidikan, sebagai upaya untuk membantu manusia agar


dapat hidup berkualitas, memiliki kualitas hidup yang baik. Kenyataan di
masyarakat, hal ini bukan sekedar asumsi. Mereka yang memiliki pendidikan akan
lebih bermakna hidupnya, memiliki status sosial lebih tinggi yang secara
keseluruhan menjadikan hidupnya berkualitas.

9
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 80

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Bin Muhammad Alu Syaikh, Lubab al-Tafsir min Ibn Kathir., Terjemah
(Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2012)
Ahmad Rivauzi, Wawasan Studi KeIslaman; Memahami Universalitas Islam
untuk Mendidik Pribadi dan Masyarakat yang Berkarakter Rahmatan li
al-‘Alamin, (Ciputat: Sakata Cendikia, 2015) Cet I
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)
Media Indonesia, Dimensi Sosial-ekonomi Pendidikan, Senin 6 September, 27
Mei 2011).
Nasution. M.A. Sosiologi Pendidikan, Edisi 2, Cetakan 1 (Jakarta: Bumi Aksara,
1994)
Quraish Shihab, Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 2007, cet. XVIII
Soerdjono Soekanto, Struktur dan Proses Sosial : Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan, (Jakarta : Rajawali, 1984)
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2001)
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991)

13

Anda mungkin juga menyukai