Anda di halaman 1dari 14

MENUNTUT ILMU, MENERAPKAN DAN

MENYAMPAIKAN KEPADA SESAMA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada saya untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahnya lah saya dapat menyelesaikan makalah
berjudul MENUNTUT ILMU, MENERAPKAN DAN MENYAMPAIKAN KEPADA
SESAMATepat waktu. Makalah menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikan kepada sesama
disusun guna memenuhi tugas guru pada bidang studi agama islam di sekolah. Selain itu, saya
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang menuntut ilmu,
menerapkan dan menyampaikan kepada sesama.
Saya mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada ibu selaku guru agama islam.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
saya tekuni. Saya juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu saya
membuat makalah ini.
Saya menyadari kalau makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih perlu banyak untuk
dikoreksi, oleh karena itu saya akan terima segala kritik dan saran yang akan saya jadikan
batu loncatan agar untuk menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………. . i

DAFTAR ISI……………………………………………… . ii

BAB. I PENDAHULUAN………………………………... . 1

I.a.Latar Belakang………………………………………... . 1

I.b.Rumusan Masalah……………………………………. . 2

BAB. II PEMBAHASAN…………………………………. 3

II.a.Pengertian Ilmu………………………………………………… . 4

II.b.Pengertian Menuntut Ilmu……………………………………... . 5

II.c.Kewajiban Menuntur Ilmu……………………………………... . 6

II.d.Keutamaan Ilmu……………………………………………….... 7

II.e.Syarat-Syarat Menuntut Ilmu………………………………….... 8

RANGKUMAN /PENUTUP……………………………… iii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah
Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu
yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa
ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi
kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya
untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk
dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena
ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang
kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Oleh karena itu, kita sebagai umat
Islam diwajibkan untuk menuntuk ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa yang dimaksud dengan menuntut ilmu ?
3. Mengapa manusia wajib menuntut ilmu ?
4. Apakah keutamaan orang yang berilmu ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu
2. Untuk mengetahui pengertian menuntut ilmu
3. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu
4. Untuk mengetahui keutamaan orang yang berilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian ilmu
Ilmu berasal dari kata ‫ علما‬-‫ يعلم‬-‫ علم‬ yang artinya mengetahui, lawan dari kata ‫ جهل‬yang
artinya bodoh.
Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti
pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang berarti
pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan adalah
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat
diterima oleh rasio.[1]
Imam Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an, berkata, “ ilmu

adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama, mengetahi

inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum adanya 

sesuatu  pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika dinamakan tashdiq, maksudnya

mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).”

Az-Zubaidi berkata dalam kamus Tajul-‘Arus, “Mayoritas ahli membedakan masing-

masing term itu. Bagi mereka ilmu adalah yamg paling tinggi karena ilmu itulah yang

mereka perkenankan untuk dinisbatkan kepada allah swt. Sementara, mereka tidak

mengataknan: ‘Allah arif’ atau ‘Allah syair’. Perbedaan-perbedaaan tersebut disebut

dalahm karangan-karangan ahli basaha.[2]

     Al Manawi dalam kitab At-taufiq berkata , “ ilmu adalah keyakinan kuat yang tetap
sesuai dengan realita. Bisa juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa kritik. Atau, ilmu
adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.”
B.  Pengertian menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah
tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan
jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal adalah
melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia
dituntut mengetahui ilmunya  dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya
pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi Muhammad Saw.
Artinya :
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena

mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah,

mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah

Taqarrub.”

Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan

perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan

pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan

perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.

 Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh


Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,
Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil.Keduanya
tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang
yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas tidaklah sama.Seperti halnya antara orang
yang buta dan orang yang melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana mati,
manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.[3]

C. Kewajiban Menuntut Ilmu


Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad
saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang menuntut ilmu.
Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia
diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa mencapai
apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim
itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah hadits disebutkan bahwa :

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”

(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya:  Anas bin Malik, Ibnu
Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum.
Lihat: Sahih al-jami: 3913)

Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan. Dengan
ilmu kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu pula
kita bisa meraih kedua-duanya.

Firman Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :

Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5)
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk
membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah dalam
dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan
hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengembanamana[4]t kehidupan di muka
bumi ini.[5]
Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya
untuk menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat
perhatian Islam bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah dijawab oleh
Al-Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an, Allah menciptakanmanusia dalam keadaan
vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan
mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan
sebagaimana firman-Nya:

Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar
kalian bersyukur”.(Q.S. An Nahl: 78)
Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat
untuk menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan
sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran dan hati
(akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan mempunyai
bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak..
Pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan juga
dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan intuisi. Lain halnya dengan hewan
yang tidak memiliki potensi tersebut karena hewan tidak mampu berbuat seperti apa yang
dapat dicapai oleh manusia. Maka sangat beralasan jika Allah memerintahkan manusia
untuk menggali lautan ilmu-Nya.
Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan sebagian
kecil saja dari ilmu Allah. Namun kesempatan untuk memperoleh sebagian-sebagian dari
ilmu Allah yang lain tetaplah ada selama manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan
usaha.
Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi
kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang
lain.Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi,
Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau
mengangkat ilmu dari manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk kita
manfaatkan serta kita amalkan di jalanNya. Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah
satu amal jariyah yang tak akan terputus.

“Sesungguhnya dunia adalah terkutuk dan terkutuklah semua penghuninya kecuali


orang-orang yang mengingat Allah,para wali Allah,para orang-orang yang berilmu dan
juga orang orang yang belajar untuk mendatkan ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Rosulullah selalu antusias dalam menyebut ilmu dan orang-orang yang
mempelajarinya dengan gigih. Rosulullah selalu menyerukan kepada semua kaum
muslimin untuk mempelajari berbagai macam ilmudan mengajarkannya kepada manusia
sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa rosulullah bersabda
Artinya belajarlah akan suatu ilmu dan lalu ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia.
Pelajarilah ilmu faroidh (ilmu waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-
qur’an dan lalu ajarkanlah kepadda manusia.

D. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan
kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat.
Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat
dikejar, kecuali melalui ilmu.

Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:

1. kelebihan ilmu dibanding ibadah

 
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat
ibadah terbatas pada pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan
ibadah yang lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan
derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara
langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si pilaku itu sendiri, sampai
pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula
mengakui adanya dinding dan jurang pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang,
ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa
detik dan bahkan dalam seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada
diberbagai tempat.

2. Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat


Ilmu  tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,berhaji,
berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasan
dari allah, tetapi balasan itu terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu.
Adapun ilmu, ia terus berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali
dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang
mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)

Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala
dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa
terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi
berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para
hamba di berbagai negeri, dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan
tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan
untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.

3.  Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba

Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu
syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan
membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.

Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya


cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan
difahamkan tentang agamanya.”

(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)

4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya


Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu
sebagaimana firmannya:
 Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “
Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.  Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya
keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan
tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan
mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di
akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya
memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan
malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
5. menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan
paling utama, sehingga Allah  menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah,
sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122

Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya

 Rosulullah bersabda

Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka allah
akan mempermudah jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan
meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya
semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan lumba-lumba di lautan sekalipun, akan
selaly memintakan ampunan bagi orang yang berilmu

6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya

Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya,
sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui semua bentuk
kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan
disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.

 E. Syarat-syarat menuntut ilmu


Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau
menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1.        Cerdas (Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam
Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui
bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut
haruslah waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana
baju dan celana.
2.        Rakus (hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap
apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah
belajar di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama,
jangan takut sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah
menderita.” (diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad
Nawawi Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3.        Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam
gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu,
dan perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”.
Dan Sabar disini mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada
perkara yang tidak disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri
kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif
bukan dalam pengertian yang pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha
untuk memperbaiki keadaan.
4.        Modal/bekal
 Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim,
dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”.
Dari hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu.
Pendidikan bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan
kepada para penuntut ilmu,
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu”  Dan
yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti
mampu atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama
manusia berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ
Yuzâlu bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan
akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti
keterangan sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.
5.        Petunjuk guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah
mempunyai seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku
adalah guru yang besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat)
6.        Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan
waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi
dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat. Seperti contoh seorang
untuk menjadi Doktor harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu
bukanlah waktu yang singkat.

  Adab mencari ilmu


1.        Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan
hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu
orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan
menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain
2.        Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di
jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3.        Terus menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan
untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin
Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia
menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih
menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan
yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4.        Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar
terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70).
Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam
memahami dan mempelajari ilmu.
5.        Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya
pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh
khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6.        Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk
meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra
tidak pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau
mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi
dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu
seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43
Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami
beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

RANGKUMAN / PENUTUP

Kewajiban menuntut ilmu, ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang


disukai dan merupakan sebuah keutamaan, dimana seseorang akan merasakan kenikmatan
dalam pergelutannya dengan ilmu dan menunjukkan jalan menuju keselamatan dan
kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai