Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
Kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu serta kerukunan antar umat
beragama

Dosen Pengampu : Safari HasanS.IP., M.M.R

Disusun Oleh :

Alfi Wahyu Perwita 30720004

PRODI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu serta kerukunan antar
umat beragama”

Dalam menyusun makalah ini kami tidak dapat lepas dari kesalahan
namun berkat dorongan, didikan dan bimbingan dari semua pihak, maka kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami sebagai penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.


Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.

Kediri, 19 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3


2.1 Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Mengamalkan Ilmu ..................................3
2.2 Kerukunan Antar Umat Beragama ...............................................................11

BAB II PENUTUP ...................................................................................................15


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mencari ilmu ialah kewajiban tiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak
bisa menempuh hidup dengan baik. Orang yang tidak mempunyai ilmu
umumnya hendak di manfaatkan oleh orang lain. Apalagi, orang yang tidak
berilmu itu hendak di bodohi orang lain. Oleh sebab itu, kita selaku manusia
yang diberi ide serta benak carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang
lebih baik. Hukum menuntut ilmu untuk seseorang muslim merupakan
harus, semacam yang di jelaskan oleh Al- Qur’ an pesan Al- Mujadalah 11
yang berbunyi:
Ya ayyuhallazina amanu iza qila lakum tafassahu fil- majalisi fafsahu
yafsaillahu lakum, wa iza qilansyuzu yarfa’ illahullazina amanu mingkum
wallazina utul-‘ ilma darajaat, wallahu bima ta’ mauluna khabir.
“ hai orang- orang beriman apabila dikatakan kepadamu: berdirilah kalian
hingga berdirilah, tentu Allah hendak meninggikan orang- orang yang diberi
ilmu pengetahuan sebagian derajat.
Serta Allah maha mengenali apa yang kalian kerjakan.” Kerukunan
antar umat beragama ialah salah satu modal utama bermacam- macam ialah
salah satu modal utama dalam menghasilkan kerukunan nasional.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kewajiban menuntut ilmu dan


mengamalkan ilmu?
2. Bagaimana keutaman orang yang berilmu?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami perintah dan kewajiban menuntut ilmu serta
mengamalkannya
2. Untuk memahami pentingnya kerukunan antar umat beragama

2
BABII
PEMBAHASAN

2.1 KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DAN MENGAMALKAN ILMU

a) KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

Hukum menuntut bagi seorang Muslim adalah persyaratan


yang tidak perlu dipertanyakan lagi, sebagaimana dijelaskan oleh
Al-Qur'an, pesan Al-Mujadilah bagian 11 yang membaca dengan
teliti:
"Ya ayyuhallaziina aamanuuu izaa qiilalakum tafassahuu fil-
majaalisi fafsahuuu yafsahillaahulakum, wa izaa qiilangsyuzuu
fangsyuzuu yarfa' illaahullaziina aamanuu mingkum wallaziina
uutul-ilma darojato." “Hai orang-orang yang menerima!
Seandainya dikatakan kepada Anda, berikan ukuran yang luas
dalam pertemuan, sehingga mereka lapang, tanpa ragu Allah akan
memberikan keterbukaan kepada Anda”.
Juga jika dikatakan, berdirilah sampai kamu berdiri, niscaya
Allah akan menurunkan (derajat) orang-orang yang menerima di
antara kamu dan orang-orang yang menerima di antara kamu dan
orang-orang yang telah diberi informasi dengan derajat tertentu.
Juga, Allah sangat mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari permasalahn di atas, dapat kita nalar bahwa Allah perlu
mengangkat situasi dengan pekerjanya yang mencari ilmu
dibandingkan dengan individu yang tidak mencari ilmu. Tak hanya
itu, Allah juga menjamin para pekerjanya yang mencari ilmu
bahwa setiap usaha mereka akan dikerjaan .Ada pula perintah akan

3
menuntut ilmu bagi seorang muslim dijelaskan dalam salah satu
hadits HR. Ibnu majah yang berbunyi: “ menuntut ilmu itu wajib
atas setiap muslim.”
Hadits Hadits kewajiban untuk tiap orang buat menuntut ilmu
• “ Thalabul’ ilmi faridhatun’ ala kulli muslim” Menuntut
ilmu itu kewajiban atas tiap muslim.( HR. Ibnu Majah)
• “ Man kharaja fii thalabul ilmi fahuwa fii sabiilillahi hatta
yarj’a” Benda siapa yang menuntut ilmu, hingga dia
terletak di jalur Allah sampai dia kembali.( HR. Turmudzi).

Semakin mahir, semakin sederhana, ada kata basi yang


mengatakan "Cari ilmu, misalnya ilmu padi, terus kenyang
terus menghindar." tanpa ragu ada sesuatu seperti yang
dijelaskan oleh At-Tabani yang berarti "belajarlah untuk
keselarasan dan ketenangan dan bersikaplah sederhana
terhadap orang-orang yang Anda peroleh darinya." Salah satu
sifat yang dibenci Allah adalah kesombongan, sehingga ketika
individu tetap rendah hati, wawasannya terus berkembang

Mencari ilmu adalah amalan yang tak lekang oleh waktu


Rasulullah bersabda bahwa salah satu amalan yang harus beliau
sampaikan kepada ajal adalah informasi, ketika wawasan kita
berharga bagi sebagian orang hingga pahala mengalir
kepadanya tanpa henti. Untuk SDM. Muslim, ketika seseorang
menendang ember, semua amalannya terputus darinya, kecuali
3 hal dari sedekah atau informasi yang diambil dari manfaatnya
atau dari seorang pemuda yang saleh yang bertanya.Dari
kumpulan hadist di atas mengindikasikan kalau bagi ilmu
sangat berarti. Karena dengan menuntut ilmu seorang

4
memiliki pengetahuan tentang akidah, ibadah, dan hal-hal yang
bersifat keduniawian.
Apalagi menganggap ilmu-ilmu tentang masalah umum dapat
membentengi keyakinan dan mengajak individu untuk lebih
bertakwa kepada Allah SWT. Rasulullah (SAW) berkata, "Barang
siapa yang membutuhkan hal-hal yang berhubungan dengan dunia,
maka wajib baginya untuk memiliki informasi: dan siapa pun yang
membutuhkan (dilindungi dan senang) di akhirat, wajib baginya
untuk memiliki informasi juga: dan barang siapa yang
membutuhkan keduanya, maka ia wajib. Dia juga mengetahui
tentang keduanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

• Tujuan diperlukan untuk belajar


Motivasi di balik pencarian informasi sebenarnya
adalah dengan tujuan agar umat Islam menjadi orang
yang cerdik dan dijauhkan dari kebodohan. Dalam
pelajaran Islam, setiap orang dihimbau untuk berpikir
logis dengan menggunakan referensi yang jelas. Imam
Ahamad berkata: "Berhentilah mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kenal." (Siyaru A'laamin-Nubalaa',
11/296)

• Kebaikan individu yang mahir


Menjadi individu yang terpelajar memiliki kelebihan
tersendiri dalam Islam. Dalam Al-Qur'an dinyatakan
bahwa orang-orang yang mendapat informasi akan
mendapat tempat yang berawal dari: "Sesungguhnya
Allah akan meninggikan (derajat) orang-orang yang

5
menerima di antara kamu dan orang-orang yang diberi
informasi beberapa derajat (QS. Al- Mujdah/58:11).

Sebenarnya, Nabi juga mengatakan bahwa orang yang mencari


informasi adalah orang-orang yang mempertahankan Islam.
“Barangsiapa pergi mencari informasi, maka pada saat itu dia
dikenang sebagai sabililah (orang yang memelihara agama Allah)
sampai dia kembali. (HR. Tirmidzi).

b) MENGAMALKAN ILMU

Nikmatnya islam adalah bahwa semua perilaku kita


dikendalikan oleh Islam. Hingga kajian Islam menguasainya, mulai
dari komitmen mencari ilmu, mengamalkan ilmu dan bahaya
hingga individu yang tidak mengamalkan ilmu. Kita harus
berkonsentrasi pada masalah ini secara mendalam agar kita tidak
tercatat sebagai individu yang menyimpang dalam menguasai ilmu
pengetahuan. Ilmu yang kami peroleh membutuhkan lahan
sehingga ilmu dapat menjadi penolong bagi kami, khususnya
dengan melatihnya baik dengan menunjukkannya atau orang lain,
ilmu tersebut mungkin dapat menjadi bumerang bagi kami dengan
asumsi kami tidak melatih ilmu yang dijelaskan oleh Abu Musa
Al- Asy 'Ary " Jika Rasulullah mengatakan bahwa Al-Qur'an
adalah bukti untuk diri sendiri dan juga dapat bersumpah Anda (Hr
Muslim 3/101). Cobalah untuk tidak membiarkan siapa pun hilang
dengan alasan bahwa ilmu yang kita peroleh tidak tidak mencoba.
Itulah pentingnya mempelajari ilmu sehingga ada
penghargaan yang mengantisipasi kita dengan asumsi kita
mempraktikkan ilmu itu, namun ada juga sebelumnya yang

6
menunggu untuk kehancuran yang merangkak di latar belakang
untuk menjerumuskan kita jika kita tidak melatih apa yang kita
lakukan. telah menyadari. Untuk situasi ini, ilmu latihan adalah
fardhu ain bagi setiap Muslim. Mempertimbangkan bahwa ada
bahaya dalam Al-Qur'an bagi individu yang tidak melatih wawasan
mereka. Padahal dia tahu ilmunya.

‫ط‬ ِ ‫ط اﻟﻀ ۤﱠﺎ ِﻟّﯿْﻦَ َو َﻻ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ ْﻢ ْاﻟ َﻤ ْﻐﻀ ُْﻮ‬


ِ َ‫ب َﻏﯿ ِْﺮ ەۙ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ ْﻢ ا َ ْﻧﻌَ ْﻤﺖَ اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦ‬
َ ‫ﺻ َﺮا‬ َ ‫ﺻ َﺮا‬
ِ
Artinya; (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat.

Surat Al-Fatihah ayat ketujuh ini memberi tahukan kepadakita


bahwa ada 3 golongan yang berbeda nasib :
1. Orang yang telah di anugrahkan nikmat kepada
mereka. Merekalah orang yang beruntung karena
mereka mempunyai ilmu akan kebenaran dan
pengamalannya dari ilmu tersebut.
2. Orang yahudi,mereka adalah orang yang
mempunyai ilmu tetapi tidak beramal dengannya
sehingga mereka berhak mendapat murka
AllahSWT.
3. Orang nasrani,mereka adalah orang yang tidak
mempunyai ilmu tetapi mereka beramal tanpa ilmu
sehingga mereka diklaim sebagai orang yang sesat
bahkan bisa menyesatkan orang lain.

Mengingat hal ini, kita sebagai umat Islam harus mengikuti


cara orang-orang yang telah diberikan nikmat kepada mereka,
karena mereka memiliki informasi dan berbuat baik dengan

7
informasi tersebut. Bukan orang Yahudi karena mereka memiliki
informasi tetapi tidak melatihnya. Artikulasi ini membuat kita
mengetahui pentingnya melatih informasi, jadi kita bukan
individu yang didelegasikan yang mendapatkan murka Allah.

illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa


tawāṣau biṣ-ṣabr

Artinya: “selain orang-orang yang menerima dan


melaksanakan hal-hal yang bermanfaat dan saling menasehati
kepada kenyataan dan saling mendorong untuk keteguhan”.
terbebas dari kemalangan. Diantaranya ada dua syarat yang harus
dipenuhi terlebih dahulu oleh seorang pekerja, yaitu sebagai
berikut:

1. Keyakinan: Syarat utama adalah keyakinan kepada


Allah SWT. Juga, kepercayaan ini tidak akan diakui
tanpa informasi, karena kepercayaan adalah bagian
dari informasi dan kepercayaan tidak akan luar
biasa tanpa informasi. Ilmu yang dimaksud adalah
ilmu syariat (Ilmu Agama). Seorang Muslim wajib
(Fardhu Ain) untuk membiasakan diri dengan setiap
informasi yang dibutuhkan oleh seorang mukmin
dalam masalah ketat yang berbeda, seperti standar
kepercayaan dan syariat Islam, informasi tentang
hal-hal yang harus dijauhkan dari hal-hal yang
ilegal, apa dia ingin. dalam muamalah, dll.

2. Alasan yang baik: Kondisi selanjutnya adalah


bahwa perbuatan seseorang tidak dikatakan untuk
mencari informasi kecuali jika dia berencana untuk

8
melatih informasi tersebut. Artinya, seorang
individu dapat mengubah informasi yang telah
dipelajarinya menjadi suatu perilaku. yang nyata
dan tercermin dalam pemikiran dan amalnya.

Dengan demikian Allah memberikan pengecualian dari


kerugian itu kepada orang-orang yang beriman dengan hati
mereka, dan mengerjakan amal shaleh dengan anggota ubuh
mereka, mewujudkan semua bentuk ketaatan dan meninggalkan
semua yang diharamkan, dan bersabar atas segala macam-macam
cobaan, takdir, serta gangguan-gangguan yan dilancarakankepada
orang-orang yang mengamalkan amalma’ruf dan nuhi munkar.

Dari musa rodiyallohu anhu ia berkata : Nabi Muhammad saw


bersabda : perumpaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa seperti
hujan deras yang diturunkkan ke bumi. Diantaranya ada tanah yang
subur yang menyerap air lalu menumpuhkan tumbuh-tumbuhan
dan banyak rerumputan. Dan sebagaian tanah ada yang keras yang
mampu menampung air sehingga bermanfaat untuk semua orang
dan semua orang bisa meminumnya,meyirami tanaman dan
bercocok tanam. Ada pula hujan yang ditumpahkan kebagian tanah
yang keras dan kering tidak menahan air dan tidak juga
menumbuhkan rerumputan.

Demikianlah perumpaan seseorang yang memahami agama


Allah dan memberikan manfaat kepada dirinya sehingga ia
mengerti dan mengajarkannya. Dan perumpamaan orang tidak
mendapat pendapat semua itu adalah seseorang yang tidak
menerima petujuk Allah yang aku bawa. (Muttafaqalaih).

9
Hukum mengamalakan ilmu dan ancamannya mengamalkan
ilmu merupakan suatu kewajiban pokok setiap muslim. Adapun
meninggalkannya memiliki konsekuensi yang beragam.
Tergantung hukum dari amalan yang di tinggalkan, hukumnya bisa
jadi kufur,maksiat,makruh,atau mubbah.

• Meninggalkan tujuan mulia dengan informasi yang kufur,


misalnya meneruskan untuk mengaji tauqit. Seorang
individu menyadari bahwa diwajibkan untuk tunduk
kepada Allah dalam cinta dan bukan untuk tunduk
menghindar.
• Meninggalkan tujuan mulia dengan informasi yang salah,
seperti mengabaikan salah satu pengingkaran Allah.
Seseorang menyadari bahwa khamr dilarang, namun dia
meminumnya atau menjualnya.
• Meninggalkan niat baik dengan informasi yang bersifat
makruh, misalnya bertentangan dengan tuntunan
Nabimuhammad ditemukan dalam undang-undang cinta.
Seseorang pasti menyadari bahwa Kurir Allah memohon
dengan tujuan tertentu dalam pikiran dan kemudian dia
benar-benar menyimpang, kemudian, pada saat itu, dengan
perbedaan itu dia telah jatuh ke dalam sesuatu yang
makruh.
• Meninggalkan tujuan yang baik dengan informasi bisa
masuk akal. Misalnya, tidak setelah Rosollah dalam hal-
hal yang merupakan kecenderungan Nabi yang tidak
sunnah atau perlu untuk kita tiru, seperti metodologi jalan-
jalan, nada suara dan lain sebagainya.

10
Ucapan Al-Fudhai Bin Iyadh :

“ Seorang peneliti masih dianggap kurang informasi


sebelum dia memasukkan wawasannya, dengan asumsi bahwa dia
mencobanya maka dia seharusnya menjadi seorang peneliti. "

Setelah kita konsentrasi bersama, barulah kita bisa melihat


keseriusan ini. Itu cenderung dikatakan sebagai jaminan yang
membuat orang mendapatkan harga diri yang luar biasa atau rasa
malu yang sangat rendah. Kadang-kadang seorang pekerja
mendapat nilai dan posisi yang sangat tinggi di mata Gurunya
mengingat informasi yang dia latih sepanjang kehidupan sehari-
hari dan ada juga seorang pekerja yang kalah, tertipu. dalam api
kekecewaan karena tidak melatih wawasannya..

2.2 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Indonesia merupakan salah satu bangsa yang menjalankan


sanak saudaranya untuk hidup rukun karena kerukunan merupakan
salah satu pilar penting dalam menjaga solidaritas individu dan
negara Indonesia. Tanpa adanya kebersamaan antar kelompok
etnis, agama, ras, dan antar kelompok yang berbeda, negara
Indonesia akan mudah dikompromikan oleh perpecahan dengan
segala akibat yang tidak diinginkan.
Konkordansi yang ketat di Indonesia dirancang dalam tiga
set Amicability, khususnya:
1. Kedamaian batin setiap ummat dalam suatu agama
adalah kesepakatan antar faksi/pemahaman/mazhab
yang ada di dalam ummah atau wilayah lokal yang
tegas.

11
2. Kerukunan antar individu/jaringan yang ketat adalah
kerukunan antar pemeluk berbagai agama, khususnya
antara Muslim dan Kristen, Hindu, dan Buddha.

Persahabatan antara individu atau jaringan ketat dengan


otoritas publik adalah dengan menikam keselarasan dan
kesepakatan antara murid atau otoritas ketat dengan otoritas
pemerintah dengan pemahaman dan tentang kewajiban masing-
masing untuk membangun budaya dan negara Indonesia yang
ketat.
Dengan demikian kerukunan adalah suatu cara hidup
manusia yang mempunyai bagian-bagian dan tujuan-tujuan tertentu
yang harus dipertahankan bersama-sama, saling membantu,
menentang, tidak saling bermusuhan, saling berhadapan.
Konkordansi dapat diartikan sebagai lingkungan hidup dan
sehari-hari yang mencerminkan iklim harmoni, harmoni yang
tepat, berkembang, saling menghormati, menghargai bersama,
menghargai bersama, ketahanan, partisipasi bersama sesuai dengan
kesempatan yang ketat dan karakter Pancasila. Agama secara
keseluruhan adalah suatu keyakinan atau keyakinan yang dianut
oleh daerah setempat. menjadi standar dan kualitas yang diterima
dan dipercaya. Agama dianggap sebagai sekumpulan keputusan
yang mengatur kehidupan manusia di planet ini.
Kesepakatan antara jaringan yang ketat juga bisa menjadi
kondisi sosial di mana semua pertemuan yang ketat dapat
bertepatan bersama tanpa mengorbankan kebebasan esensial
masing-masing untuk menyelesaikan komitmen ketat mereka.
Kesepakatan yang tegas dimaksudkan untuk menikam
terbentuknya pergulatan batin di dalam setiap wilayah lokal yang
ketat, antara berbagai perkumpulan yang ketat, antar pemeluk satu

12
agama dengan penganut agama yang berbeda, antar individu yang
tegas. dengan otoritas publik.

Jenis-jenis kerukunan:
1. Kesesuaian antar pemeluk agama yang sama, khususnya jenis
konkordansi yang ada di antara individu yang menganut satu
agama. Misalnya, kerukunan di antara umat Islam atau
kesepakatan di antara orang-orang Kristen. Kerukunan antar
pemeluk agama yang sama juga harus dijaga agar tidak ada
perpecahan, meskipun dalam situasi ini hampir tidak ada
perselisihan.
2. Kerukunan antar individu yang berbeda agama, lebih tepatnya
suatu jenis keakraban yang terjalin antara individu yang
memeluk berbagai agama. Misalnya, kesepakatan antara
Muslim dan Kristen, antara Kristen dan Buddha atau
konkordansi yang dilakukan oleh semua agama. Kesepakatan
antar jaringan ketat lainnya sangat sulit untuk dipatuhi, sering
terjadi bentrokan antar pemeluk agama yang berbeda.

Hambatan kerukunan antar umat beragama

1. Toleransi rendah
2. Kepentingan politik
3. Sikap fanatisme

Pandangan seperti itu tidak mudah terkikis karena setiap


sekte atau sekte dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga
memiliki agen dan pemimpinnya sendiri.
Cara mengatasi masalah kerukunan antar umat beragama :

1. Pertukaran antara pengikut yang ketat. Sejarah campuran agama-


agama yang menggunakan struktur politik sebagian besar sarat
dengan pertempuran, bentrokan, dan pertempuran. Itulah
sebabnya dalam kemajuan studi sejarah selama beberapa tahun
terakhir, sejarah yang berfokus pada masalah pemerintahan
kemudian disebut sebagai sejarah tradisional. pemahaman dan
dengan demikian persetujuan yang tenang.
2. Berpengharapan. Meskipun hambatan yang berbeda
menghalangi jalan kita menuju transparansi, kesepakatan
bersama dan rasa hormat bersama antar agama, saya tidak
berpikir kita harus bersikap negatif terlepas dari apa yang
mungkin diharapkan, kita menginginkan dan harus
menumbuhkan kepercayaan diri dalam menghadapi dan
menghadapi apa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa


mencari ilmu adalah kewajiban setiap orang. Tanpa ilmu kita tidak
dapat melanjutkan hidup yang layak. Individu yang tidak memiliki
ilmu biasanya akan dimanfaatkan oleh orang lain.. Dalam Al-
Qur'an dinyatakan bahwa orang yang mendapat ilmu akan
mendapat tempat yang diawali: "Kemungkinan besar Allah akan
meninggikan (derajat) orang-orang yang menerima di antara kamu
dan orang-orang yang diberi informasi beberapa derajat (QS. Al -
Mujdah/58:11).
Nikmatnya islam adalah bahwa semua perilaku kita
dikendalikan oleh Islam. Hingga kajian Islam menguasainya, mulai
dari komitmen mencari ilmu, mengamalkan ilmu dan bahaya
hingga individu yang tidak mengamalkan ilmu. Kita harus
berkonsentrasi pada masalah ini secara mendalam agar kita tidak
tercatat sebagai individu yang menyimpang dalam menguasai ilmu
pengetahuan.
Kerukunan adalah suatu cara hidup manusia yang
mempunyai bagian-bagian dan tujuan-tujuan tertentu yang harus
dipertahankan bersama-sama, saling membantu, menentang, tidak
saling bermusuhan, saling berhadapan.
Konkordansi dapat diartikan sebagai lingkungan hidup dan
sehari-hari yang mencerminkan iklim harmoni, harmoni yang
tepat, berkembang, saling menghormati, menghargai bersama,
menghargai bersama, ketahanan, partisipasi bersama sesuai dengan
kesempatan yang ketat dan karakter Pancasila. Agama secara
keseluruhan adalah suatu keyakinan atau keyakinan yang dianut

15
oleh daerah setempat. menjadi standar dan kualitas yang diterima
dan dipercaya. Agama dianggap sebagai sekumpulan keputusan
yang mengatur kehidupan manusia di planet ini.

3.2 Saran
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dhea Alif Fatikha. 2021. “Hukum Menuntut Ilmu” ,


https://www.suara.com/news/2021/04/27/081424/hadist-
menuntut-ilmu-lengkap-dengan-hukumnya?page=all,Diakses
pada 16 November 2021 pukul 16.00

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta:


Gema Insani Prees, Cet. 1 hal 55.

Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir, Bogor, Pustaka Imam Asy-Syafi’i,


2004, jilid 8. Hal. 536

Al-Utsaimin, Muhammad bin Sholih, Syarah rhiyadhus sholihin,


Jakarta: Darus sunah. Jilid 4 Hal 41

Dr. Ali Mansur, M.Ag.,20004,Problem dan Prospek Dialog


Antargama. Artikel. Cfm

Ansori, Zafar Ishaq & John L. Esposito , eds,2001, Muslims and the
West: Encounter and Dialog, Islamabad & Washimgton DC., Islamc
Research Institue, International

Islamic Universty & Center for Muslim-Christian Undestanding,


Georgetown University. Hlm 57-58

17

Anda mungkin juga menyukai