Anda di halaman 1dari 14

Nama : Dony Ramadana

NIM :200301146

Kelas : Manajemen 4C

Mata Kuliah : Al Islam dan Kemuhammadiyahan

3 Dosen : Dr. Abdul Kholid Achmad, M.Pd

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Jawaban:

1. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam AlQuran.
Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek
pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan
yang telah diklarifikasi, diorganisasi, disistemisasi, dan diinterpretasi
sehingga menghasilkan kebenaran objektif, sudah teruji kebenarannyam
dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Istilah teknologi merupakan produk
terapan dari ilmu melalui perekaciptaan membuat sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan /kesejahteraan manusia. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan
praktis ilmu pengetahuan Teknologi pada kondisi tertentu dapat memiliki
potensi merusak dan potensi kekuasaan. Inilah perbedaan dari ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak baik positif maupun negative dalam
kehidupan manusia. Teknologi dapat membawa kemajuan dan
kesejahteraan pada manusia, namun juga bisa membawa kehancuran dan
kerusakan alam semesta. Komponen ketiga dari ipteks adalah seni. Seni
adalah hasil ungkapan akal dengan segala prosesnya. Hasil ekspresi
manusia tersebut merupakan bagian dari budaya manusia. Seni yang lepas
dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa
nafsu bukan akal dan budi.
Dalam pemikiran sekuler, perennial knowledge yang bersumber dari
wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan
antara wahyu dengan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu. Dalam
Islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalan dan tidak boleh
dipertentangkan. Hal ini karena hakikat agama adalah pembimbing dan
pengarahan akal.1
2. Allah SWT Pencipta alam semesta telah mengatur peredaran alam dengan
hukum ciptaan-Nya yang kemudian dikenal dengan sunnatullah. Dalam
bahasa lain, sunnatullah juga disebut dengan hukum alam, yakni hukum
yang ditetapkan Allah guna mengatur penciptaan dan mekanisme alam
semesta yang bersifat fitrah, yakni tetap dan otomatis. Alam semesta
dengan seluruh isinya dan segala mekanismenya tersebut diciptakan Allah
adalah untuk kesejahteraan hidup manusia.
Kemudian daripada itu, Allah SWT juga menciptakan manusia yang
merupakan bagian takterpisahkan dari alam semesta dan senantiasa berada
di dalamnya. Oleh sebab itu, eksistensi dan pergerakan hidup manusia pun
tunduk pada fitrah hukum alam semesta secara tetap dan otomatis. Di sisi
lain manusia sebagai hamba selain berkewajiban untuk beribadah kepada
Allah juga diserahi amanat sebagai pengelola alam semesta dengan
kedudukan selaku khalifatullah untuk mewujudkan kesejahteraan manusia.
Untuk itulah, maka manusia diberi kekuatan jiwa yang ditempatkan di
dalam fisik jasmani (raga) manusia. Kekuatan jiwa ini terdiri atas jiwa
nabati, jiwa hewani, jiwa insani, dan jiwa ruhani. Selama jiwa ini masih
menyatu dengan jasmani (raga), manusia bisa beraktivitas. Tetapi jika jiwa
telah meninggalkan raga, maka terhentilah semua aktivitasnya. Hal ini
sudah menjadi sunnatullah yang tidak akan terjadi perubahan sedikitpun
terhadapnya.
Selanjutnya untuk membimbing manusia dalam hidupnya, Allah
menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi dan Rasulnya secara

1
Yedi Purwanto.” ISLAM MENGUTAMAKAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI”.
berkesinambungan dengan wahyu yang terakhir kepa Nabi Muhammad
SAW yang berisi ajaran Agama Islam yang di dalamnya terkandung tiga
dimensi wahyu, yaitu: pertama, ajaran keimanan berupa akidah tauhid
sebagai pedoman dalam menata perilaku batin; kedua, ajaran syariah yang
berupa tatanan hukum sebagai pedoman dalam menata perilaku lahiriyah
di dalam hidupnya dengan berlandaskan pada akidah tauhid, dan ketiga,
tuntunan sikap batin dan sikap lahir yang baik yang disebut akhlak yang
merupakan ekspresi dari akidah tauhid dan ketaatan pada syariah dalam
praktik kehidupan sehari-hari. Pedoman berperilaku lahiriyah inilah yang
kemudian disebut dengan syariatullah yang berarti jalan menuju
kebenaran, kemaslahatan, dan keridloan Allah.
Dalam lingkaran penciptaan tersebut diyakini adanya hubungan antara
sunnatullah, syariatullah, dan manusia dengan segala perilakunya yang
tidak terlepaskan dari dua dimensi hukum Allah tersebut.2
3. Dari segi pemikiran keutamaan sangatlah jelas, sebab dengan ilmu
seseorang bisa sampai kepada Allah Ta’ala dan bisa pula berada
disamping-Nya. Ilmu adalah kebahagiaan yang tak lekang oleh waktu dan
kenikmatan abadi yang tiada habisnya. Di dalam ilmu terletak kebahagiaan
dunia dan akhirat dan pada hakikatnya dunia itu ladang akhirat.seorang
yang berilmu, dengan ilmunya dia bisa menanam kebahagian yang kekal,
karena dengan ilmu yang dia miliki dia dapat mencotohkan akhlak mulia
kepada sesama manusia dan mengajak untuk melakukan amal-amal yang
mendekatkan mereka kepada Rabb semesta Alam. Hadits- hadits tentang
kewajiban belajar

‫اس‬G G ‫وه الن‬G ‫والعلم وعلم‬G ‫لم تعلم‬G G‫ه وس‬G G ‫لي هلال علي‬GG‫ول هلال ص‬G G‫ال لي رس‬G G ‫عود ق‬G G‫عن ابن مس‬

‫ى يختلف‬G‫ي مرؤمقبوض والعلم سينتقص وتظهر الفتن حت‬G‫تعلموالفراءض وعلموه ا نل اس فإن‬

G‫آيفصل بينها‬G‫ليجدان أحد‬G ‫ان في فريضة ا‬G‫الثن‬

2
A. Mukti Arto. “TERJALIN HUBUNGAN SIMBIOTIK DALAM MENATA
PERILAKU
Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulllah Saw bersabda kepadaku,
“Tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Tuntutlah
ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu
akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi
perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka
tidak menemukan seorang pun yang dapat menyelesaikannya. (An-
Naisaburi, 2005).3

4. Ayat yang cukup populer dan mengangkat kedudukan orang berilmu


adalah, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, (Surat Al-
Mujadilah ayat 11). Kaitan dengan ayat ini, Ibnu ‘Abbas menambahkan,
“Orang-orang yang berilmu memiliki kedudukan tujuh ratus derajat di atas
orang-orang mukmin.” Sebab, keunggulan mereka salah satunya karena
takut kepada Allah, Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu(ulama), (Surat Fathir
ayat 28). Tak hanya itu, orang-orang berilmu juga diberi amanah untuk
menyampaikan pesan-pesan-Nya dan menjadi tempat bertanya,
sebagaimana dalam ayat, Berkatalah orang-orang yang dikaruniai ilmu,
“Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala
itu kecuali oleh orang- orang yang sabar," (Surat Al- Qashash ayat 80);
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan,
(Surat An-Nahl [16-34). Masih banyak lagi ayat yang menunjukkan
kedudukan dan keutamaan mereka. Sementara dalam hadits, kedudukan
dan keutamaan orang berilmu dapat kita jumpai dalam puluhan, bahkan
mungkin ratusan sabda Rasulullah saw. Antara lain adalah, “Para ulama
itu pewaris para nabi.” Bayangkan, betapa tingginya

3
Rika Kumala Sari. “Kewajiban Belajar dalam Tinjauan Hadits Rasulullah S.A.W”.
Jurnal Sabilarrasyad Volume II Nomor 01 Januari-Juni 2017. 97-98.
kedudukan orang berilmu, hingga menyandang gelar sebagai pewaris para
nabi. Sedangkan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi di atas para nabi
dan rasul. Keunggulan lainnya adalah orang berilmu juga dimintakan
ampunan oleh semua yang ada di langit dan bumi.4
5. Menurut Habib Zain bin Ibrahim membagi bahwa terdapat empat adab
dalam menuntut ilmu bagi pencari ilmu:
(1) Menyucikan hati dari perbuatan yang dimurkai Allah SWT
Dalam menuntut ilmu, biasakan untuk instropeksi diri dari segala yang
merugikan diri. Ilmu tidak berhenti pada nilai rapor,ijazah atau
lainnya. Ilmu akan sangat berguna jika terdapat manfaat dan itu bisa
didapat ketika hati dalam keadaan bersih. Ikhlas dan niat sungguh-
sungguh dalam menuntut ilmu juga menjadi hal yang penting. Dalam
keadaan yang bersih baik fisik serta pikiran, ilmu yang didapatkan juga
diterima dengan cara yang positif. Pada satu kesempatan Imam
Abdulah bin Alwu Al-haddad memberi perumpamaan untuk
menyucikan hati terlebih dahulu sebelum menuntut ilmu. Beliau
mengatakan “jika terdapat seseorang yang kemudian datang membawa
wadah kotor untuk diisikan madu, maka pembeli akan mengatakan
cucilah wadah kotor tersebut sebelum kamu mengisinya dengan
madu”.
(2) Ikhlas dalam mencari ilmu
Dalam menuntut ilmu, seseorang harus mulai dari keikhlasan hati
karena Allah. Tanamkan pada diri bahwa menuntut ilmu bukan hanya
untuk mendapatkan pujian tetapi juga untuk mendapatkan keberkahan
baik dunia maupun akhirat.
(3) Memohon agar mendapat ilmu yang bermanfaat
Abu Al-Bakhtary pernah berkata “duduklah bersama orang-orang yang
memiliki ilmu lebih dari saya” mengapa? Ia kemudian menjawab “jika
aku duduk bersama orang yang lebih rendah ilmunya maka aku tidak

4
Unknown. “Kemuliaan Guru dan Orang-orang Berilmu dalam Al-quran dan
Hadits. Islam.nu,or,id. 2021.
bisa mengambil manfaat. Namun,jika aku duduk bersama orang yang
tinggi ilmunya aku akan bisa mengambil manfaat sebanyak-
banyaknya”. Rasulullah SAW selalu menganjurkan agar kita dapat
memohon ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang kita dapatkan haruslah
bermanfaat dalam arti berguna bagi hidup kita dan sesama serta sejalan
dengan alam sekitar.
(4) Bijak dalam mengonsumsi makanan dan minuman
Apa yang masuk kedalam tubuh juga akan mempengaruhi bagaimana
seseorang penuntut ilmu dan juga Sahnun pernah berkata “ilmu tidak
akan diperoleh bagi orang yang makan hingga kekenyangan”.
Kemudian Lukman Al-Hakim kepada putranya “wahai anakku, jika
perut sudahterisi penuh pikiran juga akan tertidur, lalu hikmah akan
berhenti mengalir dan kemudian badan juga akan lumpuh dari
beribadah.5
6. Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free,
yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu
secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas
nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus
disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan
faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor
sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
(1) Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya
adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor
ideologis, religious, cultural, dan social.
(2) Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin.
Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan
penentuan diri.

5
Arfadia. Keutamaan mengetahui adab terhadap guru dalam menuntut ilmu.
Web: https://www.prestasiglobal.id/keutamaan-mengetahui-adab-terhadap-
(3) Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering
dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu
bersifat universal.
Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat
dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang
terkadang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini
adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada pemanasan
global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat
pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan
tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar.
Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilmu itu untuk ilmu.
Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu
selalu terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan
mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari
nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen
Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin
bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia
juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan
masing-masing;
(1) Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara
empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris
dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-kepentingan
manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah agar dapat
diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis.
Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia
untuk mengelola dunia atau alamnya.
(2) Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang
pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan
sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya,
memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang
dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan
kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman
makna.
(3) Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan
dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri
amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah
dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan
atau emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait
dengan nilai dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai.
Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-
kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan
sebagainya.6
7. Dengan kata lain, ruang lingkup utama kajian filsafat ilmu sama dengan
topik utama filsafat pada umumnya, yaitu: ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Secara lebih rinci definisi ketiga istilah tersebut adalah sebagai
berikut:
(1) Ontologi: tentang objek apa saja yang dipelajari dalam ilmu, dalam
penelitian ini meliputi masalah perwujudan dan realitas (appearance
and reality), termasuk bagaimana kedua hal tersebut berhubungan
dengan manusia sebagai subjek.
(2) 2. Epistemologi: tentang seperti apa proses memperoleh ilmu dan
bagaimana prosedur pemerolehannya yang benar.
(3) 3. Aksiologi: terkait dengan kegunaan ilmu, seperti apa etika berkaitan
dengan ilmu, dan cara menerapkan ilmu dalam kehidupan. Dari
pemaparan ruang lingkup tersebut terlihat masih adanya sejumlah
masalah dalam kajian filsafat ilmu.

6
Istighfarahmg. “ILMU BEBAS NILAI ATAU ILMU TIDAK BEBAS NILAI”.
Web:
Permasalahan dalam filsafat ilmu secara prinsip menunjukkan pokok-
pokok pikiran dari pembahasan yang tentunya bisa termasuk ke dalam
salah satu areal filsafat ilmu. Di antara permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Persoalan metafisika terkait ilmu
b. Persoalan epistemologis terkait ilmu
c. Persoalan metodologis terkait ilmu
d. Persoalan logis terkait ilmu
e. Persoalan etis terkait ilmu
f. Persoalan seputar estetika7
8. Al-Qardhawi (1989), mengemukakan terkait dengan pentingnya akhlak
Islami dalam pengembangan ilmu, bahwa akhlak Islami yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan adalah:
a. Rasa tanggung jawab di hadapan Allah. Rasa tanggung jawab di
hadapan Allah, sebab ulama merupakan pewaris para anbiya. Tidak
ada pangkat yang lebih tinggi daripada pangkat kenabian dan tidak ada
derajat yang ketinggiannya melebihi para pewaris pangkat itu.
b. Amanat Ilmiah. Sifat amanah merupakan kemestian iman termasuk ke
dalam moralitas ilmu, tak ada iman bagi orang yang tidak memiliki
sifat amanah. Dalam memberikan kriteria orang beriman Allah
menjelaskan dalam firmanNya sebagai berikut:
ُ ُ ُۡ ‫وٱلَّ ِّذ ي ن‬
‫ل من ٰ ِّت ِّ ه ۡم و ع ۡه ِّد ِّ ه ۡم رٲ و ن‬
‫ۡم‬
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 8)
Salah satu dari amanat ilmiah adalah merujuk ucapan kepada orang
yang mengucapkanya, merujuk pemikiran kepada pemikirnya, dan
tidak mengutip dari orang lain kemudian mengklaim bahwa itu
pendapatnya karena hal seperti itu merupakan plagiat dan penipuan.
Berkaitan dengan ini dapat disaksikan bahwa ilmuan kaum muslimin

7
Ifmawati Ifmawati. “Nilai-nilai filosofis dalam pendidikan agama Islam”. Journal of
Islamic Education and Innovation Vol. 1, No. 2, July - Desember 2020, 11-12.
sangat memprihatinkan tentang sanad di dalam semua bidang ilmu
yang mereka tekuni, bukan hanya dalam bidang hadith saja.
c. Tawadu’. Salah satu moralitas yang harus dimiliki oleh ilmuan ialah
tawadu’. Orang yang benar berilmu tidak akan diperalat oleh
ketertipuan dan tidak akan diperbudak oleh perasaan ‘ujub mengagumi
diri sendiri, karena dia yakin bahwa ilmu itu adalah laksana lautan
yang tidak bertepi yang tidak ada seorang pun yang akan berhasil
mencapai pantainya.
d. Izzah. Perasaan mulia yang merupakan fadhilah paling spesifik bagi
kaum muslimin secara umum. Izzah di sini adalah perasaan diri mulia
ketika menghadapi orang-orang yang takabbur atau orang yang
berbangga dengan kekayaan, keturunan, kekuatan atau kebanggaan-
kebanggaan lain yang bersifat duniawi. Izzah adalah bangga dengan
iman dan bukan dosa dan permusuhan. Suatu perasaan mulia yang
bersumber dari Allah dan tidak mengharapkan apapun dari manusia,
tidak menjilat kepada orang yang berkuasa.
e. Mengutamakan dan menerapkan Ilmu. Salah satu moralitas dalam
Islam adalah menerapkan ilmu dalam pengertian bahwa ada
keterkaitan antara ilmu dan ibadah. Kehancuran kebanyakan manusia
adalah karena mereka berilmu, tetapi tidak mengamalkan ilmu itu atau
mengamalkan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang mereka
ketahui, seperti dokter yang mengetahui bahayanya suatu makanan
atau minuman bagi dirinya tetapi tetap juga dia menikmatinya karena
mengikuti hawa nafsu atau tradisi. Seorang moralis yang memandang
sesuatu perbuatan tetapi dia sendiri ikut melakukannya dan
bergelimang dengan kehinaan itu. Jenis ilmu yang hanya teoritis
seperti ini tidak diridhai dalam Islam.
f. Menyebarkan ilmu. Menyebarkan ilmu adalah moralitas yag harus
dimiliki oleh para ilmuwan/ulama, mereka berkewajiban agar ilmu
tersebar dan bermanfaat bagi masyarakat. Ilmu yang disembunyikan
tidak mendatangkan kebaikan, sama halnya dengan harta yang
ditimbun. Gugurnya kewajiban menyebarkan ilmu hanya dibatasi jika
ilmu yang disebarkan itu akan menimbulkan akibat negatif bagi yang
menerimanya atau akan mengakibatkan dampak negatif bagi orang lain
atau jika disampaikan akan menimbulkan mudaratnya lebih banyak
daripada manfaatnya.
g. Hak Cipta dan Penerbit. Mengenai hak cipta dan penerbit digambarkan
bahwa kehidupan para ilmuan tidak semudah kehidupan orang lain
pada umumnya, karena menuntut kesungguhan yang khusus melebihi
orang lain, seorang ilmuwan pengarang memerlukan perpustakaan
yang kaya dengan referensi penting dan juga memerlukan pembantu
yang menolongnya untuk menukil, mengkliping dan sebagainya dan
memerlukan pula orang yang mendapat menopang kehidupan
keluarganya.8
9. Ayat kauniyah yaitu, tanda-tanda kebesaran atau ayat-ayat Allah yang
ada di jagad raya (kosmos). Tanda kebesaran Allah yang terpenting di sini
adalah hukum kepasangan yang dititipkan Allah pada setiap benda
alamiah. Sunnatullah atau takdir Allah (hukum alam) ini memegang peran
kunci dalam menentukan keselamatan atau kedamaian di dunia. Jadi,
islami pada tingkat alam adalah menyeimbangkan potensi negatif dan
potensi positif setiap benda. Islami di sini dapat ditarik sampai pada titik
memaksimalkan potensi positif dan meminimalkan potensi negatif suatu
benda. Hukum alam ini berlaku bagi siapa saja tanpa mengenal batas-batas
kemanusiaan apapun seperti ras, agama, dan status sosial. Pada tingkat
alam inilah semua agama sama, karena siapapun yang melanggar hukum
kepasangan ini pasti dihukum Allah seketika. Sebaliknya, siapapun yang
taat (”tunduk” pada hukum kepasangan ini), pasti diberi pahala oleh Allah,
yaitu keselamatan (Yudian, 2006: 7-8)..
Ayat insaniah yaitu, tanda-tanda kebesaran atau ayat-ayat Allah yang
mengatur kehidupan manusia (kosmis). Lagi-lagi, hukum yang terpenting

8
Supriyadi, dkk. “Islam & Ilmu Pengetahuan”. Buku Ajar Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIK 4). 2015/2016.
di sini adalah hukum kepasangan. Islam dan iman (sehingga selamat dan
aman) pada tingkat ini adalah menyeimbangkan potensi positif dan
negatif, yaitu menciptakan keseimbangan atau keadilan sosial. Allah sudah
mendelegasikan hukum ini kepada manusia seperti tercermin dalam hadis
”Kerelaan Allah tergantung pada kerelaan manusia” (Sabda Nabi
Muhammad SAW, Ridha Allah fi Ridha al-Walidain wa Sukhthu Allah fi
Sukhthu al-Walidain (HR Tirmidzi, Ibn Hibban, dan al-Baihaqy). Hukum
ini diperkuat dengan prinsip mutual agreement (saling
merelakan/mengikhlaskan). Kesalahan sosial harus terlebih dahulu
diselesaikan antar pihak-pihak terkait. Jika pihak yang terkait belum
memaafkan, Allah juga belum mau mengampuni.. 9

10. Allah SWT menurunkan ayat-ayat (tanda kekuasaan)-Nya melalui 2 jalur


formal, yaitu ayat qauliyah dan jalur non-formal yaitu ayat kauniyah. Ayat
qauliyah adalah kalam Allah (Al-Qur’an) yang diturunkan secara formal
kepad Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah adalah fenomena
alam, jalurnya tidak formal dan manusia mengeksplorasi sendiri. Al-Quran
Al-Karim, yang terdiri dari 6.236 ayat itu, menguraikan berbagai persoalan
hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan fenomenanya.
Uraian-uraian sekitar persoalan sering tersebut sering di sebut ayat-ayat
kauniyah.
Secara sederhana, proses terbentuk ilmu pengetahuan menurut Islam
sebagai anugerah Allah kepada manusia, dapat digambarkan dalam bagan
berikut:

9
Arif. “Ayat-ayat Allah: Qauliyah, Kauniyah, dan Insaniyah”. See - https://ibtimes.id/ayat-
ayat- allah-qauliyah-kauniyah-dan-insaniyah/
Berdasarkan bagan proses pembentukan ilmu pengetahuan tersebut di atas,
bahwa ilmu pengetahuan yang dirumuskan berdasarkan pengetahuan yang
dihasilkan oleh pengalaman merupakan kebenaran alami yang merupakan
ketentuan Allah atau sunnatullah (ayat kauniyah). Sedangkan yang berasal
dari informasi wahyu merupakan bukti kebenaran yang diturunkan Allah
kepada para Rasul-Nya dalam bentuk wahyu (ayat tanziliyah).
Proses terbentuknya ilmu pengetahuan tersebut menunjukkan , bahwa
Islam tidak mengenal istilah dikotomi, memisahkan dan membedakan
antara ilmu keIslaman dan ilmu keduniawian. Sekalipun kebenaran yang
terdapat dalam ilmu pengetahuan berupa kebenaran ilmiah, tetapi karena
sebenarnya berasal dari Allah SWT juga, maka ilmu pengetahuan dengan
wahyu tidak mungkin berlawanan (Kaelany, 1992).
Paradigma seorang muslim terhadap ayat-ayat Allah ini, baik ayat
qauliyah (Al-Qur’an) maupun kauniyah (fenomena alam) adalah mutlak
benar dan tidak mungkin bertentangan, karena keduanya berasal dari
Allah. Pada faktanya sains yang telah ”proven” (qath’i) selaras dengan Al-
Qur’an seperti tentang peredaran bintang, matahari dan bumi pada
orbitnya. Namun sains yang masih dzanni (teori) kadang bertentangan
dengan yang termaktub dalam Al-Qur’an seperti teori evolusi pada
manusia.10
11. Secara garis besar, Allah menciptakan ayat dalam dua jalan keduanya
saling menegaskan dan saling terkait satu sama lainnya. Hal ini
membuktikan bahwa kemampuan manusia untuk memaham keduanya
adalah keniscayaan. Allah tidak hanya memberikan perintah untuk sekedar
memahami ayat-ayat Allah berupa Qauliyah, tetapi juga untuk melihat
fenomena alam ini. Beberapa contoh lain bentuk interkoneksitas ayat
qauliyah dan kauniyah ditunjukkan pada hasil observasi dan penelitian
yang berulang-ulang bahwa “siklus hidrologi” atau sikulasi air (hydrologi
cycle) dapat dijelaskan sebagai berikut:

10 Supriyadi, dkk. “Islam & Ilmu Pengetahuan”. Buku Ajar Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIK 4). 2015/2016.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas
matahari, sehingga air yang dilaut, sungai, dan juga air pada tumbuh-
tumbuhan mengalami penguapan ke udara (transpiration), sehingga
dikenal sebagai evapotranspiration, lalu uapair tersebut pada ketinggian
tertentu menjadi dinggin dan terkondensasi menjadi awan. Akibat angin,
bekumpulan awan dengan ukuran tertentu dan terbuat awan hujan, karena
pengaruh berat dan gravitasi kemudian terjadilah hujan (presipitasion).
Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas permukaan. Tanah sebagai
aliran limpasan (overland flow) dan ada yang terserap kedalam tanah
(infiltrasioan). Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-
cekungan (depresioan storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air
akan menjadi limpasan-permukaan (surface runoff) yang selanjutnya
mengalir kelaut. Sedangkan air yang terinfiltrasi, bisa keadaan formasi
geologi memungkinkan, sebagian dapat mengalir literal di lapisan tidak
kenyang air sebagai aliran antara (subsurface flow/interflow). Sebagian
yang lain mengalir vertikal yang disebut dengan “perkolasi” (percolation)
yang akan mencapai lapisan kenyang air (saturated zone/aquifer). Air
dalam akifer akan mengalir sebagai air tanah (grounwter flow/base flow)
kesungai atau ketampungan dalm (deep storage). Siklus hirologi ini terjadi
terus-menerus atau berulang-ulang dan tidak terputus.
Ayat kauliyah pada penjelasan fenomena kauliyah, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa “siklus hidrologi” memiliki 4 (empat) macam proses
yang saling menguatkan, yaitu: (a) hujan/presipitasi; (b)
penguapan/evaporasi; (c) infiltrasi dan perkolasi (peresapan); dan (d)
lipahan permukaan (surface runoff) dan limpasan iar tanah (subsurface
rzrnoff). Isyarat adanya fenomena “siklus hidrologi”.11

11 Supriyadi, dkk. “Islam & Ilmu Pengetahuan”. Buku Ajar Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan (AIK 4). 2015/2016.

Anda mungkin juga menyukai