Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 3

RETNO PUSPANINGTYAS
REVI TRIANA
SELFI AGUSTIN
TRI RIZKY FEBRIANTI
VENY SILVIA
 POTENSI
MANUSIA
(JASMANI DAN
RUHANI) DALAM
PENGEMBANGAN
IPTEKS
PARADIGMA
 RAMBU-RAMBU
PENGEMBANGAN PENGEMBANGA
N IPTEKS

IPTEKS DALAM ISLAM

 INTERRELASI
KEBENARAN AL-
QUR’AN DAN
IPTEKS
DEFINISI
PARADIGMA
DAN IPTEK
POTENSI
MANUSIA
(JASMANI DAN
RUHANI) DALAM
PENGEMBANGAN
IPTEKS
Istilah potensi manusia digambarkan dalam al-Qur’ān dengan kata-kata seperti: ruh (ruh),
al-‘aql (akal), nafs (jiwa) al-qalb (hati) al-fuad (hati) dan potensi dasar manusia al-fitrah (fitrah),
yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan nyata di dunia ini, untuk selanjutnya dapat
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak di akhirat. Berlandaskan kepada al-Qur’ān
tersebut, al_x0002_Ghazāli menggunakan empat istilah untuk menyebut potensi manusia yaitu:
Qalb, Ruh, Nafs dan ‘Aql

Berikut ini secara berurutan akan dikemukakan Istilah-istilah tersebut satu persatu:
1. Qalb
Kata qalb, dalam kitab Ihya ‘Ulūm ad-Dīn dijelaskan al-Ghazāli, dengan dua arti yaitu:
Pertama, Hati dalam arti daging yang berbentuk buah shanaubaryang diletakkan pada
sebelah kiri dari dada. Yaitu: daging yang khusus, dan didalamnya ada lobang, dalam lobang
tersebut ada darah yang hitam yang menjadi sumber ruh dan pengikatnya.
Kedua, Hati dengan arti sesuatu yang halus, rabbaniyah(ketuhanan), ruhaniyah
(kerohanian). Dia mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani (yang bertubuh) ini.
2. Ar-Rūh
Sedangkan istilah Ruh, secara umum berkaitan dengan jenisnya dijelaskan oleh al-Ghazāli dengan
dua makna:
Pertama, Tubuh yang halus sumbernya adalah lobang hati yang jasmani, lalu tersebar dengan
perantara urat-urat yang merusak ke bagian-bagian badan lainnya. Perjalanannya ruh pada badan,
banjirnya cahaya-cahaya kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran dan penciuman dari padanya
atas semua anggotanya itu menyerupai banjirnya cahaya dari lampu yang diputar di sudut-sudut rumah.
Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai ke suatu bagian rumah melainkan ia bersinar dengan cahaya itu.
Kehidupan itu perumpamaannya adalah seperti cahaya yang berhasil pada tembok-tembok. Nyawa itu
perumpamaannya
seperti lampu. Berjalannya ruh atau gerakannya pada batin adalah seperti gerakan lampu pada
sudut-sudut rumah dengan digerakkan oleh penggeraknya. Kedua, sesuatu yang halus dari manusia
yang mengerti lagi mengetahui dari manusia, dan itulah yang kami jelaskan mengenai salah satu arti
hati dan itulah yang dikehendaki oleh Allah dengan firman-Nya: “Katakanlah: "Ruh itu termasuk
urusan Tuhan-ku,” Ruh adalah urusan yang menakjubkan, rabbani (ketuhanan) yang melemahkan
kebanyakan akal-akal dari pemahaman dalam mengetahui hakekatnya.
3. Nafs
Kata Nafs, menurut al-Ghazāli mengandung banyak arti, seperti sesuatu yang dapat
menghimpun kekuatan, amarah, dan syahwat yang ada pada diri manusia. Al-Ghazāli
megambil pendapat para ahli tasawwuf yang mengatakan bahwa: Pertama, nafs adalah
pokok yang menghimpun sifat sifat yang tercela dari manusia. Lalu mereka mengatakan
harus melawan nafsu (hawa nafsu) dan memecahkannya seperti diisyaratkan sabda
nabi:“Paling berat musuhnya adalah nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu”.
Kedua, nafsu yang halus pada hakekatnya adalah diri manusia dan zatnya. Tetapi nafsu itu
disifati dengan sifat-sifat yang bermacam_x0002_macam menurut keadaannya. Apabila
nafsu itu tenang di bawah perintah dan kegoncangan berpisah darinya disebabkan
menentang nafsu-syahwat, maka disebut dengan nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang)
4. ‘Aql
Menurut al-Ghazāli makna ‘aql juga mengandung arti yang bermacam-macam:
Pertama, bahwa akal itu kadang-kadang dikatakan secara umum dan dimaksudkan
dengannya adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat-hakikat perkara. Maka akal adalah
ibarat dari sifat ilmu yang tempatnya adalah hati.
Kedua, bahwa akal kadang-kadang dikatakan secara umum dan dimaksudkan
dengannya adalah yang mengetahui ilmu-ilmu yaitu: hati yang halus, dan kita mengetahui
bahwa setiap orang alim, maka ia mempunyai wujud (ada) dalam dirinya, ilmu itu sifat
padanya dan sifat itu bukan yang disifati. Akal itu kadang-kadang dikatakan dan
dimaksudkan sebagai sifat orang alim, kadang kadang dikatakan secara umum dan
dimaksudkan dengannya sebagai tempat memperoleh ilmu, yakni:
yang mengetahui.
RAMBU-RAMBU
PENGEMBANGAN
IPTEKS DALAM
ISLAM
Pengembangan IPTEKS pada satu sisi memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup manusia bila IPTEKS disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas iman dan taqwa, IPTEKS bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat
destruktif (merusak). Al-Qur’an sebagai dasar pijakan seorang muslim dalam kehidupan ini memberikan kejelasan, bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan potensi akal untuk memahami elemen- elemen alam, menyelidiki dan menggunakan benda-benda dalam bumi dan langit demi
kebutuhannya. Allah SWT dalam surat al-Israa’ ayat 7, Allah SWT, berfirman:

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka didaratan dan dilautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Rambu-rambu tersebut diantaranya diuraikan sebagai berikut:

a. Aqidah Islam sebagai dasar IPTEKS

Menjadikan aqidah Islam dijadikan landasan IPTEKS, bukan berarti konsep-konsep IPTEKS harus bersumber dari
Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep IPTEKS harus distandardisasi benar salahnya dengan
tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996). Al-
Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai tolak ukur benar atau salahnya ilmu pengetahuan dan konsep teknologi itu
dan konsep-konsep IPTEK tersebut, tidak boleh lepas dan keluar dari inti kandungan Al-Qur’an dan Hadits.

Dengan demikian, yang dimaksud menjadikan aqidah Islam menjadikan syariah Islam sebagai standar
pemanfaatan IPTEKS. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan IPTEKS, bagaimana pun juga bentuknya. IPTEKS yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan IPTEKS yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan
syariah Islam.
b. Pengembangan IPTEKS semata-mata untuk mencari keridhaan Allah

Dalam mengembangkan IPTEKS, umat Islam hendaknya memiliki dasar dan motif bahwa yang
mereka lakukan tersebut adalah untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia
sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Allah berfirman dalam Q.S. Al Bayyinah ayat 5 yang artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya merekamendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

c. Muatan Etika dalam Pengembangan IPTEKS

Pengembangan IPTEKS terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada saat
akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan
sesama manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi bukan
sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan perbuatan zalim yang
tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 77)
INTERRELASI KEBENARAN AL-QURAN
DAN IPTEKS
Interrelasi Kebenaran Al-Qur’an, Interrelasi berasal dari dua kata yaitu inter dan relasi. Inter adalah bentuk
terikat diantara dua sedangkan Relasi adalah hubungan atau berhubungan. Jadi interrelasi merupakan hubungan
antara dua masalah yang saling terikat. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang kita peroleh dari
mempelajari sejarah turunnya.
Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam
sebagian besar ayat itu kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Berkat ayat-ayat ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10 Masehi di Timur Tengah mampu
mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada penelitian (dengan cara mendengar, melihat,
memperhatikan, merenungkan, dan belajar) dan mengimplementasikannya dalam bentuk alat- alat maupun
metode yang berguna bagi kehidupan manusia.
Membahas hubungan antara Al Qur'an dan ilmu pengetahuan bukan dari banyak atau tidaknya
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya,Tetapi yang lebih utama adalah melihat:
adakah Al qur'an atau jiwa ayat-ayatnya yang menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya,kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur karena sumbangan yang diberikan
kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya,tetapi juga pada
sekumpulan syarat-syarat psikologis dan sosial yang diwujudkan, yang mempunyai pengaruh
(positif atau negatif) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Fakta Kebenaran Alquran
1. Bentuk bulat planet bumi
2. Proses tercipta hujan dan salju
3. Fenomena berpasangan - atas pasangan segala sesuatu
4. Orbit dan alam semesta yang berotasi
5. Gunung mencegah gempa bumi
6. Udara laut tidak saling bercampur
7. Kegelapan Dan Gelombang Didasar Lautan
8. Manfaat sidik jari
9. Penentuan jenis kelamin bayi
10. Bagian otak yang mengendalikan gerak kita
11. Reproduksi tumbuh tumbuhan

Anda mungkin juga menyukai