D3-DC1B
Konsep Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan Sains
Kaitan antara ilmu, ilmuwan, dan alam semesta dapat dengan mudah
dipahami karena ketiganya mempunyai indikasi-indikasi kuat. Korelasi
ketiganya bagi orang yang mau berpikir akan menunjukan tuhan adalah
penciptanya. Integralitas seperti yang digambarkan di atas berdampak
terhadap orientasi sains masyarakat muslim dann itu adalah sebagian dari
world view Islam yang dapat menjadi basis bagi lahirnya tradisi intelektual
Islam.
C. Sumber Ilmu Pengetahuan
Ilmu yang bersumber dari akal Ilmu yang bersumber dari wahyu
pikiran manusia bersifat perolehan Allah bersifat abadi (perennial
(acquired knowledge), serta tingkat knowledge) dan tingkat kebenaran
kebenarannya nisbi (relative) mutlak (absolute)
Next
Al-Qur‘an menganggap ‘anfus’ (ego) dan ‘afak’
(dunia) sebagai sumber pengetahuan. Tuhan
menampakkan tanda-tanda-Nya dalam pengalaman
batin dan juga pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam
memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang
dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin
merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh
potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah
dipenuhi dengan nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan al-
Qur‘an membimbing pengalaman lahir manusia kearah
obyek alam dan sejarah.
D. Batasan Iptek dalam Islam
Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan
melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada
rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang ditolak,
melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam
menggunakan teknologi.
Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an
expression of human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia.
Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut
berkembang menjadi bagian dan budaya manusia. Seni identik dengan
keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran, dan keduanya
memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-nilai
ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal
budi.
Next
Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah, akhlak dan
syariah, senantiasa mengukur segala sesuatu (benda-benda, karya
seni, aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek
tersebut. Oleh karenanya, seni yang bertentangan atau merusak
akidah, syariat, dan akhlak tidak akan diakui sebagai sesuatu yang
bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni untuk seni tidak dapat
diterima dalam Islam.
Dalam prespektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni,
merupakan pengembangan potensi manusia yang telah diberikan oleh
Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan
iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana
proses sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang
atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam hukum
Allah). Seharusnya temuan-temuan baru di bidang iptek membuat
manusia semakin mendekatkan diri pada Allah, bukan semakin angkuh
dan menyombongkan diri.
Sumber pengembangan iptek dalam Islam adalah wahyu Allah.
Iptek yang Islami selalu mengutamakan dan mengedepankan
kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan umat
manusia. Untuk itu iptek dalam pandangan Islam tidak bebas nilai.
E. Integrasi Iman, Ipteks dan Amal
Next
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal saleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan
bernilai amal saleh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di
atas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan
dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam
lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan
manusia.
F. Hakikat dan Tujuan Ilmu Menurut
Pandangan Islam
sebagai Khalifah
sebagai Abdullah
Allah (wakil Allah)
(hamba Allah)
di bumi
Next
Selanjutnya manusia adalah sebagai Khalifah (wakil Allah) di
muka bumi. Dalam posisi ini manusia mempunyai tanggung jawab
untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat
mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk
mengeksploitasi, menggali sumber-sumber alam, serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan
umat manusia, asalkan tidak berlebih-lebihan dan melampaui
batas. Karena pada dasarnya, alam beserta isinya ini diciptakan
oleh Allah untuk kehidupan dan kemaslahatan manusia.
Next
Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan
ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang cukup (para ilmuwan atau para cendekiawan)
yang sanggup menggali dan memberdayakan sumber-sumber alam
ini.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan
karena ulah tangan manusia sendiri (Qs. Ar Rum : 41). Mereka
banyak yang menghianati perjanjiannya sendiri kepada Allah.
Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas
untuk menjaga, melestarikan alam ini. Justru mengeksploitsi alam
ini untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Kedua tugas dan fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah,
artinya keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang
seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal
tersebut dapat dilakukan secara terpadu, akan dapat mewujudkan
manusia yang ideal (insan kamil) yakni manusia sempurna yang
pada akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup dunia dan
akhirat.
End