Anda di halaman 1dari 6

PENTINGNYA PENGUASAAN ILMU PENGETAHUAN

Wahyu Supriyanto, Isyarotul Maisyah, Evi Novita Sari


Universitas Muhammadiyah Gresik, Gresik
Pendahuluan
Kemajuan sains dan teknologi memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi
kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba
Allah dan khalifahnya karena Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada
manusia yang bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan kenikmatan sains
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan
munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau
aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat
mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.
Kita mengetahui bahwa iptek memang telah mengambil peranan penting dalam
pembangunan peradaban material manusia. Penemuan-penemuan iptek telah memberikan
bermacam-macam kemudahan pada manusia kemudahan dalam hal positif dan negatif. Dan
Islam berperan penting dalam perkembangan IPTEK. Sejarah telah mencatat bahwa ilmuwan
ilmuan muslim sebagai pelopor IPTEK. Sebagai pelajar muslim kewajiban kita menguasai
IPTEK, bukan untuk pemanfaatan dalam kehidupan diri sendiri tapi untuk keselamatan umat
muslim. Di mana teknologi tanpa ilmu pengetahuan agama dijadikan Lifestyle, media dijadikan
teladan keinstanan menjadi sumber referensi.
Ilmu pengetahuan juga bermanfaat bagi kehidupan manusia diantaranya: ilmu
merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan yang akan membimbing manusia kepada jalan
yang benar. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang
yang mulia beserta orang-orang yang beriman. Ilmu dapat membantu manusia untuk
meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan baik rohani maupun jasmani. Ilmu merupakan
alat untuk membuka rahasia alam rahasia kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Hal ini dijelaskan karena ada di dalam hadis nabi yang berarti “barang siapa yang
menginginkan kehidupan dunia maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang
menginginkan kehidupan akhirat maka itu pun harus dengan ilmu, dan barangsiapa yang
menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu”. (HR. Thabrani)
Al Qur’an juga menjelaskan bagaimana proses penciptaan manusia, jagat raya seisinya.
Bagaimana proses terjadinya hujan, bagaimana buah-buahan rasanya beda-beda padahal
ditanam di bumi yang sama. Bagaimana Allah menciptakan besi dan kapal bisa mengapung di
lautan. Allah menjelaskan sistem tata surya, pergantian siang dan malam. Bagaimana Allah
mengendalikan sistem kehidupan dari dunia hingga akhirat. Itu semua tidak lain untuk
menunjukkan kebesaran Allah dan intinya agar manusia mau berfikir yang intinya adalah Iptek.
Jaman sekarang dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
canggih, ternyata kita belum mampu bersaing dengan mereka-mereka yang menguasai
teknologi. Bahkan hanya tinggal menggunakannya saja kita kesulitan, apalagi membuatnya.
Hal ini merupakan tantangan besar yang harus kita atasi sebagai umat Islam. Al Qur’an sudah
menyebutkan ilmu pengetahuan dan teknologi jauh sebelum manusia sekarang meneriakkan
Iptek. Mengapa justru kita ketinggalan dari mereka yang notabenenya tidak mengakui Al
Qur’an kitab suci mereka.
Inilah tugas kita bersama untuk membekali generasi muslim dengan ilmu tasawuf dan
teknologi. Dengan menyeimbangkan ilmu pengetahuan tersebut diharapkan akan lahir generasi
umat Islam yang kaffah, yang sempurna. Semakin tambah ilmu pengetahuan dan teknologinya,
maka akan semakin mengetahui betapa Maha Besarnya Allah. Sehingga generasi Islam akan
semakin kuat iman dan taqwanya.

Pembahasan
Untuk menguasai ilmu pengetahuan kita diharuskan untuk menuntut ilmu. Dalam
pandangan Islam menurut ilmu dianggap sangat penting. Alasannya, karena belajar dalam
Islam bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bakal untuk di
akhirat hal-hal penting tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan berpengaruh dan
insya Allah dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu dengan ilmu kita dapat
mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Menurut bahasa: arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm) yang berarti tahu atau
mengetahui atau memahami. Sedangkan menurut istilah ilmu adalah pengetahuan yang
sistematis atau ilmiah. Perbedaan ilmu dan pengetahuan yaitu: secara umum, pengertian ilmu
merupakan kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai
cara alat prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang
analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif. Sedangkan pengetahuan merupakan
kumpulan fakta yang meliputi bahan dasar dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum bisa
disebut sebagai ilmu tetapi ilmu pasti merupakan pengetahuan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian ilmu diartikan sebagai
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan.
Sedangkan dalam Wikipedia Indonesia, pengertian ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha
sadar untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
bentuk Kenyataan dalam alam manusia.
Dalam Pengertian Ilmu, ada 5 sifat ilmiah sebagai syarat-syarat ilmu yaitu antara lain:
a. Sistematis. Ilmu harus memiliki keterkaitan dan merumuskan dalam hubungan yang
logis dan teratur sehingga suatu sistem akan membentuk secara utuh terpadu,
menyeluruh dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut
objeknya.
b. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang meliputi golongan masalah yang sama
dengan sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Kajian
objeknya bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya (bukan
hasil prasangka atau dugaan).
c. Analisis atau metodis. Secara umum, metodis diartikan sebagai metode tertentu yang
digunakan dan merujuk pada metode ilmiah atau upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan yang bertujuan mencari
kebenaran ilmiah.
d. Universal. Yaitu ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak dicapai.
e. Empiris. Yaitu ilmu hasil percobaan atau panca indra.
Integritas iman ilmu dan teknologi dalam Islam.
Dalam pandangan Islam antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut dinul
Islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syariat dan akhlak (iman, ilmu
dan amal saleh). Sebagaimana yang dinyatakan dalam Alquran surat Ibrahim ayat 24-25 yang
artinya: “tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
(dienul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan
cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin
Tuhannya Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu agar manusia selalu ingat.”
Dalam ayat tersebut menganalogikan bangunan dinul Islam bagaikan sebatang pohon
yang baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menumpang tegaknya ajaran
Islam. Ilmu diidentikan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan atau cabang-
cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan
memberikan jaminan kebaikan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya.
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah
serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan
akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri.
Manfaat menuntut ilmu.
a. Menuntut ilmu termasuk ibadah.
Allah subhanahu wa ta', sang pencipta sekaligus pengatur alam semesta ini,
mengkategorikan orang yang menuntut ilmu sebagai bagian dari jihad fisabilillah.
Selain itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga menyampaikan bahwa siapa saja
yang melakukan kegiatan tholabul ilmu atau mencari ilmu maka orang tersebut berada
dalam Sabilillah hingga kembali.
b. Menuntut ilmu dapat mengarahkan manusia pada amalan yang benar.
Sebab ilmu termasuk bagian yang melandasi amalan ketika melakukan kegiatan
menurut ilmu sesuai dengan perintah Allah subhanahu wa ta'ala, maka sebenarnya
manusia telah mempersiapkan diri mencari bekal ilmu sebelum berkata maupun
beramal.
c. Manusia akan dimintai pertanggung jawaban terhadap segala amalannya.
Ketika manusia rajin menuntut ilmu di dunia, maka ia telah mengumpulkan
banyak pahala dengan ilmunya. Tentu saja bukan ilmu yang menyesatkan dirinya
maupun orang lain.
d. Kedudukan manusia baik di dunia maupun di akhirat nantinya berada paling tinggi.
Ilmu yang telah dipelajarinya akan membantu menaikkan kedudukannya Allah
maha mengetahui segala apa yang dilakukan oleh hambanya di dunia ini.
e. Menurut Ibnu Qayyim penyakit hati pada diri manusia yaitu syahwat serta syubhat.
Karena dua penyakit hati tersebut harus dihadapi dengan ilmu. Sebab, penyakit
hati muncul karena kurangnya ilmu pada diri seseorang sehingga ia berada pada
lingkaran kebodohan. Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu tentu akan dapat
menjauhkan hatinya dari penyakit hati tersebut. Sehingga dalam kehidupannya akan
merasakan betapa indahnya pemilik hati yang sehat dan tidak memenuhi karena
penyakit hati syahwat ataupun syubhat.
f. Dengan menuntut ilmu seseorang dapat dengan mudah dikenal akan kebaikannya.
Hal itu berkaitan dengan para ilmu yang dapat menunjukkan kebaikan pada diri
manusia, ketika ilmu yang dipelajari termasuk ilmu yang diperintahkan Allah
subhanahu wa ta'ala dan tidak sesat maka kebaikan akan tampak pada dirinya. Selain
itu orang yang menuntut ilmu memiliki ladang pahala lainnya ketika ilmunya
diamalkan.
Pentingnya penguasaan ilmu bagi kehidupan.
Sesungguhnya bidang ilmu keteknikan serta bidang-bidang ilmu lainnya; seperti ilmu
kedokteran, ilmu pertanian, ilmu ekonomi dan lain-lain adalah penting untuk dikuasai oleh
kaum muslimin. Cukup banyak ayat-ayat Alquran yang mengisyaratkan hal ini. Bahkan ayat
yang pertama kali turun yaitu ayat 1 sampai 5 dari surat al-alaq yang telah mengisyaratkan hal
ini. Sedangkan pada ayat-ayat yang lain dan juga mendapati adanya penjelasan agar kita
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Yang
tentunya hal ini semua tidak mungkin bisa kita lakukan dengan baik jika tidak menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di
langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaannya bagi orang-orang yang
bertakwa.” (Q.S Yunus ayat 6).
Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa memang sudah seharusnya bagi kita semua untuk
selalu menggunakan akal dengan selalu memikirkan ayat-ayat Allah baik yang Qouliyah
(dalam menulis Quran dan Sunnah) maupun Kauniyah (ayat-ayat Allah di alam semesta). Ibarat
hendak menuju suatu tempat maka Al quran dan al hadits adalah petunjuk jalannya sedangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi tak ubahnya seperti kendaraan yang dapat dijadikan sebagai
alat bantu sehingga perjalanan tersebut dapat menjadi lebih mudah dan lebih cepat.
Dalam Alquran juga diisyaratkan tentang pentingnya penguasaan IPTEK. Ditemukan
ayat-ayat yang banyak menyinggung untuk mendorong manusia menguasai IPTEK. Karena
bagaimanapun IPTEK sangat dibutuhkan dalam memajukan kehidupan manusia. IPTEK juga
akan terus berkembang seirama tingkat daya intelektualitas manusia dalam merespon dan
meramalkan kemungkinan atau kecenderungan kehidupan manusia masa depan.
Menurut Ahmad Watik dalam praktiknya ada dua sikap dalam perkembangan IPTEK
yaitu:
1) Melihat berbagai perkembangan iptek dan kecenderungannya secara utopistik
opportunistik berlebihan dan beranggapan mestinya begitulah kehidupan modern.
Mereka hanya beranggapan iptek sebagai variabel perubahan yang bersifat mutlak dan
dominan.
2) Melihat berbagai perkembangan iptek dan kecenderungannya secara di statistik pesimis
dan cemas berlebihan.
Pada saat periode setelah wafatnya Umar bin Khattab sampai abad ke-10 mulai
berkembang wacana dan pemikiran di bidang politik hukum teknologi tasawuf dan bidang
lainnya. Kemajuan sains di masa dinasti Abbasiyah bila diteliti corak kurikulumnya seluruh
madrasah bermuatan sains agama. Berbagai sains dan perspektif intelektual yang
dikembangkan dalam Islam mempunyai suatu hierarki yang bermuara pada pengetahuan.Ibnu
Khaldun mengklasifikasikan sains menjadi dua yaitu: 1) sains naqliyah : yang berarti atau berisi
Alquran, hadis, fiqih, kalam, tasawuf dan bahasa. 2) sains aqqliyah : yang berisi logika, filsafat,
kedokteran, pertanian, geometri dan astronomi.
Kemajuan peradaban Islam berkaitan dengan kemajuan seluruh aspek atau bidang-
bidang sains. Objek sains menurut ilmuwan muslim kontemporer mencakup alam materi dan
non materi dengan pendekatan yang dilakukan selain pendekatan bayani dan burhani yaitu
pendekatan Irfani. Pendapatan bayani yaitu bersumber dari teks naswahyu dengan pendekatan
bahasa. Untuk pendekatan burhani bersumber dari alam sosial dan manusia dengan pendekatan
filsafat dan sains. Dan pendekatan Irfani bersumber dari pengalaman dengan pendekatan hati
dan intuisi.
Upaya peningkatan kualitas iman dan taqwa bisa dilaksanakan dengan proses penelitian
dan pengajian ilmu sains seperti (psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu hukum, ilmu
kesehatan, dan ilmu budaya).
Pandangan Iptek Dalam Alquran
Pandangan pertama mengatakan bahwa Alquran memuat seluruh bentuk pengetahuan
termasuk disiplin disiplinnya. Menempatkan Alquran sebagai sumber ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan mukjizat Alquran dalam lapangan
keilmuan untuk meyakinkan orang-orang non muslim akan keagungan dan keunikan Alquran
dan untuk menjadikan kaum muslimin bangga memiliki kitab suci.
Pandangan kedua mengatakan bahwa Alquran itu semata-mata sebagai kitab petunjuk
dan di dalamnya tidak ada tempat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi. Prinsip-prinsip seluruh
sains dipandang kaum muslim terdapat dalam dan jauh pemahaman terhadap Alquran terhadap
saran yang bersifat esoteristik terhadap kitab suci ini yang memungkinkan tidak hanya
mengungkapkan misteri-misteri yang terkandung tetapi juga pencairan makna yang lebih
mendalam. Alquran dan as-sunnah menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan
meningkatkan kebijakan pemerintah dalam segi apapun.
Alquran dan as-sunnah sebagai penjelas maka pada keduanya tidak heran jika di
dalamnya terdapat berbagai petunjuk tersirat dan tersurat yang berkaitan dengan kewajiban
menggali sains sebagai bekal memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam secara
doktrinal sangat mendukung perkembangan sains sering ditemukan ayat-ayat yang
mengandung pertanyaan teoritik dari Allah semacam afala ta’qilun (apakah engkau tidak
berakal) atau afala tatafakkarun (apakah engkau tidak berpikir) yang intinya mendorong
muslimin untuk menggunakan dan mengembangkan akal pikirannya menurut sains.
Kesimpulan
Dengan ilmu seseorang diangkat derajatnya dan dengan teknologi seseorang dapat
membantu sesamanya sebagai generasi penerus masa depan kita memiliki kewajiban dan
tanggung jawab dalam hal tersebut ilmu pengetahuan dan teknologi memang dapat
mempermudah urusan manusia namun jika tidak menyandarkannya kepada Alquran dan Al
hadits maka ilmu pengetahuan teknologi juga dapat mempermudah jalan menuju neraka
sebagaimana kita ketahui bersama betapa dengan perkembangan teknologi informasi yang ada
pada saat ini ternyata juga terdampak pada demikian mudahnya penyebaran kemaksiatan di
antara manusia.
Ilmu pengetahuan juga bermanfaat bagi kehidupan manusia diantaranya: ilmu
merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan yang akan membimbing manusia kepada jalan
yang benar. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang
yang mulia beserta orang-orang yang beriman. Ilmu dapat membantu manusia untuk
meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan baik rohani maupun jasmani. Ilmu merupakan
alat untuk membuka rahasia alam rahasia kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Referensi
[1] Endang Saifuddin Anshari. Ilmu Filsafat dan Agama
[2] Omar Mohammad Al-Thaumi Al-Syaibani. 1987. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang
[3] Yusuf Qadharwi. 1998. Al-Quran Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pegetahuan

Anda mungkin juga menyukai