Anda di halaman 1dari 5

Assalamualaikum warohmatullohi wabarakatuh,

1. IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dimana dari
akronimtersebut mempunyai artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan, maupun
Teknologi.Ilmu pengetahuan teknologi menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari
bahasaArab (ilm), bahasa Latin (science) yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami.
Sedangkan menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau
ilmiah.Pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman di luar atau tanpa kegiatan metode
ilmiah,sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris.
Sumber pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat(common sense)
yang disertai mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa penalaran) dan wahyu
(merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para nabi atau utusan-Nya).

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia yang bernilai keindahan. Pembacaan ayat-
ayat kauniyah ini melahirkan sains dalam upaya menafsirkan. Ada astronomi, Matematika ,
Fisika, Kimia , biologi, dan sebagainya. Dari segi esensinya, semua sains sudah islami,
sepenuhnya tunduk pada Hukum Allah. Tujuan manusia meningkatkan ilmu pengetahuan
adalah untuk meningkatkan harkat kemanusiaannya, meredam rasa kesombongan dan
memperbanyak berbuat kebajikan melalu karunia akal. Al-qur’an menganggap “anfus” (ego)
dan “afak” (dunia) sebagai sumber pengetahuan. Tuhan menampakka tanda-tanda-Nya dalam
pengalaman batin dan juga pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang
sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin merupakan
pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah
dipenuhi dengan nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al-qur’an membimbing pengalaman lahir
manusia kearah obyek alam dan sejarah.

 
Tujuan manusia meningkatkan ilmu pengetahuan adalah untuk meningkatkan harkat
kemanusiaannya, meredam rasa kesombongan dan memperbanyak berbuat kebajikan melalu
karunia akal. Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya
tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial
knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang bersumber dari
akal pikiran manusia bersifat perolehan (acquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi
(relative), oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan,
sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan
kembali. Dalam Al-Qur’an surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah
tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara
iman, ilmu, dan amal atau akidah, syariah dan akhlak dengan menganalogkan bangunan
Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman diidentikan dengan akar sebuah pohon
yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan
dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon
identik dengan teknologi dan seni.

Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh.
Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal saleh apabila perbuatan baik tersebut
tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan dan
ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat
manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.

Sumber referensi : https://owntalk.co.id/2020/11/03/konsep-integrasi-antara-ilmu-


pengetahuan-teknologi-dan-seni/2/

2. Saat ini, kemajuan teknologi sudah semakin pesat. Hal ini ditandai dengan Revolusi
Industri 4.0 dan Revolusi sosial 5.0 yang membuat hidup semakin mudah bahkan hanya
dalam 1 genggaman saja. Seiring dengan perkembangan teknologi, Islam harus bisa
beradaptasi dengan teknologi yang semakin kesini semakin pesat perubahannya. Hal ini agar
eksistensi islam tetap ada di dunia yang semakin cepat teknologinya. Islam harus mencari
cara agar dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, Islam dapat menjaga
eksistensinya di era modern. Metode penelitian yang akan digunakan yakni kajian literatur
dari beberapa karya ilmiah mengenai islam dan teknologi. Penelitian ini berfokus untuk
mencari tahu relevansi antara teknologi dan islam di Indonesia. Hasil yang akan dicapai yakni
mencari teknologi yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan islam di indonesia.

Allah memerintahkan kita untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi karena dengan
mempelajarinya kita akan semakin menyadari bahwa kebesaran Allah itu ada. Misalnya pada
penciptaan langit dan bumi, adanya siang dan malam, berlayarnya perahu, turunnya air hujan
dan menghidupkan tanah yang sudah mati, adanya perbedaan bahasa, perbedaan kulit, dan
masih banyak lagi realitas yang lainnya. Selain itu juga karena tujuan manusia diciptakan
adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sedangkan tugas khalifah di muka bumi adalah
untuk menciptakan kemakmuran dan membangun kembali keseimbangan alam yang sudah
Allah tegakkan. Sebagai pemakmur bumi, manusia akan dipertemukan dengan berbagai
masalah, dan untuk menyelesaikan masalah tersebut tentunya kita membutuhkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karena kita tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut hanya
dengan ilmu agama saja, maka inilah alasannya mengapa Allah memerintahkan kita untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan
teknologi, kita bisa mewujudkan Islam yang rahmatan lil’alamiin atau yang menjadi rahmat
bagi alam semesta.

Sumber refrensi : https://www.kompasiana.com/alfiubaidillah/5c1a316f43322f3547548463/


pandangan-islam-terhadap-perkembangan-teknologi

3. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan
empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses
ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Dalam Ayat Al-Quran banyak sekali ayat yang menegaskan tentang berfikir. seperti Surat Al-
A’raf 7:184-185, Surat An-Anfal 8:57, Surat Yunus 10:3-5. Berfikir ilmiah juga termasuk
ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam Islam. Hal ini seperti yang di sabdakan Nabi
Muhammad “Berfikir sesaat lebih baik dari pada beribadah 60 tahun”,

Dalam Islam, ilmu yang digunakan untuk membantu manusia dalam berfikir ilmiah adalah
ilmu mantiq atau ilmu logika. Ilmu Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan
menjaga kesalahan dalam berpikir. Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat
dan formula berpikir, sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara
berpikir salah. Sebagaimana contoh dalam mendefinisikan sesuatu ilmu mantiq mensyaratkan
dua hal yaitu Jami (mengumpumpulkan semua hal yang terkait) dan Manik (mengeluarkan
setiap hal yang tidak terkait). Dengan mengunakan syarat ini kita bisa berfikir secara
akademik dari mulai yang paling ringan yaitu mendefinisikan sesuatu dengan tepat dan
cermat.

Sumber referensi : https://www.kumpulanpengertian.com/2018/11/pengertian-berpikir-


ilmiah-menurut-para.html
4. Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang adadalam diri seorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan bentuk kepercayaannya. Berfikir yang
terlalu tradisonal dan sangat fundamental terhadap tafsiran keagamaan akan semakin
membuat fanatisme agama yang sangat berlebihan. Salah pemahaman masyarakat dalam
implementasi agama dalam perspektif sosio-kultural adalah seperti yang kita lihat dalam
kasus-kasus yang telah berkembang selama ini. p dan Pola Tingkah Laku Keagamaan Dalam
Pluralitas Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki heterogenitas, dengan berbagai
etnis, bahasa, dialek, dan dengan berbagai macam agama dan kepercyaan serta aneka macam
corak pemikiran ( politik ) dan adat istiadat. Kesemuanya itu rentan terjadinya perselisihan,
perpecahan, pertikaian dan permusuhan di antara anggota masyarakat. Dalam pengamatan
penulis, kemajemukan/ pluralis merupakan fenomena dan kenyataan yang tidak dapat
diingkari. Pluralis umat manusia dalam hidup ini adalah kehendak Allah. Semua yang
terdapat di dunia ini diciptakan dengan penuh keragaman sebagai dasar kehidupan manusia
yang pluralis, sebagaimana Allah jelaskan dalam Al-Quran :

QS. Al-Hujurat Ayat 13

‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬

13. Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

Kita sebagai Masyarakat madani harus menunjukan lingkungan masyarakat yang beradab,
berbudi luhur, berakhlak mulia,egalitarianisme dan menghargai seseorang berdasarkan
prestasi kerja. Dan menegakkan hukum, berkeadilan sosial, toleransi,pluralistik dan
menghidupkan demokrasi dalam wadah musyawarah, dalam konteks keislaman masyarakat
madani dibentuk dengan landasan motivasi dan etos keagamaan sebagai sebuah karakteristk
yang harus dimiliki oleh suatu masyarakat. Masyarakat madani berbeda dengan civil society
yang lahir dari konteks sosial masyarakat Barat kontemporer yang lahir dari gerakan
perlawanan rakyat guna melepaskan diri dari rezimrezim penindas dan otoriter serta tidak ada
hubungannya dengan akhlak atau budi pekerti luhur dan agama. Intelektual Muslim
kontemporer berusaha untuk memformulasikan kriterita masyarakat madani sebagai
operasional dalam menghidupkan jiwa keagamaan dan nilai-nilai agama sebagai landasan
operasional dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga agama sebagai frame of reference
dalam pergaulan hidup masyarakat. Hal ini terlihat dalam sikap dan pola tingkah laku
keagamaan masyarakat dalam kehidupan pluralitas, toleransi, demokrasi dan keadilan.

Sumber referensi : BMP MKDU 4221

Anda mungkin juga menyukai