Anda di halaman 1dari 4

KEGIATAN BELAJAR 1

Konsep Pengetahuan, Teknologi Dan Seni & Integrasi


Iman, Ilmu dan Amal

A. Konsep Pengetahuan, Teknologi dan Seni

Pandangan al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya


dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS.
Al-‘Alaq : 1-5).

Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka
makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan
membaca baik teks tertulis maupun tidak. (M. Quraish Shihab, 2007:433) Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan
pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah ilmu tentang
cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan
manusia. Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga mempunyai karakteristik obyektif
dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi merusak
dan potensi kekuasaan.

Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu sangat beda maknanya. Ilmu
adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistematisasikan, dan diinterpretasikan
sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah,
sedangkan pengetahuan adalah apa saja yang diketahui oleh manusia atau segala sesuatu yang
diperoleh manusia baik melalui panca indra, intuisi, pengalaman, maupun firasat. Jadi ilmu
pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui
proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains
dapat didefinisikan sebagai kumpulan rasionalisasi kolektif insani atau sebagai pengetahuan
yang sistematis (science is systematic knowledge).

Dalam pemikiran sekuler, sains memiliki 3 karateristik, yaitu obyektif, netral dan bebas
nilai, sedangkan dalam pemikiran Islam, sains tidak boleh bebas nilai, baik dalam nilai lokal
maupun nilai universal.

B. Integrasi Iman, Ilmu dan Amal dalam Islam

Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al- Qur’an. Kata ini
digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Ilm dari segi
bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan. Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, kesempurnaannya dapat tergambar
dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran Islam yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan.
Ketiga inti ajaran itu terintegrasikan di dalam sebuah sistem ajaran yang disebut Dinul Islam.

Dalam pandangan Islam, antara agama Islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatun sistem yang
disebut Dinul Islam. Di dalamnya terdapat tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah, dan
akhlak dengan kata lain iman, ilmu, dan amal saleh. Didalam al-Qur’an surat Ibrahim, Allah
telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal : Tidaklah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (Dinul
Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh menghujam ke bumi) dan
cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar
mereka selalu ingat. (Q.S Ibrahim :24-25).

Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amalatau akidah,
syari’ah dan akhlak dengan mengenalogikan bangunan dinul Islam bagaikan sebatang pohon
yang baik. Iman diidentikkan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran
Islam.

Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik dengan teknologi dan seni.
Ipteks yang dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh.
Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan baik tersebut
tidak dibangun diatas nilai iman dan nilai yang benar. Ipteks yang lepas dari keimanan dan
ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat
manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.
KEGIATAN BELAJAR 2
Keawajiban Menunutut Ilmu &
Implikasi Iptek Dalam Beragama

A. Kewajiban Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya

Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam
kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya
kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Bahkan di dalam al-Qur’an sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang
yang berilmulah yang benar-benar takut kepada Allah.

Manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya


dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Akal berfungsi untuk
berfikir, hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Rosul telah mewajibkan umatnya agar menuntut ilmu sebagaimana sabda beliau :
Tholabul ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin. Menuntut ilmu adalah kewajiban
bagi umat muslim laki-laki dan perempuan.

Disamping itu Allah menjanjikan bahwa, barangsiapa yang berilmu maka Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat (al-Mujadalah : 11).

Al Ghozali juga pernah mengatakan tentang keutamaan orang yang berilmu sebagai
berikut : “Barang siapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan ilmunya bagi
orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia
bagaikan minyak kasturi yang harumdan menyebarkan keharumannya kepada orang yang
berpapasan dengannya”.

Akan tetapi ilmu yang sudah diperoleh manusia harus diamalkan atau diajarkan kepada
orang lain, ada pepatah Arab mengatakan : al-Ilmu bila ‘amalin kassajari bila tsamarin.
Pepatah tersebut mengilustrasikan bahwa ilmu tanpa amal bagaikan pohon yang tak berbuah.
Ia berilmu tapi tidak dapat memberikan manfaat dan pencerahan terhadap orang sekitar.

B. Implikasi Perkembangan IPTEK dalam Kehidupan Beragama

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan
tafakur, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka ketika itu
bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan
mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula
diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan, sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat
manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi, dengan
pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi yang dapat berjalan
seiring dengan nilai-nilai Rabbani, atau dengan kata lain bagaimana memadukan pikir dan
dzikir, ilmu dan iman?

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan
manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.

Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,
akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi
lingkungannya. Allah berjanji dalam firman-Nya : “Allah akan mengangkat derajat orang-
orang yang beriman dan berilmu ……”. (Q.Sal-Mujadalah 58:11).

Demikian pula tentang kerusakan alam dan lingkungan adalah disebabkan karena ulah
manusia sendiri. Mereka banyak yang berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada
Allah. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga
kelestarian alam ini. Sebagaimana firman Allah: Q.S.Ar-Rum, 30:41 : “Telah Nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka segera
kembali ke jalan yang benar”.

DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, Achmad. 1996. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman.
Jakarta: Dana Bhakti Primayasa.
Harto, Sri. 2000. Hidrologi Teori Masalah Penyelesaian. Jakarta: Nafiri.
Ibrahim, M., Jasin, M., dan Hidayat, M.T. 2005. Ilmu Alamiah Dasar.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Kaelany HD. 1992. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Yusuf Qardhawi. 1998. Al-Quran Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu
Pengetahuan, (terj). Abdul Hayyie Al-Kattani. Jakarta: Gema Isani.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1989. Metode dan Etika Pengembangan Ilmu
Perspektif Sunnah. Bandung: Rosda.
Frondizi,Risieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Habermas, Jurgen. 1990. Ilmu Dan Teknologi Sebagai Ideologi. Jakarta:
LP3ES.
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah
Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.
Mudlor,Achmad. 2004. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Surabaya:
Rayyan al-Baihaqi Press.
Nasr, Seyyed Hossein. 2003. Islam: Agama, Sejarah, dan Peradaban.
Surabaya: Risalah Gusti
Situmorang, Joseph MMT. 2012. Ilmu Pengetahuan dan Nilai-nilai,
Jakarta: Majalah Filsafat Driyarkara.
Suriasumantri, Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Syafiie,Inu Kencana. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika
Aditama.
Turmudi, dkk. 2006. Islam, Sains dan Teknologi Menggagas Bangunan
Keilmuan Fakultas Sains dan TeknologiIslami Masa Depan. Malang: UIN Maliki Press

Anda mungkin juga menyukai