Anda di halaman 1dari 10

NAMA : TARI PRATIWI

KLS :A

HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Konsep IPTEKS dan Peradaban Muslim


Salah satu jabatan termulia manusia selain sebagai hamba Allah
(„abdullah) sebagaimana diamanatkan oleh Allah ialah pengutusan manusia
sebagai khalifatullah. Dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah [2]: 30 disebutkan:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”

Dari ayat di atas dapatlah dipahami bahwa khalifah berarti wakil,


pengganti, pengemban tugas dan kewajiban, suksesor. Manusia sebagai khalifah
Allah diberikan amanah dalam dua hal penting. Pertama, tugas manusia untuk
selalu memelihara bumi dari pengerusakan secara sengaja dan kerusakan yang
disebabkan oleh alam sehingga bumi diwariskan kepada generasi penerus dalam
keadaan tetap lestari. Kedua, kewajiban manusia untuk selalu menciptakan
perdamaian dengan penuh cinta kasih dan menghindari pertumpahan darah. Hal
ini sejalan dengan visi Risalah Islamiyyah untuk selalu menebar rahmat kepada
alam (wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil „aalamiiin).
Kedua tugas dan kewajiban manusia di atas sejalan dan terkait erat
dengan konsep pemikiran IPTEKS dan Peradaban. Tugas manusia untuk
menjaga, merawat, dan memelihara bumi dari berbagai macam pengerusakan
yang dilakukan oleh ulah manusia yang tak bertanggungjawab dengan
melakukan eksploitasi berlebihan dapat mengancam keselamatan umat manusia.
Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan. Banyak disebutkan dalam Al Qur‟an ayat-ayat yang menganjurkan
manusia untuk senantiasa mencari ilmu. Allah senantiasa meninggikan derajat
orang-orang yang berilmu, sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. Al-
Mujadalah [58]: 11,

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Yang terpenting adalah ilmu itu tujuannya tidak boleh keluar dari nilai-
nilai islami yang sudah pasti nilai-nilai tersebut membawa kepada kemaslahatan
manusia. Seluruh ilmu, baik ilmu-ilmu teologi maupun ilmu-ilmu kealaman
merupakan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan selama memerankan
peranan ini, maka ilmu itu suci. (Mahdi Ghulsyani, 1998: 57).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan konsekuensi
dari konsep ilmu dalam Al Qur‟an yang menyatakan bahwa hakikat ilmu itu
adalah menemukan sesuatu yang baru bagi masyarakat, artinya penemuan
sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui orang (Imam Mushoffa, dan
Aziz.Musbikin. 2001: XII)
Namun satu fenomena yang paling memilukan yang dialami umat Islam
seluruh dunia saat ini adalah ketertinggalan dalam persoalan iptek, padahal untuk
kebutuhan kontemporer kehadiran iptek merupakan suatu keharusan yang tidak
dapat ditawar, terlebih-lebih iptek dapat membantu dan mempermudah manusia
dalam memahami (mema‟rifati) kekuasaan Allah dan melaksanakan tugas
kekhalifahan (Zalbawi Soejoeti, 1998: XIII)
Realitas tersebut sebenarnya tidak akan terjadi jika umat Islam kembali
kepada ajaran Islam yang hakiki. Untuk itulah sudah saatnya umat Islam bangkit
untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal iptek, karena sebenarnya dalam
sejarah dijelaskan bahwa umat Islam pernah memegang kendali dalam dunia
intelektual, jadi sangat mungkin jika saat ini umat Islam bangkit dan meraih
kembali kejayaan Islam tersebut.
1. Pengertian IPTEKS
Mengenai kata Ipteks orang berbeda pendapat, ada yang menganggap
merupakan singkatan dari dua komponen yaitu “ilmu pengetahuan” dan
“teknologi” dan ada pula yang memasukkan unsur seni di dalamnya sehingga
singkatannya menjadi ipteks.
Mengenai definisi ilmu pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang di susun secara
logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat (Tim Penyusun
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999:371)
Lebih jauh Zalbawi Soejati mendefinisikan ilmu pengetahuan atau sains
sebagai sunnatullah artinya adalah ilmu yang mengarah perhatiaannya kepada
perilaku alam (bagaimana alam bertingkah laku).
Menurut Ali Syariati dalam buku Cakrawala Islam yang ditulis oleh Amin
Rais, Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang dunia fisik dan fenomenanya.
Ilmu merupakan imagi mental manusia mengenai hal yang kongkret. Ia bertugas
menemukan hubungan prinsip, kausalitas, karakteistik di dalam diri manusia,
alam, dan entitas-entitas lainnya.
Sedangkan kata teknologi berasal dari bahasa Yunani "teknikos" berarti
"teknik". Apabila ilmu bertujuan untuk berbuat sesuatu, maka teknologi
bertujuan untuk membuat sesuatu. Karena itu maka teknologi itu berarti suatu
metode penerapan ilmu untuk keperluan kehidupan manusia.
Menurut Zalbawi Soejati, teknologi adalah wujud dari upaya manusia
yang sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan / sains
sehingga dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ilmu pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan manusia tentang
alam empiris yang disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan Teknologi
merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan tersebut, yang tujuan sebenarnya
adalah untuk kemaslahatan manusia.
Berkaitan dengan terma teknologi ini, Achmad Baiquni menambahkan
bahwa dalam perjalanan umat manusia menuju masyarakat industrial, proses
yang menyertainya akan menimbulkan pergeseran nilai dan benturan budaya
yang tidak dapat dielakkan karena memang budaya santai dari masyarakat agraris
yang bertenaga hewani berlainan dengan budaya tepat waktu pada masyarakat
industrial yang tenaganya serba mesin, dan nilai-nilai bergeser pada saat wanita,
yang semula sangat terikat dengan rumah dan keluarga, merasa bebas
menggunakan kendaraan bermesin sebagai sarana transportasi dan pesawat
telpon sebagai alat komunikasi. Dengan keimanan dan ketakwaan dapatlah
dipilih nilai-nilai baru dan budaya baru yang sesuai dengan ajaran agama.
Untuk definisi seni, dalam Ensiklopedia Indonesia diartikan sebagai
penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan
perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan
perantaraan gerak (seni tari, drama).
Berbicara mengenai seni, identik dengan istilah estetika yaitu cabang
filsafat yang berurusan dengan keindahan, entah menurut realisasinya entah
menurut pandangan subyektif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni identik dengan rasa yang
timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan yang ditimbulkan
oleh seni bisa juga didekati dari sudut sains. Sebuah lukisan misalnya dapat
dianalisa menurut pembagian bidang, jadi menurut matematika. Komposisi
warna dapat dianalisa secara eksperimental menurut efek psikologis.

2. Konsep IPTEKS dalam Islam


Sudah menjadi pemikiran yang umum bahwasanya agama yang identik
dengan kesakralan dan stagnasi tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan
ipteks yang notabene selalu berkembang dengan pesat. Namun pemikiran ini
tidak berlaku lagi ketika agama tidak hanya dilihat dari ritualitas-ritualitas belaka
namun juga melihat nilai-nilai spiritualitas yang hakiki.
Allah SWT. menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untu
tiap ciptaan itu sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk
cair mendidih bila dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es
bila didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada air sejak air itu
diciptakan dan manusia secara bertahap memahami ciri-ciri tersebut.
Karakteristik yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang dinamakan
“sunnatullah”. Dari Al Qur‟an dapat diketahui banyak sekali ayat yang
memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam semesta, mengkaji dan
meneliti ciptaan Allah.
Disinilah sesungguhnya hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu
pengkajian terhadap sunnatullah secara obyektif, memberi kemaslahatan kepada
umat manusia, dan yang terpenting adalah harus sejalan dengan nilai-nilai
keislaman.
Allah SWT. secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik
dalam bentuk uraian maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu‟jizat para
Rasul. Manusia yang berusaha meningkatkan daya keilmuannya mampu
menangkap dan mengembangkan potensi itu, sehingga teknologi Ilahiyah yang
transenden ditransformasikan menjadi teknologi manusia yang imanen (Imam
Mushoffa, Aziz.Musbikin, 2001: XII)
Studi Al Qur‟an dan Sunnah menunjukkan bahwa karena dua alasan
fundamental, Islam mengakui signifikansi sains:

1. Peranan sains dalam mengenal Tuhan


2. Peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam (Mahdi
Ghulsyani, 1998: 62)

Dari sini dapat dilihat bahwa dalam Islam, ilmu pengetahuan dan
teknologi digunakan sebagai sarana untuk mengenal Allah dan juga untuk
melaksanakan perintah Allah sebagai khalifatullah fil Ard sehingga sains tersebut
harus membawa kemaslahatan kepada umat manusia umumnya dan umat Islam
khususnya.
Melihat banyaknya jenis bentuk seni yang ada, maka ulama berbeda
pendapat dalam memberi penilaian. Dalam hal menyanyi adan alat musik saja
jumhur mengatakan haram namun Abu Mansyur al Baghdadi
menyatakan:"Abdullah bin Ja'far berpendapat bahwa menyanyi dan alat musik
itu tidak masalah. Dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk
dinyanyikan para pelayan"
Namun menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati
menyatakan bahwa seniman dan budayawan bebas melukiskan apa saja selama
karyanya tersebut dinilai sebagai bernafaskan Islam
Melihat berkembangnya seni yang ada penulis memandang pendapat
Quraish Shihab lebih araif dalam menyikapi perkembangan zaman yang mana
kebutuhan masa kini tentu saja lebih komplek sifatnya dibandingkan dengan
kebutuhan pada masa awal Islam.

B. Hubungan Ilmu, Agama dan Budaya

1. Hubungan antara Ilmu dengan Agama dan Ilmu denan Budaya


Walaupun daerah agama dan daerah ilmu yang nyata terpisah satu sama
lain, namun antara keduanya terdapat hubungan yang kuat. Walaupun agama
yang menetapkan tujuan, namun agama tetap belajar dari ilmu dalam arti yang
seluas-luasnya. Alat-alat apa yang dapat membantu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Akan tetapi ilmu hanya dapat diciptakan oleh orangorang yang
jiwanya penuh dengan keinginan untuk mencapai kebenaran dan pengertian
(Endang Saifuddin Anshari, 1981: 153-154)

Seperti halnya kebudayaan agama sangat menekankan makna dan


signifikasi sebuah tindakan. Karena itu sesungguhnya terdapat hubungan yang
sangat erat antara kebudayaan dan agama bahkan sulit dipahami kalua
perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari pengaruh agama.
Sesunguhnya tidak ada satupun kebudayaan yang seluruhnya didasarkan pada
agama. Untuk sebagian kebudayaan juga terus ditantang oleh ilmu pengetahuan,
moralitas secular, serta pemikiran kritis.

Meskipun tidak dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling


mempengarui. Agama mempengaruhi sistem kepercayaan serta praktik-praktik
kehidupan. Sebalikny akebudayaan pun dapat mempengaruhi agama, khususnya
dalam hal bagaimana agama di interprestasikan/ bagaimana ritual-ritualnya harus
dipraktikkan.
C. Hukum Sunnatullah (Kausalitas)

Dengan demikian, hukum kausalitas di dalam Islam tidak hanya berjalan


secara horisontal dalam dua arah, antara depan dan belakang, antara sebab dan
akibat, akan tetapi berjalan dalam tiga arah. Horisontal dan vertikal, depan dan
belakang serta atas. Sudut ”belakang” adalah peristiwa atau usaha dari potensi
suatu benda atau manusia. Sedangkan sudut vertikal adalah kekuasaan dan
kehendak Allah. Dan sudut ”depan” adalah hasil akhir (conclution) (Agus
Mustafa, 2006: 61).
Di dalam al-Qur‟an banyak sekali disebutkan kejadian-kejadian yang
”menyimpang” jika dilihat dari perspektif hukum kausalitas barat. Inilah
sebenarnya yang menunjukkan adanya ”Faktor” penentu di luar diri manusia

1. Ketentuan Sunatullah
 Sunnatullah adalah hubungan ilmiah, dan dapat diterangkan secara
ilmiah dan logika
Sunnatullah adalah hukum kausal, hubungan sebab akibat yang
terjadi di alam, yang dapat diterangkan secara ilmiah. Misalnya seseorang
sakit, kemudian dia (si sakit) memakan obat, lantas sembuh. Ini adalah
sunnatullah, hubungan sebab akibat, jika makan obat maka bakteri penyebab
sakit akan mati dan, penyakit yang disebabkan oleh bakteria tersebut akan
hilang atau sembuh. Jika tidak makan obat kemungkinan sembuh dengan
segera itu kecil.
Dengan mengetahui hubungan sunnatullah di alam di alam maka kita
harus tidak meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan si sakit, tetapi
tetap Allah swt karena dengan sunnatullah yang berlaku dialamlah yang
menyebabkan si sakit sembuh setelah makan obat. Obat disini hanyalah
usaha manusia. Dengan makan obat maka hubungan sebab akibat berlaku,
dan menyembuhkan si sakit.
 Sunnatullah sesuatu yang dapat diukur, diperhitungkan dan diramalkan
Dengan mengetahui adanya sunnatullah di alam kita dapat
membedakan mana ramalan atau prediksi ilmiah dengan ramalan yang
menyebabkan syirik. Ramalan Cuaca, Ramalan akan terjadi Gerhana
matahari, adalah contoh-contoh ramalan prediksi ilmiah yang didapat
melalui penelitian dan perhitungan ilmiah. Tetapi jika ramalan nasib
memakai kartu, ramalan nasib dengan bintang berdasarkan tanggal lahir,
astrologi adalah contoh-contoh ramalan yang dapat jatuh kepada
kemusyrikan.
DAFTAR PUSTAKA

Al Baghdadi, Abdurrahman. Seni Dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik &
Tari. Gema Insani Press. Jakarta. 1991

Bucaille, Maurice. Asal Usul Manusia: Menurut Bibel AL-Quran Sain. Mizan
Bandung. 1998.

Ghulsyani, Mahdi. Filsafat-Sains Menurut AL-Quran. Mizan. Bandung. 1998.

Komaruddin. Kamus Riset. Angkasa. Bandung. 1987.

Shihab, M. Quraish. Lentera Hati: kisah Hikmah Dan Kehidupan. Mizan.


Bandung. 1999.

Soejoeti, Zalbawi, et.al.. Al-Islam & Iptek, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
1998.

Anda mungkin juga menyukai