PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) tentu sudah tidak asing karena akhir-
akhir ini dalam keseharian kita senantiasa mendengar, membaca, dan melihat berbagai
masalah di media, baik media cetak maupun media elektronik banyak membicarakan tentang
IPTEKS. Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut
ilmu.
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya
dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini
menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam
kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat
Islam, bukan standar manfaat seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa
boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum
syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah
Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh
umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa IPTEK itu sebenarnya?
2. Apa seni itu sebenarnya?
3. Bagaimana IPTEK dan seni menurut Islam?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui IPTEK itu sebenarnya
2. Untuk mengetahui apa seni itu sebenarnya
3. Untuk mengetahui IPTEK dan seni menurut Islam
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini menggunakan
studi kepustakaan yang bersumber dari berbagai media buku maupun media cetak/elektronik
yang sesuai dengan materi yang akan dibahas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqan (Pembeda).” (Q.S. Al
imron/3 : 3-4)
Ayat di atas menjelaskan bahwa salah satu fungsi Al-Qur’an adalah sebagai pembeda, yakni
membedakan antara yang benar dan yang salah, baik dalam pengamatan maupun teori, yang
menyangkut masalah jagat raya, dan yang menyangkut kisah masa lalu maupun kehidupan yang
akan datang.
Fungsi seni
Untuk Kebutuhan Individu
a. Kebutuhan Fisik
Sejarah membuktikan bahwa perkembangan seni musik selalu seiring dengan peradaban mausia.
Sejak dulu, benda-benda diciptakan dengan mempertimbangkan nilai seni. Misalnya, model baju
yang bernilai seni tinggi tentu harganya jauh lebih mahal dibanding yang kurang berseni.
b. Kebutuhan Emosional
Manusia juga mempunya kebutuhan emosional yang harus dipenuhi. Saat sedang sedih, gembira,
dan sebagainya. Lewat seni inilah seseorang dapat mengungkapkan perasaan dan daya
4
imajinasinya atau menikmati seni tersebut untuk menghibur hatinya. Untuk itulah orang
seringkali melukis, bernyayi, membuat puisi, mendengarkan lagu atau menonton drama.
5
Islam mendorong umatnya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) guna kesejahteraan umat, baik lahir maupun batin.
Selain ayat-ayat Al-Qur’an di atas, terdapat beberapa sabda Rasulullah Muhammad saw.
yang berisi dorongan kepada umat Islam untuk mencari ilmu pengetahuan. Berikut ini beberapa
sabda Rasulullah berkenaan dengan pencarian ilmu pengetahuan:
a. Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim
b. Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China
c. Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat
Jadi jelaslah kiranya bahwa sesungguhnya peranan Islam dalam pengembangan iptek adalah
memberikan wawasan serta dorongan yang aktif, sebagaimana tampak pada ayat-ayat Al-Qur’an
di atas serta sabda Rasulullah.
6
astronomi dengan judul “Al-Zayju al-Shabi” (kalender astronomi) yang membahas tentang
perjalanan matahari, peredaran bulan, pergerakan bintang-bintang dan system gerhana.
2) Ilmu Fisika
Al-Hasan Ibn Hasan Ibn Haytsam (965 – 1039 M)
Dia adalah ilmuan yang merencanakan pembangunan bendungan yang tinggi (Saddu Al-ali) di
Aswan (Sungai Nil) dan kubah Universitas Al-Azhar di Kairo. Dia juga sangat rajin menulis.
Karangan beliau berjumlah 200 buku, 47 judul di antaranya tentang matematika dan fisika dan
58 buku tentang teknik sedangkan selebihnya terdiri dari bermacam ilmu pengetahuan.
3) Ilmu Kimia
Izzuddin Aidamar Ibn Ali al-Jaldaki ( …. – 1360 M)
Ia ahli fisika yang menguraikan penjelasan tentang sifat-sifat suatu benda, cara menghasilkan
dan memurnikannya, serta persenyawaannya. Salah satu teorinya yang sangat popular adalah
“tiap bahan tidak akan bersenyawa kecuali dengan perbandingan bobot tertentu
4) Ilmu Kedokteran
Abu Bakar Muhammad Ibn Zakariya Al-Razi (858 – 925 M)
Beliau adalah seorang dokter yang sangat berhasil dalam melakukan pengobatan dan penelitian
penyakit-penyakit. Cara penelitian yang beliau lakukan menggunakan medium daging hewan.
Oleh pemerintah beliau diminta untuk membuat rumah sakit yag terhindar dari lingkungan yang
terkena kuman. Tiap tiap obat yang dibuatnya terlebih dahulu dicobakan untuk mengobati
monyet sebelum digunakan untuk manusia.
7
orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi
bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah
sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”(HR. Muslim). Bahkan salah satu
mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan
bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan
pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya
sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan
akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda: “Hiasilah Al-
Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban,
Darimi).
Islam sebenarnya menghidupkan rasa keindahan (estetika) dan mendukung kesenian, namun
dengan syarat-syarat tertentu, yakni jika kesenian itu membawa perbaikan dan tidak merusak,
membangun dan tidak menghancurkan.
Pada masa kejayaan peradabannya, Islam telah menghidupkan bermacam-macam seni yang
berkembang dan berbeda dengan produk-produk lainnya seperti seni kaligrafi, dekorasi, dan
ukiran di masjid-masjid, keramik, dsb. Karena seni merupakan alat untuk mencapai tujuan, maka
hukumnya sejalan dengan hokum tujuannya, jika tujuannya digunakan untuk tujuan yang halal,
hukumnya halal; jika digunakan untuk tujuan yang haram, hukumnya haram.
8
perdebatan dan pembicaraan di kalangan ulama Islam sejak dulu. Mereka sependapat dalam
beberapa masalah dan berbeda pendapat dalam beberapa masalah yang lain. Mereka seyuju
mengharamkan setiap lagu porno atau jahat ataupun yang mendorong mengerjakan perbuatan
dosa karena nyanyian tidak lain adalah kata-kata. Setiap kata-kata yang mengandung keharaman,
kata-kata itupun haram.
Mereka setuju membolehkan selain hal-hal di atas, yaitu lagu tanpa instrument (acapela) dan
tidak menghanyutkan. Lagu yang demikian dimainkan pada saat-saat kegembiraan yang
dibenarkan syariat, seperti waktu perkawinan, kedatangan orang yng pergi jauh, hari-hari raya,
dsb. dengan syarat si penyanyi tidak menyanyi di hadapan hadirin yang bukan mahramnya.
Para ulama berbeda tajam mengenai hal-hal tersebut. Ada yang membolehkan semua lagu,
dengan atau tanpa instrument, ada yang melarang lagu dengan dengan disertai instrument dan
membolehkannya jika tidak memakai instrument. Ada pula yang melarang sama sekali, dengan
instrument maupun tanpa isntrumen.
Menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal nyanyian antara
lain :
a. Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai dengan etika islami dan
ajaran-ajarannya.
b. Penampilan dan gaya menyanyikannya juga perlu dilihat
c. Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti minum khamar,
menampakkan aurat, atau pergaulan bebas laki-laki dan perempuan tanpa batas.
d. Nyanyian –sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh)- harus dibatasi dengan
sikap tidak berlebih-lebihan.
3) Seni Rupa
Berkenaan dengan aktifitas tashwir (membentuk atau melukis), dalam Sunnah penuh sekali
dengan hadis-hadis yang sahih. Sebagian besar mencela lukisan dan para pelukis, sebagian lagi
melarang dan mengharamkan lukisan dengan sangat keras dan bahkan mengancamnya.
Termasuk juga menyimpan atau menggantung gambar di tembok rumah. Ada hadis yang
menerangkan bahwa malaikat tidak masuk ke rumah yang ada gambarnya. Berikut larangan-
larangan dalam seni rupa:
a. Sebagian patung yang dibuat dimaksudkan untuk memuliakan orang yang dijadikan patung
itu.
b. Hampir sama dengan yang pertama, ialah pembuatan bentuk patung yang dijadikan oleh
agama tertentu yang bukan Islam
9
c. Meniru ciptaan Allah, yakni meniru ciptaan Allah SWT dengan mengaku membuat dan
menciptakan seperti apa yang diciptakan Allah
d. Gambar-gambar termasuk lambang kemewahan. Gambar-gambar menjadi bagian dari alat
untuk menunjukkan kemewahan.
4) Seni Komedi
Islam, dengan sifatnya sebagai agama fitrah, tidaklah terbayangkan kalau menentang
kecenderungan pembawaan manusia untuk tertawa dan bersuka cita. Bahkan sebaliknya, Islam
menyambut semua yang membuat kehidupan ini tertawa dan indah. Pada dasarnya tertawa, suka
cita, dan berguaru mmang dibenarkan dalam syariat, tetapi dengan batas-batas dan syarat-syarat
yang harus diperhatikan:
a. Tidak mempergunakan kata-kata dusta dan kata-kata yang dibuat-buat sebagai alat untuk
membuat orang tertawa
b. Tidak boleh mengandung penghinaan terhadap manusia lainnya, atau memperolok-olok dan
mengejeknya, kecuali kalau yang bersangkutan tidak keberatan dan mau diperolok-olok seperti
itu.
c. Tidak menyebabkan seorang Muslim takut dan terkejut dengan guarauan itu
Tidak boleh bergurau dalam suasana serius, dan tidak boleh memancing tawa dalam suasana
yang semestinya menangis
d. Gurauan itu hendaklah disampaikan dengan cara yang logis, dalam batas-batas yang pntas,
dapat diterima oleh akal sehat, dan sesuai dengan masyarakat yang tanggap dan positif.
BAB III
PENUTUP
10
Kesimpulan
Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan seni. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni setidaknya ada 2
(dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni. Jadi, syariah
Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur
umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan iptek
dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu dengan cara mencari
ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syari’at Islam.
Saran
Untuk mengembangkan Iptek dan Seni harus kita dasari dengan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan serta
lingkungan sekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
11
Abdullah, Amin dkk. 2004. Integrasi Sains-Islam: Mempertemukan Epistemologi Islam dan
Sains. Yogyakarta: Pilar Religia.
Al-Qardhawi, Yusuf. 2000. Islam & Seni. Bandung: Pustaka Hidayah
Aminuddin, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Nurdin, Ali dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Terbuka
Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ. 1998. Al-Islam dan IPTEK II. Jakarta: Raja Grafindo
Persaja
Mita. 2012. IPTEK dan Seni Manurut Pandangan Islam. (online) http://mitaunair-
fk12.web.unair.ac.iddiakses: 27 April 2014.
https://sintadewi250892.wordpress.com/2014/05/29/iptek-dan-seni-dalam-agama-islam/
12