Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan tekhnologi berkembang dengan pesat seiring
perkembangan zaman. Perkembangan ini membawa berbagai dampak bagi
kehidupan manusia. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, sangat
memperhatikan pentingnya IPTEK serta upaya untuk terus
mengembangkannya.
Ini terbukti Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar ajaran Islam, tidak
hanya mengatur urusan masalah ubudiyah saja, tetapi juga memuat ayat-ayat
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK).
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits yang memberikan isyarat tentang
ilmu pengetahuan seperti ilmu biologi, sejarah, astronomi, dan masih banyak
lagi.
Akan tetapi masih banyak dari kita belum mengetahui akan hal
tersebut. Padahal jika isyarat-isyarat IPTEK dapat kita suguhkan kepada umat
manusia di era sains dan tekhnologi seperti sekarang ini, bisa menjadi salah
satu unsur pengukuh keimanab bagi umat muslim dan menjadi sarana paling
efektif dalam menggaet massa untuk memeluk agama Allah SWT yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Merujuk pada persoalan di atas, pemakalah tertarik untuk mengkaji
persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
korelasinya dengan Al-Qur’an dan sunah. Maka dalam makalah ini akan
membahas tentang hubungan antara Al-Qur’an sunah dengan IPTEK.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Al-Quran dan Sunah terhadap ilmu pengetahuan
dan tekhnologi?
2. Bagaimana hubungan antara Al-Qur’an dengan IPTEK?
3. Bagaimana hubungan antara Hadits dengan IPTEK?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an dan sunnah terhadap ilmu
pengetahuan dan tekhnologi
2. Untuk mengetahui hubungan antara Al-Qur’an dengan IPTEK
3. Untuk mengetahui hubungan antara hadits dengan IPTEK

D. Manfaat
1. Memberikan tambahan ilmu kepada penulis dan pembaca tentang Al-
Qur’an dan Assunah Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi
2. Dengan adanya makalah ini dapat memperkuat kebenaran Al-Qur’an
dan Assunnah sebagai sumber ilmu pengetahuan dan tekhnologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interrelasi Kebenaran Al-Qur’an dan Iptek


Interrelasi berasal dari dua kata yaitu inter dan relasi. Inter adalah bentuk
terikat diantara dua sedangkan relasi adalah hubungan atau berhubungan. Jadi
interrelasi merupakan hubungan antara dua masalah yang saling terikat.
Dalam pembahasan ini berkenaan dengan “hubungan kebenaran Al-Qur’an
dan ipteks.
Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yangkita peroleh dari
mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan PenegasanAl-
Quran: Petunjuk bagi manusia, keteranganmengenai petunjukserta pemisah
antara yang hak dan batil. (QS 2:185).
B. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Al-Quran demikian menghormatikedudukan ilmudengan Penghormatan
Yangtidak ditemukanbandingannyadalam Kitab-kitab Suci Yang LainSebagai
bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah
(kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut
tentang ilmu dan pengetahuan.Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan
kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan
kepada manusia, Allah berfirman:
"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS
96:5)
"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan
mempunyai ilmu." (QS 58:11)
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak
mengetahui?" (QS 39:9)
Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang
kemuliaan ilmu. Dan dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait
yang kedudukannya mengiringi Al-Quran terdapat dalil-dalil yang tidak

3
terhitung banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu, arti penting dan
kemuliaannya.Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja
untuk kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia.
Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu sarana manusia untuk
menuju kehidupan di dunia lebih baik.Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun
tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
kehidupan manusia.
Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan
ayat yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana
cara kerja Alam dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-
Qur'an memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam
sekitarnya. Selain itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya diawali maupun
diakhiri dengan sindiran-sindiran seperti; "apakah kamu tidak
memperhatikan?", "Apakah kamu tidak berpikir?", "Apakah kamu tidak
mendengar?", "Apakah kamu tidak melihat?".Sering pula di akhiri dengan
kalimat seperti "Sebagai tanda-tanda bagi kaum yang berpikir", "Tidak
dipahami kecuali oleh Ulul Albaab". Demikianlah Mukjizat terakhir Rasul,
yang selalu mengingatkan manusia untuk mendengar, melihat, berpikir,
merenung, serta memperhatikan segala hal yang diciptakan Allah di dunia ini.
Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10
Masehi di Timur Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan
yang berlandaskan pada riset (dengan cara mendengar, melihat,
memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan) dan
mengimplementasikannya dalam bentuk alat-alat maupun metode yang
berguna bagi kehidupan manusia.
Membuka kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan
mendapati begitu banyak sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada masa itu, dunia di luar Islam diselubungi
kegelapan Ilmu.Perdukunan, mantra dan jampi-jampi menjadi jalan untuk
pengobatan. Namun berbeda di dunia Islam, seorang Ibnu Sina telah
mengembangkan berbagai metode pembedahan manusia, dialah sang bapak

4
kedokteran modern.Karya monumentalnya, Alqanun fi At Tib (yang
diterjemahkan ke Eropa menjadi CANON), menjadi rujukan utama dunia
kedoktekan sampai abad ke 19.
Kita juga harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah
mengembangkan metode Al-goritma. Kenapa disebut Al-goritma? Al-
goritma merupakan aksen eropa dari nama al-khawrizmi. Seperti ilmuwan
lainnya, Ibnu Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusyd menjadi Averoes. Dan
masih banyak lagi penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa itu
seperti, metode fotografi paling awal yang disebut ruang gelap, jam air,
piston.
Namun alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali
mengapresiasi kandungan Al-Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak
paham bahasa Al-Qur’an (Bahasa Arab), meskipun hanya sebatas
pemahaman tingkat dasar. Akibat tidak paham bahasa Al-Qur’an, membaca
Al-Qur’an hanya sebatas ritual saja (meskipun begitu dasyatnya Al-Qur’an,
sehingga orang yang tidak paham maksudnya pun dapat menjadi tenang
hatinya). Bahkan banyak generasi muda yang enggan untuk sekedar
menyentuhnya, apalagi untuk membacanya. Hal ini tidak lain disebabkan oleh
minimnya pengetahuan generasi muda Islam tehadap bahasa Al-Qur’an.
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan
dinilai dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau
jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena
kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang di
berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang
dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan
social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau
negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan
ilmiahnya tidak mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari
masyarakat dimana ia hidup. Mereka memberikan tantangan kepadanya atas

5
dasar kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada akhirnya menjadi korban
penemuannya sendiri.
Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai
bentuknyayang terulang sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-
ayat Al qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran,
penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang
menjelaskan hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79);
(b) taqlid atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ;
2:170).
2. Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS
10:36).
3. Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca
antara lain QS 21:37).
4. Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca
antara lain QS 7:146).

samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :


1. Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36),
dalam arti tidak menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah
mengetahui dulu persoalan (baca antara lain QS 36:17), atau
menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca antara lain, QS 10:39).
2. Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam
dalam pribadi tokoh yang paling diagungkan.Ayat- ayat semacam inilah
yang mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin
ilmu. “tiada yang lebih baik dituntun dari suatu kitab akidah (agama)
menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak
menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk
menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan
selama dan dimana saja ia kehendaki. Dan inilah korelasi pertama dan

6
utama antara Al qur’an dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Korelasi
kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam
sekian banyak ayat Al qur’an yang berbicara tentang alam raya dan
fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagian nya telah diketahui oleh
masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka ketahui itu masih
sangat terbatas dalam perinciannya.

C. Bukti-bukti Ilmiah kebenaran Al-Qur’an dalam Bidang Pengetahuan


Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang
kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang
diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang
berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa turunnya,
namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :
1. Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS
51:47).
2. Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan
dari cahaya matahari (QS 10:5).
3. Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang
berasal dari perut bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan
pergerakan awan (QS 27:88).
4. Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi
matahari menjadi tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga
menghasilkan energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al
akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau
daun), karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi
di semua bagian pohon, dahan dan ranting yang warnanya hijau.
5. Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang
setelah fertilisasi (pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan
7; 96:2).

7
Salah satu contoh dari beberapa bukti diatas misalnya awan. Para
ilmuwan telah mempelajari tentang tipe-tipe awan dan meyakini bahwa
awan hujan terbentuk dari sistem tertentu dan berikatan dengan tipe-dpe
angin dan awan tertentu.Salah satu jenis awan hujan adalah awan
cumulonimbus bercampur dengan hujan angin ribut disertai petir dan
gemuruh.Para ahli meteorologi telah mempelajari bagaimana awan
cumulonimbus terbentuk dan bagaimana awan itu menghasilkan hujan,
hujan es, dan halilintar/kilat. Para ahli meteorologi juga menemukan
langkah-langkah yang dilewati awan cumulonimbus dalam menghasilkan
Hujan Sebagai berikut:
1. Awan
Didorong AnginAwan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin
mendorong sebagian kecil awan cumulus ke sebuah area di mana
awan-awanIniberkumpul.
2. Penggabungan
Awan Kecil bergabung bersama Membentuk Awan besar.
3. Penumpukan
Ketika awan-awan kecil bergabung, udara yang bergerak ke atas di
dalam awan yang besar meningkat. Udara yang bergerak ke atas dekat
dengan pusat awan lebih kuat dibanding dengan yang dekat dengan
tepi. Udara yang bergerak ke atas ini menyebabkan badan awan
tumbuh secara vertikal, sehingga awan menunggu di udara.
Pertumbuhan vertikal ini menyebabkan badan awan menjadi bagian
yang lebih dingin di atmosfer di mana tetesan air dan hujan es
merumuskan dan mulai berkembang melebar.Ketika tetesan air dan
hujan es ini menjadi sangat ringan sehingga udara yang bergerak ke
atas menyokong mereka, dengan demikian mereka mulai turun dari
awan menjadi hujan, hujan es, dan lain-lain.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an. "Tidaklah kamu melihat


bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara

8
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya "(QS anNur:
43). Akhir-akhir ini, ahli meteorologi mengetahui pembentukan,
struktur, dan fungsi awan secara detail dengan menggunakan peralatan
canggih seperti pesawat, satelit, komputer, balon, dan mempelajari
angin dan petunjuknya untuk ukuran kelembaban dan variasinya dan
untuk menentukan tingkatan dan variasi tekanan atmosfir.
Ayat yang terdahulu setelah menyebutkan awan dan hujan, belum
bicara tentang hujan es dan hlilintar. ".... dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalangumpalan awan
seperti) gunung-gunung maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu
kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari
siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir
menghilangkan penglihatan." (QS an-Nur: 43)
Para ahli meteorologi telah menemukan awan cumulonimbus ini,
hujan es, mencapai ketinggian 25.000 sampai 30.000 kaki (4,7 sampai
5,7 mil) seperti gunung, sebagaimana telah tersebut di dalamal-Quran
". . . dan Allah (juga) menurunkan (butiranbutiran) es dari langit. . .. "
(QS an-Nur:43). Ayat ini mungkin menimbulkan sebuah pertanyaan
mengapa ayat ini menyebutkan "....halilintarnya' dalam referensi hujan
es? Apakah hal ini berarti hujan es adalah faktor mayoritas dalam
menghasilkan halilintar?Mari kita lihat buku yang berjudul
"Meteorology Today" juga menyebutkan tentang hal ini. Buku itu
menyebutkan bahwa awan mengelektrifikasikan hujan es melalui
bagian tetesan awan yang paling dingin dan kristal es. Sebagai tetesan
cair yang bertabrakan dengan hujan es, mereka membeku yang
berhubungan dan melepaskan panas yang terpendam.Dia menjaga
permukaan hujan es lebih hangat daripada sekeliling Kristal es.
Ketika hujan es berhubungan dengan kristal es, maka terjadilah
fenomena yang penting. Aliran elektron dari objek yang lebih dingin
menuju objek yang lebih panas. Oleh karena itu, hujan es menjadi

9
beraliran negatif Efek yang sama terjadi ketika tetesan yang paling
dingin berhubungan dengan sebongkah hujan es dan pecahan es kecil
yang beraliran positif Geretan partikel beraliran positif ini kemudian
dibawa ke bagian atas awan oleh udara yang bergerak ke atas. Hujan
es yang beraliran negatif turun ke dasar awan, dengan demikian
bagian awan yang paling rendah beraliran negatif.Aliran negatif ini
kemudian turun ke tanah menjadi halilintar.Kami menyimpulkan
bahwa hujan es ini karena faktor hasil dari halilintar.
Informasi tentang halilintar akhir-akhir ini ditemukan.Sampai
tahun 1600 Masehi, ide Aristoteles tentang meteorologi sangat
dominan.Sebagai contoh, dia menyatakan bahwa atmosfir berisi dua
jenis pernafasan keluar, basah dan kering. Dia juga mengatakan
bahwa guntur adalah suara tumbukan dari pernafasan keluar yang
kering dengan sekitar awan dan halilintar adalah peradangan dan
terbakarnya pernafasan keluar yang kering dengan api yang kecil dan
redup. Inilah beberapa ide tentang meteorologi yang dominan pada
saat al-Quran turun pada 14 abad yang lalu.

D. 7 Bukti Ilmiah Kebenaran Al-Qur’an


Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam dan juga mukjizat terbesar
nabi Muhammad SAW kitab suci yang telah di turunkan sejak 14 abad yang
lalu ini memiliki keajaiban diantaranya yaitu keasliannya senantiasa
terpelihara sejak pertama kali di turunkan. Tidak ada seorang pun yang
mampu mengubahnya barang satu huruf. Selain itu pula Al-Qur’an mampu
dihafalkan mulai dari anak-anak hingga orang tua bahkan tunanetra sanggup
menghafalnya.
Selain itu keistimewaannya, isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an berkaitan
dengan ilmu sains. Maka tak heran sejak dahulu banyak yang mengkaji ayat-
ayatnya untuk membuktikan secara ilmiah kebenaran Al-Qur’an. Banyak
sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang terbukti kebenarannya. Contohnya, antara

10
lain yaitu pertemuan di dua lautan dan fenomena dalam lautan berikut ini
adalah 7 bukti ilmiah lain tentang kebenaran Al-Qur’an.
1. Awal mula alam semesta
‘’Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan
antara keduanya. Dan air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapa mereka tidak juga beriman?” (QS Al-Anbiya:30)
Seorang astronomi dan fisikawan Belgia bernama George Lamaitre pada
tahun 1927 mengatakan bahwa alam semesta muncul dari peristiwa
ledakan massa yang bervolume nol. The Big Bnag menghasilkan partikel-
partikel elementer dari zat dan materi dalam keadaan berenergi tinggi yang
pada akhirnya menjadi kombinasi zat-zat yang kemudian membentuk
planet-planet.
European Organization for Nuclear Research (CERN) pada 10 Februari
tahun 2000membuat simulasi teori ini yang disebut juga dengan little bang
creates cosmic soup.
2. Garis edar tata surya
“Dan dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bilan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar didalam garis edarnya.” (QS.
Al-ANBIYA:33).
Menurut sejumlah penelitian, matahari bergerak dengan kecepatan yang
luar biasa bahkan mencapai 720 km/jam kea rah bintang Vega dalam
sebuah garis edar yang bernama Solar Aoex. Itu artinya, hanya dalam satu
hari saja matahari mampu bergerak sejauh 17.280.000 km. bersama
dengan matahri itu, semua planet dalam gravitasi matahari akan
menempuh jarak tersebut sesuai gari edarnya.
Sebenarnya, jauh sebelum ilmuwan Barat, seorang ilmuwan muslim
bernama Nasiruddin Al-Thusi (1201-1274 M) sudah mengajukan suatu
model keplanetan baru yang sekaligus memiliki garis edarnya. Smentara
itu Ibn Sahfir (1305-1375 M) telah jauh lebih dulu menggapgas konsep
heliosentris sebelum Copernicus melakukannya pada awal tahun 1500an.

11
3. Kecepatan cahaya
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Masjid Al-Haram ke Masjidil Al-Aqsha yang telah kami
berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-
tanda (kebesaran) kami”. (QS. Al-Isra’:1)
Pada abad ke 16, seorang ilmuwan bernama Isaac Beekman memulai
penelitian mengenai kecepatan cahaya. Dan mulai tahun 1957, kecepatan
cahaya telah menjadi standar nasional.
Sementara itu pada 17th General Conference on measures and Weights,
ditetapkan kecepatan cahaya adalah 1 m dari jarak tempuh cahaya pada
ruang hampa udara selama waktu 1/200.792.458 detik. Kecepatan cahaya
ini juga di teliti oleh ilmuwan muslim bernama Dr. Mansour Hassab-
Elnaby pada tahun 1990.
4. Lapisan-lapisan Atmosfer
Salah satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al-
Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapisan.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah:29)
“Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (QS. Fussilat:11-12)
Kata “langit”, yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an,
digunakan untuk mengacu pada “langit” bumi dan juga keseluruhan alam
semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau
atmosfer terdiri dari tujuh lapisan. Saat ini benar-benar diketahui bahwa
atmosfer bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling
bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al
Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Para ilmuwan menemukan
bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut
berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan

12
atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk
sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer
disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di
mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut
MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi
membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER.
Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960
km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER.. (Carolyn Sheets, Robert
Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc.
Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)
Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat
ayat ke-12, “… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya.” Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa
Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-
masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini
memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia
dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi
khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi
sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga
perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.
Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah
sebagaimana berikut: Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah
dinamakan troposfer. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada
troposfer. (http://muttley.ucdavis.edu/Book/Atmosphere/beginner/layers-
01.html). Sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin
ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan
oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.
5. Fungsi gunung
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya
bumi itu (tidak) goncang bersama mereka...” (QS. Al Anbiya:31).
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-

13
gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan
ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan.
Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi
modern. Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil
pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang
membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan
yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara
yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan
bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang
dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam
jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di
permukaan bumi. Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan
sebagai berikut: Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran
pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan
magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F.
Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305).
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah
perumpamaan sebagai “pasak”: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi
itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An
Naba’:6-7). Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-
lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah
permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini.
Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya
dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-
lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku
yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu. Fungsi
pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah
“isostasi”. Isostasi bermakna sebagai berikut: Isostasi: kesetimbangan
dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah
permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster’s New Twentieth Century
Dictionary, 2. edition “Isostasy”, New York, s. 975). Peran penting

14
gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa,
telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu
bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.
6. Pergerakan gunung
Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam
sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
An Naml:88). Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak
bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas
lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama
kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener
mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada
masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-
beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi. Para ahli
geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980,
yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan
oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500
juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi
awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini
terletak di kutub selatan. Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah
menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang
berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana,
yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua
adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali
India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia
terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil. Benua-benua yang
terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan
Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun.

15
Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara
wilayah daratan dan lautan di Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini
diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-
20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut: Kerak
dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi
atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan
utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut
lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan
bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua
telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-
lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan
pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera
Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner,
Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton,
Massachusetts, 1985, s. 30). Ada hal sangat penting yang perlu
dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang
gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini,
Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau
“gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National
Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13).
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa
fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah
dinyatakan dalam Al Qur’an.
7. Dasar Lautan yang Gelap
Manusia tidak mampu menyelam di laut dengan kedalaman di bawah 40
meter tanpa peralatan khusus. Dalam sebuah buku berjudul Oceans juga
dijelaskan, pada kedalaman 200 meter hamper tidak dijumpai cahaya,
sedangkan pada kedalaman 1000 meter tidak terdapat cahaya sama
sekali. Kondisi dasar laut yang gelap baru bisa diketahui setelah
penemuan teknologi canggih. Namun Alquran telah menjelaskan keadaan
dasar lautan semenjak ribuan tahun lalu sebelum teknologi itu ditemukan.

16
Alquran surat An Nur ayat 40 menjelaskan mengenai fakta ilmiah ini.
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh
ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap
gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya,
tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi
cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit
pun.” (QS An Nuur: 40).
8. Sungai dibawah Laut
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti
kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka
sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu
kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan
segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53). “Dan Dialah yang membiarkan
dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang
lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan
batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53). Jika Anda termasuk orang
yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques
Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka
dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya
menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat
film dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di
seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-
tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat
sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang
masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang
membatasi keduanya. Fenomena ganjil itu mementingkan Mr. Costeau
dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air
masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya
halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu
setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan

17
yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut. Sampai pada suatu
hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun
menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al
Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20)
yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi
“Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa
yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara
keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan
surat Al Furqan ayat 53 di atas. Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir,
ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan
sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar
dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan
ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju
minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan
marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara. Terpesonalah
Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya
melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang
dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di
abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih
untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang
silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al
Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang
seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun
memeluk Islam.
9. Api di Dasar Laut
“(1) Demi bukit (Sinai), (2) dan kitab yang ditulis (3) pada lembaran
terbuka, (4) Demi Baitul Ma’mur (ka’bah), (5) atap yang ditinggikan
(langit), (6) dan laut yang di dalam dasarnya ada api.”(QS. Ath-Thuur
[52]: 1-6).

18
Klausa sajara at-tannur secara bahasa berarti ‘menyalakan api hingga
panas’. Sejak diturunkannya Al-Qur’an hingga berabad-abad setelah itu,
orang-orang arab belum mampu menguak fakta bagaimana di balik dasar
laut terdapat api, sedangkan air dan panas adalah sesuatu yang
berlawanan. Hingga baru-baru ini di temukan bahwa bumi yang kita huni
ini memiliki lapisan batu bagian luar yang terbelah menjadi beberapa
lempengan yang terhampar hingga mencapai ratusan kilometer persegi.
Kedalaman berkisar antara 65 hingga 150 km. yang mengherankan adalah
lempengan-lempengan ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya,
sehingga menjadikannya seolah-olah seperti satu lempengan saja. Allah
SWT pernah bersumpah dalam salah satu ayat berikut: “Dan demi bumi
yang mempunyai belahan.” (QS. Ath-Thoriq [86]: 12).
Ini adalah ungkapan yang menjelaskan bahwa di atas permukaan bumi
terdapat hamparan lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama
lain, sehingga menjadikannya seperti satu lempengan. Dalam ayat ini,
jelas sekali kemukjizatan dan keistimewaan Al-Qur’an, Allah SWT
bersumpah demi belahan (lempengan) –yang merupakan kesatuan dari
beberapa lempengan bumi- para ilmuan menyamakannyu seperti daging
yang berbentuk bola tenis. Lempengan-lempengan ini terletak di lembah
atau dasar samudra. Ia menahan lelehan bebatuan panas yang dapat
membuat laut meluap-luap. Akan tetapi banyaknya air di lautan dapat
meredam panasnya bara yang memiliki suhu panas tinggi ini lebih dari
10000 C mampu menguapkan air laut. Ini adalah salah satu di antara
banyak fakta-fakta bumi lainnya yang mengejutkan para ilmuan. Dua
orang ilmuawan Rusia, Anatho Sjabaftisy, ahli Geologi, dan Yuri
Bejdenhov, ahli Biologi dan Geologi, bersama dengan seorang ilmuwan
Amerika, Rona Clant, mengadakan penyelaman di dekat salah satu
lempeng terpenting di dunia. Mereka menyelam dengan menggunakan
kapal selam modern Mira hingga sampai pada titik tujuan berjarak 175
km dari pantai Miami. Mereka menyelam hingga kedalaman 2 mil dari
permukaan air laut, sehingga sampai pada lahar di dalam laut. Tidak ada

19
yang memisahkan mereka dari lahar tersebut kecuali sebuah lubang dari
Akrelik. Saat itu suhu mencapai 2310C dan mereka berada pada tepi
bebatuan jurang, yang dibawahnya memancar air mata menyala-nyala. Di
sana merupakan pangkal bumi di lembah dalam samudra. Mereka benar-
benar menyaksikan bahwa air dingin yang terdapat di permukaan laut
bergerak menuju ke bawah. Pada kedalaman satu mil di bawah laut, lahar
letusan gunung berapi semakin dekat dan meleleh keluar dan memanas,
hingga kemudian menyemburkan abu-abu vulkanik dan zat-zat tambang
yang amat panas. Para ilmuan telah menegaskan bahwa hal seperti ini
trejadi di seluruh lautan dan samudra. Kadang sering terjadi di satu
tempat, tetapi pada tempat yang lainnya jarang terjadi. Gunung-gunung
berapi di dasar samudra jumlahnya lebih banyak dan lebih aktif
dibandingkan dengan gunung-gunung berapi di atas daratan. Gunung-
gunung berapi tersebut terbentang sepanjang dasar samudra. Keajaiban
yang terdapat pada frasa al-bahru al-masjur adalah bahwa dengan tidak
adanya oksigen di dasar lautan, tidak memungkinkan bagi lahar vulkanik
menyeruak melewati lempengan di dasar samudra dan mencapai
ketinggian garis lempengan tersebut. Selain itu, lahar vulkanik biasanya
berwarna kehitam-hitaman, sangat panas, dan tidak langsung bergejolak.
Lempengan di dasar lautan menyerupai tempat pembakaran roti. Jika
dipanaskan di bawahnya dengan suatu bahan bakar, maka ia akan
memanas dengan suhu tinggi, sehingga roti bisa matang di atasnya. Inilah
yang dimaksud secara bahasa pada kata masjur. Tidak ada satu katapun
yang tepat untuk menggantikan makna kata tersebut secara tepat, agar kita
bisa merenungi keagungan ciptaan Allah SWT.
10. Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan
adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut “Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-
masing.” (QS. Ar Rahman:19-20).

20
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama
lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini.
Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari
laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya
perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari
bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan
mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don
Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.) Terdapat
gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan
Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui
selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua
tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan
keduanya. Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika
manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan
permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.

21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al-Qur’an sebagai kitab suci ummat Islam, seringkali diragukan dalam hal
keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan. Hal ini tentulah menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi umat islam untuk menelaah lebih jauh kandungan
dan isi dari kitabnya tersebut. Sebenarnya, bila kita telaah ayat per ayat dalam
Al-Qur’an, keraguan akan keabsahan dan kualitas materi kitab ini bisa
terjawab dengan mudah. Maka, hanya orang-orang yang mengamati dan
memperhatikan Al-Qur’an dengan cermatlah, yang akan mendapatkan tanda-
tanda kebesaran Allah SWT dan kebenaran Al-Qur’an pada setiap penemuan
ilmiah yang diperoleh oleh manusia.
Al Qur’an menganjurkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang
terdapat di langit dan bumi. Namun tentulah hal tiu jangan sampai
menyimpang dari apa yang telah digariskan dan dibatasi oleh Allah SWT
sebagaimana tetera dalam Al Qur’an. Beberapa bukti autentik dari penelitian-
penelitian ilmiah tentang alam yang telah dilakukan sampai saat ini,
setidaknya telah menjadi bukti bahwa kandungan Al Qur’an tentang ilmu dan
fenomenanya sangatlah benar apa adanya. Maka, sebaiknya mulai saat ini
seluruh umat islam dan seluruh kamu ilmuan sadar, bahwa kandungan Al
Qur’an tentang ilmu pengetahuan tidak dapat diragukan lagi. Dan tentulah hal
ini ditujukan pada, penguatan akan adanya pencipta Al Qur’an itu sendiri,
yang tiada lain adalah Allah SWT.

B. Saran
Untuk pembaca selanjutnya diharapkan mencari sumber atau literatur
lainnya untuk menambah pengetahuan atau agar memperjelas apa yang sudah
dipaparkan dimakalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim
Arifin, M,H, 1993, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi, Aksara
Deedat, Ahmad, 2003, Al-Qur’an Mu’jizat Yang Tak Tertandingi, Jakarta :
Pustaka
Achmad Baiqun Al-qur’an dan ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bakhti
Prima Yasa, Yogyakarta, 1997. H. 17.
H.G. Sarwar, Filsafat Al-Qur’an, PT. RAJA Grafindo Persada, Jakarta, 1994. H.
125.
DEPAG, Sains Menurut Perespektif Al-Qur’an, PT. Dwi Rama, 2000. H.3.
Davis, Richard A., Jr. Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-
Wesley Publishing 1972
General Sciens, Carolyn Sheets, Robert Gardner; Samuel F. Howe; Allyn and
Bacon Ino. Newton, Massachusetts, 1985.
Carolyn Sheets, Robert Gardner; Samuel F. Howe; General Sciens; Allyn and
Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985
Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C.,1978

23

Anda mungkin juga menyukai