Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................ii

BAB 1............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................1

D. Manfaat...............................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU...............................................3

B. Ilmu dan Kemanusiaan.......................................................................................7

1) Syarat-syarat Ilmu...............................................................................................7

2) Sumber Ilmu Pengetahuan..................................................................................7

3) Batasan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam....................................9

C. Ilmu untuk Keselamatan Hidup..........................................................................9

D. Keutamaan Orang Berilmu dan Beramal..........................................................10

E. Ayat dan Hadis.................................................................................................11

F. Hubungan Etika Islam dan Ilmu Keperawatan.................................................18

BAB IV........................................................................................................................20

PENUTUP...................................................................................................................20

A. Kesimpulan.......................................................................................................20

ii
iii

B. Saran.................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Etika sangat penting bagi pengembangan ilmu apapun disiplinnya. Tanpa
mempertimbangkan tujuan untuk kehidupan kemanusiaan dan keberlangsungan
lingkungan hidup baik hayati mamupun non hayati adalah pembunuhan diri
eksitensi manusia. Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau
yang dikenal dengan aksiologi. Aksiologi itu sendiri ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan
kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang
bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus seperti ekonomi,
estetika, etika filsafat agama dan epistimologi.

Diberbagai media masa banyak membicarakan tentan teroris yang melakukan


serangkaian pengeboman di berbagai tempat di Indonesia. Di balik bom teroris
tersebut ternyata menyisakan suaru masalah bahkan pemahaman keagaman yang
tidak didialogkan dengan permasalahan-permasalahan yang sudah ada sebelum
dan tidak di komunikasikan dengan ilmuwan afama lainya ternyata bisa
menimbulkan korban manusia-manusia tak bersalah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui apa itu
Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu.
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan informasi
yang lebih mendalam tentang Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu.
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:

1
2

1. Bagi penulis
a. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan tentang Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu.
2. Bagi pembaca
a. Agar pembaca memahami dan menjadi sumber pengetahuan tentang
b. Sebagai sumber referensi bagi pembaca
BAB II
PEMBAHASAN

A. ETIKA ISLAM DALAM PENERAPAN ILMU


1. Pengertian Etika Islam

Secara etimologi dari bahasa yunani yaitu ethikos, ethos. Ethos mempunyai
banyak arti yaitu: (adat, kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
bepikir). Sedangkan etha yaitu adat kebiasaan.

Etika Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran yang muncul dalam diri
kaum muslim itu sendiri. Munculnya etika Isalam didasarkan Al-Qur’an dan
As-Shunnah. Etika Islam dalam penerapan Bidang Ilmu kini mendapatkan
implikasi negative dikarenakan perbedaan agama, budaya dan gaya hidup dari
negara-negara Barat yang menjadi produsen ilmu tersebut. Sebab paradigma
dan pelaksanaan komunikasi Barat yang lebih mengoptimalkan nilai-nilai
pragmatis, materialistis serta penggunaan media secara kapitalis.

Etika Isalam dalam Ilmu Pengetahuan yang sangat diperbincangkan akhir-


akhir ini terutama menyangkut teori dan prinsip-prinsip etika Islam serta
pendekatan Islam tentang Ilmu Pengetahuan. Titik pentingnya munculnya
aktiviseme dan pemikiran menganai etika Islam ditandai dengan terbitnya
beberapa media sosial, sebut saja salah satunya Friendster. Ini semakin
menunjukan jati diri etika seorang muslim yang tengah mendapatkan
perhatian dan sorotan masyarakat tidak saja di belahan negara berpenduduk
Muslim tetapi juga negara-negara Barat. Isu-isu yang dikembangkan dalam
media sosial tersebut menyangkut Islam dan komunikasi yang meliputi
perspektif Islam terhadap media, pemanfaatan media massa pada era
pascamodern, kedudukan dan perjalanan media massa di negara Muslim serta
perspektif politik terhadap Islam dan Ilmu Pengetahuan.

3
4

Etika Islam yang berfokus pada ayat-ayat Al-Qur’an yang di kembangkan


oleh para pemikir Muslim. Tujuan akhirnya adalah menjadikan etika Islam
sebagai landasan utama dalam penerapan Ilmu Pengetahuan terutama dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian yang bersesuaian dengan fitrah
penciptaan manusia. Kesesuaian nilai-nilai Al-Qur’an dengan dimensi
penciptaan fitrah kemanusiaan itu memberikan manfaat terhadap
kesejahteraan manusia sejagat. Sehingga dalam perspektif ini, etika Islam
merupakan proses penyaringan atau tukar menukar informasi yang
menggunakan prinsio dan kaedah etika Islam dalam Al-Qur’an. Etika Islam
dengan demikian dapat didefinisikan sebagai proses penyaringan nilai-niali
Islam dari komunikator/produktor kepada komunikan/konsumen dengan
menggunakan prinsip-prinsip etika yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis.

Dalam islam prinsip-prinsip etika merupakan hak ekslusif dan bahan


komoditi yang bersifat memikat, tetapi ia memiliki norma-norma dan moral
imperatif yang bertujuan sebagai service membangun kualitas manusia secara
paripurna. Jadi Islam melettakan inspirasi tauhid sebagai parameter
pengembangan teori ilmu pengetahuan dan Alquran menyediakan seperangkat
aturan dalam prinsip dan tata beretika dalam penerapan Ilmu Pengetahuan.

Dalam masalah ketelitian menerima Penemuan Sains dan Teknologi,


Alquran misalnya memerintahkan untuk melakukan check and rechek
terhadap informasi yang di terima. Dalam surah al-Hujarat ayat 6 dikatakan:

6. hai orang-orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang


fasik membaa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
5

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya


yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Oleh karena itu, penerapan etika Islam dalam menanggapi perkembangan


Ilmu Pengetahuan sangat di perlukan, agar terciptanya masyarakat muslim
yang madani dan tidak terlalu jauh menikmati kefaanaan alam dunia ini.
Selain itu proses Pendidikan Islam juga merupakan rangkaian usaha
membimbing dan mengarahkan, potensi hidup manusia yang berupa
kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjarjadilah
perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial
serta dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana nialai-nilai Islam yaitu
nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlak karimah.

Tujuan kepedindikan Islam adalah merupakan penggambaran nilai-nilai


Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia dengan istilah lain
tujuan pendidikan Islam perwujudkan nilai-nilai Islami dalam diri manusia
didik. Jika kesanalah pendidikan Islam seharusnya diarahkan agar pendidikan
Islam tidak hanyut terbawa arus modernisasi dan kemajuan IPTEK.

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Bedasarkan sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu


pengetahuan mempunyai makna berbeda. Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia melalui pancaindra. Sedangkan ilmu adalah
pengetahuan yang telah disusun, diklasifikasikan dan diverifikasi sehingga
menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam
Al-Quran Ilmu digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek
pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.

Sedakan ilmu dari segi etimologi berati kejelasan karena itu segala yang
terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Ilmu adalah
pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.
6

Menurut Az-Zubardi terjadinya perdebatan panjang tentang istilah ‘ilm


sehingga sekelompok pakar berpendapat bahwa ‘ilm tidak dapat didefinisikan
karena kejelasannya. Ada pula yang mengatakannya karena sulitnya
(mendefinisikannya). Demikian pula dengan pendapat-pendapat lain dengan
segala kelebihan dan kekurangannya seperti disebutkan oleh Imam Abul
Hasan Al-Yusi dalam kitab Qanun ul-‘ulum.

Al-Manawi dalam kitab at-Taiqif berkata “ilmu adalah kenyakinan kuat


yang tetap sesuai dengan realita. Bisa juga berarti sifat yang membuat
perbedaan tanpa kritik atau Ilmu tecapainya bentuk sesuatu dalam akal.

Imam Raghib al-Ashafahani dalam kitabnya mufradat al-Quran berkata


“Ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia berbagi dua:
pertama, mengetahui inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan thasawwur).
Kedua, menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada atau menafikan
sesuatu yang tidak ada (oleh ahli logika dinamakan tashdiq maksudnya
mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).

Raghib al-Ashfahani membagi Ilmu dari sisi lain yakni menjadi Ilmu
teoritis dan aplikatif. Ilmu teoritis bearti Ilmu yang hanya membutuhkan
pengetahuan tentangnya, jika telah diketahui bearti telah sempurna seperti
Ilmu tentang keberadaan dunia. Sedangkan Ilmu aplikatif adalah Ilmu yang
tidak sempurna anpa dipraktekkan seprti ilmu tentang inadah, akhlak, dan
sebaginya.

Selanjutnya ar-Raghib menjelaskan dari sudut pandang lainnya Ilmu dapat


pula dibagi menjadi dua bagian: Ilmu rasional dan doktrinal. Ilmu rasional
adalah Ilmu yang didapatkan dengan akal dan penelitian sedangkan Ilmu
doktrinal merupakan Ilmu yang didapat dengan pemberitaan wahyu.
7

B. Ilmu dan Kemanusiaan


1) Syarat-syarat Ilmu
Dari sudut pandangan filsafat ilmu lebih khusus dibandingkan dengan
pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila
memenuhi tiga unsur sebagai berikut:

1. Ontology artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi


Ilmu ada dua yaitu abyek material dan obyek formal.
2. Epistimologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode
kerja yang jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode
deduksi dan induksi.
3. Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memilik nilai guna atau
kemanfaatnnya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nila-nilai
teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umu, konsep-konsep
dan kesimpulan-keseimpulan logis, sistematis dan kohere. Dalam teori
dan konsep tersebut tidak terdapat keracunan atau kesemerawutan pikiran
atau penetangan kondradiktif diantara satu sama lainnya.

2) Sumber Ilmu Pengetahuan


Dalam pemikiran Islam ada dua sumber Ilmu yaitu akal dan wahyu.
Keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan
dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntutan Al-Quran dan
sunnah rasul. Atas daras itu Ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat
abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenarannya besifat mutlak
(absolute) karena bersumber dari wahyu Allah dan Ilmu yang bersifat
perolehan (acquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative)
karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Maka dari itu tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu
pengatahuan, Sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk
melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali.
8

Kedua sumber Ilmu tadi akan dijelaskan sebagai berikut:


a) Sumber Ilmu dari Allah SWT atau Wahyu
Semua Ilmu pengetahuan yang kita kenal sekarang ini bersumber
dari Filsafat (Philosophia) yang dianggap sebagai induk dari segala induk
dari segala Ilmu pengetahuan. Filsafat pada masa itu mencakup pula
segala pemikiran mengenai masyarakat. Lama-kelamaan sejalan dengan
perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, berbagai Ilmu
pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat memisahkan diri dan
bekembang mengejar tujuan masing-masing. Dalam Islam kita juga
mengenal banyak Ilmuwan-ilmuwan atau para filosof misalnya Imam
Hanai, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Hambali adalah tikoh Islam
dalam bidang Ilmu Tauhid, Ilmu Filsafat dan Ilmu Akhlak, Ibnu Sina
adalah tokoh dalam bidang kedokteran dan filsafat, Al Biruni adalah ahli
dalam Ilmu fisika dan Ilmu astronomi, Jabir Ibn Hayyan adalah ahli kimia
dari kalangan kaum muslimin, Al Khawarizmi di bidang matematika dan
Al Mas’udi yang terkenal sebagai ahli geografi serta sejarah.
Dari berbagai ragam Ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat
tersebut pada garis besarnya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok
besar yaitu:
a. Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciences) yaitu meliputi fisika, kimia,
astronomi biologi, botani dan sebagainya.
b. Ilmu-ilmu social (Social Sciences) yang terdiri dari sosiologi,
antropologi, psikologi, ekonomi, politik, sejarah, hukum dan
sebaginya.
c. Ilmu-ilmu budaya budaya (Humanities) yang terdiri dari cinta kasih,
agama, ilmu, budaya, kesenian, bahasa, kesusatraan dan sebagainya.
9

3) Batasan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam


a) Al-Quran
b) Hadits
c) Ijtihad

Orang yang dilakukan ijtihadnya dengan benar (para mujtahid) akan


mendapat dua pahala.

Seni akan menjadi haram jika:

a. Seni suara dan seni music (membuat orang lupa akan Allah), Al-Khamr
(minuman arak) dan Al-Qainat (penyanyi cabul).
b. Seni rupa (gambaran terutama patung) yang ada hubungannya dengan
jiwa kemusyrikan dan penyembahan berhala. Perlukisan Tuhan
merupakan menyekutukannya segingga itu merupakan kesenian yang
diharamkan.

C. Ilmu untuk Keselamatan Hidup


Isalam adalah agama yang sama sekali tidak menginginkan umatnya buta
huruf. Tapi islam adalah agama yang menginginkan umatnya memiliki
kecerdasan intelektual dan spiritual. Pantas dalam falsafat hidup yang dikatakan
oleh Sastrawan dan Budayawan Madura D.Zawaei Imran asal sumenep. Beliau
mengatakan bahwa: “lebih baik mati ikut air kencing ibu dari oada hidup tidak
dapat memberikan manfaat sama sekali karen pentingnya menjadi orang-orang
yang berilmu. Perlu diketahui bahwa orang-orang yang berilmu memiliki
keutamaan dan derajat yang tinggi disis Allah swt.

Kata iman dan Ilmu disebut secara beriringan mengandung arti bahwa
Iman tidak boleh dipisahkan dengan Ilmu. Pantas kalau Ilmuwan barat Albert
Einstein mengatakan: “ science without religion is bland, but religion without is
lame” (Ilmu pengetahuan tanpa agama akan buta, sedangkan agama tanpa ilmu
pengetahuan akan lumpuh).
10

Ada sebuah cerita yang diceritakan oleh Prof. Dr Ahmad Saboe yang
pernah meraih hadiah nobel di Pakistan dalam bukunya Pendekatan Ilmiyah
tentang Eksistensi Tuhan dan Makhluk Ciptaanya. Dia menceritakan tentang Dr.
Ehrenfest yang telah menulis surat kepada temanya Dr. Paul Konstam sebelum
Dr. Ehrenfest meninggal dunia dia mengatakan bahwa: “ aku telah berhasil
dalam meraih keduniawian, Ilmu pengetahuan aku punya, aku sangat paham dan
ahli dalam bidang kedokteran bahkan kekayaan pun aku punyai namun ada satu
hal yang aku remehkan, yang itu membuat hidupku hancur bahkan aku bunuh
diri dan membunuh anak dan strike sendiri, yaitu bahwa ini aku tidak pernah
mengnal tuhanku”.

Dari cerita tadi dapat di artikan bahwa agar IPTEK dapat memberikan
kemaslahatan umat, maka kita harus membekali diri sejak dini dengan Iman dan
Taqwa kepada Allah SWT.

D. Keutamaan Orang Berilmu dan Beramal


Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila
perbuatan tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu benar. Sama
halnya dengan perkembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan
tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat
manusia dan alam lingkungan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna, kesempurnaannya karena dibekali seperangkat pontensi.
Potensi yang paling utama adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk
berpikir hasil pemikirannya adalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni

Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada


Allah SWT akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat
manusia termasuk bagi lingkungannya.

Menurut Al-Gazhali bahwa makhluk yang paling mulia adalah manusia


sedangkan sesuatu yang paling mulia oada diri manusia adalah hatinya, tugas
11

utama pendidik adalah menyempurnakannya, membersihkan dan mengiringi


peserta didik agar hatinya selalu dekat kepada Allah SWT, melalui
perkembangan Ilmu pengetahuan. Oleh karena itu para pendidik akan selalu
dikenang oleh anak didiknya. Kemudian Al-Gazhali memberikan argumentasi
yang kuat, baik bedaraskan Al-Quran as Sunnah maupun argumentasi secara
rasional. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa mengajarkan ilmu bukan hanya
termasuk aspek ibadah kepada Allah SWT, melainkan juga termasuk khalifah
Allah SWT karena hati orang alim telah dibukakan oleh Allah SWT.

Keutamaan orang yang berilmu menurut Al-Ghazali:

1) Bagaikan matahari selain meneragi dirinya juga penerang orang lain.


2) Bagaikan minyak kasturi yang selalu menyebarkan keharuman bagi orang
yang berpapasan denganya.

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun (hamba
Allah) dan khalifah fil ardhi. Essensi dari abdun adalah ketaatan kepada Allah
dan essensi Khalifah adalah tanggung jawab tehadap diri sendiri dan alam
lingkungannya. Manusia sebagai khalifah betanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan alam dan lingkungannya, mengeksplorasi sember daya alam untuk
sesuatu yang bermanfaat. Oleh karna itu tanggung jawab kekhalifahan banyak
bertumpu pada ilmuwan dan para intelektual yang mampu memanfaatkan sumber
daya alam ini.

E. Ayat dan Hadis


Al-Quran menganggap begitu pentingnya bukti kesahihan sehingga
menasihatkan orang-orang yang beriman agar tidak menerima sesuatu yang
berada di luar pengetahuan mereka.

Objek ilmu menurut ilmuwan muslim mencakup alam materi dan


nonmateri. Tentu ada tata cara dan sarana yang harus digunakan untuk meraih
pengetahuan tentang hal tersebut
12

a. Surah Al-Nahl ayat 78 berbunyi :

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan


tidak mengetahui sesuatupun dan dia memberikan kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Q.S.Al-Nahl/16:78).

Ayat ini mengisyaratkan penggunaan empat sarana yaitu:


Pendengaran, mata (penghilahatan) dan akal, serta hati.

Trial and eror (coba-coba), pengamatan, percobaan dan tes-tes


kemungkinan (probability) merupakan cara-cara yang digunakan ilmuwan
untuk meraih pengetahuan. Hal itu disinggung juga oleh Al-Quran seperti
dalam ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berfikir tentang alam
raya melakukan perjalanan dan sebagainya berkaitan dengan upaya manusia
alam materi.

b. Surah Yunus ayat 101:

Artinya: katakanlah: “perhatikanlah apa yang ada di langit dan di


bumi”. (Q.S. Yunus/10:101).
13

c. Surah Al-Ghasyiyah ayat 88:

“ maka apakah mereka tidak memeperhatikan unta bagaimana dia


diciptakan, dan lagit bagimana ia ditinggikan . Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan . Dan bumi bagaimana ia dihamparkan. (Q.S. Al-
Ghasuiyah/88:17-20”.
d. Surah Al-Syu’araa ayat:

“maka apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya


kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?
(Q.S. Al-Syu’ara 26:7)”.
14

Di samping mata, telinga dan fikiran sebagai sarana merih


pengetahuan Al-Quran pun menggaris bawahi pentingnya peranan kesucian
hati.
Wahyu dianugrahkan atas kehendk Allah dan berdasarkan
kebijaksanaan nya tanpa usaha dan campur tangan manusia. Sementara
firasat, intiusi dan semacamnya dapat diraih melalui penyucian hati. Dari
sini para ilmuwan muslim menekankan pentingnya tazkiyah an-nafs
(penyucian jiwa) guna memeperoleh hidayat (pentujuk/pengarahan Allah)
karena mereka sadar terhadap kebenaran firman Allah:

Artinya: “ aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan


dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-
ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (ku). (Q.S Al-A’raf/7: 146).
15

Sebagai ulama merujuk kepada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 282 untuk
memperkuat hadis tersebut:

Artinya: “ dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan


Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S al-Baqarah/2: 282).

Atas dasar itu semua Al-Quran memandang bahwa seseorang yang


memiliki ilmu harus memeliki sifat dan ciri tertentu pula antara lain yang
paling menonjol adalah sifat khasyat (takut dan kagum kepada Allah).
16

Rasulullah SAW menegaskan bahwa:

Artinya: “ ilmu itu ada dua macam, ilmu di dalam dada , itulah yang
bermanfaat, dan berilmu sekedar di ujung lidah, maka itu akan menjadi saksi
yang memberatkan manusia.

Kategori ilmu adalah ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Adanya


ilmu-ilmu umum di pahami dari surat Fathir 35:27-28 dan adanya ilmu-ilmu
agama dari surat at-Taubah 9:122.

Artinya: “ tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan


hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang
beraneka macam jeninya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis
putih dan merah yang beraneka macam warna dan ada (pula) yang hitam
pekat”. (Q.S. Fathir/35:27).

Di dalam ayat ini Tuhan meminta manusia agar memperhatikan


bagaimana hujun turun dari langit. Hal ini minimal bisa membuahkan
pengembangan ilmu-ilmu meterology. Pengamatan terhadap hujan yang
membuhkan aneka ragam tumbuh-tumbuh paling kurang dapat memicu
berkembangan ilmu-ilmu biologi dan kimia. Manusia juga diminta untuk
memperhatikan gunung-gunung menyangkut struktur dan kelakuannya. Ini bise
menjadi cikal-bakal pengembangan ilmu-ilmu geologi dan fisika. Ayat
tersebut, dengan demikian menghendaki pengembangan kelima cabang ilmu
alam.
17

a) Dalam ayat berikutnya:

Artinya: “ dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-


binatang ,elata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-
macam warna (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah
di antara hamba-hambanya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah
Maha perkasa lagi Maha Pengampun” (Q.S Fathir/35:28).

Dalam ayat ini Allah menyuruh manusia agar mengamati


dirinya sendiri, hewan dan ternak yang beragam jenisnya. Bila
pengamatan dilakukan di sampingkan akan mengembangkan ilmu-ilmu
alam di atas juga akan memajukan ilmu-ilmu social termasuk ilmu
ekonomi. Pengamatan terhadap manusia tentu akan melahirkan ilmu-
ilmu budaya (humaniora). Jadi ayat tersebut jelas menghendaki
pengembangan ilmu-ilmu social dan humaniora.

b) Surah at-Taubah 9:122

Artinya: “ tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi


semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengentahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
18

kepada kaumnya apabila merek telah kembali kepadanya, supaya


mereka itu dapat menjaga dirinya”. (Q.S at-Taubah 9:122).

Allah mencela sikap yang selalu mengajarkan dunia saja. Di dalam


setiap golongan Allah menghendaki adanya sekelompok orang yang
mengalami agama menasehati dan memajukan masyarakat.

Pengembangan kedua golongan besar ini harus proporsional. Memang


fungsi ilmu-ilmu umu bagi kemajuan di dunia tidak diragukan. Tetapi
hendaknya perlu disadari bahwa ilmu-ilmu agama ikut berperan dalam
membangun kehidupan dunia. Sebab jika ilmi-ilmu umum membangun
ketahanan fisik maka ilmu-ilmu agama membekali pelaku pembangunan
dengan ketahanan mental dan moral yang sangat penting bagi kesuksesan
pembangunan. Dengan demikian kedua jenis ilmu tersebut mesti dipelajari
dan diperankan secara seimbang. Kedua ilmuwan dibidangnya masing-masing
hendaklah terlibat secara penuh.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu yang diisyaratkan al-
Quran dalam banyak hal meliputi segala pengetahuan yang bisa menyikap
hakikat segala sesuatu serta dapat menghilangkan kabut kebodohan dan
keraguan dari akal manusia. Obyeknya dapat berupa alam atau pun manusia
wujud maupun gaib. Demikian pula metodse pengetahuannya bisa berupa
indra dan empiris ataupun akal.

F. Hubungan Etika Islam dan Ilmu Keperawatan


Terdapat empat prinsip etika dalam profesi keperawatan sudut pandang
islam:

1. Penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etika dalam teori


keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keadaan seorang manusia hendaklah
memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang yang
mengharapkan pertolongan.
19

2. Tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan


sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT.
Seluruh perangakat tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang
mengantarkan kesembuhan atau sebailknya terhadap klien.
3. Seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman
yang kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari pembuatnya karena
rasul bersabda yang artinya sebagaian dari tanda keindahan islam adalah
seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak berguna kepadanya
(min husni islam al mar- I tarku ma la ya‘nihi )
4. Seorang yeng berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil
baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga
memperhatikan kebutuhan fisik dan psikisnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian pada bab sebelumnya maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Etik adalah filsafat moral atau ilmu akhlak tidak lain dari pada ilmu atau
“seni” hidup (the art of living) yang mengajarkan bagaimana cara hidup
bahagia atau bagaimana memeperoleh kebahagiaan. Etika sebagai seni hidup
etika sebagai pengobatan spiritual.
2. Agama meupakan kebutuhan paling esensial manusia yang bersifat universal.
Karena itu agama adalah kesadaran spiritual yang di dalamnya ada satu
kenyataan yang tampak ini, yaitu bahwkan manusia selalu mengharap belas
kasihnya, bimbingan tanganya, serta belaiannya, yang secara ontologosm
tidak diingakari walaupun oleh manusia yang paling komunis sekalipun.
3. ‘ilm dari segi etimologi bearti kejelasan karena itu segala yang berbentuk dari
akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas
tentang sesuatu.
4. Etika dalam Islam (bisa dikatakan) edentik dengan ilmu akhlak yakni ilmu
tentang keutaman-keutaman dan bagaimana cara mendapatkannya agar
manusia behias dengannya: dan ilmu tentang hal yang hina dan bagaimana
cara menjauhinya agar manusia terbebas dari padanya .

B. Saran
Mungkin inilah yang bisa kami samapaikan pada penulisan tugas makalah “
Etika Islam dalam Ilmu Pengetahuan” meskipun makalah ini jauh dari sempurna
minimak kita dapat mengambil manfaat dan Ilmu dari makalah ini. Masih banyak

20
21

kesalahan dari penulisan yang kami buat karena hanyalah manusia adalah tempat
yang salah dan dosa dan kami juga butuh saran/kritikan agar bisa manjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya.

Dengan selesainya makalah ini kami berharap kita dapat lebih mendekatkan
diri kepada Allah SWT sebagai rasa syukur
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. A. (2002). The Idea of Universality of Erhical Norms in Gzahali


and Kant diterjemahkan oleh Hamzah,antara al Ghazali dan Kant :
FIlsafat Etika Islam : Cet II. Bandung: Mizan 1423.

Amin, A. (1993). Etika (ilmu akhlak ),cetakan VII. Jakarta: Bulan Bintang.

22

Anda mungkin juga menyukai