DISUSUN OLEH:
Retno Widiyanti
Winda Mustika
PROGRAM PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
STIT PRINGSEWU KAMPUS YPPTQMH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas limpah Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dalam bentuk
yang sangat sederhana.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pancasila juga
karena ingin berbagi kepada pembaca tentang “PANCASILA SEBAGAI ETIKA
POLITIK”.
Kami mohon maaf apabila ketika dibaca makalah kami ini banyak
kesalahan baik pemakaian kata, penyusunan kalimat, menjelaskan, menguraikan
isi atau data yang kurang lengkap karena kami baru belajar, kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk perbaikan pekerjaan kami dimasa yang akan datang.
Semoga tugas sederhana ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami,
umumnya bagi pembaca dan khalayak semoga Allah memberkahi pekerjaan kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan.............................................................................. 2
C. Metode Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Etika Politik.......................................................................................... 3
B. Nilai-nilai pancasila sebagai sumber etika politik................................ 4
C. Nilai etika politik dalam Pancasila....................................................... 5
D. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara................... 7
E. Etika politik dalam perilaku bangsa Indonesia yang berdasarkan
Pancasila sebagai dasar negara............................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafat; jika
memahami Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-segi filsafatnya,
maka yang ditangkap hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap
hanyalah segi-segi fenomenalnya saja, tanpa menyentuh hakikatnya.
Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di
dunia, bahwa cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus
dilakukan dengan cara membangun dari hasil perombakan terhadap
keseluruhan tatanan kehidupan yang dibangun oleh Orde Baru. Inti dari cita-
cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan
ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintah yang bebas dari
KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang
menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehiduan ekonomi
yang mensejeterahkan rakyat Indonesia. Bangunan Indonesia Baru adil dari
reformasi atau perombakan tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah
“masyarakat multikultural Indonesia” dari puing-puing tatanan kehidupan
Orde Baru yang bercorak “masyarakat majemuk” (plural society). Sehingga,
corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika bukan lagi
keaneragaman suku bangsa dan kebudayaan tetapi keaneragaman kebudayaan
yang ada didalam masyarakaat Indonesia.
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
mulktikultural adalah multikulturalisme yaitu, sebuah ideologi yang
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara
individual maupun secara kebudayaan (Fay 1996, Jary dan Jary 1991, Watson
2000). Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga
masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah
kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya
seperti sebuah mozaik. Didalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari
1
masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya
masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti
sebuah mozaik tersebut (Reed, Ed. 1997). Model kulturalisme ini sebenarnya
telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa ini dalam mendesain
apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang
terungkap dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi :
“kedudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan
didaerah”.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode
kepustakaan, yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa
buku maupun informasi di internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika Politik
Istilah ‘etika’ memiliki pengertian umum yaitu filsafat moral yang
membicarakan tentang baik buruk manusia terutama ditinjau dari
perilaku/tingkah lakunya. Menurut Prof. Dr. A. Gunawan Setiardja dalam
bukunya Filsafat Pancasila Jilid II mendefinisikan etika dari definisi
nominalis dan definisi realis. Ditinjau dari definisi nominalis istilah ‘ Etika’
berasal dari bahasa Yunani ‘ethos’ yang berarti kebiasaan, perilaku, kelakuan.
Jadi dapat dikatakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku
manusia, sedangkan bila ditinjau dari definisi realis etika adalah filsafat
tentang perbuatan manusia menuju ke Tuhan sebagai tujuan terakhir.
1. Filsafat
Sebagai salah satu cabang etika khusus etika politik termasuk dalam
lingkungan filsafat. Karena kata “filsafat” dipakai untuk segala apa saja, saya
merasa perlu untuk menerangkan dulu apa yang disini dimaksud dengan
istilah ini. Istilah “filsafat” tidak saya pergunakan dalam arti “kebijaksanaan
hidup”, “sikap hati”, “sistem nilai”, “pandangan dunia”, “usaha kebatinan”,
“angan-angan” atau “cita-cita mengenai hal-hak yang luhur”, dan sebagainya,
melainkan dalam artiannya.
Filsafat adalah ilmu yang bertujuan untuk menangani pertanyaan-
pertanyaan maha penting yang diluar kemampuan metodis ilmu-ilmu
pengetahuan khusus itu secara metodis, sistematis, kritis, dan berdasar,
pendek harta secara rasional dan bertanggung jawab.
2. Etika Politik
Etika sendiri dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika
umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap
tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu
dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam berbagai lingkup
kehidupannya. Dibedakan antara etika individual yang mempertanyakan
kewajiban manusia sebagia individu, terutama kepada dirinya sendiri dan,
3
melalui suara hati, terhadap yang illah, dan etika sosial. Etika sosial jauh lebih
luas dari etika individual karena hampir semua kewajiban manusia
bergandengan dengan kenyataan bahwa ia merupakan makhluk sosial. Etika
sosial membahas norma-norma moral yang seharusnya menentukan sikap dan
tindakan antar manusia. Etika sosial memuat banyak etika yang khusus
mengenai wilayah-wilayah kehidupan manusia tertentu. Disini termasuk
misalnya kewajiban-kewajiban disekitar permulaan kehidupan, masalah
pengkuburan isi kandungan dan etika seksual, tetapi juga norma-norma moral
yang berkaitan dalam hubungan dengan satuan-satuan kemasyarakatan yang
berlembaga seperti etika keluarga, etika berbagai profesi, dan etika
pendidikan. Dan disini termasuk juga etika politik atau filsafat moral
mengenai politisi kehidupan manusia.
4
pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanan politik praktis hal-hal
yang menyangkut kekuasaan eksekutif legislatif, konsep pengambilan
keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari
rakyat, atau dengan kata lain perkataan harus memiliki “legitimasi
demokratis”.
5
milik bangsa Indonesia yang menjadikan bangsa Indonesia memiliki ciri khas
dibanding bangsa yang lain.
Nilai etika dalam pancasila dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Nilai Ketuhanan yang maha esa
Pada prinsipnya mengandung makna bahwa negara kita adalah
negara yang monoteisme. Artinya bangsa Indonesia harus memeluk salah
satu agama atau ajaran kepercayaan yang diyakininya dan dapat
menjalankan ibadahnya dengan baik. Negara melindungi kehidupan
bangsa Indonesia dalam menjalankan ibadahnya masing-masing.
2. Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab
Manusia pada dasarnya adalah makhluk monopluralisme yaitu
mansuia yang memiliki susunan kodrat, sifat kodrat dan kedudukan
kodrat. Manusia sebagai makhluk jiwa-raga, sosial-individu, dan pribadi-
Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan tersebut harus berjalan harmonis
untuk mewujudkan suatu kehidupan yang baik. Konsekuensi dari nilai
kemanusiaan ini seluruh bangsa Indonesia haruslah menjunjung tinggi
nilai tersebut tanpa meninggalkna sila-sila lain.
3. Nilai Persatuan Indonesia
Sila ini mengandung arti bahwa bangsa Indonesia menjunjung
tinggi peraturan dan kesatuan dengan mengutamakan kepentingan-
kepentingan bersama dibandingkan dengan kepentingan
pribadi/golongan. Nilai persatuan banyak mengandung implikasi bagi
bangsa Indonesia, artinya bangsa Indonesia harus mampu mewujudkan
perbedaan yang ada menjadi suatu persatuan dan kesatuan.
4. Nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan
Kerakyatan menjadi ciri khas bagi pancasila. Nilai kerakyatan ini
diwujudkan dalam berbagai segi kehidupan, terutama dalam kehidupan
politik. Kehidupan politik yang berdasarkan kerakyatan akan lebih
mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan dengan kepentingan
pribadi/golongan. Bukan berdasar egoitisme dan individu tetapi
berdasarkan kepentingan bersama.
6
5. Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Keadilan yang dimaksud sila ini adalah seluruh masyarakat
Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan. Hal ini berarti rakyat berkewajiban untuk mengadakan
keadilan. Keadilan akan terwujud apabila seluruh masyarakat berperan
serta dan terlihat di dalamnya untuk bersama-sama menciptakan
keadilan.
7
Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempunyai
hakikat dan kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan
jalan hukum apapun tidak mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung
Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai dasar yang fundamental, maka
Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila tidak dapat
diubah secara hukum. Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945.
8
Tindakan dan perilaku dari para penyelenggara negara harus bisa
mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya semua
lapisan masyarakat ikut menikmati keadilan itu. Penguasa tidak memihak
satu masyarakat tertentu. Semua diperlakukan dan memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan keadilan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu penghubung antara dasar negara dengan
etika berpolitik. Pancasila dalam bidang pendidikan memberikan kontibusi
yang besar khususnya di Indonesia. Dengan adanya Pancasila maka bangsa
Indonesia ini memiliki dasar negara sebagai acuan berdirinya negara, dengan
hal ini maka akan memberikan pengaruh positif negara dalam bernegara.
Hal ini disebabkan oleh adanya Pancasila, maka dapat memudahkan
negara menjalankan sebuah negara yang sesuai dengan apa yang dicita-
citakan dalam perwujudan dari sila-sila. Dengan demikian Pancasila sangat
berpengaruh dalam menjalankan/melaksanakan sebuah negara.
B. Saran
Kita dapat menambah ilmu pengetahuan tentang Pancasila.
Agar para mahasiswa dapat mengetahui peranan Pancasila dalam
bernegara.
Kita akan mengetahui pengaruh-pengaruh Pancasila dalam etika politik.
10
DAFTAR PUSTAKA
11