Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpah
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dalam bentuk yang sangat sederhana. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI
ETIKA POLITIK”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikankontribusi dalam menyusun makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa meksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai
penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari
penyususnan maupun tata bahasa penyampaiannya dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini. Dan penulis berharapsemoga dengan
adanya makalah ini dapat menambah wawasan baru bagi para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.5 Etika politik dalam perilaku bangsa Indonesia yang berdasarkan ........ 8
ii
1. Etika politik berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ............................. 8
4... Etika politik yang berdasarkan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dalam permusyawaratan perwakilan ......................................................... 9
PENUTUP ............................................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai
filsafat; jika memahami Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-
segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah segi-segi filsafatnya, maka
yang ditangkap hanyalah segi-segi fenomenalnya saja, tanpa menyentuh
hakikatnya.
Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di
dunia, bahwa cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus
dilakukan dengan cara membangun dari hasil perombakan terhadap
keseluruhan tatanan kehidupan yang dibangun oleh Orde Baru. Inti dari cita-
cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan
ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintah yang bebas dari
KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang
menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehiduan ekonomi
yang mensejeterahkan rakyat Indonesia. Bangunan Indonesia Baru adil dari
reformasi atau perombakan tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah
“masyarakat multikultural Indonesia” dari puing-puing tatanan kehidupan
Orde Baru yang bercorak “masyarakat majemuk” (plural society). Sehingga,
corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika bukan lagi
keaneragaman suku bangsa dan kebudayaan tetapi keaneragaman kebudayaan
yang ada didalam masyarakaat Indonesia.
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
mulktikultural adalah multikulturalisme yaitu, sebuah ideologi yang
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara
individual maupun secara kebudayaan (Fay 1996, Jary dan Jary 1991, Watson
2000). Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga
1
masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah
kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya
seperti sebuah mozaik. Didalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari
masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya
masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti
sebuah mozaik tersebut (Reed, Ed. 1997). Model kulturalisme ini sebenarnya
telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa ini dalam mendesain
apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang
terungkap dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi :
“kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan
didaerah”.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan
etika politik, nilai-nilai pancasila sebagai sumber etika politik, nilai etika
politik dalam pancasila, dan etika politik dalam perilaku bangsa Indonesia
yang berdasarkan Pancasila sebagai dasar negara.
1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode
kepustakaan, yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa
buku maupun informasi di internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Filsafat
Sebagai salah satu cabang etika khusus etika politik termasuk dalam
lingkungan filsafat. Karena kata “filsafat” dipakai untuk segala apa saja, saya
merasa perlu untuk menerangkan dulu apa yang disini dimaksud dengan
istilah ini. Istilah “filsafat” tidak saya pergunakan dalam arti “kebijaksanaan
hidup”, “sikap hati”, “sistem nilai”, “pandangan dunia”, “usaha kebatinan”,
3
“angan-angan” atau “cita-cita mengenai hal-hak yang luhur”, dan sebagainya,
melainkan dalam artiannya.
Filsafat adalah ilmu yang bertujuan untuk menangani pertanyaan-
pertanyaan maha penting yang diluar kemampuan metodis ilmu-ilmu
pengetahuan khusus itu secara metodis, sistematis, kritis, dan berdasar,
pendek harta secara rasional dan bertanggung jawab.
4
pertama “ketuhanan yang maha esa” serta sila kedua “kemanusiaan yang adil
dan beradab” adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan.
Dalam pelaksanan dan penyelenggaran negara, etika politik menuntut
agar kekuasaaan dalam negara dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas
(legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku, (2)
disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis), dan (3)
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan
dengannya legitimasi moral (lihat Suseno,1987:115).
Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan
kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila IV). Oleh karen itu,
rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh karena itu dalam
pelaksanan dan penyelenggaraannya negara segala kebijaksanaan,
kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai
pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanan politik praktis hal-hal
yang menyangkut kekuasaan eksekutif legislatif, konsep pengambilan
keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari
rakyat, atau dengan kata lain perkataan harus memiliki “legitimasi
demokratis”.
5
yang terkandung didalamnya. Nilai sila pertama menjiwai sila lainnya dan
masing-masing sila saling mengkualifikasikan dengan sila yang lain.
Masing-masing sila pancasila memiliki bobot nilai yang berbeda. Sila
ketuhanan yang maha esa memiliki bobot nilai tertinggi dibanding dengan
nilai sila lainnya hal ini karena sila ketuhanan yang maha esa mengandung
nilai religus. Sedangkan nilai-nilai dari sila-sila yang dibawahnya merupakan
nilai manusiawi yang artinya nilai manusia-manusia itu walaupun demikian
antar sila-sila tersebut juga memiliki tata urutan yang sedemikian karena
bobot nilai dari masing-masing sila juga berbeda-beda. Nilai kemanusian
memiliki nilai bobot yang lebih tinggi dibanding nilai –nilai dibawahnya dan
seterusnya.
Nilai-nilai pancasila bersifat universal dan dapat diterima oleh
siapapun, nilai digali dari dudaya manusia artinya apa yang sudah ada
sekarang merupakan warisan dari nenek moyang, berarti pancasila adalah
milik bangsa Indonesia yang menjadikan bangsa Indonesia memiliki ciri khas
dibanding bangsa yang lain.
Nilai etika dalam pancasila dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Nilai Ketuhanan yang maha esa
Pada prinsipnya mengandung makna bahwa negara kita adalah
negara yang monoteisme. Artinya bangsa Indonesia harus memeluk
salah satu agama atau ajaran kepercayaan yang diyakininya dan dapat
menjalankan ibadahnya dengan baik. Negara melindungi kehidupan
bangsa Indonesia dalam menjalankan ibadahnya masing-masing.
2. Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab
Manusia pada dasarnya adalah makhluk monopluralisme yaitu
mansuia yang memiliki susunan kodrat, sifat kodrat dan kedudukan
kodrat. Manusia sebagai makhluk jiwa-raga, sosial-individu, dan
pribadi-Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan tersebut harus berjalan
harmonis untuk mewujudkan suatu kehidupan yang baik. Konsekuensi
dari nilai kemanusiaan ini seluruh bangsa Indonesia haruslah
menjunjung tinggi nilai tersebut tanpa meninggalkna sila-sila lain.
6
3. Nilai Persatuan Indonesia
Sila ini mengandung arti bahwa bangsa Indonesia menjunjung
tinggi peraturan dan kesatuan dengan mengutamakan kepentingan-
kepentingan bersama dibandingkan dengan kepentingan
pribadi/golongan. Nilai persatuan banyak mengandung implikasi bagi
bangsa Indonesia, artinya bangsa Indonesia harus mampu mewujudkan
perbedaan yang ada menjadi suatu persatuan dan kesatuan.
4. Nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan
Kerakyatan menjadi ciri khas bagi pancasila. Nilai kerakyatan
ini diwujudkan dalam berbagai segi kehidupan, terutama dalam
kehidupan politik. Kehidupan politik yang berdasarkan kerakyatan akan
lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan dengan
kepentingan pribadi/golongan. Bukan berdasar egoitisme dan individu
tetapi berdasarkan kepentingan bersama.
5. Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Keadilan yang dimaksud sila ini adalah seluruh masyarakat
Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan. Hal ini berarti rakyat berkewajiban untuk mengadakan
keadilan. Keadilan akan terwujud apabila seluruh masyarakat berperan
serta dan terlihat di dalamnya untuk bersama-sama menciptakan
keadilan.
7
sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa
Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila dapat
ditemukan dalam sila-silanya.
8
tugasnya bukan hanya menjadi kewajiban untuk mempertanggung
jawabkan kepada dunia tetapi dalam kehidupan nanti.
2. Etika politik berdasarkan Kemanusiaan yang adil dan beradab
Rasa tanggung jawab terhadap tugasnya hanya diperuntukkan
pada masyarakat. Artinya, tugas yang disandangnya untuk kepentingan
masyarakat Indonesia bukan untuk kepentingan pribadi/golongan.
3. Etika politik berasarkan Persatuan Indonesia
Artinya perilaku penyelenggara negara hanya untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan bukan perpecahan mengingat bangsa Indonesia
terdiri dari berbagai macam perbedaan dan perbedaan itu dimunculkan
untuk mewujudkan persatuan.
4. Etika politik yang berdasarkan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat dalam permusyawaratan perwakilan
Demokrasi yang menjadi inti dari perkembangan sila ini.
Demokrasi yang dilaksanakan dengan baik akan menjadikan kehidupan
politik di Indonesia akan lebih baik pula.
5. Etika politik berdasarkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia
Tindakan dan perilaku dari para penyelenggara negara harus bisa
mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya semua
lapisan masyarakat ikut menikmati keadilan itu. Penguasa tidak memihak
satu masyarakat tertentu. Semua diperlakukan dan memiliki hak yang
sama untuk mendapatkan keadilan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu penghubung antara dasar negara dengan
etika berpolitik. Etika politik termasuk lingkup etika sosial yang berkaitan
dengan bidang kehidupan politik. Politik juga memilikimakna dan bermacam-
macam kegiatan, dalam sistem politik Negara dan politik lainnya harus
berpedoman dan mengacu pada butir-butir yang terdapat dalam pancasila,
dengan tujuan demi kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat (publik)
dan bukan semata-mata untuk kepentingan individu atau golongan.
3.2 Saran
Kita dapat menambah ilmu pengetahuan tentang Pancasila.
Agar para mahasiswa dapat mengetahui peranan Pancasila dalam
bernegara.
Kita akan mengetahui pengaruh-pengaruh Pancasila dalam etika politik.
10
DAFTAR PUSTAKA
11