Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

Dosen mata kuliah : Widodo Winarso, M.Pd

Disusun oleh :

Cut Dhieva Fajariyani(P20620222048)

Dwi Intan Insanazar (P20620222051)

Fahya Dwi Nandika (P206202220053)

Rosdiana Octavia Siahaan (P20620222070)

1B_D3 Keperawatan 2022

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA KAMPUS CIREBON 2022

Jl. Pemuda Raya No.38, Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45132
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Etika
Politik” Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Pancasila di Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Kampus Cirebon.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Cirebon, 23 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

MAKALAH PANCASILA...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
Tujuan Masalah.................................................................................................................................2
BAB ll...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
Konsep-konsep Dasar........................................................................................................................2
Etika Politik Pancasila.......................................................................................................................4
Nilai Etika Politik Pancasila..............................................................................................................5
Moral Politik Pancasila......................................................................................................................5
Norma Politik Pancasila....................................................................................................................6
BAB lll..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
Kesimpulan........................................................................................................................................8
Saran..................................................................................................................................................9
Daftar Pustaka...................................................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di dunia, bahwa cita-cita
reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara membangun dari
hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan kehidupan yang dibangun oleh Orde Baru.
Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan
ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN,
terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran
produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat
Indonesia. Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perombakan tatanan kehidupan
Orde Baru adalah sebuah “masyarakat multikultural Indonesia” dari puing-puing tatanan
kehidupan Orde Baru yang bercorak “masyarakat majemuk” (plural society). Sehingga, corak
masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika bukan lagi keanekaragaman suku bangsa
dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat
Indonesia.
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah
multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan
dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Fay 1996, Jary dan
Jary 1991, Watson 2000). Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk
juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan
yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di
dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang
membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang
seperti sebuah mosaik tersebut (Reed, ed. 1997). Model multikulturalisme ini sebenarnya
telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang
dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal
32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak
kebudayaan di daerah”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat terbentuk rumusan masalah
sebagai berikut.

1. Apa definisi Pancasila sebagai etika politik?


2. Apa definisi nilai,norma,moral?

C. Tujuan Masalah
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun di atas, hingga
tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan untuk mengetahui
segala yang telah dicantumkan pada rumusan masalah.

2
BAB ll
PEMBAHASAN
A. Konsep-konsep Dasar

Sebelum membahas pengertian etika politik terlebih dulu harus dipahami artmendasar-
konsep dasar yang erat kaitannya seperti etika, moral, norma dan nilai sebagai berikut:

1.Etika

Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak, adat
ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kesediaan jiwa
seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan (Syafiie,
1993). Dalam konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia dipandang dari
segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip dasar pembanaran
dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Selanjutnya etika dapat dibagi atas etika umum dan etika khusus. Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Sedangkan etika
khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan
manusia. Etika khusus terbagi menjadi etika individual, yaitu membahas kewajiban manusia
terhadap di diri sendiri dan etika sosial membahas kewajiban manusia terhadap manusia lain
dalam hidup bermasyarakat (Suseno, 1987). Pada dasarnya etika membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan nilai-nilai seperti nilai baik dan buruk, nilai susila atau tidak susila, nilai
kesopanan, kerendahan hati dan sebagainya.

2.Moral

Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan peraturan lisan maupun tertulis tentang


bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang lebih baik. Moral
dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral dan etika merupakan ilmu pengetahuan yang

3
membahas prinsip-prinsip moralitas (Devos, 1987). Etika merupakan tingkah laku yang
bersifat umum universal berwujud teori dan bermuara ke moral, sedangkan moral bersifat
tindakan lokal, berwujud praktik dan berupa hasil buah dari etika. Dalam etika seseorang
dapat memahami dan mengerti bahwa mengapa dan atas dasar apa manusia harus hidup
menurut norma-norma tertentu, inilah kelebihan etika dibandingkan dengan moral.
Kekurangan etika adalah tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan seseorang, sebab wewenang ini ada pada ajaran moral.

3. Norma
Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat atau
kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan dan pengendali sikap dan tingkah
laku manusia. Agar manusia mempunyai harga, moral mengandung integritas dan martabat
pribadi manusia. Sedangkan derajat kepribadian sangat ditentukan oleh moralitas yang
dimilikinya, maka makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang tercermin dari
sikap dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, norma sebagai penuntun, panduan atau
pengendali sikap dan tingkah laku manusia.

4. Nilai
Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, namun
bukan objek itu sendiri. Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, yang kemudian nilai dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam
bersikap dan berperilaku baik disadari maupun tidak disadari. Nilai merupakan harga untuk
manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, kemanusiaan (Kamus Bahasa
Indonesia, 2000).
Nilai akan lebih bermanfaat dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka harus
lebih di kongkritkan lagi secara objektif, sehingga memudahkannya dalam menjabarkannya
dalam tingkah laku, misalnya kepatuhan dalam norma hukum, norma agama, norma adat
istiadat dll.

B. Etika Politik Pancasila

Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak,
adat ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kesediaan
jiwa seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan

4
(Syafiie, 1993). Dalam konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia
dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip
dasar pembanaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Etika politik Pancasila adalah suatu proses pengambilan keputusan dan kebijakan lainnya
yang harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, karena Pancasila mempunyai nilai yang sangat
fundamental sebagai dasar falsafah Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam
UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara dan penyelenggara Negara harus
mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala bidang
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat, karena Pancasila merupakan suatu
landasan moral etik dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Etika
berkaitan dengan berbagai masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan
masalah- masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, “baik”
dan “buruk”, sifat seseorang dikatakan susila atau bijak apabila ia melakukan kebajikan,
sebaliknya seseorang dikatakan tidak susila apabila ia melakukan kejahatan. (Dwi
Yanto,2017).

C. Nilai Etika Politik Pancasila

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politik kehidupan manusia. Karena itu,
etika politik mempertanyakannya tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia
dan sebagai warga negara terhadap negara, hukum dan sebagainya (lihat suseno, 1986).
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan
negara dijalankan sesuai dengan norma tertentu, yaitu:
1. Asas legalitas atau legalitas hukum yang dijalankan sesuai dengan hukum yang
berlaku.
2. Disahkan dan dijalankan secara demokratis.
3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengan moral
yang berlaku.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, seluruh aspek yang menyangkut


kekuasaan, kebijaksanaan yang berkaitan dengan publik, dan pembagian kewenangan harus
berdasarkan legitimasi moral religius. Sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa dan sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.

5
Selain itu, penyelenggaraan negara juga harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip
legalitas. Disebutkan dalam pasal 1 ayat 3 Undang-undang Dasar atau UUD 1945 bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum. Maka, keadilan dalam hidup bersama harus sesuai
dengan sila kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan
sosial merupakan tujuan dari kehidupan negara.
Segala kebijakan, kekuasaan, dan kewenangan dalam penyelenggaraan negara harus
berdasarkan hukum yang berlaku.

D. Moral Politik Pancasila


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang telah disahkan sebagai dasar
negara adalah merupakan kesatuan utuh nilai-nilai budi pekerti atau moral. Oleh karena itu
Pancasila dapat disebut sebagai moral bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah menegara
dalam NKRI, dengan demikian Pancasila juga merupakan moral Negara, yaitu moral yang
berlaku bagi Negara.
Norma moral tidak sama dengan norma sopan santun dan juga berbeda dengan norma
Hukum. Norma sopan santun berlaku berdasarkan kebiasaan, sedang norma hukum berlaku
berdasarkan undang-undang, sedangkan norma moral bersumber pada kodrat manusia (
gamanatkan bahwa Pancasila sebagai nilai-nilai dasar kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat harus dijabarkan dalam bentuk perundang-undangan, peraturan atau ketentuan
yang dibuat oleh penguasa. Dengan kata lain semua produk Hukum yang Berlaku di
Indonesia tidak boleh bertentangan dengan jiwa dan semangat Pancasila.

E. Norma Politik Pancasila


Adapun nilai-nilai tersebut akan dijabarkan secara jelas sehingga dapat dijadikan sebagai
suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi :

1.Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut baik maupun yang buruk. Pancasila merupakan dasar Negara dan sekaligus ideologi
bangsa,oleh sebab itu nilai-nilai yang tersurat maupun yang tersirat harus dijadikan landasan
dan tujuan mengelola kehidupan
Negara, bangsa maupun masyarakat. Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila wajib dijadikan
norma

6
moral dalam menyelenggarakan Negara menuju cita-cita sebagaimana dirumuskan dalam
alinea
IV Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Etika politik Pancasila mengamanatkan bahwa Pancasila sebagai nilai-nilai dasar kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat harus dijabarkan dalam bentuk perundang-
undangan,
peraturan atau ketentuan yang dibuat oleh penguasa. Dengan kata lain semua produk hukum
yang berlaku di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan jiwa dan semangat Pancasila.

2.Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Jadi sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu pedoman yang
langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai–nilai
etika yang harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma
hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan. Adakah terdengar lagi gaung
Pancasila dalam kancah kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini? Agaknya untuk melihat hal
itu, perlu penelaahan yang cukup luas sudut pandangnya. Atau dapat dikatakan bahwa jika
Pancasila dilihat sebagai sebuah fenomena, maka perlu juga dilihat fenomena atau esensi dari
fenomena itu, dengan begitu sudut pandangnya tidak hanya dibatasi pada tataran luaran yang
nampak, tetapi juga berupaya melihat apa yang sedang terjadi di dalamnya. Akhir-akhir ini
kita tahu bahwa, Pancasila sedang mengalami satu fase delegitimize, keberadaan Pancasila
akhir-akhir ini yang sebagai sebuah pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai pandangan
hidup bersama tak lagi “diakui”.(Dwi Yanto,2017)

7
BAB lll
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu penghubung antara dasar negara dengan etika berpolitik.
Pancasila dalam bidang pendidikan memberikan kontibusi yang besar khususnya di
Indonesia. Dengan adanya Pancasila maka bangsa Indonesia ini memiliki dasar negara
sebagai acuan berdirinya negara, dengan hal ini maka akan memberikan pengaruh positif
negara dalam bernegara. Manusia hidup karena berpolitik.Secara kodrati sebagai makhluk
individu danmakhluk sosial manusia akan memerlukan aturan-aturan atau norma-norma
untuk dapat menjalani hidupnya. Kata kunci dari dimensi politik ini adalah kaitannya dengan
hak dan kewajiban manusia sebagai warga negara,sebagai anggota masyarakat, sebagai
individu.

2. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat serta berpolitik dalam berbagai segi kegiatan dapat terwujud
dengan baik dan lancar. Untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, pemerintah
selaku pemegang amanat rakyat dan penyelenggara Negara harus mentaati peraturan yang
telah ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi pemerintah
yang absolut, pemerintah yang didukung penuh oleh rakyat, karena kedaulatan tertinggi
berada tangan dan rakyat merupakan bagian terpenting dari terbentuknya suatu Negara.

8
3. Daftar Pustaka
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando.2013.Pancasila sebagai Etika Politik.

Yanto,(2017) “ETIKA POLITIK PANCASILA”vol.15,No.27


http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ittihad/article/view/1596/1164

https://repository.unikom.ac.id

SOAL PG

1. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu....


a.etik
b. Ethos
c. Etos
d. Kathos
E . Mitos
Jawaban : B. Ethos

2. Apa itu norma hukum......


a.yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
b. Peraturan yang ada
c. Semua benar
d. nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar.
e. Jawaban A,D benar
Jawaban: A yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

3. Dalam konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia dipandang dari segi.....
a. Baik buruknya
b. Nilai yang baik
c. Nilai yang buruk

9
e jawaban semuanya benar
Jawaban yang benar A baik buruknya

4. Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti…
a. Watak, Adat ataupun kesusilaan
b. Sifat, keagamaan ataupun kerohanian
c. Keyakinan Individu
d. Kepercayaan
e. Kaidah kehidupan
Jawaban: A
5. Pada dasarnya etika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai…
a. Baik dan buruk
b. Susila tidak susila
c. Kesopanan dan kerendahatian
d. Tidak berkaitan dengan nilai-nilai
e. Poin a, b, c benar semua
Jawaban: E

6. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar kekuasaan
negara dijalankan sesuai dengan norma tertentu, yaitu…
a. Asas legalitas, disahkan & dijalankan secara demokratis, berdasarkan prinsip moral
b. Asas legalitas, dijalankan atas kehendak sendiri, berdasarkan prinsip kehidupan
c. Asas kewarganegaraan
d. Asas pancasialis
e. Asas ius sanguins
Jawaban: a

7. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, seluruh aspek yang menyangkut


kekuasaan, kebijaksanaan yang berkaitan dengan publik, dan pembagian kewenangan harus
berdasarkan…
a. Legtimasi hukum
b. Legtimasi normatif
c. Legtimasi moral religius
d. Legtimasi demokratif

10
e. Individualisme
Jawaban: c
8. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang telah disahkan sebagai dasar
negara adalah merupakan kesatuan utuh nilai-nilai…
a. Politik ekonomi
b. Ideologi pancasila
c. Hukum teratur
d. Budi pekerti atau moral
e. Pendidikan dan kebudayaan
Jawaban: d

9. Etika dapat dibedakan menjadi 2, yaitu…


a. Etika Dasar dan Etika Moral
b. Etika Sosial dan Etika Umum
c. Etika Umum dan Etika Khusus
d. Etika Khusu dan Etika Dasar
e. Etika Moral dan Etika Sosial
Jawaban : c

10.Sumber kebaikan dan keburukan kemauan bebas untuk memilih. Teori kemauan bebas,
yaitu….
a. Determinisme dan Indeterminisme
b. Darwiminisme dan Materialistis
c. La metic dan Atheisme
d. Indeterminisme dan Atheisme
e. Materialistis dan Sosiologis
Jawaban: A

11

Anda mungkin juga menyukai