Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MAKALAH

PANCASILA

PANCASILA DAN ETIKA POLITIK

Disusun oleh:

Nama : Aisyah Masyiah Insyani (04021282126058)

Aliyyah Chairani (04021282126045)

Annisa Febyola (04021282126061)

Arista Ayu Safitri (04021282126033)

Rinna Adiningsih (04021282126057)

Sajida Yuniska (04021282126030)

Kelompok : 6 Reguler A

Dosen Pengajar : Drs. Giartama, M.Pd

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan Tuhan Yang Maha Esa, tentunya kami tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tema yang menjadi
pembahasan pada makalah ini adalah “ PANCASILA DAN ETIKA POLITIK” .

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
kesempurnaan. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak khususnya kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Pancasila yaitu Bapak Drs.
Giartama, M.Pd yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam menulis dan
menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan sebagai alat yang dapat
menambah pengetahuan kita bersama. Aamiin.

Indralaya, 03 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................................................ 2
1.4. Manfaat .......................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Etika dan Etika Politik Indonesia ...................................................................................4
2.2. Pancasila Sebagai Sistem Etika.......................................................................................................5
2.3 Perlunya Pancasila Sebagai Sistem Etika ........................................................................................ 8
2.4. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika ...........................10
2.5. Pancasila Sebagai Etika Politik Indonesia .......................................................................................14
2.6. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika ...............................................................15
2.7. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika .............................................17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolak ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia. Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika politik Indonesia
tertanam dalam jiwa Pancasila.

Kesadaran etik yang merupakan kesadaran relational akan tumbuh subur bagi warga
masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai pancasila itu di yakini kebenarannya, kesadaran etik juga
akan lebih berkembang ketika nilai dan moral pancasila itu dapat di breakdown kedalam norma-
norma yang di berlakukan di Indonesia .

Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya suatu pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan
sistem pemikira ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara
langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek
prasis melainkan suatu nilai yan bersifat mendasar.

Nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga merupakan suatu
pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian yang ke dua adalah norma
hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Maka pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di Indonesia, pancasila merupakan suatu cita-
cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum
membentuk negara dan berasal dari bangsa indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa
materialis).

1
Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum baik
meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabarkan lebih lanjut
dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun
kebangsaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini, antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan etika dan etika Politik Indonesia?


2. Bagaimana peran Pancasila sebagai sistem etika?
3. Mengapa perlunya Pancasila sebagai sistem etika?
4. Apa saja sumber historis, sosiologis, dan politik tentang Pancasila sebagai sistem etika?
5. Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai etika politik Indonesia?
6. Bagaimana dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem etika?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:

1. Memaparkan apa yang dimaksud dengan etika dan etika politik Indonesia.
2. Menjelaskan pengertian dan peran Pancasila sebagai sistem etika.
3. Menjelaskan mengapa perlunya Pancasila sebagai sistem etika.
4. Menjabarkan apa saja sumber histologis, sosiologis, dan politik Pancasila sebagai sistem
etika.
5. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai etika politik Indonesia.
6. Menjelaskan proses dinamika dan tantangan Pancasila sebagai sistem etika.

1.4 MANFAAT

1.Manfaat Teoritis

2
Secara teoritik, Materi ini dapat menjadi acuan bagi para mahasiswa, politisi, hingga
masyarakat secara umum sebagai pedoman khususnya terkait dengan Pancasila dalam
pandangan Etika Politik. Dengan begitu, teori, konsep, dan cara analisis yang ada dalam Materi
ini akan memberikan manfaat dalam memahami pancasila sebagai etika politik dalam berbangsa
dan bernegara.

2. Manfaat Praktis

Dalam prakteknya ternyata etika politik sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan yang
menyangkut kepentingan publik dan tujuan-tujuan yang berhubungan dengan kehidupan
kenegaraan, pemerintahan, serta kegiatan-kegiatan dari berbagai lembaga sosial, dan partai
politik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA DAN ETIKA POLITIK INDONESIA


A. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (kata tunggal) yang berarti:tempat tinggal, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap,cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta, etha,
yang berarti adat istiadat.Dalam hal ini, kata etika sama pengertianya dengan moral. Moral
berasaldari kata latin: Mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yangberarti adat istiadat,
kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, carahidup. Adapun etika menurut para ahli sebagai
berikut

1. Menurut Bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dansebagai refleksi. Sebagai
praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma- norma moral yang baik yang dipraktikkan atau justru
tidak dipraktikkan,walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinyadengan
moral atau moralitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak bolehdilakukan, pantas dilakukan, dan
sebgainya. Etika sebagai refleksi adalahpemikiran moral.

2. Menurut Burhanuddin Salam, istilah etika berasal dari katalatin, yakni “ethic,
sedangkan dalam bahasa Greek, ethikos yaitu a body ofmoral principle or value Ethic, arti
sebenarnya ialah kebiasaan, habit.

Kesimpulan: Dalam pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan
kebiasaan masyarakat (pada saat itu). Lambat laun pengertian etika itu berubah dan berkembang
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhanmanusia. Perkembangan pengertian etika tidak lepas
dari substansinyabahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan
atautingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat. Istilahlain dari etika,
yaitu moral, asusila, budi pekerti, akhlak. Etika merupakanilmu bukan sebuah ajaran.

4
B. Pengertian Etika politik

Etika politik yaitu mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia
dan bukan hanya sebagai warga negara terhadap negara (Suseno 1994 : 14). Kebaikan sebagai
manusia dan kebaikan sebagai warga negara tidak identik. Identitas sebagai manusia yang baik
dan warga negara yang baik hanya bisa terwujud apabila negara sendiri baik. Jika negaranya
buruk, di mana orang baik sebagai warga negara hidup dalam aturan negara yang buruk, maka
orang tadi menjadi buruk sebagai manusia. Demikian pula, dalam negara buruk, manusia yang
baik sebagai manusia, akan buruk pula sebagai warga negara karena tidak dapat hidup sesuai
dengan aturan buruk negara. Negara yang ideal dengan warga negara yang ideal adalah suatu
negara yang dapat membahagiakan rakyatnya, didukung oleh individu warga negara yang secara
moral dan etis baik.

Kesimpulan: Etika merupakan suatu gambaran diri seseorang. Orang dapat menilai yang lainnya,
salah satunya dapat dilihat etikanya. Ketika seseorang senantiasa bersikap baik dalam kehidupan
sehari-hari, orang tersebut dapat dinilai sebagai orang yang beretika baik. Begitu juga sebaliknya
sedangkan etika politik merupakan salah satu komponen penting yang harus dimiliki dan
dipahami oleh orang yang berkecimpung dalam dunia politik ataupun politikus. Karena jika
berbicara tentang politik, itu sudah pasti akan berhubungan dengan kepentingan orang banyak
yang notabenenya bukan kepentingan orang-orang yang berperan dalam politik saja, namun juga
seluruh lapisan masyarakat yang bahkan tidak paham akan politik pun akan terkena dampak dari
setiap manuver dan kebijakan-kebijakan politik. Terlebih jika Etika Berpolitik ini digunakan
untuk menelaah bagaimana sosok pemimpin yang baik, tentu akan menjadi penting bagi setiap
orang juga untuk memahami bagaimana Etika Berpolitik tersebut.

2.2 PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Pancasila sebagai sistem etika adalah moral yang bisa di realisasikan pada perbuatan yang
dapat di lihat sehingga melibatkan banyak sekali aspek kehidupan. Dapat dilihat masa kini masih
banyak sekali warga yang tidak berasaskan Pancasila. Tujuan Pancasila sebagai sistem Etika
dengan melihat nilai apa saja yang tercantum pada isi Pancasila, maka dari itu Pancasila bisa
menjadi sistem etika yang sangat kokoh. Di dalam etika Pancasila sendiri tercantum nilai sila
5
Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan serta keadilan. Dilihat
berdasarkan nilai sila Pancasila yang ada ini tidak hanya bersifat keabsahan, tetapi pula realistsis
dan penerapan. Apabila nilai sila Pancasila ini betul-betul dimengerti tentu bisa memusnahkan
tingkat kesenjangan dan kejahatan moral dalam aktivitas bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pancasila juga merupakan suatu sistem karena Pancasila memenuhi syarat disebut sebagai
suatu sistem. Sebagai suatu sistem, Pancasila merupakan suatu kesatuan yakni disebut sebagai
Pancasila yang tediri dari bagian-bagian silanya, antara satu sila memiliki kaitan dan
berhubungan dengan sila lain sehingga antara sila yang satu dengan sila yang lain tidak bisa
dipisahkan dan memiliki satu tujuan yang sama. Etika yang dijiwai nilai-nilai Pancasila
merupakan etika Pancasila yang meliputi:
1. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan etika
yang berlandasakan pada kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan
etika yang menujunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
3. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila persatuan Indonesia, merupakan etika yang
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi dan golongan.
4. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyarawatan/ perwakilan, merupakan etika yang menghargai
kedudukan, hak dan kewajiban warga masyarakat/warga negara, sehingga tidak
memaksakan pendapat dan kehendak kepada orang lain.
5. Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
merupakan etika yang menuntun manusia untuk mengembangkan sikap adil terhadap
sesama manusia, mengembangkan perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan sistem etika. Artinya manusia Indonesia harus
dapat membedakan antara yang halal dan yang haram, antara yang boleh dan tidak boleh,
walaupun dapat dilakukan. Dalam arti kata, manusia Indonesia harus menumbuhkan kesadaran
pada diri sendiri bila berhadapan dengan perbuatan baik atau buruk (Adnan, 2003). Sebagai suatu
6
sistem etika, Pancasila memberi pandangan, memberi prinsip-prinsip tentang harkat kemanusiaan
dan kultur dapat dijamin berhadapan dengan kekuasaan negara modern, menghadapi era
globalisasi dalam dinamika Era Reformasi saat ini. Pancasila dapat dijadikan tolak ukur suatu
perbuatan manusia sebagai manusia yang baik atau buruk, dengan pedoman moral langsung yang
bersifat objektif dan subjektif, dan juga pedoman moral tidak langsung yang mendalam dari Ilahi
(Adnan, 2003).
Indonesia memakai Pancasila sebagai sistem etika yang berdasarkan dengan nilai dari kelima
Pancasila. Kelima sila ini berfungsi sebagai sistem aturan, atau pedoman bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, dan berbangsa dalam kesehariannya. Sila pertama
yang berupa nilai spiritualitas yang mengandung dimensi moral mengingatkan manusia, agar
selalu dekat dengan Sang Maha Kuasa sesuai dengan agama yang dipercayainya.Sila ketiga yang
berarti persatuan mengandung nilai solidaritas, kebersamaan, dan cinta tanah air yang harus
dimiliki setiap warga negara. Sila keempat berisikan makna tentang sikap mau mendengarkan
dan menghargai orang lain untuk mewujudkan terjaganya kerukunan berbangsa. Terakhir, sila
kelima merupakan nilai kepedulian terhadap orang lain, dan saling membantu agar semua
masyarakat dapat hidup dengan damai.
Dalam hal ini, etika Pancasila akan lebih cocok dikaitkan dengan etika keutamaan, atau etika
kebajikan. Namun, etika ini juga mengandung sedikit dari nilai etika teleologi, dan deontology.
Etika tersebut memiliki keutamaan yang lebih dominan berkaitan dengan etika Pancasila, karena
mencerminkan empat tabiat saleh, yang berhubungan keadilan, kebijaksanaan, keteguhan, dan
kesederhanaan.

Kesimpulan: Jadi, Peran Pancasila sebagai sistem etika adalah Pancasila memegang peranan
dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana saja kita
berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua
pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga tidak dapat dipungkiri
bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan
menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku bagi
masyarakat, bangsa, dan negara.

7
2.3 PERLUNYA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Penempatan pancasila sebagai sistem etika tidak saja dalam pengertian menjadi prinsip
berprilaku, melainkan juga sebagai pijakan dalam menata kehidupan bersama. Dengan kata lain,
Pancasila menjadi norma dalam menata penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian ada dua aspek yang muncul ketika menempatkan pancasila sebagai etika,
yaitu :
1. Dari sisi personal

Nilai-nilai dasar Pancasila menjadi pijakan setiap pribadi warga negara Indonesia dalam
menjaliin relasi dengan sesamanya. Sebagai etika, Pancasila menginspirasi setiap orang Indonesia
dalam berprilaku di masyarakat. Sebagai pribadi, prilaku itu mencerminkan penghayatan pada
nilai-nilai religius, pengakuan pada nilai-nilai kemanusiaan seperti menghargai harkat dan
martabat diri sendiri maupun orang lain, mengakui kebebbasan, serta mengedepankan norma
sopan santun dalam keseharian.

2. Dari sisi sosial

Pancasila sebagai etika berarti nilai-nilai Pancasila menjadi pijakan dalam pengelolaan negara
dalam segala bidang seperti bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik serta pengembangan
IPTEK. Dalam pengembangan ekonomi, nilai-nilai Pancasila diungkapkan dengan menjadikan
nilai kemanusiaan serta kepentingan bersama dan kemajuan bersama serta kesejahteraan bersama
sebagai prioritas dalam pembangunan ekonomi. Artinya, kepentingan kelompok atau golongan
harus disisihkan, kendati hal ini sangat sulit. Namun untuk menghilangkan itu tentunya sistem
yang berpihak pada kemanusiaan dan kepentingan bersama harus ada.

 Di bidang ekonomi

Dalam gagasan Mubyarto, dijelaskan secara jelas bahwa pengembangan ekonomi tidak boleh
mengejar pertumbuhan saja, tetapi juga pengembangan kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh
bangsa. Karena itulah, perkembangan dunia yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila
perlu dibendung dan dasar yang digunakan adalah nilai-nilai Pancasila.

 Di bidang sosial budaya


8
Bangsa indonesia sesungguhnya mempunyai kekayaan yang luar biasa dalam bidang sosial
budaya. Kekeyaan ini perlu terus menerus digali dan dikembangkan sera dijadikan sebagai
pijakan. Di era globalisasi, kekayaan nilai sosial budaya semakin luntur bahkan semakin tergeser
oleh nilai-nilai budaya luar. Semua elemen bangsa perlu menyadari hal ini.

 Di bidang politik

Pancasila adalah landasan dalam berpolitik. Dengan kata lain, praktik politik di Indonesia
tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai Pancasila. Sebagai dasar negara, selain sumber bagi
peraturan perundang-undangan, Pancasila juga menjadi sumber moralitas dalam kaitan dengan
legitimate kekuasaan, hukum serta kebijakan dalam penyelenggraan negara. Ini berarti bahwa
praktik politik bertumpu pada nilai- nilai Pancasila. Dalam kaitan dengan ini penyelenggaraan
negara yang berasaskan Pancasila menuntut agar kekuasaan dijalankan sesuai dengan tiga asas
legitimasi, yaitu:

a. Asas legitimasi legal, artinya kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku
b. Asas legitimasi demokratisasi yakni dilaksanakan dan dijalankan secara demokratis
c. Asas legitimasi moral, yakni dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral.

Dalam realisasi praktik kehidupan berbangsa dan bernegara, prinsip-prinsip dasar etika politik
dlaksanakan secara korelatif antara ketiga legitimasi itu. Ketiga legitimasi itu pula berlaku dalam
tiga bidang kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif.

 Di bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak boleh menyimpang dari nili-nilai
dasar Pancasila. Ini berarti ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di Indonesia
tidak boleh bertentangan dengan nilai religius dan nilai-nilai humanistik serta tidak merusak
kesatuan bangsa. Konkretnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh
mengobjekkan manusia, justru menempatkan manusia sebagai tujuan dari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karena itu pula upaya ini dilakukan demi pengembangan peradaban
bangsa Indonesia yang berasaskan pada keuhanan yang maha Esa, berprikemanusiaan yang adil
dan beradab, menyatukan rasa kebangsaan da kebangkitan semangat nasionalisme serta
9
berkeadilan sosial. Dalam kaitan dengan ini pemerataan pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi perhatian dalam pengelolaan negara.

Kesimpulan: Pancasila sangat diperlukan sebagai sistem etika karena Pancasila dan etika ialah
dua gambaran yang tidak boleh disisihkan lantaran isinya ialah suatu sistem yang menciptakan
suatu kepaduan yang utuh serta bertautan antara dengan lainnya yang dijadikan panduan dalam
kehidupan bermasyarakat. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika mampu terbentuk jika
pemerintah serta masyarakat bisa melaksanakan nilai serta sila yang terdapat pada Pancasila
dengan mementingkan asas kesamarataan warga negara.

2.4 SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIK TENTANG PANCASILA


SEBAGAI SISTEM ETIKA
A. Sumber historis

Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila belum ditegaskan ke
dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan hidup masyarakat.
Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh
Presiden Soekarno disebut dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).

Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui penataran P-4
dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada banyak butir Pancasila yang dijabarkan dari
kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari para peneliti BP-7.

Butir Butir sila sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

a. Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

b. Hormat menghormati dan bekerja sama antar para pemeluk agama dan para penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

10
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban asasi antar sesama
manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

b. Saling mencintai sesama manusia.

c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

g. Berani membela kebenaran dan keadilan.

h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. Oleh karena itu,
dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, keselamatan bangsa dan bernegara di atas


kepentingan pribadi atau golongan.

b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

c. Cinta tanah air dan bangsa.

d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhineka tunggal ika.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawara-tan/ Perwakilan

11
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama dengan mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

e. Dengan itikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil putusan
musyawarah.

f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

g. Putusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan.

b. Bersikap adil.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

d. Menghormati hak-hak orang lain.

e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain

f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

g. Tidak bersifat boros.

h. Tidak bergaya hidup mewah.

i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.


12
j. Suka bekerja keras.

k. Menghargai hasil karya orang lain.

l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk- pikuk perebutan
kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika politik. Salah satu bentuk pelanggaran etika
politik adalah abuse of power, baik oleh penyelenggara negara di legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah yang menciptakan korupsi di
berbagai kalangan penyelenggara negara.

2. Sumber Sosiologis

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan
masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau dalam hal bermusyawarah
memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara
kearifan lokal yang bertebaran di bumi Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang
mendalam.

3. Sumber Politis

Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundangan-undangan di
Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma yang berbentuk
piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi.
Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah
kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut (Kaelan, 2011: 487). Pancasila sebagai
sistem etika merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya abstrak, sedangkan
perundang-undangan merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat konkrit.

Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan praktik institusi
sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik, ekonomi. Etika politik memiliki 3
dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik itu sendiri. Dimensi tujuan terumuskan dalam
13
upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan
keadilan. Dimensi sarana memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan prinsip-
prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-
institusi sosial. Dimensi aksi politik berkaitan dengan pelaku pemegang peran sebagai pihak yang
menentukan rasionalitas politik. Rasionalitas politik terdiri atas rasionalitas tindakan dan
keutamaan. Tindakan politik dinamakan rasional bila pelaku mempunyai orientasi situasi dan
paham permasalahan (Haryatmoko, 2003: 25 – 28).

Kesimpulan: Sumber historis pada zaman orde lama Pancasila sebagai sistem etika masih
berbentuk sebagai Philosofische Grondslag. Pada orde baru, Pancasila sebagai system etika
disosialisasikan melalui penataran P-4. Sedangkan pada era reformasi,Pancasila sebagai system
etika tenggelam dalam hiruk pikuk perebutan kekuasaan yang menjurus kepala pelanggaran etika
politik.Sumber Sosiologis Pancasila sebagai system etika ditemukan dalam kehidupan
masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Yang terakhir yaitu system politis dimana pancasila
sebagai system etika terdapat dalam norma nomar dasar sebagai sumber penyusunan berbagai
peraturan per undang undangan di Indonesia.

2.5 PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK INDONESIA

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakekatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, moral maupun norma
kenegaraan lainnya. Sebagai suatu nilai, pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi beberapa cabang :

- Norma Moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut pandang, baik atau buruk, sopan atau tidak sopan, dan susila atau tidak susila.
- Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan peraturan-undangan yang berlaku di Indonesia

Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik

14
- Sebagai Dasar Filsafat Negara Pancasila tidak merupakan sumber peraturan perundang-
undangan merlainkan juga sumber moralitas utama dalan sebagai legitiminasi kekuasaan,
serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan.
- Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah
merupakan sumber nilai – nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
- Negara Indonesia yang berdasarkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
mengingatkan negara Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan dan penyelenggaraan negara
pada ligitiminasi keagamaan. Kekuasaan kepala negara tidak mendasarkan pada
legitimasi keagamaan melainkan mendasarkan pada legitimasi hukum dan demokrasi.
Oleh karena itu asas sila pertama lebih berkaitan dengan legitimasi moral. Inilah yang
membedakan negara yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan teokrasi. Walaupun di
negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius, namun secara moralitas
kehiodupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, terutama
hukum serta moral dalam kehidupan bernegara.

2.6 DINAMIKA TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika


Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut.

 Pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat demokrasi
yang diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat partai politik, yaitu Partai
Nasional Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai Nahdhatul
Ulama (PNU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak dapat dikatakan bahwa
pemerintahan di zaman Orde Lama mengikuti sistem etika Pancasila, bahkan ada
tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum pada zaman Orde Lama dianggap
terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno menganut sistem demokrasi terpimpin, yang
cenderung otoriter.
 Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk penataran
P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia seutuhnya sebagai
15
cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrat bersifat
monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki emosi yang
memiliki pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan tanggapan emosional dari
manusia lain dalam kebersamaan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki
tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat
terpenuhi melalui kerja sama dengan orang lain, baik langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial harus
dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo, 1993: 171). Manusia
Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-pluralis yang terdiri atas susunan kodrat:
jiwa dan raga; Kedudukan kodrat: makhluk Tuhan dan makhluk berdiri sendiri; sifat
kodrat: makhluk sosial dan makhluk individual. Keenam unsur manusia tersebut saling
melengkapi satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia Indonesia
menjadi pusat persoalan, pokok dan pelaku utama dalam budaya Pancasila. (Notonagoro
dalam Asdi, 2003: 17-18).
 Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi sistem
etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan, serta machiavelisme
(menghalalkan segala cara untuk mencapi tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas
Gadjah Mada dalam sambutan pembukaan Simposium Nasional Pengembangan Pancasila
sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Nasional (2006: xiv)
mengatakan sebagai berikut: “Bahwa moral bangsa semakin hari semakin merosot dan
semakin hanyut dalam arus konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, dan ketamakan
karena bangsa Indonesia tidak mengembangkan blueprint yang berakar pada sila
Ketuhanan Yang Maha Esa”.

2. Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika

16
Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan terhadap sistem
etika Pancasila.

 Pertama, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa sikap
otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan negara
yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem
etika Pancasila yang lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
 Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan
masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan
negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan
korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu. Ketiga, tantangan
terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia kebebasan berpolitik
sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya, munculnya anarkisme yang
memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.

2.7 MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM


ETIKA

1. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada
hal-hal sebagai berikut:

 Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negara
harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama. Setiap
prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, maka prinsip tersebut memiliki
kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.
 Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusia
yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus
homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung
implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga

17
menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai
kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.
 Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai
warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu atau
kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan, solidaritas
sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat
memecah belah bangsa.
 Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain. Kelima,
hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari
sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata (deontologis) atau
menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih menonjolkan keutamaan
(virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan
Pancasila sebagai sistem etika meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan


Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan
yang diambil setiap warga negara.

2) Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal, nasional, regional,
maupun internasional.

3) Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari semangat negara
kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.

4) Keempat, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas
nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak globalisasi yang
memengaruhi pemikiran warga negara.

18
Kesimpulan: Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku
manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya pancasia sebagai sistem etika
bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam
kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Jadi, dalam pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu adalah yang sesuai
dengan kebiasaan masyarakat (pada saat itu). Lambat laun pengertian etika itu
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhanmanusia.
Perkembangan pengertian etika tidak lepas dari substansinyabahwa etika adalah suatu
ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atautingkah laku manusia, mana yang
dinilai baik dan mana yang jahat. Istilahlain dari etika, yaitu moral, asusila, budi
pekerti, akhlak. Etika merupakanilmu bukan sebuah ajaran.
Etika merupakan suatu gambaran diri seseorang. Orang dapat menilai yang
lainnya, salah satunya dapat dilihat etikanya. Ketika seseorang senantiasa bersikap
baik dalam kehidupan sehari-hari, orang tersebut dapat dinilai sebagai orang yang
beretika baik. Begitu juga sebaliknya sedangkan etika politik merupakan salah satu
komponen penting yang harus dimiliki dan dipahami oleh orang yang berkecimpung
dalam dunia politik ataupun politikus. Karena jika berbicara tentang politik, itu sudah
pasti akan berhubungan dengan kepentingan orang banyak yang notabenenya bukan
kepentingan orang-orang yang berperan dalam politik saja, namun juga seluruh
lapisan masyarakat yang bahkan tidak paham akan politik pun akan terkena dampak
dari setiap manuver dan kebijakan-kebijakan politik. Terlebih jika Etika Berpolitik ini
digunakan untuk menelaah bagaimana sosok pemimpin yang baik, tentu akan menjadi
penting bagi setiap orang juga untuk memahami bagaimana Etika Berpolitik tersebut.

Peran Pancasila sebagai sistem etika adalah Pancasila memegang peranan dalam
perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana
saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti
tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab”
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika

20
bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat
dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Pancasila sangat diperlukan sebagai sistem etika karena Pancasila dan etika ialah
dua gambaran yang tidak boleh disisihkan lantaran isinya ialah suatu sistem yang
menciptakan suatu kepaduan yang utuh serta bertautan antara dengan lainnya yang
dijadikan panduan dalam kehidupan bermasyarakat. Implementasi Pancasila sebagai
sistem etika mampu terbentuk jika pemerintah serta masyarakat bisa melaksanakan
nilai serta sila yang terdapat pada Pancasila dengan mementingkan asas kesamarataan
warga negara.

Sumber historis pada zaman orde lama Pancasila sebagai sistem etika masih
berbentuk sebagai Philosofische Grondslag. Pada orde baru, Pancasila sebagai system
etika disosialisasikan melalui penataran P-4. Sedangkan pada era reformasi,Pancasila
sebagai system etika tenggelam dalam hiruk pikuk perebutan kekuasaan yang
menjurus kepala pelanggaran etika politik.Sumber Sosiologis Pancasila sebagai
system etika ditemukan dalam kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia.
Yang terakhir yaitu system politis dimana pancasila sebagai system etika terdapat
dalam norma nomar dasar sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan per undang
undangan di Indonesia.

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu
normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara,
seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.

21
3.2 SARAN

Para politisi perlu diingatkan bahwa peran meraka tanggung jawab sosial bukan hanya
tanggung jawab pribadi atau golongan. Bagi pelaku politik atau politikus sudah
selayaknya untuk belajar lebih banyak tentang bagaimana etika berpolitik yang
selayaknya agar tidak mencederai kepentingan masyarakat. Bagi masyarakat seharusnya
juga memahami dan menelaah lagi bagaimana karakteristik pemimpin yang seharusnya
agar tidak salah dalam memilih pemimpin dan tidak menggunakan cara yang tak beretika
untuk menyampaikan kritikan terhadap pemimpin.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah (2020) Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan Berbangsa


https://fuadabdullahlawoffice.com/pancasila-sebagai-sistem-etika-dalam-
kehidupan-berbangsa/ diakses pada 21 September 2021 pukul 19:00

Nurwardani, Paristiyanti. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Kemenristekdikti

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2013. Pancasila sebagai Etika Politik

Putri, F. S., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 3(1), 176-184.

Sihotang, Kasdin. 2019. "Bab V Pancasila Sebagai Etika Berbangsa." Pendidikan Pancasila:
Upaya Internalisasi Nilai-Nilai Kebangsaan : 79.

Ristekdikti. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Direktur Jendral Pembelajaran & Kemahasiswaan.

Suseno, Franz Magnis. 1994. Etika Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Syamsir, Mashudi. 2017. “PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI”


Palembang: BKS PTN-Barat.

Widisuseno, iriyanto dkk. 2007. Buku Terbuka sedikit pendidikan Pancasila

W. Lane. 2005. Politic Science. Lancaster: The Journal of Politic

23

Anda mungkin juga menyukai