1. HAFIDA (04021081924114)
2. RESTY AMILLIA (04021181924010)
3. ILMA ADILLA SYAHIDA (04021281924030)
4. RIVANSYAH (04021281924042)
5. ALIFAH MIFTAHUL JANNAH (04021281924046)
6. ALMUSLIMIATI. R (04021281924047)
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “ Pancasila dan Etika Politik” tepat pada waktunya.
Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga dapat disusunnya
makalah ini.
Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila. Dalam
makalah ini membahas tentang pengertian etika,politik dan etika politik,prinsip – prinsip
etika politik,pancasila sebagai system eitka, nilai – nilai yang terkandung,pancasila sebagai
system etika politik. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya.
Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada
waktu mendatang
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Nilai-nilai pancasila kemudian dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga
merupakan suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan
dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian
yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. !alam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala
hukum di Indonesia, Pancasila juga merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang
terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan
berasal dari bangsa Indonesia sendiri sebagai asal mula "kausa materialis”.Pancasila bukanlah
merupakan pedoman yang berlangsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan
merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum baik meliputi norma
moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabarkan lebih lanjut dalam
norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun
kebangsaan
4. Nilai-nilai apa yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber etika politik?
1
5. Bagaimana peran pancasila sebagai etika politik di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi etika, politik, dan etika politik
3. Untuk mengetahui nilai - nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber etika
politik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika
Etika secara etimologi berasal dari kata Yu-nani ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Yang dapat dinilai baik atau
buruk adalah sikap manusia yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan,
kata-kata dan sebagainya. Sedangkan motif, watak, suara hati sulit untuk dinilai. Perbuatan
atau tingkah laku yang dikerjakan dengan kesadaran sajalah yang dapat dinilai, sedangkan
yang dikerjakan dengan tak sadar tidak dapat dinilai baik atau buruk. Menurut Sunoto, etika
dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya melukiskan,
menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak memberikan penilaian, tidak mengajarkan
bagaimana seharusnya berbuat. Contohnya sejarah etika. Sedangkan etika normatif sudah
memberikan penilai-an yang baik dan yang buruk, yang harus dikerjakan dan yang tidak.
Etika norma-tif dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti pengertian dan pemahaman tentang nilai,
motivasi suatu perbuatan, suara hati, dan sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan
prinsip-prinsip umum di atas, seperti etika pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan se-
bagainya.Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika sosial. Etika individual
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai individu. Misalnya tujuan hidup
manusia. Etika sosial membi-carakan tingkah laku atau perbuatan ma-nusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Misalnya: baik/buruk dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, negara. (Sunoto, 1982: 5-6)
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan
ajaran melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan
pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggung jawaban karena
banyak sekali ajaran moral dan pandangan moral seperti dalam kitab-kitab suci, petuah,
wejangan dari para kyai, pendeta, orang tua dan sebagainya, dan manusia harus memilih
dengan kritis dan mengikuti ajaran moral tertentu sehingga bisa dipertanggungjawabkan atas
pilihannya. Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral. Misalnya
seorang ibu yang mengandung dan difonis oleh dokter untuk memilih dua pilihan apakah
bertahan tetap mengandung sampai melahirkan dengan resiko jiwa ibu terancam karena
kandungannya lemah atau menggugurkan dengan resiko tidak punya anak. Masalah-masalah
seperti itu perlu tinjauan kritis untuk mengambil keputusan.
B. Politik
3
Pengertian politik berasal dari kata Politics yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses tujuan
penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu yang
menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari
tujuan-tujuan yang dipilih.
C. Etika Politik
sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan
filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Etika
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. dalam bebagai bidang etika
khusus, seperti etika individu, etika sosial, etika keluarga, etika proesi, dan etika
pendidikan.dalam hal ini termasuk etika politik yang berkenaan dengan dimensi politis
kehidupan manusia. Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk mengukur betul
salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya
sebagai warga Negara terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya.
1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan
beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme
memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan beradab. Karena
hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak
4
diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya
sebagai manusia. Karena itu, hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual
dalam pengertian sebagai berikut:
b) Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, diambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan sebaliknya diancam
oleh Negara modern.
3. Solidaritas bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi
orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. manusia hanya hidup menurut
harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada
hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar yaitu keluarga,
kampung, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. maka
di sini termasuk rasa kebangsaan. manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran
kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau sebuah elit atau
sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau boleh
hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan
siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi demokrasi
memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.
a) Pengakuan dan jaminan terhadap HAM : perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
b) Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum "Negara hukum
demokratis”.Maka kepastian hukum merupakan unsur harkiki dalam demokrasi "karena
mencegah pemerintah yang sewenang-wenang
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Moralitas
masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan keadilan sosial tidak
boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi,
agama-agama tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme. Keadilan sosial adalah
keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar
ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah diskriminasi
di semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
5
2.3 Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila merupakan suatu sistem karena Pancasila memenuhi syarat disebut sebagai
suatu sistem. Pancasila merupakan suatu kesatuan yakni disebut sebagai Pancasila yang tediri
dari bagian-bagian silanya, antara satu sila memiliki kaitan dan berhubungan dengan sila lain
sehingga antara sila yang satu dengan sila yang lain tidak bisa dipisahkan dan memiliki satu
tujuan yang sama.
Maksudi (2012) mengutip pendapat Webster‟s Third New Collegiate Dictionary dalam
Simatupang (1995) memberikan pengertian tentang sistem sebagai suatu kesatuan (unity)
yang kompleks yang dibentuk oleh bagian-bagian yang berbeda-beda (diverse) yang
masing-masing terikat pada (subjected to) rencana yang sama atau kontribusi (serving) untuk
mencapai tujuan yang sama. Murdick, Ross dan Claggett dalam Simatupang (1995)
mendefinisikan sistem sebagai suatu susunan elemenelemen yang berinteraksi dan
membentuk satu kesatuan yang terintegrasi.
Pancasila pada hakikatnya adalah satu kesatuan nilai yang di dalamnya mengandung nilai
dasar yakni Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi-kerakyatan, dan keadilan.
Nilai-nilai Pancasila itu merupakan pilihan-pilihan nilai yang digunakan sebagai dasar atau
landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Setiap warga negara
Indonesia hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Menjunjung tinggi artinya ada
kemajuan dan kesediaan warga masyarakat Indonesia untuk menjadikan nilai-nilai Pancasila
sebagai landasan dan pengarah tingkah lakunya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.Pancasila sebagai sistem etika artinya Pancasila sebagai sarana orientasi bagi usaha
manusia Indonesia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental: bagaimana
saya harus hidup dan berindak dalam berinteraksi dengan sesama manusia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara (Margono, dkk., 2002).
Pancasila sebagai sistem etika berarti Pancasila merupakan kesatuan sila-sila Pancasila,
sila-sila Pancasila itu saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pancasila sebagai sistem etika,
bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa,
dan bernegara (Taniredja, 2012).
Etika yang dijiwai nilai-nilai Pancasila merupakan etika Pancasila yang meliputi:
1) Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan etika
yang berlandasakan pada kepercayaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan
etika yang menujunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
3) Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila persatuan Indonesia, merupakan etika yang
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi dan golongan.
4) Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyarawatan/ perwakilan, merupakan etika yang menghargai
6
kedudukan, hak dan kewajiban warga masyarakat/warga negara, sehingga tidak
memaksakan pendapat dan kehendak kepada orang lain.
5) Etika yang dijiwai oleh nilai-nilai dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
merupakan etika yang menuntun manusia untuk mengembangkan sikap adil terhadap
sesama manusia, mengembangkan perbuatan-perbuatan luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pancasila bagi bagsa Indonesia merupakan sistem etika. Artinya manusia Indonesia
harus dapat membedakan antara yang halal dan yang haram, antara yang boleh dan tidak
boleh, walaupun dapat dilakukan. Dalam arti kata, manusia Indonesia harus menumbuhkan
kesadaran pada diri sendiri bila berhadapan dengan perbuatan baik atau buruk (Adnan, 2003).
Sebagai suatu sistem etika, Pancasila memberi pandangan, memberi prinsip-prinsip tentang
harkat kemanusiaan dan kultur dapat dijamin berhadapan dengan kekuasaan negara modern,
menghadapi era globalisasi dalam dinamika Era Reformasi saat ini. Pancasila dapat dijadikan
tolak ukur suatu perbuatan manusia sebagai manusia yang baik atau buruk, dengan pedoman
moral langsung yang bersifat objektif dan subjektif, dan juga pedoman moral tidak langsung
yang mendalam dari Ilahi (Adnan, 2003).
Terdapat beberapa aliran pedoman moral langsung objektif yang dijelaskan oleh
Setiardja (2002) dikutip oleh Adnan (2003), diantaranya adalah :
1) Pedoman moral langsung objektif adalah adat (menurut H. Spencer, A. Comte, K. Marx).
2) Pedoman moral langsung objektif adalah hukum negara (menurut Thomas Hobbs dan J.J
Rousseau).
3) Sumber dan pedoman moral objektif adalah pendapat atau pendirian masyarakat.
(menurut Emile Durkheim).
4) Pedoman moral langsung objektif adalah perintah atau kehendak Tuhan (menurut W.
Ockam).
Setiardja juga menjelaskan pedoman moral langsung objektif ini harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
2) harus tetap atau tidak berubah-ubah dan harus dapat di pergunakan dalam kasus apapun;
Dalam ajaran agama Islam sistem etika pada Pancasila dijelaskan pada ayat-ayat
Al-qur‟an. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa terdapat dalam Surat Al-Ikhlas. Pada
surat ini dijelaskan bahwa posisi Tuhan adalah yang tertinggi, Maknanya Dialah Allah yang
satu yang tidak ada sebanding denganNya, tidak ada pembantu bagi Allah, tidak ada yang
setara dengan Allah, tidak ada yang serupa dan tidak ada yang sama dengan Allah. Pada
lafadz diatas tidak ditetapkan pada selain Allah. Namun ditetapkan hanya pada Allah saja.
7
Dikarenakan Allah sempurna pada seluruh sifat dan perbuatannya. (tafsir Ibnu Katsir jilid 8
hal.414). Dengan penjelasan di atas sangatlah jelas bahwa kita adalah hambanya, semua
ibadah yang kita lakukan sudah sepantasnya dipersembahkan untuk dan kita tidak
menjadikan tandingan bagi Allah pada ibadah kita.
Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Al-Quran sudah lama memuat konsep
ini, coba kita lihat dalam A-Quran "wahai orangorang yang beriman, jadilah kamu penegak
keadilan karena Allah" (QS. Al-maidah: 8). Keadilan Islam sudah terbukti oleh zaman, tidak
ada yang meragukan ini. Wajar jika Pancasila mengadopsi konsepsi ini.
Sila ketiga: Persatuan Indonesia. Islam sangat menekankan pentingnya persatuan dan
mengecam perpecahan, kita lihat firman Allah di dalam Al-Quran berikut "dan berpegang
teguhlah pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai berai" (QS. Ali-Imran: 103). Dalam
hadist nabi juga sangat banyak yang menjelaskn tentang pentingnya persatuan.
Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Lihat firman Allah ini "dan
apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkan dengan
adil." (QS. An-Nisa: 58). Pancasila sebagai suatu sistem etika tidak bisa diragukan lagi,
ayat-ayat di atas menguatkan bahwas Pancasila memiliki susunan etika yang cukup baik
pengaturannya.
2.4 Nilai - nilai yang Terkandung dalam Pancasila Sebagai Etika Politik
Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila harus dijadikan patokan bagi
setiap penyelenggara negara dan rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut harus
diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga pada akhirnya akan terbentuk
suatu pemerintahan yang etis serta rakyat yang bermoral pula. Secara ringkas dapat
dijelaskan bahwa Pancasila sebagai etika politik berarti bahwa Pancasila dijadikan landasan
dalam setiap tingkahlaku politik. Bisa diartikan bahwa Pancasila merupakan roh ketika
seseorang dalam berpolitik. Penjabaran Pancasila sebagai etika politik Indonesia dapat
dijabarkan sebagai berikut.
Sila pertama ini memiliki nilai yang menjelaskan bahwa adanya hubungan antara Tuhan
dengan manusia. Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai hambaNya. Setiap tindakan
yang dilakukan oleh manusia dalam mencapai suatu tujuan harus sejalan dengan perintah
-perintah yang diberikan oleh sang pencipta.
8
Sila ini mengandung makna bahwa adanya hubungan antara manusia satu dengan
manusia lain. Dalam menjalin sebuah hubungan untuk mencapai suatu tujuan misalnya dalam
memperoleh kekuasaan ataupun mengampu sebuah kewenangan ditanamkan sikap adil dan
sejalan dengan norma dan etika yang ada. Tidak saling sikut, saling caci ataupun berbuat
curang dalam mencapai suatu tujuan sehingga merugikan orang lain. Etika yang terkandung
dalam sila ini dijiwai oleh sila Pertama. Setiap hubungan dengan manusia harus sesuai
dengan syariat dan tuntunan agama.
Persatuan bisa diperoleh jika hubungan antara manusia satu dengan manusia lain didasari
oleh nilai-nilai religius. Persatuan yang terbentuk mengesampingkan semua perbedaan yang
ada. Baik itu perbedaan wilayah, suku, bahasa, agama maupun budaya sehingga tidak
terjadinya konflik horizontal maupun vertikal.
4) Sila Keempat Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan
Pada sila ini terdapat nilai-nilai demokrasi. Negara terbentuk pertama karena adanya
sang pencipta, manusia sebagai mahakarya hidup berdampingan dengan manusia lain,
sehingga terbentuklah persatuan dan menghasilkan istilah rakyat, dimana rakyat
membutuhkan seorang pemimpin dan pemilihan pemimpin dengan cara yang demokratis dan
rakyat dipimpin dengan kebijaksanaan sehingga bisa menjalankan kewajiban dan
memperoleh hak secara adil. Pemerintahan dijalankan berdasarkan sila pertama Ketuhanan
Yang Maha Esa dengan memperhatikan sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab,
untuk memperoleh sila ketiga Persatuan Indonesia.
Sila ini merupakan tujuan dari pelaksanaan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa,
kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, ketiga persatuan Indonesia dan keempat
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Keadilan yang diberikan tanpa melihat wilayah, suku, bahasa, agama dan bangsa, dalam
artian tanpa pandang bulu.
(I) asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku(2)
disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis),dan
Pancasila merupakan dasar etika politik bagi bangsa Indonesia. Hal ini mengandung
pengertian, nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila menjadi sumber etika
9
politik yang harus selalu mewarnai dan diamalkan dalam kehidupan politik bangsa Indonesia
baik oleh rakyat ataupun oleh penguasa. Oleh karena itu dapat dikatakan kehidupan politik
yang meliputi berbagai aktivitas politik dinilai etis, jika selalu berpijak pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yan dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta selalu ditujukan untuk
mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan
penyelenggaraan negara, baik itu yang berhubungan dengan kekuasaan, kebijakan umum,
pembagian serta kewenangan harus berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
Pancasila. Dengan demikian, Pancasila merupakan sumber moralitas dalam proses
penyelenggaraan negara, terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan dan
hukum. Pelaksanaan kekuasaan dan penegakkan hukum dinilai bermoral jika selalu
berdasarkan Pancasila, bukan berdasarkan kepentingan penguasa belaka. Jadi Pancasila
merupakan tolok ukur moralitas suatu penggunaan kekuasaan dan penegakkan hukum.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika politik adalah termasuk lingkup etika sosial manusia yang secara harfiah berkaitan
dengan bidang kehidupan politik. Pancasila memang tidak boleh dilepaskan dari semua
aspek-aspek didalam penyelenggaraan sebuah negara. Dalam pelaksanaan Negara segala
kebijaksanaan, kekuasaan serta kewenangan harus di kembalikan kepada rakyat sebagai
pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik praktis hal-hal yang menyangkut
kekuasaan ekskutif, legislatif, yudikatif, konsep pengambilan keputusan, pengawasan serta
partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari rakyat, atau dengan lain perkataan harus
memiliki legitimasi demokratis. Pancasila juga merupakan suatu sistem filsafat yang pada
hakikatnya merupakan nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik
norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainya. Suatu pemikiran filsafat tidak
secara langsung menyajikan norma - norma yang merupakan pedoman dalam suatu
tindakan atau aspek praktis melainkan nilai - nilai yang bersifat mendasar. sehingga
penerapan Pancasila sebagai etika politik wajib dilakasanakan dengan sebaik mungkin.
3.2 Saran
Saran saya adalah marilah kita mempelajari Pancasila sebagai etika politik ini dengan
sebaik-baiknya, sehingga benar-benar paham. Karena hal ini menyangkut moralitas dan
kepentingan masyarakat banyak. !an marilah kita mencoba mempraktekannya dalam
kehidupan berorganisasi dikampus dan dalam kehidupan bermasyarakat.
11
BAB IV
PERTANYAAN
1. “kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif, damai, toleran,
dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya,
adat.” Adalah pengertian dari?
a. Pluralisme
c. Solidaritas
d. Demokrasi
2. Cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam
hubungannya dengan baik-buruk, merupakan pengertian dari ?
a. Moral
b. Adat
c. Etika
d. Budaya
3. Bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut
proses tujuan penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan
tujuan-tujuan itu, merupakan pengertian dari
a. Budaya
b. Politik
c. Sistem politik
d. Sistem
a. Etika
b. Politik
12
c. Etika politik
a. Demokrasi
b. Politik
c. Etika
d. Budaya
13
DAFTAR PUSTAKA
Alfian. (1992). Pancasila sebagai Ideologi dalam Kehidupan Politik, dalam Oesman, Alfian
(ed), Pancasila sebagai Ideologi, Jakarta: BP-7 Pusat.
Macho, jleme. Pancasila Sebagai Etika Politik: https:// www. academia.edu /5299055/
Pancasila_Sebagai_Etika_Politik
14