Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Anggel Piolanda
2. Arizona
3. Della Abelya Afifah
4. M. Agung Suarji
5. M. Farrel Rayhan Riza
6. M. Faturrahman
7. M. Rafi Khayen Pratam
8. Nurani Sarma
9. Resti Mestika Hayani
10. Rizky Tunggal Pratama
11. Sarah Fadila
12. Zulvia Kharira

Dosen Pengampu :
Aditya Rol Azmi

JURUSAN TANAH
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya makalah yang berjudul “Etika Politik”. Makalah yang masih perlu
dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membacanya.
Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Pancasila, secara garis besar
membahas mengenai kasus etika dalam politik yang dikaji melalui pendekatan
Pancasila sila ke - 1 secara filsafat.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak, penulis tidak mungkin menyelesaikan penyusunan makalah ini, untuk itu ucapan
terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, terutama dari Bapak Aditya.

Indralaya, 23 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…..…………………………………………...…………………… 1
Daftar Isi...……….……………………………………………………………….... 2
Bab I Pendahuluan...……….……………………………………………………... 3
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Etika...……….…………………………………………………. 5
B. Etika Politik...……….……………………………………………………… 6
Bab III Penutup
A. Kesimpulan..………………………………………………………..……..... 12
B. Saran...……….……………………………………………………………… 13
Daftar Pustaka……………………………………………………………..…......... 14
BAB I
PENDAHULUAN

Pengamalan atau praktek Pancasila dalam berbagai kehidupan dewasa ini


memang sudah sangat sulit untuk ditemukan. Tidak terkecuali dikalangan intelek dan
kaum elit politik bangsa Indonesia tercinta ini. Aspek kehidupan berpolitik, ekonomi,
dan hukum serta hankam merupakan ranah kerjanya Pancasila di dunia Indonesia yang
sudah menjadi dasar Negara dan membawa Negara ini merdeka hingga 66 tahun lebih.
Secara hukum Indonesia memang sudah merdeka selama itu, namun jika kita telaah
secara individu (minoritas) hal itu belum terbukti. Masih banyak penyimpangan yang
dilakukan para elit politik dalam berbagai pengambilan keputusan yang seharusnya
menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan keadilan bagi seluruh warga Negara
Indonesia. Keadilan yang seharusnya mengacu pada Pancasila dan UUD 1945 yang
mencita-citakan rakyat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea 1 dan 2 hilanglah sudah ditelan kepentingan politik pribadi.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dilepaskan dari dimensi
kehidupan politik. Akan tetapi, kehidupan politik di setiap negara tentu saja berbeda.
Salah satu penyebabnya adalah faktor perbedaan ideologi. Kehidupan politik orang
hidup di negara yang menganut paham liberal, tentu saja berbeda dengan yang hidup di
negara sosialis atau komunis. Begitu juga dengan kehidupan politik rakyat Indonesia,
pasti berbeda dengan rakyat bangsa lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma
moral maupun norma kenegaraan lainnya. Dalam Filsafat Pancasila terkandung di
dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis
dan komperhensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai.Oleh
karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang
merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-
nilai yang bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasa yang bersifat fundamental
dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat
praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa ataupun negara maka
nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga
merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi (1) norma moral yaitu yang
berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun
buruk. Sopan ataupun santun, susila ataupun tidak susila.Dalam kapasitas inilah nilai-
nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas atau norma-norma
etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (2) norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai
sumber dari segala hukum di negara Indonesia.Sebagai sumber dari segala sumber
hukum nilai-nilai Pancasila yang sejak dahulu telah merupakan suatu cita-cita moral
yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum
membentuk negara. Atas dasar pengertian inilah maka nilai-nilai Pancasila senbenarnya
berasal dari bangsa Indonesia sendiri atau dengan kata lain perkataan bangsa Indonesia
sebagai asal-mula materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.
A. Pengertian Etika
Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut
lingkungan bahasanya masing-masing.Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua
kelompok bahasan yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Kelompok pertama
mempertanyakan segala sesuatu yang ada, sedangkan kelompok kedua membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut. Jadi filsafat teoritis
mempertanyakan dan berusaha mencari jawabannya tentang segala sesuatu,
misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang
pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan lain sebagainya. Dalam hal ini
filsafat teoritispun juga mempunyai maksud-maksud dan berkaitan dengan hal-hal
yang bersifat praktis, karena pemahaman yang dicari menggerakkan kehidupannya.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
etika umum dan etika khusus.Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.Etika adalah suatu ilmuyang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita menikuti suatu ajaran moral
tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi
etika individual yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap diri sendiri
dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain
dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.
Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).Dapat
juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan
dengan tingkah laku manusia.
B. Etika Politik
Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam
lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia
adalah etika. Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada
berbagai bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial, etika keluarga,
etika profesi, dan etika pendidikan. Dalam hal ini termasuk etika politik yang
berkenaan dengan dimensi politis kehidupan manusia. Etika berkaitan dengan
norma moral, yaitu norma untuk mengukur betul salahnya tindakan manusia
sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik mempertanyakan tanggung jawab
dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga Negara
terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung
jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara
rasional objektif dan argumentatif. Etika politik tidak langsung mencampuri politik
praktis. Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-masalah idiologis
dapat dijalankan secara obyektif.
Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika politik.
Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan Negara
sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda
kemampuan manusia (makhluk individu dan sosial). Jadi etika politik membahas
hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan
orientasi moral bagi suatu Negara adalah adanya cita-cita The Rule Of Law,
partisipasi demokratis masyarakat, jaminan HAM menurut kekhasan paham
kemanusiaan dan struktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan
sosial.

A. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa dan Negara RI


Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu
kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-
silanya. Karena jika dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja
ditemukan dalam kehidupan berbangsa yang lainnya. Namun, makna
Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu
kesatuan yang tak bisa ditukarbalikan letak dan susunannya. Untuk
memahami dan mendalami nilai-nilai Pancasila dalam etika berpolitik itu
semua terkandung dalam kelima sila Pancasila.

 Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, sang pencipta seluruh alam. Yang
Maha Esa berarti Maha Tunggal, tidak ada sekutu dalam zat-Nya, sifat-Nya
dan perbuatan-Nya. Atas keyakinan demikianlah, maka Negara Indonesia
berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Negara memberikan
jaminan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya untuk beribadat dan
beragama. Bagi semua warga tanpa kecuali tidak boleh ada sikap dan
perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa dan anti keagamaan. Hal ini
diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2.

B. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Sesuai Tap MPR No. VI/MPR/2001 dinyatakan pengertian dari etika
kehidupan berbangsa adalah rumusan yang bersumber dari ajaran agama yang
bersifat universal dan nilai-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam
pancasila sebagai acuan dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan moral politik yang
berbudaya adalah untuk melahirkan kultur politik yang berdasarkan kepada
iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, menggalang suasana
kasih sayang sesama manusia Indonesia yang berbudi luhur, yang
mengindahkan kaidah musyawarah secara kekeluargaan yang bersih dan jujur
dan menjalin asa pemerataan keadilan. Pada hakikatnya etika politik tidak
diatur dalam hukum tertulis secara lengkap tetapi melalui moralitas yang
bersumber dari hati nurani, rasa malu kepada masyarakat, dan rasa takut
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
C. Etika Politik Bangsa Indonesia Di Era Reformasi
Sering sekali pada masa sekarang ini kita jumpai di berbagai media
kasus-kasus korupsi, mafia hukum atau tindakan negatif lainnya dilakukan
oleh para elit politik. Dengan mudahnya seorang tersangka kasus korupsi
dapat bebas keluar dari lembaga pemasyarakatan. Nominal-nominal dana
yang muncul ke media begitu besar membuat masyarakat Indonesia
menyangsikan peran wakil rakyat pada pemerintahan. Ironis sekali dengan
banyaknya warga Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan.
Kesenjangan dan ketidakmerataan kesejahteraan begitu mencolok. Akibatnya,
tidak jarang massa berdemonstrasi guna menuntut perubahan. Jika
ketimpangan ini tidak segera diselesaikan, moral wakil rakyat yang sudah
jauh dari nilai-nilai Pancasila tidak segera dikembalikan, tak akan diragukan
lagi kejadian historik dan catatan gelap bangsa Indonesia akan terulang yakni
kerusuhan 1998. Tentunya kita tidak mengetahui dan tidak dapat menerka-
nerka masa depan. Akankah rakyat terus duduk diam mengamati wayang-
wayang kekuasaan menjalankan kekuasaannya dengan tidak menjunjung
tinggi nilai-nilai Pancasila.
Sebenarnya tidaklah begitu penting apakah Pancasila hadir menjiwai
terlebih dahulu sebelum badannya dirumuskan, atau sebaliknya. Hanya saja
ada implikasi yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah delegitimasi
Pancasila akhir-akhir ini dengan melihat itu mana yang hadir terlebih dahulu.
Ketika melihat Pancasila sebagai jiwa yang hadir terlebih dahulu, dengan
melihat kondisi saat ini, berarti bukan Pancasilanya yang bermasalah. Bahwa
Pancasila tidak lagi relevan adalah omong kosong belaka. Pancasila adalah
tetap Pancasila yang tetap terbuka bagi semua golongan dan nilai-nilainya
akan terus termutakhirkan sesuai dengan perkembangan zaman, seperti yang
dikatakan oleh Prof. Dr. Nurcholish Madjid, “Pancasila adalah sebuah
ideologi dan etika politik, maka itu berarti terbuka lebar adanya kesempatan
untuk semua kelompok sosial guna mengambil bagian secara positif dalam
pengisian dan pelaksanaannya. Jadi memang manusia-manusianya yang
kepribadiannya tergerus.
Dan jika kemudian, jika yang hadir terlebih dahulu adalah badannya,
maka kita memang perlu melihat kembali sila-sila Pancasila. Sudahkan hal itu
sesuai dengan watak dan pribadi bangsa ini. Atau paling tidak sudah cukup
dapat menampung watak dan kepribadian itu. Pokok permasalahannya apakah
Pancasila ataukah manusia-manusianya, masih menjadi pekerjaan rumah,
yang bukan hanya diteliti dalam tataran teoritis atau sekedar wacana saja.
Namun, juga dalam tataran praktisnya. Atau bahkan kita melepaskan itu
semua, didasari ketakberdayaan kita dalam menghadapi gerusan arus
globalisasi, dengan nilai-nilai positif dan negatifnya.

D. Etika Politik yang Berlandaskan Pancasila


Sebagai salah satu cabang etika, etika politik merupakan salah satu
bentuk filsafat praktis. Secara sederhana etika politik dapat diartikan sebagai
cabang etika yang mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia
dalam menjalankan kehidupannya. Jadi, etika politik tidak hanya
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai warga
negara saja, melainkan seluruh aktivitas hidupnya. Hal ini dikarenakan ruang
lingkup kehidupan politik yang mencakup bidang kehidupan lainnya. Dengan
kata lain, etika politik berkenaan dengan dimensi plitis kehidupan manusia
(Magnis-Suseno, 2001:17).
Secara subtantif, etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek etika,
yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan dengan bidang
pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral
selalu menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Walaupun kedudukan
dan sifat manusia selalu berkaitan dengan masayarakat, bangsa dan negara,
etika politik tetap meletakan dasar fundamental manusia sebagai manusia,
bukan sebagai warga masyarakat atau warga negara. Hal ini semakin
menegaskan bahwa etika politik mendasarkan suatu kebaikan kepada hakekat
manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya (Magnis-Suseno,
2001:19).
E. Tujuan Etika Politik
Tujuan etika politik adalah mengarahkan ke hidup baik, bersama dan
untuk orang lain, dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan
membangun institusi-institusi yang adil (Paul Ricoeur, 1990).Definisi etika
politik membantu menganalisa korelasi antara tindakan individual, tindakan
kolektif, dan terdapat suatu struktur-struktur yang ada. Penekanan adanya
korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik yang diredusir menjadi
hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam bernegara. Pengertian
etika politik dalam perspektif Ricoeur mengandung tiga tuntutan, pertama,
upaya hidup baik bersama dan untuk orang lain, kedua upaya memperluas
lingkup kebebasan, ketiga membangun institusi-institusi yang adil. Tiga
tuntutan itu saling terkait. “Hidup baik bersama dan untuk orang lain” tidak
mungkin terwujud kecuali bila menerima pluralitas dan dalam kerangka
institusi-institusi yang adil. Hidup baik tidak lain adalah cita-cita kebebasan:
kesempurnaan eksistensi atau pencapaian keutamaan. Institusi-institusi yang
adil memungkinkan perwujudan kebebasan dengan menghindarkan
warganegara atau kelompok-kelompok dari saling merugikan.
Sebaliknya, kebebasan warganegara mendorong inisiatif dan sikap kritis
terhadap institusi-institusi yang tidak adil. Pengertian kebebasan yang
terakhir ini yang dimaksud adalah syarat fisik, sosial, dan politik yang perlu
demi pelaksanaan kongkret kebebassan atau disebut democratic liberties:
kebebasan pers, yang dapat menjadi kebebasan berserikat dan berkumpul,
kebebasan mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.
Dalam definisi Ricoeur, etika politik tidak hanya menyangkut perilaku
individual saja, tetapi terkait dengan tindakan kolektif (etika sosial).Dalam
etika individual, kalau orang mempunyai pandangan tertentu bisa langsung
diwujudkan dalam tindakan.Sedangkan dalam etika politik, yang merupakan
etika sosial, untuk didapatkannya dari perihal mewujudkan pandangannya
dibutuhkan persetujuan dari sebanyak mungkin warganegara karena
menyangkut tindakan kolektif. Maka hubungan antar pandangan hidup
seseorang dengan tindakan kolektif tidak langsung, membutuhkan perantara.
Perantara ini berfungsi menjembatani pandangan pribadi dengan tindakan
kolektif.
Perantara itu bisa berupa simbol-simbol maupun nilai-nilai: simbol-
simbol agama, demokrasi, dan nilai-nilai keadilan, kebebasan, kesetaraan, dan
sebagainya. Melalui simbol-simbol dan nilai-nilai itu, politikus berusaha
meyakinkan sebanyak mungkin warganegara agar menerima pandangannya
sehingga mendorong kepada tindakan bersama.Maka politik disebut seni
karena membutuhkan kemampuan untuk meyakinkan melalui wicara dan
persuasi, bukan manipulasi, kebohongan, dan kekerasan.
Etika politik akan kritis terhadap manipulasi atau penyalahgunaan nilai-
nilai dan simbol-simbol itu. Ia berkaitan dengan masalah struktur sosial,
politik, ekonomi, dan budaya yang mengkondisikan tindakan kolektif.

 Nilai – nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik


Sebagi dasar filsafah negara pancasila tidak hanya merupakan sumber
derivasi peraturan perundang-undangan, malainkan juga merupakan sumber
moraliatas terutama dalam hubunganya dengan legitimasi kekuasaan, hukum
serta sebagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.Sila
pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” serta sila ke dua “kemanusiaan yang
adoil dan beradab” adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, Etika politik menuntut
agar kekuasaan dalam negara dijlankan sesuai dengan Asas legalitas
(Legitimasi hukum) , secara demokrasi (legitimasi demokrasi) dan
dilaksanakan berdasrkan prinsip-prinsip moral (legitimasi moral). (Suseno,
1987 :115). Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar
tersebut.Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara baik menyangkut
kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut publik, pembagian serta
kewenagan harus berdasarkan legitimimasi moral religius serta moral
kemanusiaan.Dalam pelaksanaan dan penyelenggaran negara, segala
kebijakan, kekuasaan, kewenangan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Etika adalah ilmu yang mempertanyakan tanggung
jawab dan kewajiban manusia.Etika dibagi menjadi tiga yaitu khusus, individual
dan sosial. Nilai dibagi menjadi tiga yaitu :
Nilai Dasar yaitu asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih
mutlak.
Nilai Instrumental yaitu pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, yang biasanya
dalam wujud norma sosial atau norma hukum, yang selanjutnnya akan
terkristalisasi oleh lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan
waktu.
Nilai Praksis yaitu nilai yang seesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Pancasila sebagai nilai moral perorangan,moral bangsa,dan moral negara


mempunyai pengertian sebagai berikut :

 Dasar negara repuplik indonesia yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang ada dan berlaku.
 Pandangan hidup bangsa indonesia yanng dapat mempersatukan serta memberi
petunjuk dalam mencapai kesejahteraan.
 Jiwa dan kepribadian bangsa indonesia karena pancasila merupakan ciri khas
bangsa indonesia.
Memberikan analisis terhadap kenegaraan tidak lepas kaitannya dengan
hukum.Negara adalah status hukum suatu illegal society hasil perjanjian
bermasyarakat.Pada umunya kegiatan kenegaraan kaitannya dengan hasil
perjanjian bermasyarakat.Bangsa Indonesia adalah pluralitas atau bermacam-
macam seperti suku, budaya, ras, bahasa dan sebagainya, untuk menjaga
pluralitas maka di tetapkan MPR/VI/MPR/2001 telah menetapkan tentang etika
kehidupan bangsa untuk diamalkan oleh seluruh bangsa Indonesia.
B. SARAN
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam
kehidupan bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya
kesianambungan usaha pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur dengan kepastian masyarakat untuk mengikuti dan mentaati peraturan
yang ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi
pemerintah yang absolut dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting
dari terbentuknya suatu negara.Kita sebagai warga negara yang baik harus mengerti
bagaimana politik itu sendiri yang seharusnya dilaksanakan sesuai dengan amanah
Pancasila, tidak bertentangan dan bukan bagaimana pancasila dipolitikkan oleh para
penguasa negara khususnya negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

http://liyayudistira.blogspot.co.id/

https://belajarkampus.wordpress.com/2014/11/05/pancasila-dalam-etika-politik/

http://weloveblitar.blogspot.co.id/2013/03/pancasila-sebagai-sumber-etika-politik.html

Anda mungkin juga menyukai