Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA DALAM KEHIDUPAN

BERBANGSA DAN BERNEGARA DI INDONESIA


Latar Belakang
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu
kemanusiaan (humaniora). Etika sebagai cabang falsafah membahas sistem dan
pemikiran mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika sebagai cabang ilmu
membahas bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu. Etika
sosial meliputi cabang etika yang lebih khusus seperti etika keluarga, etika profesi,
etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika kedokteran, etika jurnalistik,
etika seksual dan etika politik.
Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi rambu-rambu bagi politik hukum
nasional. Nilai-nilai dasar itu kemudian melahirkan empat kaidah penuntun hukum
yang harus dijadikan pedoman dalam pembangunan hukum. Empat kaidah itu
meliputi, pertama hukum Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi bangsa,
baik secara teritorial maupun ideologis.[1]
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Hans
Kelsen merupakan Grundnorm[2] ataupun menurut Teori Hans Nawiasky disebut
sebagaiStaatsfundamentalnorm. Dalam hal ini menurut A. Hamid S. Attamimi secara
eksplisit bahwa Pancasila adalah norma fundamental
negara (Staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia.[3]
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di
negara ini. Di setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika
disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua pada Pancasila,
yaitu Kemanusian yang adil dan beradab sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa
kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.
Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan kedudukan dan implementasi Pancasila
sebagai sistem etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dalam
bentuk makalah dengan judul Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara di Indonesia.
Rumusan Masalah
1) Apakah Pancasila sebagai nilai dasar Negara Republik Indonesia?
2) Bagaimana implementasi Pancasila sebagai sistem etika dalam pelaksanaan
pemilu dan kehidupan sehari-hari?
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan eksistensi Pancasila sebagai philosophishce groondslag Negara
Indonesia; dan
2) Menganalisis sejauh mana implementasi Pancasila sebagai etika dalam kehidupan
bernegara berkaitan dengan pelaksanaan pemilu di Indonesia.
Di samping itu, penulisan ini diharapkan memberikan nilai manfaat, baik dari segi
teoretis maupun praktis, yaitu:
1) Dalam tataran teoretis, diharapkan penulisan ini mampu merekonstruksi
pemikiran tentang Pancasila sebagai etika dalam kehidupan bernegara di Indonesia;
2) Dalam tataran praktis, penulisan ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai
sejauh mana implementasi Pancasila sebagai etika dalam kehidupan bernegara di
Indonesia.
Etika dan Norma Sosial
1. Pengertian Etika
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan
suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab
dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika yaitu, [4] Etika Umum dan
Etika Khusus.
2. Nilai, Norma dan Moral dalam Kehidupan Bernegara di Indonesia
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan
mengarahkan (motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem
merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan
karya. Alportmengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat pada enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai
sosial, nilai politik dan nilai religi. Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak
dan sudut pandang individu masyarakat terhadap sesuatu obyek. Menurut
Notonagoro membedakan menjadi tiga yaitu nilai material, nilai vital dan nilai
kerohanian.
Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan kriteria
sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau
tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan
setiap manusia.
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya tetap
terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.[5] Keterkaitan itu
mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara
menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang. Sebagaimana tersebut di
atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku manusia bila
dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan
manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.
Nilai Dasar dan Nilai Praktis
1. Nilai Dasar
Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca indra
manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau
berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai
dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai
tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut kenyataan obyektif dari
segala sesuatu, contoh, hakikat Tuhan, manusia, atau mahluk lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai dasar itu bersifat
mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Segala sesuatu yang
diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi
bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.[6]
Di samping itu terdapat nilai instrumental sebagai nilai yang menjadi pedoman
pelaksanaan dari nilai dasar. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan menjadi norma moral.
Namun jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau negara,
maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang
bersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental
itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
2. Nilai Praktis
Nilai praktis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praktis merupakan pelaksanaan
secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.. Undang-undang
organik adalah wujud dari nilai praktis, dengan kata lain, semua perundang-undangan
yang berada di bawah UUD sampai kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh
pemerintah.[7]
Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem Etika Negara Indonesia
1. Makna Nilai Dasar Pancasila
Makna nilai dasar pancasila dikaji dalam perspektif filosofis yaitu, Pancasila sebagai
dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis. Fungsi filsafat berkaitan dengan
Pancasila yaitu mempertanyakan dan menjawab apakah dasar kehidupan berrpolitik
dalam berbangsa dan bernegara.
Sangat tepat kiranya pertanyaan yang diajukan oleh Ketua BPUPKI, Dr. Radjiman
Wediodiningrat di hadapan rapat BPUPKI bahwa negara Indonesia yang akan kita
bentuk itu apa dasarnya? Kemudian Soekarno menafsirkan pertanyaan tersebut
sebagai berikut;Menurut anggapan saya yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang
mulia ialah dalam Bahasa Belanda yaitu philosiphische grondslag dari pada
Indonesia Merdeka. Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang
sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan
gedung Indonesia Merdeka.[8]
Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat, hirarkhis dan sistematis.
Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakansuatu sistem filsafat sehingga
kelima silanya memiliki esensi makna yang utuh. Dasar pemikiran filosofisnya yaitu
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mempunyai makna
bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan
harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah negara adalah suatu persekutuan hidup
manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia. Hal demkian dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil pemikiran, penilaian
kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia
sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas
kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerohanian
yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, estetis dan
religius yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia
karena bersumber pada kepribadian bangsa.
Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada
dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan.
Disamping itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong royong serta
pengakuan atas hak-hak individu.[9]
2. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Terhadap Sistem Etika
Negara
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanisme. Oleh
karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Meskipun
Pancasila mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu sajadengan mudah diterima
oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai Pancasila
secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai
basis perilaku politik dan sikap moral bangsa.
Adapun Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila
mengandung empat pokok pikiran yang merupakan derivasi atau penjabaran dari
nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara
Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun
perseorangan.[10]
Ketentuan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu, ..maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara
Indonesiamenunjukkan sebagai sumber hukum. Nilai dasar yang fundamental dalam
hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang kuat dan tidak dapat berubah
mengingat pembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita negara (staatsidee) para pediri
bangsa sekaligus perumus konstitusi (the framers of the constitution). Di samping itu,
nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan
kenegaraan yang ditegaskan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 bahwa
negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar atas kemanusiaan yang adil
dan beradab. Konsekuensinya dalam penyelenggaraan kenegaraan antara lain
operasional pemerintahan negara, pembangunan negara, pertahanan-keamanan
negara, politik negara serta pelaksanaan demokrasi negara harus senantiasa
berdasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia merupakan
nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya.[11] Untuk
lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila,
makadapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kemanusian berasal dari kata manusia
yaitu mahluk yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan
cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang
tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama
berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan martabat.
3. Persatuan Indonesia. Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-
macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan
Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan
bangsa yang mendiami seluruh wilayah Indonesia. Persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam Per-
musyawaratan/Perwakilan Kerakyatan. Rakyat merupakan sekelompok
manusia yang berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini
berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang
menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
5. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan sosial berarti
keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik
materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang
yang menjadi rakyat Indonesia.
Adapun makna dan maksud istilah beradab pada sila kedua, Kemanusiaan yanga dil
dan beradab yaitu terlaksananya penjelmaan unsur-unsur hakikat manusia, jiwa
raga, akal, rasa, kehendak, serta sifat kodrat perseorangan dan makhluk Tuhan Yang
Maha Esa sebagai causa prima dalam kesatuan majemuk-tunggal.[12] Hal demikian
dilaksnakan dalam upaya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernagara yang
bermartabat tinggi.
Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia
1. Pancasila Sebagai Etika dalam Pemilu
Pelaksanaan pemilu merupakan wujud dari negara yang berkedaulatan rakyat
(demokrasi). Plaksanaan pemilu diatur dalam Pasal 22E UUD 1945 Pasca perubahan.
Pelaksanaan pemilu, termasuk pemilu kepala daerah (pemilukada) harus senantiasa
didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila, yaitu proses demokrasi harus dilaksanakan
dengan menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan yang beradab sehingga terwujud
keharmonisan dan pemerintahan negara yang demokratis.
Selanjutnya, pencasila mengatur kehidupan berdemokrasi dalam batang tubuh UUD
1945. Hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan pemilihan umum yang
demokratis yaitu harus senantiasa memegang teguh prinsip konstitusionalisme
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) UUD 1945, yaitu Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Prinsip demikian merupakan wujud enguatan berdemokrasi dan pembangunan sistem
etika, terutama dalam pelaksanaan pemilu. Artinya, apabila pelaksanaan pemilu telah
menyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur dalam UUD 1945 maka pelaksanaan
hasil pemilu perlu ditinjau ulang sehingga sesuai dengan prinsip berdemokrasi yang
dibangun dalam UUD 1945 sebagai generalisasi dari Pancasila yang berkedudukan
sebagai hukum tertinggi dalam sistem hukum di Indonesia. Upaya untuk mengatasi
berbagai kecurangan dalam pemilu, UUD 1945 mengatur pelaksanaan pemilu
demokratis, yaitu untuk menjaga konsistensi prinsip konstitusionalisme agar
pelaksanaan pemilu tetap berdasarkan pada koridor hukum yang senantiasa
menjunjung tinggi etika berpolitik,[13]ditangani oleh lembaga peradilan tata negara
yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga pengawal konstitusi (the
guardian of the constitution). Implikasinya, pelaksanaan pemilu mengarah pada
prinsip sebagaimana diatur dalam UUD 1945 termasuk Pancasila.
2. Implementasi Nilai dan Moral Kehidupan Bermasyarakat
Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan juga
moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan
nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang
menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk.
Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal
dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan,
alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.
Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam
masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani
interaksi sosialnya.[14] Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa
individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah
terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Tingkat norma
dasar didalam masyarakat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu cara, kebiasaan, tata
kelakuan, dan adat istiadat. Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan
dibuang dan diasingkan ke daerah lain.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat disimpulkan beberapa kesimpulan,
yaitu:
1. Pancasila merupakan sebuah nilai dasar Negara Indonesia. Pancasila diambil
dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat religius,
kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan. Di samping itu Pancasila
bercirikan asas kekeluargaan dan gotong royong serta pengakuan atas hak-hak
individu.
2. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika harus senantiasa terwujud prinsip-
prinsip sebagai nilai luhur termasuk sila kedua dari Pancasila, yaitu
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Eksistensi pancasila sebagai sistem
etika dapat ditegakkan dengan mengimplementasikan prinsip
konstitusionalisme dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia.
2. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat diuraikan beberapa saran, yaitu:
1. Pancasila harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan gotong royong
senantiasa dapat terwujud dalam kehidupan di Indonesia.
2. Implementasi pancasila harus senantiasa tertuang dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk dalam penyelenggaraan hak
berpolitik seperti pemilu dan kehidupan sehari-hari sehingga terwujud perilaku
atau etika yang sesuai dengan karakter Bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku dan Jurnal:
Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Jakarta:
Prenada Media Group
Jazim Hamidi. Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 1, Februari
2006: Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi. 2009. Kongres Pancasila: Pancasila dalam Berbagai
Perspektif. Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
Notonagoro. 1971. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara
Sumber Internet:
Distributive Justice. Theory of Distributive Justice. http://www.distributive-
justice.com/, diakses tanggal 8 Mei 2010, Pukul 16.44 WIB.
Ensiklopedi Wikipedia. Norma Sosial. http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial,
diakses tanggal 8 Mei 2010, Pukul 16.51 WIB.
Hamdan Zoelva. Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia.http://hamdanzoelva.wordpress.com/2008/04/07/mahkamah-konstitusi-
dalam-sistem-ketatanegaraan-ri/, diakses tanggal 8 Mei 2010, Pukul 16.48 WIB.
Jurnal Universitas Negeri Malang. Pembelajaran Nilai, Norma, dan Moral dalam
PPKn.http://journal.um.ac.id/index.php/ppkn/article/view/1716, diakses pada tanggal
8 Mei 2010, Pukul 16.18 WIB.
Mahkamah Konstitusi. Pancasila Sebagai Rambu Politik Hukum
Nasional.http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?Page=website.BeritaInter
nalLengkap&id=3998, diakses tanggal 8 Mei 2010 Pukul 13.11 WIB.
. Temu Wicara MK-TNI AU: Pancasila Harus Dijadikan
Tujuan Cita Hukum Indonesia. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/
index.php?page=website.BeritaInternalLengkap&id=3939, diakses tanggal 8 Mei
2010, pukul 16.33 WIB.
Perpustakaan Online UGM. Etika dan Profesi
Pustakawan.http://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/pusta/majalah1.pdf, diakses tanggal 8
Mei 2010, Pukul 15.17 WIB.
Pancasila Sebagai Dasar Negara, Asas Etika
Politik dan Acuan Kritik Ideologi. Makalah. http://psp.ugm.ac.id/kongres-
pancasila/file/sastra%20pratedja%20.edit. 1.doc, diakses tanggal 8 Mei 2010, Pukul
16.21 WIB.
- Penuangan Pancasila di Dalam Peraturan
Perundang-Undangan. Makalah. http://www.psp.ugm.ac.id/publikasi/ artikel/53-
penuangan-pancasila-di-dalam-peraturan-perundang -undangan. Html, diakses
tanggal 8 Mei 2010, Pukul 16.26 WIB.
- Membangun Negara Pancasila dengan Teori
Kebaikan da Teori Kebenaran. Makalah. http://www.psp.ugm.ac.id/ tentang-
psp/123.html?joscclean=1&comment_id =181, diakses tangal 8 Mei 2010, Pukul 16.
43 WIB.
Universitas Gunadharma. Pancasila sebagai Sistem Etika. http://wartawarga. guna
darma.ac.id/ 2010/04/pancasila-sebagai-sistem-etika/, diakses tanggal 8 Mei 2010,
pukul 16.37 WIB.

[1] Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Pancasila Sebagai Rambu Politik
Hukum
Nasional. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=website.BeritaInter
nalLengkap&id=3998, diakses tanggal 8 Mei 2010 Pukul 13.11 WIB.
[2] Achmad Ali. Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang
(Legisprudence), (Jakarta, Prenada Media Group:2009), hlm. 62.
[3] Jazim Hamidi, Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 1,
Februari 2006, (Jakarta, Mahkamah Konsttusi: 2006), hlm. 100-124.
[4] Perpustakaan Online Uniersitas Gadjah. Mada Etika dan Profesi
Pustakawan.http://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/pusta/majalah1.pdf, diakses tanggal 8
Mei 2010, Pukul 15.17 WIB.
[5] Jurnal Universitas Negeri Malang. Pembelajaran Nilai, Norma, dan Moral dalam
PPKn.http://journal.um.ac.id/index.php/ppkn/article/view/1716, diakses pada tanggal
8 Mei 2010, Pukul 16.18 WIB.
[6] Sastrapratedja. Pancasila Sebagai Dasar Negara, Asas Etika Politik dan Acuan
Kritik Ideologi. Makalah. http://psp.ugm.ac.id/kongres-
pancasila/file/sastra%20pratedja%20.edit.1.doc, diakses tanggal 8 Mei 2010, Pukul
16.21 WIB.
[7] Moh. Mahfud MD, Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada. Penuangan
Pancasila di Dalam Peraturan Perundang-
Undangan.http://www.psp.ugm.ac.id/publikasi/artikel/53-penuangan-pancasila-di-
dalam-peraturan-perundang-undangan.html, diakses tanggal 8 Mei 2010, Pukul
16.26 WIB.
[8] Sastrapratedja dalam Mahkamah Konstitusi. Pancasila Sebagai Dasar Negara,
Asas Etika Politik, dan Acuan Kritik Ideologi, Kongres Pancasila: Pancasila dalam
Berbagai Perspektif, (Jakarta, Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi: 2009),
hlm. 66-67.
[9] Achmad Sodiki, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Temu Wicara
MK-TNI AU: Pancasila Harus Dijadikan Tujuan Cita Hukum
Indonesia.http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/
index.php?page=website.BeritaInternalLengkap&id=3939, diakses tanggal 8
Mei 2010, pukul 16.33 WIB.
[10] Universitas Gunadharma. Pancasila sebagai Sistem
Etika.http://wartawarga.gunadarma.ac.id/ 2010/04/pancasila-sebagai-sistem-
etika/, diakses tanggal 8 Mei 2010, pukul 16.37 WIB.
[11] Agus Wahyudi, Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada. Membangun
Negara Pancasila dengan Teori Kebaikan da Teori
Kebenaran. http://www.psp.ugm.ac.id/tentang-psp/123.html?
joscclean=1&comment_id=181, diakses tangal 8 Mei 2010, Pukul 16. 43 WIB. Lihat
juga Agus Wahyudi dalam Mahkamah Konstitusi. Membangun Negara Pancasila
dengan Teori Kebaikan dan Teori Kebenaran, Kongres Pancasila: Pancasila dalam
Berbagai Perspektif, (Jakarta, Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi:2009),
hlm. 120.
[12] Notonagoro. Pancasila Secara Ilmiah Populer, (Jakarta, Bumi Aksara: 1971),
hlm. 100.
[13] Hamdan Zoelva. Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia. http://hamdanzoelva.wordpress.com/2008/04/07/mahkamah-konstitusi-
dalam-sistem-ketata negaraan-ri/, diakses tanggal 8 Mei 2010, Pukul 16.48 WIB.
[14]Ensiklopedi Wikipedia. Norma Sosial. http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial,
diakses tanggal 8 Mei 2010, Pukul 16.51 WIB.

Anda mungkin juga menyukai