Sebuah Polemik
Editor
Anick HT
Publisher
Inspirasi.co Book Project
(PT CERAH BUDAYA INDONESIA)
Menara Kuningan lt. 9G
Jalan HR. Rasuna Said Kav V Blok X-7, Jakarta Selatan
inspirasidotco@gmail.com | http://inspirasi.co
ii
Sebuah Polemik
iii
iv
DAFTAR ISI
Pengantar
v
Bab II: Pro Kontra Demokrasi Pancasila | 61
vi
13. Perlukah Kita Memperbarui Demokrasi
Pancasila? - Fahd Pahdepie | 193
14. Saatnya Seluruh Komponen Bangsa Menggagas
Rekonstruksi Nasional - Hendrajit | 199
15. Demokrasi Pancasila yang Diperbarui;
Pancasila bukan Panacea - Rocky Gerung | 213
Pembaruan Demokrasi Pancasila dan Ancaman
“NKRI Bersyariah” - Akhmad Sahal | 219
16. Demokrasi Pancasila yang Diperbarui;
Indonesia 4.0 No 4 Sedunia Dalam Kualitas
Pada Seabad 2045 - Christianto Wibisono | 229
17. Demokrasi Pancasila Dalam Praktek - Geisz
Chalifah | 249
Epilog
vii
viii
PENGANTAR
Denny JA
Juan Linz dan Alfred Stephan dua ahli dunia soal demo-
krasi. Mereka memberikan formula untuk mengenali
negara yang masih dalam tahap transisi demokrasi, dan
negara yang sudah dalam tahap konsolidasi demokrasi.
ix
lagi bahwa mekanisme demokrasi yang menjadi aturan
main bersama itu. Kuncinya demokrasi sebagai “the
only game in town.”
x
Inilah renungan terjauh refleksi dari ruang publik
Indonesia paska pilkada Jakarta. Persaingan antar kan-
didat dalam pilkada sudah selesai. Hasil KPUD soal
pilkada sudah disahkan. Namun konflik gagasan dan
embrio platform justru terus membara, berbeda bahkan
bertentangan soal bagaimana aturan main bersama itu
sebaiknya.
xi
Keempat, apa yang semua kita bisa kerjakan untuk
ikut mengkonsolidasikan Demokrasi Pancasila yang
dIperbarui.
-000-
xii
perlu lebih diperbarui. Kita sebut saja ini gagasan De-
mokrasi Pancasila yang diperbarui.
-000-
xiii
Demokrasi Pancasila yang diperbarui pastilah berbeda
dengan negara Islam model Timur Tengah. Berbeda pula,
ia dengan Demokrasi Pancasila sebelum amandemen
UUD 45. Namun ia berbeda pula dengan demokrasi
liberal yang dipraktekkan negara barat saat ini.
xiv
sekarang? Mayoritas memilih Demokrasi seperti saat
ini.
xv
Harus diterima bahwa prinsip demokrasi hanya akan
kuat jika ia dikawinkan dengan kultur lokal yang do-
minan di sebuah wilayah. Untuk kasus Indonesia, go-
resan agama dalam batin masyarakat sangat dalam.
Demokrasi yang ingin mengakar harus mengakomodasi
kondisi itu dalam sistem kelembagaannya.
-000-
xvi
UU ini mengatur bagaimana Pancasila yang sentral
dalam demokrasi dioperasionalkan di ruang publik.
Dengan demikian, praktek dan keberagaman paham
agama yang ada terlindungi sangat kuat, sebagaimana
yang dipahat dalam sila pertama Pancasila.
xvii
gagasan negara Islam, dan yang paling kiri: gagasan
LGBT, untuk menjadi wacana.
xviii
Ketiga, prinsip kedua itu harus juga diikuti tegaknya
law enforcement aparatur negara. Ini sepenuhnya ha-
rus disadari pemerintah. Ketika demokrasi masih labih
seperti sekarang, pemerintah harus hadir! Pemerintah
harus tegas dan keras melindungi keberagaman itu.
Jika tidak, kebebasan yang ada justru digunakan untuk
menindas yang lemah.
-000-
xix
Kumpulan tulisan di buku ini langkah pertama untuk
mewacanakan kembali pentingnya Pancasila sebagai
perekat. Pancasila itu kemudian diterjemahkan ke da-
lam sistem kelembagaan pemerintahan.
1 Juni 2017
xx
BAB I
MENGAPA DEMOKRASI
PANCASILA PERLU
DITEGASKAN KEMBALI
1
2
Analisis Survei Nasional LSI, 19 Mei 2017
Mewacanakan Kembali
Demokrasi Pancasila (Yang
Diperbarui)
Denny JA
3
Saatnya kitapun membuka telinga, mendengar suara
rakyat. Saatnya kita mendengar bagaimana pandangan
rakyat seluruh Indonesia soal situasi muthakir? Bagai-
mana mereka melihat polarisasi masyarakat terutama
setelah pilkada Jakarta.
Selama ini yang kita dengar hanya suara elite saja. Atau
suara rakyat Jakarta saja. Bagaimana dengan suara
rakyat Indonesia di 34 propinsi?
-000-
4
ponden sebanyak 1200 dipilih berdasarkan multi stage
random sampling. Wawancara tatap muka dengan res-
ponden dilakukan serentak di 34 propinsi dari tanggal
5-10 mei 2017.
-000-
5
katkan masyarakat. Tapi sistem kenegaraan apa yang
dipilh yang bisa merekatkan kembali masyarakat?
-000-
6
Tapi apakah demokrasi pancasila yang dimaksud oleh
responden? Yang pasti 68, 7 persen menyatakan itu
bukan demokrasi pancasila era Orde Baru. Itu bukan
demokrasi pancasila sebelum amanden UUD 45.
7
1.0, maka demokrasi pancasila yang diperbarui, disebut
demokrasi pancasila 2.0.
8
basan agama. UU itu belum ada dan sedang dimatang-
kan di kementrian agama.
-000-
9
kebersamaan. Tanggal 20 Mei 2017 menjadi momen-
tum yang baik untuk kembali menegaskan demokrasi
pancasila yang diperbarui untuk dijadikan aturan main
bersama.
[]
10
Paska Pilkada Jakarta
Denny JA
11
agama akan meluas dan digunakan untuk mengalahkan
tokoh moderat di aneka pilkada lain. Mendung untuk
keberagaman Indonesia.
12
Saya mengapresiasi kekhawatiran itu, dan positif atas
upaya menjaga keberagaman. Namun saya membantah
kekhawatiran itu dengan tiga hal. Pertama, data. Kedua,
data. Ketiga, data!
-000-
13
persepsi Ahok menista agama, seperti yang terekam
dalam survei berkali-kali.
14
Data membantah kekhawatiran itu. Yang mengalahkan
Ahok bukan minoritas pendukung negara Islam, tapi
justru mayoritas pendukung negara Pancasila!
-000-
15
Tak usah heran dan itu biasa saja jika dalam kubu yang
anti Ahok itu berkumpul kelompok yang sebenarnya
bertentangan. Ada FPI, HTI yang dianggap garis keras.
Namun ada juga aktivis keberagaman dan HAM di sana.
Ada NU. Ada Muhammadiyah.
-000-
16
Begitulah visi demokrasi modern. Di Amerika Serikat,
ada KKK yang rasialis kulit putih. Ada pula kelompok
Elijah Mohammad yang rasialis kulit hitam. Mereka
dibolehkan hidup di ruang publik. Merekapun diboleh-
kan ikut pemilu, ikut berkampanye. Mereka dibebaskan
memilih siapa yang harus didukung dan dilawan.
17
untuk pelaku gagasan yang intoleran. Ia juga diterapkan
untuk pelaku gagasan yang toleran.
-000-
18
Justru isu kebhinekaan yang membuat Anies-Sandi tak
hanya menang, tapi menang telak. Ini juga data.
19
20
Paska Pilkada Jakarta
Jangan Benturkan
Keindonesiaan Versus
KeIslaman
Denny JA
21
Mayoritas masyarakat harus justru harus diyakinkan.
Sistem politik yang ingin kita bangun itu sejalan bela-
ka dengan pemahaman terbaik keyakinannya. Platform
nasional yang ingin ditegakkan hanyalah ekspresi ber-
beda dari interpretasi terbaik kulturnya sendiri.
-000-
22
ra Islam. Dan ternyata hanya di bawah 10 persen po-
pulasi Indonesia yang menginginkan demokrasi liberal
seperti di dunia barat.
23
Lebih jauh, Indonesia akan mengalami keretakkan kul-
tural yang parah.
-000-
24
Ayat Al-Quran: Hendaklah kamu menjadi manusia
yang adil (QS: An Nisa: 135)
-000-
25
Bagaimana dengan hak dan perlindungan hukum kaum
minoritas?
26
dengan perjuangan wanita. Pendeta boleh berkhotbah
di gereja menyerukan umat memilih domba Allah yang
kini berjuang dalam pemilu. Hal yang sama untuk ula-
ma yang juga dibolehkan berkampanye memilih pe-
mimpin satu agama.
-000-
27
Ke sanalah para pemimpin, aktivis, intelektual, ulama,
politisi harus berjuang. []
28
Haruskah HTI Dibubarkan?
Denny JA
29
dengan keras, langkah itu justru akan lebih mampu
merawat keberagaman Indonesia? Atau justru akan
mencabik-cabik keberagaman Indonesia lebih jauh.
-000-
30
Tentu saja perangkat politik yang bisa mengubah haluan
negara hanya partai politik. Tanpa partai politik, tak ada
pintunya mengubah haluan negara.
31
Satu satunya cara mengubah haluan negara dengan ang-
kat senjata memimpin pemberontakan. Maukah dan
mampukah HTI melakukannya?
-000-
32
Keberagaman adalah ongkos yang tak terhindari un-
tuk hidup di dunia modern. Apa daya begitu banyak
gagasan dan gaya hidup, termasuk ideologi, pemikiran
yang berbeda dan saling bertentangan.
33
Justru dari sinergi ribuan gagasan yang berbeda, bahkan
bertengangan, bisa saling kupas, saling isi, saling tam-
bah, saling kurang, menjadi sintesa kultural yang lebih
tinggi.
34
nal. Pelaku kekerasan dari KKK yang membunuh dan
menyalip kulit hitam dikejar aparat dan dihukum keras.
Film Holywood Missipi Burning sangat epik menggam-
barkan itu.
-000-
35
Organisasi dapat dibubarkan. Tapi gagasan di dalam-
nya selalu bisa tumbuh justru dalam bentuk yang lebih
berbahaya jika bergerak di bawah tanah. Gagasan apa-
pun lebih baik resmi dan terpantau, ketimbang tak res-
mi dan gerilya diam diam.
36
Renungan Paska Pilkada dan Pengadilan Ahok
Denny JA
37
Kadang pertengkaran Sunni versus Syiah, lebih keras ke-
timbang Islam vs Kristen. Hal yang sama terjadi dalam
pertengkaran internal Protestan vs Katolik. Atau antar
penganut paham Marxisme A VS Marxisme B, Kapital-
isme A VS Kapitalisme B, Demokrasi A VS Demokrasi
B, Nasionalisme A VS Nasionalisme B, dan aneka isme
lainnya.
Yang satu pro Ahok, yang satu anti Ahok. Yang satu
mengharamkan digunakannya UU penistaan agama
untuk Ahok, yang satu membolehkan bahkan mengan-
jurkan. Yang satu menolak bekerja sama dengan kelom-
pok yang dianggap intoleran, yang satu tidak memper-
masalahkannya.
-000-
38
berhasil mematahkan dua UU di MK yang melarang
diumumkannya quick count di hari pemilu. Berkat per-
juangan AROPI, kini kita menikmati quick count. Kita
tahu siapa yang menang pemilu sebelum KPU memu-
tuskan seminggu atau sebulan kemudian.
39
Mengapa? Apa perbedaan sesungguhnya dari konsep
pro keberagaman pro Ahok vesus pro keberagaman
kontra Ahok?
40
Virus ini segera menjadi pesan ke suluruh air. Indonesia
sudah berada dalam kultur demokrasi dan kebhinekaan
yang matang. Sangat sangat matang.
41
Isu dua: Perlu atau Dilarang menerapkan UU Penista-
an Agama?
42
Isu Ketiga: Boleh atau dilarang bekerja sama dengan
kelompok toleran dalam pilkada/pemilu?
43
Untuk isu lain, kelompok yang bersatu itu bahkan ber-
tentangan. Itulah demokrasi. Take it easy!
-000-
44
publik. Namun kita hormati hak hidup mereka selama
mereka memang ormas yang sah berdasarkan hukum
Indonesia.
45
46
Bangkitnya Politik Identitas:
Denny JA
47
Tak pernah terjadi sebelumnya, gerakan pro kontra se-
orang kandidat sepanas, seheboh, dan se “wow” kasus
Ahok di Pilkada Jakarta 2017. Tak pernah terjadi sebe-
lumnya di aneka pilkada, begitu banyak massa terlibat
bahkan dari luar teritori yang mempunyai hak memilih
untuk pilkada.
-000-
48
Rasa takut dan persepsi terancam dialami oleh mereka
yang pro Ahok ataupun anti Ahok. Memang belum ada
abstraksi komprehensif menggambarkan jenis rasa ta-
kut di dua kubu yang bertentangan itu.
49
Masih gelap hingga kini seberapa banyak korban yang
sebenarnya, baik kurban nyawa terutama kurban ke-
kerasan seksual. Banyak warga etnis Tionghoa yang mi-
grasi ke luar negeri untuk sementara ataupun permanen.
50
politisasi isu agama. Pelan pelan Indonesia dikhawatir-
kan menjelama menjadi NKRI bersyariah.
51
Istilah itu mengacu pada lahirnya kelompok etnis mi-
noritas tapi sangat dominan. Mereka tak hanya mengua-
sai dan dominan atas ekonomi sebuah negara. Namun
mereka juga mulai mengarah berkuasa untuk jabatan
politik dan budaya.
52
dan agama. Tapi ia tercatat dan dipersepsikan sebagai
minoritas yang arogan.
53
muslim dan pribumi. Mereka semakin kwatir minoritas
tak hanya berkuasa tapi juga arogan, dan enteng saja
menghina. Mentang-mentang!
-000-
54
politik praktis. Kekuatan sentimen ini mengendur atau
menguat sepanjang sejarah. Yang pasti ia tak pernah
memudar hingga ke era digital dan post-modern.
55
Umumnya politik identitas ini tumbuh di kalangan mi-
noritas yang memang powerless. Lebih ironi lagi, sen-
timen itu kadang juga tumbuh di kalangan mayoritas
yang powerless.
56
bagaan. Ada yang bersifat craftmanship peran aktor.
Dan ada yang bersifat kultural.
57
cita sosial, atau memiliki gagasan senorak atau selucu
apapun. Bahkan tak ada paksaan dalam agama. Apalagi
untuk paham yang sekuler, tiada paksaan pula.
58
proses yang lebih panjang. Itu juga membutuhkan je-
nis pemimpin minoritas yang tidak dianggap ancamam
oleh mayoritas.
-000-
59
60
BAB II
MENGAPA DEMOKRASI
PANCASILA PERLU
DITEGASKAN KEMBALI
61
62
Demokrasi Pancasila yang
Diperbarui, Apanya?
Mun’im Sirry
63
radikalisme agama. Fenomena intoleransi agama be-
lakangan sudah sampai pada level yang sangat mengkha-
watirkan. Walaupun tidak ada kekerasan agama yang
massif seperti terjadi di Maluku pada awal runtuhnya
Order Baru, tapi pelanggaran terhadap kelompok mi-
noritas terus meningkat dari tahun ke tahun. Di sinilah
letak pentingnya meneguhkan komiteman pada Panca-
sila untuk menjaga dan memperkuat ke-bhinneka-an.
64
melihat Cak Nur membuka jalan agar Pancasila terbu-
ka untuk ditafsirkan ulang, dan Denny JA berijtihad
merekonstruksi demokrasi Pancasila yang lebih relevan
dalam konteks Indonesia saat ini di mana peran asertif
Islam di ruang publik semakin tak terelakkan.
65
besar seperti NU dan Muhammadiyah tidak kesulitan
menerima kebijakan asas tunggal Pancasila karena, bagi
mereka, secara prinsipil Pancasila tidak bertentangan
dengan Islam. Namun demikian, cara-cara represi rezim
Orba untuk memaksakan penyeragaman ideologi terse-
but telah menjadikan Pancasila berstigma negatif.
66
tafsir “demokrasi Pancasila yang diperbarui”. Tiga aspek
demokrasi Pancasila yang diperbarui yang disebutkan
Denny (memberikan peran agama yang lebih besar di
ruang; mengakomodasi luasnya spectrum gagasan; dan
law enforcement) memberikan pijakan dasar tapi terlalu
dini untuk dievaluasi karena perlu penjabaran lebih lan-
jut. Sambil menunggu penjabaran itu, saya ingin urun
rembuk mendiskusikan “apanya” yang diperbarui.
67
tepat sasaran. Kedua, distingsi itu diperlukan supaya
kita tahu tahapan-tahapan yang perlu dilakukan supaya
dampak demokrasi Pancasila yang diperbarui berjang-
kauan luas. Misalnya, seseorang tidak mungkin dapat
bebas untuk melaksanakan ajaran agama sebelum dia
bebas dari restriksi dan persekusi.
68
takan oleh para pencetusnya. Diperbarui untuk menja-
ga keutuhan Indonesia yang plural. Diperbarui untuk
membendung ideologi-ideologi lain yang mengancam
ke-bhinneka-an kita sebagai bangsa dengan agama dan
etnik yang beragam, dan seterusnya. Peneguhan aspek
positif ini bermanfaat untuk menumbuhkan rasa bang-
ga pada ideologi pemersatu tersebut. Tanpa rasa bangga
dengan Pancasila mustahil kita akan betul-betul ter-
panggil untuk menjunjung dan memperjuangkannya.
69
70
Memperbarui Cara Pandang
Dan Cara Praktek Demokrasi
Pancasila
M. Hatta Taliwang
Direktur Institut Soekarno Hatta (ISH)
Demokrasi Pancasila.
71
Presiden Soeharto dalam pidatonya di awal kekuasaan-
nya pd 16 Agustus 1967.
A. PENDAHULUAN
72
Dalam aspek kehidupan masyarakat Indonesia dalam
bernegara saat ini jauh dari mencerminkan identitas
kenegaraan yang berlandaskan filosofi Pancasila.
73
salitas perumusan dan pembahasan Pancasila tersebut
maka sumber materi yang merupakan nilai-nilai kultur-
al dan religius, pada hakekatnya dari bangsa Indonesia
sendiri. Dengan lain perkataan lain bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan kausa meterialis bagi Pan-
casila.
74
Kedua: KESULTANAN DEMOKRATIS.
75
Kelima: PATUH PADA FALSAFAH KESULTANAN
76
Perhatikan Falsafahnya:
77
pin, yang di dalam negeri diperdebatkan, justru dipuji
oleh syeikh Al-Azhar itu sebagai, “lam yakun ila shuratu
min shara asy syuraa’ allatiy ja’alha al-Qur’an sya’ana
min syu’un al-mu’minin” (tdk lain hanyalah salah satu
gambaran dari permusyawaratan yang djadikan oleh Al
Quran sebagai dasar bagi kaum beriman). Pemimpin
Arab berkata; kami satu ras tapi terpecah atas berbagai
bangsa. Indonesia beragam ras/suku BERSATU kare-
na PANCASILA. Mengapa kita kurang bangga dengan
karya dan budaya bangsa kita yang telah dihargai sede-
mikian tinggi oleh bangsa luar?
B. DEMOKRASI PANCASILA.
78
5. Perlindungan hak asasi manusia
6. Badan peradilan merdeka yang berarti tidak
terpangaruhi kekuasaan pemerintah dan kekua-
saan lain.
7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
8. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab
secara moral kepada Tuhan YME, diri sendiri,
masyarakat, dan negara ataupun orang lain.
9. Menjunjung tinggi tujuan dan juga cita-cita
nasional
10. Pemerintah patuh pada hukum, dijelaskan da-
lam UUD 1945 yang berbunyi: Indonesia adalah
negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan ti-
dak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat).
79
1.Asas Kerakyatan.
2.Asas Musyawarah.
80
Demokrasi Pancasila tidak pernah akan klop atau tidak
akan cocok dengan UUD 2002 hasil Amandemen. Me-
ngapa? Karena Demokrasi Pancasila mensyaratkan
adanya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi negara.
Wewenang MPR
81
3. Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengang-
kat Presiden dan Wakil Presiden
82
terhadap JOKOWI. Beberapa waktu yang lalu kami
pernah tulis fakta/ indikasi bahwa ADA MASALAH
SERIUS DALAM SISTEM KETATANEGARAAN KITA
YANG SANGAT MEMPENGARUHI OUTPUT KITA
SEBAGAI BANGSA. Dan juga tentu mempengaruhi
KINERJA PRESIDEN.
83
lih langsung OLEH RAKYAT. Sampai di SENAYAN
yang dominan diperjuangkan adalah SUARA PAR-
TAI karena distel oleh LEMBAGA FRAKSI. Partain-
ya disetel oleh PEMILIK MODAL. Sehingga kami
pernah tulis DEMOKRASI KITA: Dari Rakyat, Oleh
Rakyat Untuk Konglomerat. Tak ada yang salah
dengan kader partai dan caleg tapi lagi-lagi sistem-
nya. Lebih gila lagi WAKIL RAKYAT BISA DIGU-
SUR DARI SENAYAN OLEH PARTAI. Tentu saja
semua situasi tersebut mempengaruhi output DPR
yang berkaitan dengan fungsi PENGAWASAN,
LEGISLASI DAN ANGGARAN. Tentu saja sangat
MERUGIKAN RAKYAT, BANGSA DAN NEGARA
secara keseluruhan sebagai sebuah SISTEM.
84
wakilnya. Namun tetap mengandung keanehan
apalagi kalau direfer ke UUD 45 18 Agustus 1945
di mana kewenangan mengangkat pejabat pejabat
tinggi tersebut merupakan eksklusif kewenangan
Presiden.
85
Presiden yang memimpin 250 juta rakyat cukup di
SK kan oleh KPU. Selesai tugasnya tidak merasa
perlu pamit secara terhormat di depan MPR. Ya aneh
saja. Sistem ini hemat kami TIDAK MEMBANGUN
RASA BERTANGGUNG JAWAB Mau berhasil atau
gagal. Tidak ada reward dan punishment*Tidak ada
yang perlu dirisaukan. *Malah bisa ikut Pilpres atau
kontes lagi.
86
politik secara real diambil alih oleh institusi-institusi
global yang tidak pernah mendapat mandat rakyat,
seperti IMF, Bank Dunia, WTO, dan lain-lain. Kalau
saya bertanya apakah bergabungnya Indonesia ke
Masyarakat Ekonomi ASEAN atas persetujuan
rakyat? Pasti jawabannya bingung. Sejak kapan
rakyat ditanya. Dalam kampanye Pemilupun tak ada
caleg yang bertanya. Tahu-tahu rakyat dicemplungin
aja. Entah akan jadi apa rakyat Indonesia di MEA,
ora mikir!
87
Saya tidak tahu apakah para profesor perancang aman-
demen UUD 45 menyadari atau tidak fakta-fakta ini.
88
Ini sebuah ironi dan tragedi di tengah melimpahnya
kekayaan alam Indonesia. Ada yang sering dikesam-
pingkan oleh politisi dan ahli ekonomi karena dihan-
tui tuduhan rasialis bahwa sesungguhnya dari berbagai
catatan sejarah salah satu tujuan kemerdekaan itu ada-
lah untuk mengangkat derajat kaum inlander/pribumi
(bumi putera) karena nasib mereka yang dianiaya oleh
penjajahan Belanda dengan menempatkan mereka se-
bagai warganegara kelas tiga di negerinya sendiri. Ini
bukan soal rasialisme tapi ini menyangkut keadilan
politik dan keadilan ekonomi bagi mereka. Namun
apa yang terjadi nasib kaum inlander/pribumi tetaplah
menjadi kelas tiga secara ekonomi meskipun sdh 70 ta-
hun merdeka.
89
ekonomi. Kalau memang jalan, paham dan sistem yang
kita pilih on the track maka seharusnya pemerataan kes-
ejahteraan dan keadilan ini makin mendekat. Bukannya
makin menjauh dan meredup, menjadilkan mayoritas
rakyat kehilangan harapan. Problem dan kontradilksi
ini harusnya menjadi agenda utama kalau TRISAKTI
mau dilaksanakan oleh Penguasa Baru secara konsekw-
en dan konsisten.
90
dll. Mayoritas rakyatnya MAKAN DARI KERINGAT
MEREKA SECARA BENAR. Mereka tumbuh-
memakai istilah alm Prof Dr Hartojo Wignyowijoto-
dari EKONOMI FRONT OFFICE. Namun di Indonesia
diduga sebagian rakyatnya hidup dari korupsi dan
perputaran uang korupsi (terutama saat PILKADA,
PILEG, PILPRES, PILKADES di mana banyak UANG
GELAP BERPUTAR), sebagian hidup dari percikan jual
beli narkoba, sebagian dari jual beli manusia (prostitusi
dan TKW), sebagian dari uang PENYELUDUPAN,
PERJUDIAN, PREMAN dll yang oleh Prof Hartojo
Wignyowijoto disebut sebagai EKONOMI BACK
OFFICE.
91
Sebuah sistem yang telah dikritik secara pedas oleh
Sekarno dengan kalimatnya yang terkenal
92
yang tegas. Yang menjadi syarat mutlak usaha usaha
stabilisasi keamanan negara. Rakyat mengharapkan
pimpinan dari Dwitunggal Soekarno Hatta yang di-
segani, dijunjung dan dihormati oleh seantero, akan
tetapi Dwitunggal itu tak berdaya karena menurut UUDS
50 mereka cuma perlambang dan bukan penanggung
jawab pemerintahan. Kekuasaan memerintah oleh
UUDS50 diserahkan ke partai partai yang berbentuk
sistem parlementer.” (Buku: MEMENUHI PANGGILAN
TUGAS jilid 3 hal 245). Dalam halaman 252 Nasution
menulis: “Sistem pemilu dan konstitusi kita th 50an
merintangi slagordening (pengikatan persatuan semua
kekuatan). Sistem ini selalu meluangkan kesempatan
bagi masing masing kelompok bahkan masing masing
tokoh untuk kepentingan sempit. Tidak mungkin ter-
tegak suatu grand strategi, suatu strategi besar dengan
kepemimpinan yang bernilai kenegarawanan.”
E. TAWARAN SOLUSI.
93
tawarkan ada cara dan jalan untuk mengatasinya yang
kami rangkum dalam kata bahwa UUD45 itu UNTUK
DISEMPURNAKAN. Ini juga sdh melewati perdebatan
panjang. Bila jalan ini pun tak bisa disepakati dan mau
lanjut dengan jalan sesat monggo aja.
94
Sehingga timbul anggapan KITA TELAH TERSESAT
karena itu kita harus kembali ke TITIK AWAL kita
berangkat, yaitu kembali ke roh perjuangan awal kita
mendirikan negara ini, yaitu yang tertuang dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 45. Kita kembali
kesini dulu, sebagai layaknya orang yang tersesat
mencari titik start berangkatnya, agar bisa menyusur
jalan benar. Maka makin menguat keyakinan bahwa
kembali ke UUD45 18 AGUSTUS 1945 (UNTUK
DISEMPURNAKAN ITU), adalah cara bijak. Bukan
dengan melanjutkan Amandemen yang akan makin
menyesatkan.
95
Dengan kata lain UUD45 18 Agustus 1945 BELUM
PERNAH DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN BENAR
SEPENUHNYA SEHINGGA KITA MESTI BERJUANG
TERUS UNTUK MELAKSANAKAN DENGAN
MURNI DAN KONSEKWEN.
96
melakukan redefinisi atas perannya di era yang makin
terbuka ini, sehingga tidak mungkin mengulang sejarah
kelam peran yang pernah dimainkan oleh Soeharto.
97
Karena konstitusi AS pun dirubah secara hati hati, kata
perkata. Tidak asal buang atau memasukkan kalimat
secara “borongan” sehingga kehilangan makna historis
dan filosofis sebgmana yang dimaksud para pendiri
bangsa.
98
Dengan cara itu Konstitusi kita akan teruji dan makin
kuat. Bukan dengan membantai seperti yang terjadi
dengan Amandemen yang dilakukan sejak 1999 sd 2002
yang melahirkan UUD 2002 yang sekarang kita rasakan
sebagai ancaman yang akan menghancurkan NKRI. []
Sumber Bacaan:
1. Prof DR Kaelan M.S. Liberalisasi Ideologi
Negara Pancasila.
2. Tulisan DR. Yudi Latif
3. Tulisan DR. Denny JA
4. Tulisan Haris Rusly
5. Tulisan Salamuddin Daeng.
6. Tulisan MHT yang lalu lalu.
7. Dll.
99
100
Meneguhkan Kembali
Demokrasi Pancasila Yang
Diperbarui
Taufan Hunneman
101
2. Ajaran Islam memerintahkan kebenaran dan
keadilan Tuhan dalam masyarakat
3. Kehidupan masyarakat dalam kolektivisme di
desa-desa
102
Dalam pilkada DKI kali ini politik identitas begtu kental
sekali aromanya. Jika di Amerika Serikat identitas politik
yang di mainkan baik oleh komunitas kristen puritan,
hispanik, afro amerika tidak memberikan dampak secara
langsung kemasyarakat karena demokrasi amerika telah
berabad abad perbaikan kualitas demokrasi.
103
atau platform yang mengedepankan unsur unsur
kebencian atau penghasutan atas dasar kebencian harus
dieliminasi dalam ruang diskusi politik juga harus di
eliminasi dalam demokrasi.
104
Agenda yang teramat penting saat ini bukan saja me-
rumuskan kembali aturan main atw mempertegas ruang
publik yang selama ini di kacaukan oleh sentimen aga-
ma melainkan keberanian menyelamatkam demokra-
si pancasila dari rongrongan paham radikalisme atau
cara-cara yang di lakukan untuk melemahkan demokra-
si itu sendiri.
105
arus jaman. Namun sebaiknya mulai merumuskan
agenda bersama untuk menyusun kembali demokrasi
pancasila yang sebenar-benarnya sebagaimana jati diri
bangsa.
106
Demokrasi Pancasila
Aktivis, penulis
107
memikirkan soal beginian. Perdebatan paling mendasar
adalah sistem vs manusia.
108
Selain itu, ada 1300-an suku dengan lingua franca ber-
beda mendiami 1700 pulau Indonesia. Di samping 186
kerajaan masih eksis sampai sekarang.
109
Lieus Sungkharisma bilang, apalah arti sebuah nama.
Serupa dengan William Shakepear yang berkata, “What’s
in a name? That which we call a rose by any other name
would smell as sweet.”
110
ditemukan perempuan muslim dibully dan dipukuli di
pinggir jalan. Hanya karena dia memakai hijab.
111
112
Benarkah Kita Terbelah?
Anick HT
--0--
113
Tulisan Denny JA diawali dengan asumsi yang berlebih-
an tentang situasi demokrasi Indonesia pasca-pilkada.
Menurutnya, “Dalam waktu dekat, bukan mustahil
Indonesia akan terkoyak dan tidak stabil.” Bahkan, “bu-
kan tak mungkin demokratisasi di Indonesia mengalami
break-down dan kemunduran yang signifikan.”
114
Tentu ada sejumlah penunggang kuda yang dari awal
ingin mendesain dan memanfaatkan momentum “ke-
bangkitan” Islam politik ini dengan agenda-agenda
yang lebih ideologis. Pengusung khilafah Islamiyah se-
perti Hizbut Tahrir Indonesia yang menjadi bagian dari
orkestra besar Aksi Bela Islam salah satunya. Kelom-
pok Bachtiar Nasir yang sejak awal juga identik dengan
kelompok pengusung syariat Islam juga salah duanya.
Tak kurang, Habie Rizieq pun terseret untuk mensofis-
tikasi gerakannya sebagai gerakan ideologis dengan
mendeklarasikan jargon NKRI Bersyariah.
115
Dalam kerangka seperti itu, terlalu simplistik ketika kita
menyimpulkan bahwa agenda besar yang lebih ideologis
tengah mengancam demokrasi kita.
--0--
116
Nah, pada titik ini saya kira memasukkan istilah “diper-
barui” dalam platform Demokrasi Pancasila yang diper-
barui terlalu terburu-buru dan terkesan agak dipak-
sakan.
117
ka bisa memaknai Pancasila dengan cara lain: hanya
sebagai falsafah negara, bukan sebagai ideologi. Di lain
pihak, NU (dan Orde Baru) juga merumuskan sila-sila
Pancasila dalam rumusan islami. Karena itu, bagi NU
Pancasila dan NKRI adalah harga mati.
--0--
118
Hadirnya kementrian agama misalnya tak dike-
nal dalam demokrasi liberal barat. Namun untuk
indonesia, kementrian agama sebuah kompro-
mi yang seharusnya diambil. Evolusi kesadaran
publik mayoritas Indonesia menghendaki peme-
rintah ikut mengurus agama publik. Itu yang tak
ada dalam demokrasi liberal barat.”
119
Lalu di mana masalahnya? Di mana letak pembaruannya?
--0--
120
Dan kompatibiltas Islam dengan demokrasi harus terus
menerus dikuatkan dalam kerangka merawat keberaga-
man yang Indah. []
121
122
Ahok Effect dan Pudarnya
Demokrasi Pancasila
Syaefudin Simon
Penulis
123
Sebuah status dari Taufan Hidayat di Facebook, Jumat
(5/5) lalu, menohok kelompok demonstran Hizbut
Tahrir: Anda (Hizbut Tahrir) bisa berdemo dengan
mengusung jargon khilafah di negeri demokrasi. Tapi
apakah di negeri khilafah para aktivis demokrasi bisa
berdemo dengan mengusung jargon demokrasi? Sebe-
tulnya pertanyaan Taufan Hidayat di atas bisa ditujukan
kepada komunitas lain–seperti FUI, FPI, dan kelompok
pengusung Wahabi-Salafi.
124
Islam mana yang bisa menjalankan demokrasi ekonomi
dan hukum seperti negara-negara sekuler di Skandina-
via seperti Denmark, Norwegia dan Finlandia. Taufan
bisa berteriak: Semua negara-negara yang memakai
sistem Islam saat ini, jelas-jelas telah mengingkari prin-
sip-prinsip demokrasi, pluralisme, dan humanisme se-
perti yang tercantum dalam Piagam Madinah.
125
Allan salah ketika membuat kesimpulan linier bahwa
agama dan sistem pemerintahan di Indonesia bersifat
transaksional dan korelatif.
126
Perlindungan Kebebasan Umat Beragama.
127
keadilan tanpa diskriminasi, dan tegaknya kesejahter-
aan bersama. Bedanya hanya pada, yang pertama men-
junjung nama Allah sebagai rujukan tertinggi. Kedua,
menjungung kemanusiaan sebagai rujukan tertinggi.
Sebetulnya, keduanya bisa dipertemukan kalau kita
mendalami dunia sufisme. Seperti dilantunkan Rumi:
Aku mencari Tuhan, yang kutemukan adalah Diriku.
128
Upaya Memperbarui Demokrasi
Pancasila
Satrio Arismunandar
129
itu, tampaknya tidak cukup mengapresiasi gagasan
Mubyarto.
130
ikatan bangsa ini sudah melalui banyak ujian dan toh
ternyata tetap bertahan. Ketika Uni Soviet dan Yugosla-
via tercerai berai, pecah jadi beberapa negara, Indonesia
yang bertubi-tubi dihantam krisis ekonomi dan politik
ternyata bertahan.
131
platform yang berbeda dan saling bertentangan yang
ada saat ini, mengenai ke mana Indonesia harus diben-
tuk. Aneka platform itu ikut bertarung mewarnai Pilka-
da DKI 2017. Meski hasil KPUD soal Pilkada sudah
disahkan, konflik gagasan dan embrio platform justru
terus membara, berbeda, bahkan bertentangan. Yak-
ni, tentang bagaimana sebaiknya aturan main bersama
tersebut.
132
ideologi yang kita operasionalkan.
***
133
Untuk menanggapi Denny, saya mencoba menguraikan
dulu apa yang dimaksud dengan ideologi politik. Dalam
studi sosial, ideologi politik adalah seperangkat etik ter-
tentu tentang hal-hal ideal, prinsip, doktrin, mitos, atau
simbol dari gerakan sosial, lembaga, kelas, atau kelom-
pok besar, yang menjelaskan bagaimana masyarakat ha-
rus berjalan.
134
aspek-aspek itu diperbarui, apakah kita sudah cukup
jelas atau berada dalam pemahaman yang sama, tentang
apa yang dimaksud dengan “Demokrasi Pancasila” itu
sendiri?
135
penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh Negara.
136
mengubah total bangunan itu sendiri, sehingga kita
mungkin sudah tidak mengenali sisa-sisa bangunan
lama di dalam wujud bangunan yang baru.
137
Di Republik Islam Iran, kita kenal konsep velayat-e fakih
(pemerintahan oleh para ahli hukum agama yang adil),
yang menjadi landasan didirikannya rezim gabungan
demokratis dan teokratis di Iran sejak Revolusi Islam
1979. Ada pemilu parlemen dan pemilihan Presiden
yang berlangsung demokratis.
138
mana kekuasaan itu harus digunakan. Masing-masing
ideologi politik mengandung ide-ide tertentu tentang
apa yang dianggap sebagai bentuk sistem pemerintah
terbaik (demokrasi, monarki, teokrasi, khilafah, dan
sebagainya) dan sistem ekonomi terbaik.
139
Dari semua uraian di atas, saya berpendapat, gagasan
Denny yang mengusulkan “pembaruan” pada Demokra-
si Pancasila, tetap harus diapresiasi. Hal ini karena
memang demokrasi kita harus selalu siap merespon
perkembangan zaman, baik karena dinamika internal
(domestik) maupun perubahan global. Demokrasi kita,
apakah mau disebut dengan Demokrasi Pancasila atau
sebutan lainnya, harus menjadi ideologi terbuka yang
bisa selalu ditafsirkan ulang, untuk menghadapi tanta-
ngan zaman.
140
tanyaan ini, barulah kita bisa berdiskusi lebih lanjut.
Yakni, untuk mengangkat isu pembaruan Demokrasi
Pancasila ini ke tingkatan yang lebih tinggi (new level).
141
142
Momentum Pelembagaan
Pancasila
Ali Munhanif
143
donesia, perbincangan tentang itu seperti menghadapi
dua tabu sekaligus.
144
akhir-akhir ini bangsa Indonesia seperti terbelah akibat
gejolak sosial, politik dan keagamaan yang diakibatkan
oleh proses Pilkada DKI 2017. Kegelisahan utama
akan kebangkitan isu SARA dipicu oleh meningkatnya
mobilisasi agama untuk tujuan-tujuan politis.
145
Isu penting yang diunggah Denny JA adalah posisi ag-
ama dalam visi dan praktik demokrasi Pancasila. Be-
narkah mobilisasi agama akan terus meningkat di masa
depan dan menjadi batu loncatan bagi politik Islam un-
tuk melembagakan visi keagamaan yang melekat dalam
ideologi “Negara Islam”?
146
inti (core issues) dari doktrin agama, termasuk isu ten-
tang penodaan agama, Muslim vs. kafir, menolak shalat
jenazah dan semacamnya.
147
Kedua, makin terserapnya civil society berbasis Islam ke
dalam pusaran dunia teknokratik akibat terjadinya kon-
vergensi politik (political convergence) antara Islam dan
negara. Konvergensi di sini merujuk pada proses politik
dan kelembagaan di mana agenda kultural dari ideologi
Islam semakin terwadahi dalam institusi penyelengga-
raan negara.
148
Memang tidak akan terjadi transformasi konstitusional
menuju negara Islam, tetapi pelembagaan identitas aga-
ma pada institusi-institusi publik kian hari kian mewar-
nai tata kelola pemerintahan kita.
***
149
mengolahnya untuk artikulasi kepentingan ekonomi,
politik dan kebudayaan.
150
Apa yang perlu ditekankan dalam perdebatan tentang
“Demokrasi Pancasila yang Diperbarui” adalah proses
yang menegangkan dalam Pilkada DKI yang baru lalu
itu dijadikan momentum untuk mencari format “jalan
demokratis melembagakan Pancasila”.
151
dalam menjaga wibawanya akibat lemahnya penega-
kan hukum, pemberantasan korupsi dan mencegah ke-
kerasan di ruang publik.
152
Tantangan kita semua dengan demikian adalah me-
nyikapi dengan tegas aksi-aksi intoleransi atas nama
negara alternatif tadi. Berkaca pada pengalaman seperti
Pakistan, merosotnya otoritas negara dan pemerintah
Pakistan berjalan paralel dengan tingginya mobilisa-
si organisasi Islam garis keras yang mengedepankan
“sistem Islami” sebagai alternatif dari sistem kenega-
raan, meskipun secara formal negara ini memproklam-
irkan diri sebagai Republik Islam Pakistan.
***
153
Pelembagaan Pancasila juga berarti memberdayakan
institusi yang menjadi garda terdepan untuk keterti-
ban dan keamanan. Pada tingkat kementerian, Menteri
Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Polhu-
kam), dituntut untuk bisa lebih tegas terhadap perkum-
pulan, pergerakan dan organisasi yang jelas-jelas berse-
berangan dengan Pancasila.
154
strategi kurikulum yang baik, pendidikan agama seka-
lipun bisa diarahkan untuk memperkuat nilai-nilai civic
kebangsaan.
155
156
Bug pada Demokrasi Pancasila
Jonminofri
157
ganggu itu. Mereka hanya mengatakan, “ini ada bug,
harap di-up-date.” Denny pun begitu: tidak menjelaskan
secara tegas apa yang salah pada Demokrasi Pancasila,
dia hanya mengatakan ini penawarnya. Nah, bedanya
dengan aplikasi: up date selalu diberikan oleh penyusun
aplikasi itu, bukan oleh user. Tapi, Demokrasi Pancasila
bukan aplikasi komputer, siapa saja bisa membuat up-
date-nya jika diterima oleh masyarakat Indonesia.
158
beramai-ramai membawa agama ke dalam hati ma-
sing-masing, bukan ke ruang publik?
159
Persoalan buat kita adalah bukan saja nasib pemimpin
baik itu yang terjungkal. Lebih dari itu, rasa persatu-
an kita menjadi rusak. Keberagaman berubah arti dari
menghargai perbedaan menjadi mencari-cari perbe-
daan. Sehingga kita menjadi seperti anggota keluarga
yang selalu mengedepankan perbedaan, yang membuat
semua anggota keluarga itu bertikai tanpa henti. Karena
negara bukan keluarga, penyelesaiannya tidak bisa de-
ngan “pisah ranjang” atau “bercerai”. Indonesia adalah
keluarga sangat besar yang disatukan oleh Tuhan de-
ngan Pancasila dan tidak bisa dipisahkan kecuali terjadi
perang suadara. Ini makna NKRI harga mati yang se-
ring diteriakan banyak orang belakangan ini.
160
besar, seperti virus pada komputer, mereka benar-benar
bisa melumpuhkan sistem di mesin pintar itu. Tidak ada
toleransi pada virus. Untuk mengamankan sistem, virus
harus di-delete habis menggunakan program antivirus
yang ampuh. Jika Anda pengguna komputer, jangan
sekali-sekali memasukkan virus ke dalam komputer,
apalagi memberi ruang untuk virus berkembang.
161
membesar. Pada saat mereka semakin kuat, negara dan
kaum toleran akhirnya kewalahan dan kalah mengha-
dapi mereka.
162
jabatan baru dengan pesan: Saya berjanji tidak akan ko-
rupsi. []
163
164
Membangun Demokrasi
Pancasila
Setelah Pilkada Jakarta 2017
Jojo Rahardjo
165
Apa kaitan itu semua dengan Membangun Demokrasi
Pancasila?
166
saja disebut saat pengajian di mesjid yang di-
hadiri secara tertutup. Paslon tertentu juga
sering disebut di tempat terbuka sebagai orang
yang menghalangi masyarakat untuk masuk
surga. Itu tentu juga ujaran kebencian dan per-
musuhan.
167
Menurut Denny Ada 4 platform gagasan yang ikut ber-
tarung dalam Pilkada Jakarta yang baru berlalu kemarin.
Pertarungan 4 platform itu akan semakin mengemuka
pada pilpres 2019 nanti. Empat gagasan itu adalah: 1.
Demokrasi modern, 2. Sistem sebelum amandemen
UUD 1945, 3. Konsep negara Islam, 4. Demokrasi Pan-
casila yang diperbarui.
168
Apa yang Perlu Dilakukan?
169
1. Pasal 1, Ketuhanan yang maha esa menggambarkan
perlunya memiliki sifat-sifat baik tuhan yang perlu
dimiliki oleh manusia. Neuroscience menyebutkan
bahwa kegiatan spirituality adalah kecenderungan
paling mendasar dalam diri manusia yang mengha-
sil positivity yang besar dan dapat bertahan untuk
waktu yang lama.
170
3. Pasal 3, Persatuan Indonesia dijabarkan oleh neu-
roscience sebagai perlunya bekerja sama secara
terus-menerus sebagai makhluk sosial yang meng-
hasilkan rasa secure yang menghasilkan positivity.
171
Dari penjabaran Pancasila di atas, maka setidaknya
perlu dibuat aturan baru atau merevisi aturan yang su-
dah ada yang berkaitan dengan pilkada atau pilpres se-
bagaimana berikut ini:
172
b. Melarang penegak hukum menggunakan simbol
atau atribut keagamaan dalam tugasnya sehari-
hari, karena penegak hukum bekerja untuk
semua, maka ia harus bebas dari pengaruh
agama apa pun.
c. Membuat tim khusus yang bertugas mencari
pelanggaran yang disebut dalam pasal-pasal di
huruf 1.
Penutup
173
yang berkembang. Sehingga idealnya demokrasi Pan-
casila juga dijabarkan dengan ilmu pengetahuan.
174
hasilkan kebajikan. Begitu seterusnya. Jika itu sebuah
lingkaran, maka lingkaran itu akan semakin besar dan
kuat setiap hari. []
175
176
Memaknai Demokrasi Pancasila
Yang Diperbarui
177
dengan keyakinan bahwa fungsi agama hanya mengurusi
ajaran-ajaran yang berkaitan dengan kehidupan akhirat
dan urusan pribadi saja. Negara merupakan masalah
politik yang berurusan dengan duniawi.
178
kan kesepakatan nasional yang bersumber dari dialog
pemikiran dari berbagai elemen bangsa. Akibatnya,
baik Demokrasi Pancasila semasa Soekarno maupun
Soeharto mendapatkan penolakan warga dalam bentuk
runtuhnya kedua rezim tersebut.
179
itu saya sepakat dengan Denny JA, dalam waktu dekat
bukan mustahil Indonesia akan terkoyak dan tidak sta-
bil, jika kita tidak berusaha keras merumuskan kembali
sistem berbangsa dan bernegara dalam bentuk aturan
main yang berwibawa, akomodatif, dan disepakati se-
bagai “the only game in town”.
180
di Timur Tengah. Semua sistem tersebut tidak cocok
dipaksanakan di Indonesia. Dalam berbagai survei yang
dilakukan LSI maupun LSN, terbukti tidak lebih dari
10 persen publik yang menghendaki sistem demokrasi
liberal, bentuk negara Islam, maupun sistem Demokrasi
Pancasila era Soekarno dan Soeharto.
181
dominan. Untuk konteks Indonesia, goresan agama da-
lam batin masyarakat terbukti sangat mendalam. Sebab
itu Demokrasi Pancasila yang kita perbaharui baru akan
bisa mengakar dan memiliki daya tahan jika meng-
akomodasi kondisi itu dalam sistem kelembagaannya.
Saya menafsirkan kultur lokal yang dominan itu sebagai
keyakinan mayoritas masyarakat. Sebab itu Demokrasi
Pancasila yang diperbarui (jika tidak cepat lapuk sep-
erti Demokrasi Pancasila versi Soekarno dan Soeharto)
harus akomodatif terhadap keyakinan mayoritas masy-
arakat Indonesia.
182
Namun dalam konteks mengakomodasi kultur
dominan atau keyakinan mayoritas masyarakat, saya
sedikit gagasan saya yang berbeda dengan Denny JA.
Menurut saya, mengakomodasi keyakinan mayoritas
berarti menjadikan nilai-nilai (values) mayoritas
publik sebagai sumber perilaku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian jika
keyakinan atau values yang diyakini mayoritas publik
menolak perilaku LGBT (misalnya), kita harus dapat
menghormati keyakinan atau values tersebut. Dengan
kata lain, kebebasan berekspresi sebagaimana kita
rekomendasikan dalam sistem Demokrasi Pancasila
yang diperbarui tetap harus peka terhadap keyakinan
agama dari mayoritas publik. Jika Negara mentoleransi
berbagai bentuk perilaku dan ekspresi kebebasan yang
tidak parallel dengan values mayoritas maka kelompok
mayoritas akan merasa tergores karena diabaikan
keyakinannya.
183
menolak bentuk negara Islam. Yang mereka harapkan
adalah penghormatan terhadap nilai-nilai dan
keyakinan keagamaan mereka.
184
Pancasila, Kawah
Candradimuka, dan Anti
Absolutisme
Akhmad Sahal
185
yang hidup yang tak mengandung ‘kawah Candradimu-
ka’ yang ‘mendidih’di mana pelbagai ‘faham’ beradu di
dalam badan perwakilannya. Tak ada sebuah negara
yang dinamis ‘kalau tidak ada perjuangan faham di da-
lamnya’.
186
Perspektif Bung Karno tentang Pancasila sebagai “anti
absolutisme” di atas menarik untuk ditengok kemba-
li manakala kita hendak berbicara tentang “demokrasi
Pancasila yang diperbarui,” seperti diusulkan oleh Den-
ny J.A dalam tulisannya baru-baru ini. Upaya memper-
barui demokrasi Pancasila ini penting dan mendesak
untuk dilakukan, setidaknya karena dua hal:
187
pun tak jelas dari mana dan bagaimana ‘mandat’ itu bisa
mereka perolah. Akibatnya, mereka merasa berhak un-
tuk memaksakan paham keIslamannya sebagai satu-sa-
tunya “the law of the land” di Indonesia. Inilah sikap
yang mencerminkan apa yang disebut Bung Karno se-
bagai ‘egoisme-agama’ yang menafikan karakter dasar
Indonesia yang berbhinneka.
188
Mereka kemudian merancang suatu tatanan baru ber-
dasarkan rasionalitas, yang melindungi hak dan ke-
bebasan warga negara, mengakhiri perang agama dan
mencegah bercokolnya kembali absolutisme. Untuk
itu, kedaulatan mesti bersumber pada rakyat; plural-
isme dan toleransi mesti dijaga; serta kekuasaan mesti
dibatasi dan dikontrol. Demokrasi merupakan penge-
jawantahan tiga inti modernitas, yakni rasionalitas, ke-
bebasan, dan persamaan.
189
hadap agama tertentu. Politik dalam arti liberal adalah
ajang bagi kompromi dan negosiasi.
190
Atas dasar kecurigaan semacam inilah tatanan republik
melembagakan kontrol dan pengawasan terhadap
kekuasaan. Ungkapan James Madison, salah satu
founding fathers Amerika, di dalam The Federalist
Papers menarik untuk disimak. “If men were angels
no government would be necessary. If angels were to
govern men, neither external nor internal control on
government would be necessary.” Karena manusia
bukan malaikat, maka kontrol internal dan eksternal
terhadap kekuasaan menjadi niscaya.
191
alhasil, upaya menyegarkan kembali demokrasi Pan-
W
casila adalah suatu penegasan bahwa Pancasila merupa-
kan proses negosiasi terus menerus dari sebuah bangsa
yang tak pernah tunggal dan seragam, dan tak perlu di-
tunggalkan dan diseragamkan. Sebagaimana dinyatakn
Bung Karno, Pancasila merupakan Weltanschauung
bangsa Indonesia yang tak bisa dipahami sebagai se-
suatu yang absolut, kekal dan kedap dari perkembangan
zaman, karena Pancasila berada dalam “kawah candra-
dimuka” kehidupan sosial politik yang selalu berkem-
bang. Masyarakat selalu merupakan tatanan dalam
proses yang mengakui ketaksempurnaan sistem apapun
yang diciptakan manusia dan menampik ilusi tentang
kesempurnaan yang menjadi ciri utama absolutisme. []
192
Perlukah Kita Memperbarui
Demokrasi Pancasila?
Fahd Pahdepie
193
Hal tersebut dilandasi fenomena menguatnya politik
identitas pasca-Pilkada DKI yang mencuatkan dua sen-
timen: Pertama, kelompok pro-Ahok yang mengklaim
mereka pembela NKRI dan Pancasila. Kedua, berlawan-
an dengan kelompok anti-Ahok, digawangi kelom-
pok-kelompok dengan basis massa muslim, adalah
mereka yang dianggap terlalu banyak membawa agama
ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara—bahkan
ditengarai ingin membentuk NKRI Bersyariah.
194
rikan khilafah, hingga gagasan Bachtiar Natsir dan
Habib Rizieq mengenai NKRI Bersyariah. Dan yang ke-
empat, yang kemudian dipilih Denny JA, platform yang
ingin mempertahankan pola dan gaya demokrasi yang
sudah berjalan di Indonesia saat ini, namun dengan be-
berapa pembaruan; Demokrasi Pancasila yang Diperba-
rui.
195
demokrasi hanya akan kuat jika ia dikawinkan dengan
kultur lokal yang dominan di sebuah wilayah. Untuk ka-
sus Indonesia, goresan agama dalam batin masyarakat
sangat dalam. Demokrasi yang ingin mengakar harus
mengakomodasi kondisi itu dalam sistem kelembagaan-
nya.”
196
Pertama, mereka yang menganggap bahwa Pancasila
sudah menjadi korpus tertutup dan segala hal di sekeliling
Pancasila harus menyesuaikan kepadanya. Spektrum
paling kanan kelompok pertama ini mungkin diwakili
oleh mereka yang menginginkan kembali pada UUD
1945 dan berusaha memusnahkan golongan apapapun
yang tidak sejalan dengan Pancasila. Menurut saya istilah
‘NKRI Harga Mati’ atau ‘Pancasila Harga Mati’, dalam
konteks gagasan, agaknya sangat fundamentalistik.
Meskipun jika kita bicara nasionalisme, tentu itu akan
sangat penting.
197
Bagi saya, mungkin kita perlu jalan ketiga. Demokrasi
dan Pancasila didudukkan sejajar dan saling berdialog
satu sama lain. Tidak patrimonial. Pancasila dianggap
sebagai korpus terbuka dan demokrasi modern tidak
dianggap sebagai jangka ukur, tetapi sebagai referensi
saja untuk menemukan keselarasan-keselarasan. Semua
yang dibolehkan demokrasi moderen tidak mesti
dibolehkan Pancasila, begitu juga sebaliknya. Tetapi
dicari mana yang paling relevan dan sesuai dengan
konteks yang berlaku.
198
Saatnya Seluruh Komponen
Bangsa Menggagas
Rekonstruksi Nasional
Hendrajit
199
adanya gerakan secara sistematis untuk mematikan
jatidiri dan karakter khas kita sebagai bangsa.
200
kesadaran bahwa Pancasila adalah wujud dari kearifan
lokal bangsa. Wujud dari sebuah keyakinan yang telah
menjelma menjadi sebuah kenyataan yang membara.
201
itu, pada perkembangannya Pancasila telah keluar dari
jatidirina sebagai dasar falsafah negara dan fondasi.
Praktis, negeri kita merupakan negara tanpa filsafat.
202
Maka itu ketika muncul pandangan mengenai urgensi
untuk memperbahrui Demokrasi Pancasila atas dasar
adanya pandangan bahwa telah terjadi ketidakserasian
antara agama dan negara, saya kira kurang tepat sasaran.
· Kaburkan sejarahnya.
203
· Hancurkan bukti-bukti sejarahnya agar tak bisa
dibuktikan kebenarannya.
204
Betapa perkembangan saat ini bukan karena Demokra-
si Pancasila mengalami stagnasi. Justru karena sebagai
fondasi negara Pancasila telah diabaikan dibuat mati
suri. Dibilang mati belum, namun dibilang hidup dia
kehilangan daya hidup dan vitalitasnya. Maka yang
mengkhwatirkan kemudian, bangsa dan negara kita
saat ini justru mengalami de-spiriualisasi agama. Dan
demoralisasi spiritual.
205
utusan di Sidang BPUPKI dan Sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945.
206
maka kalau dianalogikan dalam Islam, Pancasila hanya
berhenti sebagai syariat. Tapi tidak pernah beranjak jadi
tarekat, hakekat dan makrifat. Kita sebagai bangsa akan
gagal menyerap hikmah dan ibrah dari Pancasila.
207
Sebab sebelum adanya ancaman dari Komodor Perry,
di kalangan intelektual Jepang sudah terjadi pergolakan
pemikiran dan filsafat.
208
Suasana kebatinan seperti di Jepang inilah yang tidak
ada di kalangan para elit strategis bangsa kita menjelang
kejatuhan Suharto pada Mei 1998. Alhasil, berbede
dengan succes story Restorasi Meiji 1867, lengsernya
Suharto justru jadi pintu masuk liberalisasi politik
dan ekonomi yang sejatinya atas tuntunan dari skema
kepentingan beberapa korporasi multinasional dari
Amerika Serikat, Eropa Barat, Jepang, dan bahkan saat
ini Cina.
209
Maka itu, Filsafat Pancasila bisa jadi jembatan menuju
rekonstruksi nasional atas dasar rujukan dan landasan
yang tepat. Sebab melalui Filsafat Pancasila, kita akan
disadarkan kembali betapa Pancasila telah ada pada
bangsa Indonesia dan telah melekat pada bangsa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari berupa nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai
religius.
210
Ketiga, Unsur-unsur tadi kemudian diolah, dibahas dan
dirumuskan secara seksama oleh para pendiri negara
dalam Sidang-Sidang BPUK, Panitia Sembilan. Setelah
bangsa Indonesia merdeka rumusan Pancasila calon
dasar negara tersebut kemudian disahkan oleh PPKI
sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia dan terwujudlah
Pancasila sebagai asas kenegaraan (Pancasila asas
kenegaraan). (Kaelan: hal 42, 2015).
211
tingginya. Setidaknya, Pancasila akan kembali jadi
pokok bahasan publik setelah sekian lama kita abaikan,
sehingga seolah-olah tidak ada. []
212
Demokrasi Pancasila yang
Diperbarui; Pancasila bukan
Panacea
Rocky Gerung
213
Kini, di hari-hari ini, ia juga terasa eksklusif karena di-
jadikan batas untuk mendefinisikan pendukung rezim
dan pengeritiknya. Bahkan diperluas menjadi penentu:
siapa yang pluralis, siapa yang fundamentalis. Panca-
sila jadi alat ukur politik. Alat ukur yang kaku bagi ke-
binekaan.
II
214
Bila pada zaman Orba teknik ini dipraktekkan dengan
bantuan kaum intelektual yang dikendalikan negara,
di era ini teknik yang sama justeru dikerjakan oleh
elemen-elemen masyarakat sipil (yang juga terpelajar)
yang panik terhadap gejala delegitimasi rezim.
III
215
dua imperatif yang bertolak belakang. Sangat unik tentu
bila sintesanya adalah: “Kerakyatan yang berketuhanan”
atau “Ketuhanan yang berkerakyatan”. Tidak saja unik,
tapi juga aneh.
216
IV
217
218
Pembaruan Demokrasi
Pancasila dan Ancaman “NKRI
Bersyariah”
Akhmad Sahal
219
gotaannya ditentukan bukan oleh agama seperti pada
masa pra modern, melainkan nasionalitas. Dan prinsip
kesetaraan warga negara yang terangkum dalam konsep
citizenship adalah pilar utama kebangsaan kita.
220
Dengan mengibarkan panji “NKRI bersyariah,” FPI
selintas tampak mengakui keabsahan NKRI, berbeda
dengan HTI yang memvonis NKRI sebagai thaghut
dan kafir. Namun pengakuan tersebut hanyalah pintu
masuk bagi FPI cs untuk menggolkan agenda penerapan
syariah sebagai hukum nasional. Bisa dikatakan, Negara
bersyariah adalah Piagam Jakarta dalam versinya yang
baru. Dengan demikian, perbedaan antara FPI dan
HTI sejatinya hanya pada level taktik/ metode. Tujuan
mereka sebenarnya sama, yakni penegakan Negara
Syariah, entah dengan nama Khilafah (yang melampaui
sekat-sekat nation-state), atau negara dalam kerangka
nation-state.
221
cul ketika pemahaman itu dimutlakkan sebagai ukuran
tunggal dalam memaknai sila pertama Pancasila. Dan
itulah sikap para pendukung NKRI Bersyariah.
222
Dengan menyatakan “bertuhan Tuhannya sendiri,”
Sukarno tak hanya mengakui karakter keberagamaan
bangsa Indonesia yang beragam. Sang proklamator juga
menegaskan kesetaraan hak penganut agama. Seorang
penganut agama, sembari meyakini kebenaran agama-
nya, dituntut juga untuk mengakui hak para penganut
agama lain untuk meyakini kebenaran agama mereka.
223
Islam buat Indonesia, tapi Indonesia buat Indonesia,
semua buat semua.”
224
Pandangan semacam ini jelas menyelisihi sikap dan
pandangan mayoritas musli Indonesia yang direpresen-
tasikan oleh NU dan Muhammadiyah. Bagi dua ormas
islam terbesar Indonesia tersebut, Negara Pancasila un-
tuk konteks Indonesia justru sesuai dengan prinsip Sya-
riah, justru syar’i.
225
Negara Perjanjian adalah negara yang didirikan atas
tegakkan dan dibangun atas dasar perjanjian dan kese-
pakatan di antara warganya. Selain sebagai Negara Per-
janjian, NKRI juga merupakan Negara Kesaksian atau
Darus Syahadah. Syahadah yang merupakan kata dalam
bahasa Arab mengandung arti kesaksian, tapi juga bisa
berarti pembuktian. Dengan begitu, Darus Syahadah
adalah negara di mana warga negara atau kelompok
warga negara berlomba-lomba memberikan kesaksian
dan pembuktian kepada warga atau kelompok warga
negara lain tentang usaha dan kontribusi mereka dalam
mewujudkan cita-cita nasional. Dalam istilah Al-Qur’an
yang sangat popular di Muhammadiyah, fastabiqul
khairat (berlomba-lombalah dalam kebaikan). Dengan
begitu, Negara Kesaksian secara normatif menuntut
warganya untuk memberikan pengabdian mereka bagi
negara, sebagai manifestasi komitmen mereka terhadap
cita-cita bersama. Pengabdian warga Negara ini terman-
ifestassikan, misalnya, dalam sikap taat hukum dan taat
konstitusi.
226
antara negara Pancasila dengan negara Islam.
227
228
Demokrasi Pancasila yang Diperbarui;
Christianto Wibisono
229
menganggap sebagai panacea, obat generic untuk
segala simtom penyakit tanpa memahami akar masalah
dan sumber penyakit yang diderita oleh nation state
Indonesia.
230
Ketika Eropa Barat mengalami skisma besar setengah
millennium, 5 abad atau 500 tahun lalu dengan
munculnyaMartin Luther di tahun 1517 mematerikan
doktrinnya merevisi altar fundamental gereja Katolik
Roma.
231
langsung hampir 200 tahun 1095-1291 memperebutkan
Eropa Selatan dan wilayah Israel Palestina.
232
Semua kesultanan local itu dalam visi Bung Karno tidak
mampu membangun imperium ketiga mengikuti jejak
Sriwijaya dan Majapahit.Pidato Lahirnya Pancasila 1
Juni 1945 jelas memastikan bahwa Indonesia merdeka
adalah nation state modern, bukan teokrasi kafilah dan
juga tidak mutlak steril sekuler melainkan menghormati
agama dan pemeluknya sebagai perwujudan hak asasi
manusia yang paling fundamental yang tidak dicampuri
negara.
233
yang kuat untuk melawan tarikan “syariahime dan kila-
fahsime”. Bila tidak, maka Indonesia tidak akan survive
bila dipaksa memilih antara Pancasila dan “Piagam Ja-
karta”.
234
sebab pasar lebih tua dari Marxisme. Sedang Marxisme
yang dibajak oleh oligarki partai yang korup gagal
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemakmuran
ekonomi Tiongkok.
235
Cartago, Mesir, Persia, Romawi, Tiongkok, Yunani
bahkan Sriwijaya dan Majapahit dengan bukti kinerja
candi Borobudur didirikan 830 setara piramida Mesir
dan Tembok Besari Tiongkok.
236
Utang itu akan dilunasi hingga sisa US$ 171 juta pada
1956. Kemudian pada 1967 Indonesia menasionalisasi
semua perusahaan Belanda yang akan menjadi blunder
juga karena berakibat menghancurkan sistim logistic
nasional ketika KPM diambil alih tanpa persiapan.
237
Dibalik formalitas itu ada “black campaign” isu bahwa
Bung Karno dan Bung Hatta, tidak disukai oleh Sekutu
karena dianggap kolaborator Jepang karena keduanya
terkait dengan Putera, lembaga mobilisasi rakyat
pengerah romusha Jepang.
238
yang menjadi percontohan Bank Dunia, oleh Gubernur
Ali Sadikin.
239
Biasanya kultur Indonesia sekali berkuasa bila turun
akan sulit untuk “come back” apalagi bila system
politiknya semakin otoritarian.
240
lapor ke Halim sebetulnya wangsit kepresidenan sudah
berangsur pindah ke capres RI ke-2 yang akan menerima
Supersemat pada 11 Maret 1966.
241
Lebih baik menculik seorang anggota MPR supaya tidak
tercapai quorum 2/3 untuk merubah Pancasila (baca:
yang mau mengganti dirinya sebagai Presiden adalah
lawan Pancasila). P4 yang berlangsung 20 tahun, tidak
bisa mempertahankan Soeharto yang akan mengalami
tekanan politik dan lengser 21 Mei 1998. Elite politik
meninggalkan Soeharto yang mengalami hukum karma
unik dari pre destinasi supranatural.
242
Justru yang terjadi pada pergantian presiden ke-3 oleh
presiden ke-4, terjadi lagi maneuver politik yang diluar
“fatsoen (kepatutan) politik. Abdurahman Wahid dari
PKB yang lebih kecil dari PDIP justru menang dalam
voting di MPR karena maneuver Poros Tengah ciptaan
Ketua MPR Amien Rais. Tapi anomaly ini hanya
berlangsung 21 bulan sebab pada Juli 2001, MPR yang
sama akan memakzulkan Gus Dur dan mendudukkan
Megawati sebagai presiden RI ke-5 yang memang
berhak sebagai ketum partai pemenang kursi terbanyak
di MPR.
243
Tercermin dari behavior elitenya mempraktekkan nilai
luhur Pancasila. Pusat Data Bisnis Indonesia sudah
menelusuri sejarah politik ekonomi bisnis Indonesia
danmenemukan bahwa kata kuncinya adalah bagaimana
menekan ICOR yang 6,4 menjadi 2 atau 3.
244
jedah untuk mengganti pemain dan tidak setiap detik,
menit waktu minta paksa ganti pemain menggotong
petahana keluar lapangan.
245
kan segala cara untuk berkuasa dengan memfitnah adu
domba dan mempermainkan kebencian emosi rakyat
secara tidak terkendali sebab dampaknya bisa seperti
api bunuh diri yang membakar rumah kita sendiri.
246
disbanding negara lain karena tingkah laku elite politik
yang tidak terpuji dan tidak mendukung kinerja optimal
nation state modern Indonesia.
247
Tantangannya adalah apakah kita terpuruk lenyap dari
peta geopolitik seperti Yugoslavia dan Uni Soviet atau
kita melejit jadi nation state no 4 sedunia dalam kualitas
pada Seabad Indonesia 2045. []
248
Demokrasi Pancasila Dalam
Praktek
Geisz Chalifah
249
Sesungguhnya Indonesia sudah terbiasa mengadakan
pesta demokrasi yang rutin dilakukan baik pemilihan
Presiden maupun pemilihan Gurbernur maupun Bupati
dan Walikota.
250
Kasus Pilkada DKI Berkaca Dengan Sikap SBY
251
Berbeda dengan pilkada kali ini, aparat kepolisian sangat
nampak dan kasat mata memberikan dukungan pada
Basuki Tjahaya Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.
Situasi yang memanas di lapisan bawah di perparah
dengan aparat birokrasi yang terkesan memberikan
pemihakan, kartu Jakarta Lansia yang belum di agen-
dakan dan disetujui oleh DPRD tiba-tiba sudah mulai
di berikan melalui Bank DKI tanpa ada legalitas, aparta
kepolisian berkali-kali melakukan panggilan pada
pasangan calon Agus-Sylvi maupun Anies-Sandi dengan
kasus-kasus yang sumir dan terkesan dipaksakan.
252
Ada ketakutan bila memilih Prabowo maka demokrasi
yang sedang dibangun akan mundur kembali mengingat
Prabowo adalah salah satu jendral dimasa orba yang
sepak terjangnya memiliki banyak persoalan dimasa
lalu.
253
Panjaitan sebagai menteri kordinator tanpa malu-malu
memberikan pengamanan dan dukungan dalam pilkada
DKI ini yang terefleksi dalam berbagai kesempatan.
254
Adapun sekat-sekat politik aliran dan sebagainya adalah
keniscayaan dalam sebuah Negara yang bhineka. Tak
ada di Negara demokrasi manapun ada batasan dalam
memilih seorang calon gurbernur berdasarkan, kedeka-
tan kelompok, suku, agama, maupun isu primordial
lainnya.
255
yang bersikeras untuk memisahkan agama dalam poli-
tik namun dalam situasi dan kesempatan lain yang me-
wacanakan hal demikian bersikap sebaliknya dengan
membangun opini bahwa calon yang didukungnya itu
adalah calon yang berkesesuaian dengan etika maupun
prasarat yang didengungkan dalam Islam.
256
Juga berbagai acara zikir akbar juga forum-forum
shalawatan yang dibuat dan diacarakan demi memikat
hati pemilih Islam.
257
Kepercayaan masyarakat dalam mengikuti aturan
bergantung dari elit politik dalam mentaatinya. Karena
elite politik lah yang dilihat dan menjadi contoh nyata,
bukan teks aturan berupa undang-undang yang hanya
di atas kertas. []
258
EPILOG
259
260
Indonesia Akan Dibawa Ke
Mana?
Denny JA
261
2) Tapi kita bisa dan harus mensepakati cara main ber-
sama di ruang publik. Harus bersetuju mengenai rule
of the game, bagaimana mempertarungkan aneka policy
dan mimpi.
262
- Di Indonesia, gagasan agama menggores sangat
dalam. Mustahil menciptakan sistem apapun
yang mengakar tanpa mempertimbangkan aga-
ma di ruang publik
- Yang kita larang hanya kekerasan dan kriminal,
apapun gagasan di baliknya.
- Pemerintah perlu hadir lebih tegas dan keras
tapi tetap tunduk pada aturam hukum. Peme-
rintah berada dalam hukum, bukan di luar hu-
kum.
263
Ini percakapan yang sebisa mungkin tuntas dalam
lima tahun ini. Semoga 25 tahun reformasi (5 pemilu)
di tahun 2023, demokrasi pancasila sudah mengalami
konsolidasi. []
264
265
266