“LIBERALISME DI EROPA”
Kelompok 3
Nama Anggota :
Oleh: Alyana U.R., Annisa Y.Z., Irawati F., Koyun.L.R., RR.Sekar., Silvi.N.A.
Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember
Abstrak
Liberalisme atau dikenal dengan istilah Liberal merupakan sebuah ideologi, sebuah
pandangan filsafat serta menyangkut pada tradisi politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak merupakan nilai politik yang
utama. Secara umum liberalism ini mencerikan mengenai suatu keadaan dalam
kehidupan untuk memiliki kebebasan dalam berfikir bagi masing-masing individu.
Pada paham yang ada dalam liberalisme ini menolak adanya pembatasan, khususnya
dalam pembatasan dari pemerintah dan agama. Dalam artikel ini menyajikan
mengenai liberalisme yang telah berkembang di Eropa dan merujuk pada
perkembangan Liberalisme di negara Prancis. Paham Liberalisme dicetuskan oleh
John Locke yang merupakan filsuf politik yang berasal dari Inggris pada abad ke-18
M. Liberalisme di Prancis lahir karena adanya revolusi prancis yang terjadi pada
pertengahan abad ke-18 M. Dalam bab pembahasan, membahas mengenai letak
geografis, ekonomi, keamanan dan pertahanan serta pemerintahan dari negara
Prancis. Kemudian dilanjutkan dengan lahirnya liberalisme di Prancis, dilanjutkan
dengan membahas tokoh-tokoh liberalism, kemudian macam-macam liberalism dan
perkembangan liberalisme. Perkembangan Liberalisme di Prancis dimassa kan pada
tahun 1815-1830 beralaskan periode Restorasi di Prancis. Perkembangan kaum
kapitalisme yang berkuasa sangat mempengaruhi lahirnya paham ini. Kelas penguasa
tersebut adalah golongan bangsawan dan gerejawan tinggi. Dilanjutkan dengan
dampak terjadinya revolusi Prancis yang mana nantinya hal inilah yang menjadi latar
belakang lahirnya liberalisme Prancis. Dampak tersebut mencangkup, dampak sosial,
ekonomi, dan politik. Sehingga masuknya pada masa setelah revolusi Prancis yang
melahirkan Undang-undang pemilihan baru, memberikan ganti rugi kepada golongan
émigré sebanyak satu miliyar franz, dan pembredelan semakin ketat terhadap
penerbitan golongan liberal.Untuk bagian akhir ditemukan mengenai dampak-
dampak dari liberalisme di Prancis.
1
Litelnoni, Kim. “Apa itu Liberalisme?”. Internet. https://medium.com/hipotesa-
indonesia/apa-itu-liberalisme-47e88b884a6.
Paham Liberalisme ini mencangkup spectrum mengenai filosofi politik yang luas dan
menganggap bahwa kebebasan individu ditujukan sebagai tujuan poltiik yang paling
penting dan menekankan pada hak individu dan persamaan kesempatan. Umumnya
kaum liberalisme ini disatukan oleh dukungan atas sejumlah prinsip yang telah
mereka miliki, termasuk dalam kebebasan berfikir, kebebasan berbicara luas,
keterbatasan pada kekuasaan pemerintah, penerapan pada aturan hukum, ekonomi
pasar yang terdiri dari milik negara maupun milik swasta , dan memiliki sistem
pemerintahan yang transparan dan demokratis. Liberalisme juga percaya,
bahwasannya warga harus diatur sesuai dengan HAM dan dalam hak-hak nya tersebut
tidak dapat diganggu gugat, terutama kebebasan untuk hidup. Secara historis,
liberalism ini bertentangan dengan wujud dari otoritarianisme apapun, baik dalam
wujud Komunisme, Fasisme, Sosialisme, atau lainnya. Perkembangan paham
Liberalisme yang meluas ini berasal dari Revolusi Industri di Inggris pada bidang
perekonomian. Terjadinya Revolusi inilah yang berhasil menurunkan kekuasaan Raja
James II dari England dan Ireland (James VII) dari Scotland. Kemudian diangkatlah
William II dan Mary II sebagai raja. Dalam masa setelah revolusi tepat setahun
lamanya, adanya Undang-Undang mengenai Hak Rakyat (Bill of Right) yang berisi
tentang penghapusan pada beberapa kekuasaan raja dan jaminan terhadap hak-hak
dasar dan kebebasan warga Inggris. Hak-hak dasar tersebut meliputi hak untuk hidup,
hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan dalam membuat opini, kebebasan dalam
beragama dan kebebasan dalam berbicara.2 Dalam undang-undang yang diajukan
tersebut, parlemen Inggris menyetujui untuk diberlalukannya undang-undnag
tersebut. Sehingga, setelah pemerintahan menjadikan Undnag-Undang Hak Rakyat
sebagai salah satu kebijakannya, maka seluruh warga Inggris turut ikut
melaksanakannya. Hak-hak dasar yang tertera dalam undang-undang tersebut
dijadikan sebgai bentuk liberalism oleh masyarakat setelah adanya revolusi Inggris.
Paham ini kemdian menyebar luas dikalangan wilayah Eropa, sehingga negara-negara
2
Sumardi. SEJARAH EROPA (Dari Eropa Kuno Hingga Modern).2019.
di Eropa berdampak dan beberapa negara menggunakan ideologi ini dalam
pemerintahannya. Salah satunya yaitu negara Prancis yang menggunakan ideologi ini
dalam pemerintahannya. Pernyataan bahwasannya perkembangan liberalisme di
Prancis dapat terjadi sehingga akan dijelaskan pada bab-bab selanjutnya.
PERMASALAHAN
Dalam artikel ini akan mengulas mengenai liberalisme yang berkembang di Prancis,
tokoh-tokoh dalam liberalisme, perkembangan faham liberalism di Prancis, dampak-
dampak yang ditimbulkan dari perkembangan liberaslime di berbagai bidang.
PEMBAHASAN
Negara Prancis
Letak Geografis
Negara Prancis atau République Française merupakan salah satu negara yang terletak
di bagian Eropa Barat. Prancis terletak di dekat ujung barat daratan Eurasia, secara
garis besar heksagonal, wilayah benua berbatasan dengan Belgia dan Luksemburg di
timur laut, di sebelah timur oleh Jerman, Swiss, dan Italia, di selatan oleh Laut
Mediterania, Spanyol, dan Andorra, di barat oleh Teluk Biscay, dan di barat laut oleh
Selat Inggris. Di utara, Prancis menghadap ke tenggara Inggris melintasi Selat Dover
yang sempit.
Ekonomi
Dilihat dari sektor ekonominya, Perancis memiliki perekonomian terbesar kelima di
dunia, dan menempatkannya menjadi yang terbesar kedua di Eropa, di belakang
Jerman. Adapun sektor produksi penting Prancis yang meliputi otomotif, luar
angkasa, kereta api, kosmetik, barang mewah (branded), asuransi, farmasi,
telekomunikasi, pembangkit listrik dan pertahanan. Meskipun demikian Prancis juga
menghadapi beberapa masalah antara lain, penduduk dihadapkan dengan perumahan
dan infrastruktur publik yang buruk, lingkungan sekolah yang sulit dan kurangnya
layanan serta fasilitas.
Pada sektor pertahanan dan keamanan, Prancis memiliki posisi yang cukup penting di
kawasan Eropa dan Uni Eropa. Perancis adalah satu-satunya negara Uni Eropa yang
merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, mengembangkan tenaga nuklir,
anggota pendiri Uni Eropa dan NATO. Dengan demikian, negara ini berambisi untuk
terus mempertahankan otonomi strategisnya dan membangun Eropa menjadi lebih
kuat untuk menghadapi tantangan. Prancis menjadi negara yang siap untuk
mengadapi segala tantangan keamanan yang semakin luas, serta menciptakan
perdamaian. Dibuktikan dengan dibentuknya Buku Putih 1994 yang berisi Strategi
Pertahanan dan Keamanan Nasional. Strategi yang ditawarkan Buku Putih 1994
yakni, kemampuan adaptasi militer, peran baru pasukan konvensional, skenario tugas
pasukan, postur permanen keamanan, prioritas baru operasional, politik persenjataan,
dan konsep pembentukan pasukan.
Liberalisme di Prancis
3
Anonim, “BAB II SISTEM PEMERINTAHAN DAN POLITIK
PERANCIS” [online],
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/31302/F.%20BAB%20II.pdf
?sequence=6&isAllowed=y, diunduh pada 2 Desember 2021
perombakan besar-besaran terhadap sistem politik dan masyarakat Prancis. Prancis
yang awalnya monarki absolut berubah menjadi negara republik. Absolutisme raja,
ekonomi yang lemah, dan konflik antar golongan adalah kondisi yang tepat menurut
pemikir-pemikir baru (Montesquieu, Voltaire, J.J. Rousseau) untuk melakukan
perubahan. Faktor penyebab (secara umum) Revolusi Prancis yaitu :
Sedangkan faktor penyebab meletusnya revolusi ini secara khusus adalah terjadi
masalah pada keuangan negara. Kronologi Revolusi Prancis secara garis besar
terdapat tujuh tahapan yaitu :4
4
Wahjudi Djaja, Sejarah Eropa dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern.
(Yogyakarta: Ombak), hlm. 117-118
d) Legislatif (pemerintahan borjuis dengan bentuk negara constituantionale
monarchie) (1791-1792)
e) Convention (pemerintahan rakyat jelata di bawah kepemimpinan Robespierre
dengan bentuk republik) (1792-1795)
f) Directoire (kembalinya pemerintahan borjuis dengan membagi kekuasaan
pada lima orang directeur) (1795-1799)
g) Consulat (Pemerintahan yang dipimpin oleh tiga orang consul, dan mulai
munculnya Napoleon sebagai otoriter) (1799-1804)
Revolusi Prancis memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap masyarakat Prancis
maupun dunia dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.
Tokoh-Tokoh Liberalisme
1. John Locke
John Locke merupakan tokoh liberalisme yang lahir di Wrington, Inggris pada
28 Agustus 1632. Karena masa hidupnya yang saat itu perang saudara maupun
perang agama berkecamuk, ia memiliki pemikiran mengenai kebebasan,
pembatasan kekuasaan politik, demokrasi, maupun toleransi beragama. Dalam
bukunya yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding yang
diterbitkan pada 1690, Locke mengemukakan prinsip toleransi pada golongan
non-kristen. Mereka tidak boleh dikucilkan, dikurangi haknya, dan negara tidak
boleh melewati batas dalam ikut campur urusan beragama golongan minoritas
tersebut. Selain itu, Locke menegaskan hak alami manusia ada dua yaitu hak
untuk hidup dan hak untuk atas hasil kerjanya sendiri.5
Konsep liberalisme Locke juga tercermin dalam bukunya yang berjudul Two
Treatises of Government yang terbit pada 1689. Buku tersebut berisi ide
5
Ulfah Nury Batubara, Royhanun Siregar, dan Nabilah Siregar. “Liberalisme
John Locke dan Pengaruhnya dalam Tatanan Kehidupan”, Jurnal Education and
development, Vol. 9, No. 4, 2021, hlm. 488
mengenai pentingnya konstitusi demokrasi liberal. Pemerintah memiliki tugas
melindungi hak warga negaranya. Locke memisahkan kekusaan negara,
kekuasaan legislatif menurutnya harus lebih unggul daripada kekuasaan legislatif
dan yudikatif. Dengan konsep liberalisme John Locke dapat disimpulkan negara
merupakan abdi rakyat yang harus melindungi hak rakyatnya.
2. Voltaire
Voltaire merupakan tokoh yang berasal dari Prancis dan ia menentang nilai
dan dogma gereja dengan nama samaran Francois Marie Arouet. Menurut
Voltaire, agama alamiah tidak boleh berdasarkan pada metafisis atau teologis dan
harus berdasarkan akal sehat. Ia juga mengemukakan hukum kesusilaan yaitu,
“Hiduplah seperti apa yang kamu inginkan telah kamu lakukan pada saat kamu
mati, dan berbuatlah terhadap sesamamu seperti yang kamu inginkan ia berbuat
terhadapmu.”6
3. Montesquieu
6
Dinar Dewi Kania, “Konsep Nilai dalam Peradaban Barat”, Jurnal
TSAQAFAH, Vol. 9, No. 2, 2013, hlm. 255
7
Thomas Tokan Pureklolon, Naskah Akademik Tentang Negara: Pemikiran
Politik Montesquieu dan Rousseau (Jakarta: Halaman Moeka Publishing, 2020), hlm.
104.
4. J.J. Rousseau
5. Adam Smith
6. David Ricardo
Adam Smith”, Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 4, No. 1, 2020, hlm.
26
perdagangan internasional sesuai dengan kemampuan terbaiknya dalam produk-
produk tertentu.10 Secara ringkas Ricardo menyatakan bahwa aktifitas
perdagangan bebas akan membawa keuntungan bagi semua partisipan, sebab
perdagangan ini akan menjadikan terjadinya spesialisasi dan spesialisasi akan
meningkatkan efisiensi, dan secara otomatis juga meningkatkan produktifitas.
Macam-Macam Liberalisme
Liberalisme klasik
Secara umum, sesuai dengan gagasan dan pemikiran Spencer, liberalisme klasik
(lama) ini mempunyai beberapa ciri khas, diantaranya semangat empirisme untuk
dunia filsafat, agnotisme, etika utilitarian, anti-otoritarianisme dalam kehidupan
politik, persaingan ekonomi, perdagangan bebas dalam hubungan internasional,
semangat anti imperialism dan pasifisme.11 Dalam liberalisme klasik kebebasan suatu
individu merupakan halyang pertama dan utama, dengan demikian setiap individu
memiliki kebebasan untuk memiliki gagasan secara pribadi yang nantinya bisa saja
dipublikasikan kepada masyarakat luas.12
Para tokoh liberalisme klasik percaya bahwa pemerintah memiliki tujuan untuk
melindungi hak orang-orang dan memperluas kesempatan kebebasan dengan
meminimalisir pemaksaan dan mengizinkan terciptanya perdamaian. Apa yang dicita-
citakan adalah pemerintahan terbatas yang otoritasnya tidak boleh melebihi otoritas
yang diberikan oleh individu-individu yang menerima dikekangnya tingkah laku
mereka sebagai gantinya mendapatkan hak-hak sipil. Sebagai contoh, pemerintah
tidak boleh mengambil hak yang tak terpisahkan seperti hidup dan kebebasan.
Liberal klasik adalah pendukung demokrasi , tetapi bukan demokrat yang skeptis.
Mereka percaya bahwa masyarakat umum-lah, bukan beberapa elit penguasa, yang
seharusnya membuat keputusan tentang apa fungsi-fungsi tersebut dan bagaimana
mencapainya. Oleh karena itu, mereka menyarankan agar pemerintahan perwakilan
adalah mungkin cara terbaik untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-
keputusan tersebut. Akan tetapi demokrasi merupakan suatu proses dimana rakyat
memilih yang mana hanya satu pihak bisa menang. Demokrasi dihantui oleh
kepentingan-diri para pemilih, para perwakilan dan pejabat; demokrasi juga bisa
menghasilkan hasil yang sangat irasional; dan terlalu sering menuntun pada
kelompok minoritas dieksploitasi, dan kebebasan mereka dirampas, semua atas nama
‘demokrasi’.13
Oleh sebab itu, liberal klasik menyatakan proses pembuatan keputusan demokratis
harus dibatasi oleh aturan-aturan tertentu, dan harus fokus, dengan ketepatan, dan
untuk isu-isu yang tidak bisa diputuskan dengan cara lain. Bagi liberal klasik,
sebaliknya, hak dan kebebasan adalah bagi setiap orang; bukanlah berdasarkan
jumlah dan mayoritas. Selain membatasi proses demokrasi untuk memutuskan hal-hal
yang harus dan hanya bisa diputuskan secara kolektif, liberal klasik juga berusaha
untuk melindungi hak dan kebebasan setiap individu dengan memberlakukan
pembatasan dalam hal bagaimana proses ini dilaksanakan dan bagaimana keputusan
dibuat.
Di Perancis sendiri, liberalisme klasik dimulai pada masa pemerintahan Louis Philipe
hingga sebelum perang Prancis-Prusia pada tahun 1870-1871. Pada masa Louis
Philipe negara identik dengan pemerintah, hal ini terlihat dalam:
Pada tahun 1845-1848 situasi sosial-ekonomi Prancis sangat buruk, hal ini
disebabkan karena:
1. Secara ekonomi
Pertanian paceklik dan gagal panen
Industry mengalami over produksi
2. Secara sosial
Buruh diradikalisir oleh golongan Petite Bourgeoiseie yang tidak
mendapatkan tempat dalam pemerintahan golongan Borjuis liberal.
Kaum buruh Borjuis kecil dan buruh jumlahnya besar namun mereka tidak
dapat memperjuangkan kepentingan mereka.
Kaum komunis mulai mempengaruhi kaum buruh.
Liberalisme Demokrasi
Masa akhir Perang Dunia kedua menjadi puncak dari gagalnya doktrin laissez
faire. Laissez faire merupakan sebuah doktrin dimana sistem ekonomi yang
didalamnya transaksi antar pihak swasta terbebas dari berbagai bentuk intervensi
ekonomi oleh negara seperti regulasi kebijakan dan subsidi. Kegagalan berbagai
kebijakan ekonomi teknokratis dan intervensionis yang kemudian mengakibatkan
inflasi dan krisis mendorong kemunculan neoliberalisme Awalnya negara yang
menganut liberalisme klasik memberikan kebebasan pada mekanisme pasar untuk
bekerja namun juga melakukan regulasi untuk menghilangkan berbagai hambatan
baik pada proses produksi maupun birokrasi untuk mendukung terbentuknya Free
Trade atau persaingan bebas. Ekonomi model liberalisme ini memungkinkan adanya
kebebasan bagi kapitalis untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa
intervensi dari pemerintah. Sayangnya dikarenakan Great Depression, model
ekonomi seperti inilah yang kemudian runtuh (tahun 1930 an).
14
op. cit, hal, 10.
penting oleh John Williamson yang kemudian dikenal sebagai Washington
Consensus. Kesepuluh poin ini meliputi:15
15
Ardila Rizky, “Neoliberalisme sebagai Ideologi Baru Dibawah Pengaruh
Liberalisme” [online], https://www.researchgate.net/profile/Ardila-
Rizky/publication/354322532_Neoliberalisme_sebagai_Ideologi_Baru_Dibawah_Pengaruh_
Liberalisme/links/6130f06438818c2eaf7a3051/Neoliberalisme-sebagai-Ideologi-Baru-
Dibawah-Pengaruh-Liberalisme.pdf, diunduh pada 01 Desember 2021
Liberalisme mulai berkembang diperkirakan pada abad ke-14, tahap akhir abad
pertengahan dan awal zaman Renaissance, dengan munculnya Bourjuis sebagai
golongan baru. Struktur masyarakat menjadi tiga golongan yaitu Rohaniawan,
Bangsawan, dan Rakyat berabad-abad lamanya.
Revolusi Prancis kelas penguasa yang ada dari struktur masyarakat. Kelas penguasa
tersebut adalah golongan bangsawan dan gerejawan tinggi. Sejak tahun 1792 mereka
melarikan diri dari Prancis dan kemudian mengungsi ke negara-negara yang
memusuhi revolusi, seperti Inggris dan Australia. Namun selama masa pemerintahan
Napoleon (1799-1814) mereka berangsur-angsur mulai pulang ke Prancis, tetapi
setelah sampai di Prancis mereka menjadi kelas yang terasing.
1. Raja berdaulat “atas rahmat Tuhan dan atas kehendak bangsa Prancis”.
2. Syarat untuk mendapatkan hak pilih diperlunak, jumlah milik/kekayaan
diperkecil sehingga orang yang dapat memilih dan dipilih jumlahnya semakin
besar.
3. Badan legislatif hanya terdiri dari satu kamar, Majelis Tinggi atau Majelis
Bangsawa dihapuskan kemudian diganti dengan Senat.
4. Garda Nasional dibentuk, sensor atas pers dihapus, anggaran biaya untuk
keagamaan dihapus, beberapa ordo kebiaraan dilarang.17
Liberalisme klasik dimulai pada masa pemerintahan Louis Philipe hingga sebelum
perang Prancis-Prusia pada tahun 1870-1871. Pada masa Louis Philipe negara identik
dengan pemerintah, hal ini terlihat dalam:
16
Sandy Kurnia Christmas, Evi Purwanti, “Perkembangan Sistem Pemerintahan dan
Konsep Pasca Revolusi Perancis Terhadap Hukum Internasional”, Jurnal Pembangunan
Hukum Indonesia, Vol. 2, No. 2, 2020, hlm. 9
17
Andreaslantik, Perkembangan Liberalisme dan Kapitalisme Eropa. 2012, hlm. 4
https://id.scribd.com/embeds/148695874/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_
key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf diakses pada 30 November 2021
2. Hak pilih dibatasi dengan property qualifications
3. Undang-undang yang dikeluarkan oleh Assemble National selalu mengarah
pada kepentingan golongan Borjuis.
Pada tahun 1845-1848 situasi sosial-ekonomi Prancis sangat buruk, hal ini
disebabkan karena:
1. Secara ekonomi
Pertanian paceklik dan gagal panen
Industry mengalami over produksi
2. Secara sosial
Buruh diradikalisir oleh golongan Petite Bourgeoiseie yang tidak
mendapatkan tempat dalam pemerintahan golongan Borjuis liberal.
Kaum buruh Borjuis kecil dan buruh jumlahnya besar namun mereka tidak
dapat memperjuangkan kepentingan mereka.
Kaum komunis mulai mempengaruhi kaum buruh.
18
Ibid., hlm. 232
milik mereka disita dan menjadi milik rakyat. Serta tanah yang berhasil
disita dari pihak gereja, yang kemudian menjadi milik rakyat.
b. Dihapuskan system pajak feudal, yang dipungut oleh para bangsawan dan
agamawan, sehingga beban yang ditanggung rakyat menjadi berkurang
dan kesejahteraan rakyat pun meningkat.19
2. Dalam bidang politik :
a. Dijadikannya undang-undang sebagai kekuasaan tertinggi yang mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.20
b. Munculnya ide mengenai pengertian republic sebagai suatu bentuk
pemerintahan negara.
c. Tumbuh dan berkembangnya paham demokrasi di kalangan rakyat
Perancis.
d. Tumbuh dan berkembangnya rasa nasionalisme dan patriotisme
dikalangan rakyat Perancis.
e. Munculnya pemikiran tentang aksi revolusioner untuk mengubah suatu
tatanan negara secara tepat.
f. Kuasa raja yang sewenang-wenang perlahan mulai dapat dibatasi dengan
dibentuknya undang-undang yang didasarkan pada pernyataan hak-hak
asasi manusia dan pengakuan hak warga negara atau Declaration des
Droits de l’Homme et du Citoyen, yang disahkan pada tanggal 14 Juli
1790.21
3. Dalam bidang sosial:
a. Penghapusan feudalisme, menyebabkan menciptakan kesetaraan harkat
dan martabat seluruh masyarakat Perancis dan pengakuan atas hak asasi
manusia, sehingga masyarakat yang sebelumnya tertindas perlahan-lahan
mempunyai kebebasan dalam segala bidang.22
b. Munculnya susunan masyarakat baru, yaitu golongan borjuis yang
menggantikan kedudukan bangsawan dan biarawan. Adapun kedudukan
biarawan sendiri sama dengan warga masyarakat lainnya, tanpa memiliki
suatu keistimewaan.
c. Adanya pedidikan dan pengajaran yang merata di seluruh lapisan
masyarakat, sehingga tingkat kecerdasan masyarakat meningkat.
19
Ibid, hlm. 128.
20
Ibid.
21
Athollah Athene Risti dan Almira Annora Dewanti, “Analisis Lahirnya Paham
Liberalisme di Perancis”, https://id.scribd.com/document/405147334/ANALISIS-Lahirnya-
fahaman-liberalisme-DI-PERANCIS-docx, 1 Juni 2014, hlm. 3.
22
Ibid.
d. Adanya kode Napoleon yang memberi kesempatan bagi pengembangan
hukum.
PENUTUP
Kesimpulan
Liberalisme merupakan suatu ideologi atau paham yang berkembang di Eropa
pada abad ke-18. Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin dengan memiliki makna
tersendiri. Terdiri dari kata liber yang berarti bebas dimana mengandung artian
keadaan bebas dari kepemilikan individu dari individu lain serta dibebaskan dari
status budak. Liberalisme merupakan suatu paham atau ideologi yang lahir dari
pemikiran filsafat, yang mana dapat diterapkan dalam sistem tata cara pemerintahan
dalam suatu negara. Diketahui bahwasannya, liberalisme ini dapat ditemukan di
negara yang demokratis. Pencipta paham liberalisme bernama John Locke atau yang
disebut sebagai ‘Father of Liberalism’. Adapun tokoh-tokoh yang berpartisipasi
dalam teori ini seperti John Locke, Voltaire , Montesquero, J.J Rousseau, Adam
Smith, dan David Ricardo. Peristiwa yang melatar belakangi kemunculan paham
liberalisme di Prancis adalah Revolusi Prancis (1789-1815). Adapun beberapa juga
faktor yang mempengaruhinya. Liberalisme dibagi menjadi 3 yaitu Liberalisme
Klasik, Liberalisme Demokrasi dan Liberalisme Modern. Cikal Bakal Liberalisme di
Prancis mulai diperkirakan pada abad ke-14, tahap akhir abad pertengahan dan awal
zaman Renaissance, dengan munculnya Bourjuis sebagai golongan baru. Lebih
tepatnya setelah adanya Revolusi Prancis. Dari adanya perkembangan liberalisme di
Prancis ini menimbulkan dampak dari berbagai bidang diantaranya, bidang ekonomi,
politik dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Djaja, W. Sejarah Eropa dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.2012.
Jurnal
Batubara, U. d. ."Liberalisme John Locke dan Pengaruhnya dalam Tatanan
Kehidupan". Jurnal Education of Development. Vol. 9, No. 4. 2021. hlm.488.
Kania, D. D. Konsep Nilai dalam Peradaban Barat. Jurnal TSAQAFAH. Vol. 9. No. 2.
2013. hlm. 255.
Risti, A., & Dewanti , A. (n.d.). Analisis Lahirnya Paham Liberalisme di Perancis .
2014.