Anda di halaman 1dari 27

ARTIKEL

Sejarah Barat (B)

“LIBERALISME DI EROPA”

Dosen Pengampu : Dr. Retno Winarni. M.Hum


NIP. 195906281987022001

Kelompok 3
Nama Anggota :

1. Alyana Ulfa Rahmawati (200110301015)


2. Annisa Yuniar Zahro (200110301010)
3. Irawati Fatikasari (200110301012)
4. Koyun Lailatul R. (200110301023)
5. RR Sekar Hayyu (200110301038)
6. Silviana Nur Aini (200110301077)

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JEMBER
2021
PERKEMBANGAN PAHAM LIBERALISME DI PRANCIS

Oleh: Alyana U.R., Annisa Y.Z., Irawati F., Koyun.L.R., RR.Sekar., Silvi.N.A.
Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember

Abstrak
Liberalisme atau dikenal dengan istilah Liberal merupakan sebuah ideologi, sebuah
pandangan filsafat serta menyangkut pada tradisi politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak merupakan nilai politik yang
utama. Secara umum liberalism ini mencerikan mengenai suatu keadaan dalam
kehidupan untuk memiliki kebebasan dalam berfikir bagi masing-masing individu.
Pada paham yang ada dalam liberalisme ini menolak adanya pembatasan, khususnya
dalam pembatasan dari pemerintah dan agama. Dalam artikel ini menyajikan
mengenai liberalisme yang telah berkembang di Eropa dan merujuk pada
perkembangan Liberalisme di negara Prancis. Paham Liberalisme dicetuskan oleh
John Locke yang merupakan filsuf politik yang berasal dari Inggris pada abad ke-18
M. Liberalisme di Prancis lahir karena adanya revolusi prancis yang terjadi pada
pertengahan abad ke-18 M. Dalam bab pembahasan, membahas mengenai letak
geografis, ekonomi, keamanan dan pertahanan serta pemerintahan dari negara
Prancis. Kemudian dilanjutkan dengan lahirnya liberalisme di Prancis, dilanjutkan
dengan membahas tokoh-tokoh liberalism, kemudian macam-macam liberalism dan
perkembangan liberalisme. Perkembangan Liberalisme di Prancis dimassa kan pada
tahun 1815-1830 beralaskan periode Restorasi di Prancis. Perkembangan kaum
kapitalisme yang berkuasa sangat mempengaruhi lahirnya paham ini. Kelas penguasa
tersebut adalah golongan bangsawan dan gerejawan tinggi. Dilanjutkan dengan
dampak terjadinya revolusi Prancis yang mana nantinya hal inilah yang menjadi latar
belakang lahirnya liberalisme Prancis. Dampak tersebut mencangkup, dampak sosial,
ekonomi, dan politik. Sehingga masuknya pada masa setelah revolusi Prancis yang
melahirkan Undang-undang pemilihan baru, memberikan ganti rugi kepada golongan
émigré sebanyak satu miliyar franz, dan pembredelan semakin ketat terhadap
penerbitan golongan liberal.Untuk bagian akhir ditemukan mengenai dampak-
dampak dari liberalisme di Prancis.

Kata Kunci: Dampak, Liberalisme, John Locke, Perkembangan, dan Revolusi


Prancis.
PENDAHULUAN

Liberalisme merupakan suatu ideologi atau paham yang berkembang di Eropa


pada abad ke-18. Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin dengan memiliki makna
tersendiri. Terdiri dari kata liber yang berarti bebas dimana mengandung artian
keadaan bebas dari kepemilikan individu dari individu lain serta dibebaskan dari
status budak. Hal ini dikarenakan, sebelum memasuki masa liberalisme, terjadi
anggapan rendah kepada seorang budak, sehingga pemilik dari budak maupun orang
lain dapat melakukan hal yang semena-mena dan sesukanya kepadda budak tersebut.
Dan kata isme yang berarti paham. Dalam hal ini bermakna yaitu makna dari kata
kebebasan atau bebas sudah menjadi sebuah sikap kelas masyarakat yang berada di
kalangan terpelajar bangsa Eropa, yang mana dapat membukakan pintu kebebasan
dalam berfikir ( The Old Liberalism ). Dari artian dari kata liberalisme, kebebasan
dalam berfikir inilah yang nantinya akan melahirkan paham liberalisme, sehingga
mampu diimplementasikan dalam kehidupan oleh bangsa Barat. Dalam Oxford
English Dictionary menjelaskan bahwasannya kata liberal itu telah lama ada dengan
memiliki arti sebagai orang yang bebas, murah hari dan besar. bermaksud bebas
berperilaku serta menyuarakan pendapatnnya kepada khalayak umum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) liberalisme merupakan


aliran ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki demokrasi dan kebebasan
pribadi untuk berusaha dan berniaga. Dalam hal ini pemerintah tidak boleh turut ikut
campur. Pada dasarnya paham ini mengarahkan kepada masyarakat Eropa khususnya
untuk merdeka dan mandiri dalam hal menunjang kehidupan perekonomiannya,
dalam maksud ber-usaha maupun berdagang. Sedangkan pemerintah tidak boleh
mencampuri urusan kehidupan ekonomi rakyat. Menurut pengertian secara umum
Liberalisme merupakan suatu paham atau ideologi yang lahir dari pemikiran filsafat,
yang mana dapat diterapkan dalam sistem tata cara pemerintahan dalam suatu negara.
Diketahui bahwasannya, liberalisme ini dapat ditemukan di negara yang demokratis.
Pencetus idelologi Liberalisme ini merupakan seorang filsuf yang berasal dari
Inggris, bernama John Locke yang lahir pada 29 Agustus 1632. Beliau merupakan
filsuf Inggris abad ke-18 yang menciptakan prinsip Liberalisme dan diakui sebagai
‘Father of Liberalism’. Dalam prinsip-prinsip Liberalisme-nya, beliau merangkai
berbagai macam prinsip-prinsip liberalisme sebelumnya yang sudah tersebar dari
periode Yunani Kuno hingga ke dinasti Ming dan Song dari Timur. Prinsip
liberalisme yang ia cetuskan, memiliki argumen bahwasannya beliau menggambarkan
pada sebuah scenario yang mana belum berdirinya suatu sistem pemerintahan dan
sistem peradilan pada suatu masyarakat. Penggambarannya dikaitkan dengan masing-
masing individu yang memegang teguh pada prinsip ‘one man for himself’ yang
artinya dimana masing-masing orang berhak atas kendali dan membela dirinya serta
atas barang-barang yang telah menjadi haknya. Dalam hal ini, Locke juga menyadari
bahwa tanpa adanya sistem pemerintahan maka kehidupan akan menyiksa. Dalam
keberadaan ‘natural rights’ Locke telah beragumen bahwasannya setiap individu
terlahir dengan hak untuk hidup dengan bebas serta bebas dalam kepemilikan atas
barang-barang yang ia punya.

Dalam konteks liberalisme memiliki elemen-elemen, dimana sifat dari


elemen-elemen ini memberontak atas ketidakadilan pemerintahan otoriter yang
diberlakukan. Locke juga melegitimasi atas kekuasaan yang berdasarkan keturunan.
Kontrak Sosial atau ‘the Social Contract’ merupakan nilai terpenting dalam ideologi
ini. kontrak sosial ini merupakan suatu perjanjian antara yang diperintah (masyarakat)
dengan yang memerintah (pemimpin) mengenai legitimasi hak kekuasaan sang
pemerintah. Konteks ini menyerankan agar masing-masing dari individu diizinkan
untuk maju dan diberi kebebasan untuk menjadi pemimpin. Adanya persetujuan ini,
filosofi liberaslism dari Lockkean memiliki tujuan untuk dapat memberikan pedoman
mengenai bagaimana tata cara dalam suatu pemerintahan yang memiliki prinsip
bebas, menjamin masing-masing hak individu dan dah sah dalam suatu masyarakat. 1

1
Litelnoni, Kim. “Apa itu Liberalisme?”. Internet. https://medium.com/hipotesa-
indonesia/apa-itu-liberalisme-47e88b884a6.
Paham Liberalisme ini mencangkup spectrum mengenai filosofi politik yang luas dan
menganggap bahwa kebebasan individu ditujukan sebagai tujuan poltiik yang paling
penting dan menekankan pada hak individu dan persamaan kesempatan. Umumnya
kaum liberalisme ini disatukan oleh dukungan atas sejumlah prinsip yang telah
mereka miliki, termasuk dalam kebebasan berfikir, kebebasan berbicara luas,
keterbatasan pada kekuasaan pemerintah, penerapan pada aturan hukum, ekonomi
pasar yang terdiri dari milik negara maupun milik swasta , dan memiliki sistem
pemerintahan yang transparan dan demokratis. Liberalisme juga percaya,
bahwasannya warga harus diatur sesuai dengan HAM dan dalam hak-hak nya tersebut
tidak dapat diganggu gugat, terutama kebebasan untuk hidup. Secara historis,
liberalism ini bertentangan dengan wujud dari otoritarianisme apapun, baik dalam
wujud Komunisme, Fasisme, Sosialisme, atau lainnya. Perkembangan paham
Liberalisme yang meluas ini berasal dari Revolusi Industri di Inggris pada bidang
perekonomian. Terjadinya Revolusi inilah yang berhasil menurunkan kekuasaan Raja
James II dari England dan Ireland (James VII) dari Scotland. Kemudian diangkatlah
William II dan Mary II sebagai raja. Dalam masa setelah revolusi tepat setahun
lamanya, adanya Undang-Undang mengenai Hak Rakyat (Bill of Right) yang berisi
tentang penghapusan pada beberapa kekuasaan raja dan jaminan terhadap hak-hak
dasar dan kebebasan warga Inggris. Hak-hak dasar tersebut meliputi hak untuk hidup,
hak untuk memiliki sesuatu, kebebasan dalam membuat opini, kebebasan dalam
beragama dan kebebasan dalam berbicara.2 Dalam undang-undang yang diajukan
tersebut, parlemen Inggris menyetujui untuk diberlalukannya undang-undnag
tersebut. Sehingga, setelah pemerintahan menjadikan Undnag-Undang Hak Rakyat
sebagai salah satu kebijakannya, maka seluruh warga Inggris turut ikut
melaksanakannya. Hak-hak dasar yang tertera dalam undang-undang tersebut
dijadikan sebgai bentuk liberalism oleh masyarakat setelah adanya revolusi Inggris.
Paham ini kemdian menyebar luas dikalangan wilayah Eropa, sehingga negara-negara

2
Sumardi. SEJARAH EROPA (Dari Eropa Kuno Hingga Modern).2019.
di Eropa berdampak dan beberapa negara menggunakan ideologi ini dalam
pemerintahannya. Salah satunya yaitu negara Prancis yang menggunakan ideologi ini
dalam pemerintahannya. Pernyataan bahwasannya perkembangan liberalisme di
Prancis dapat terjadi sehingga akan dijelaskan pada bab-bab selanjutnya.

PERMASALAHAN

Dalam artikel ini akan mengulas mengenai liberalisme yang berkembang di Prancis,
tokoh-tokoh dalam liberalisme, perkembangan faham liberalism di Prancis, dampak-
dampak yang ditimbulkan dari perkembangan liberaslime di berbagai bidang.

PEMBAHASAN

Negara Prancis

Letak Geografis

Negara Prancis atau République Française merupakan salah satu negara yang terletak
di bagian Eropa Barat. Prancis terletak di dekat ujung barat daratan Eurasia, secara
garis besar heksagonal, wilayah benua berbatasan dengan Belgia dan Luksemburg di
timur laut, di sebelah timur oleh Jerman, Swiss, dan Italia, di selatan oleh Laut
Mediterania, Spanyol, dan Andorra, di barat oleh Teluk Biscay, dan di barat laut oleh
Selat Inggris. Di utara, Prancis menghadap ke tenggara Inggris melintasi Selat Dover
yang sempit.

Ekonomi
Dilihat dari sektor ekonominya, Perancis memiliki perekonomian terbesar kelima di
dunia, dan menempatkannya menjadi yang terbesar kedua di Eropa, di belakang
Jerman. Adapun sektor produksi penting Prancis yang meliputi otomotif, luar
angkasa, kereta api, kosmetik, barang mewah (branded), asuransi, farmasi,
telekomunikasi, pembangkit listrik dan pertahanan. Meskipun demikian Prancis juga
menghadapi beberapa masalah antara lain, penduduk dihadapkan dengan perumahan
dan infrastruktur publik yang buruk, lingkungan sekolah yang sulit dan kurangnya
layanan serta fasilitas.

Keamanan dan Pertahanan

Pada sektor pertahanan dan keamanan, Prancis memiliki posisi yang cukup penting di
kawasan Eropa dan Uni Eropa. Perancis adalah satu-satunya negara Uni Eropa yang
merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, mengembangkan tenaga nuklir,
anggota pendiri Uni Eropa dan NATO. Dengan demikian, negara ini berambisi untuk
terus mempertahankan otonomi strategisnya dan membangun Eropa menjadi lebih
kuat untuk menghadapi tantangan. Prancis menjadi negara yang siap untuk
mengadapi segala tantangan keamanan yang semakin luas, serta menciptakan
perdamaian. Dibuktikan dengan dibentuknya Buku Putih 1994 yang berisi Strategi
Pertahanan dan Keamanan Nasional. Strategi yang ditawarkan Buku Putih 1994
yakni, kemampuan adaptasi militer, peran baru pasukan konvensional, skenario tugas
pasukan, postur permanen keamanan, prioritas baru operasional, politik persenjataan,
dan konsep pembentukan pasukan.

Sistem Pemerintahan Perancis

Sebagai sebuah negara Republik, Perancis menjalankan pemerintahan dengan


mengusung sistem Semi-Presidensial, dimana seorang Presiden bertindak sebagai
Kepala Negara dengan dibantu oleh Perdana Menteri sebagai Kepala Pemerintahan.
Menurut Duverger, sistem pemerintahan semi-presidensial seperti yang diterapkan di
Perancis memiliki ciri-ciri utama, sebagai berikut :3

1. Pusat kekuasaan berada pada suatu majelis perwakilan sebagai pemegang


kekuasaan tertinggi.
2. Penyelenggaran kekuasaan legislatif adalah suatu badan perwakilan yang
merupakan bagian dari majelis perwakilan.
3. Presiden dipilih secara langsung maupun tidak langsung untuk masa jabatan
tertentu dan bertanggungjawab kepada majelis perwakilan.
4. Para Menteri sebagai bagian yang membantu kinerja Presiden yang diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden.
Sebagai negara Republik yang demokratis, Perancis menjalankan proses pemilihan
umum (pemilu) yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali untuk pemilihan umum
eksekutif untuk memiliki seorang Presiden dan pemilihan umum legislatif untuk
memilih anggota Assemblée Nationale dengan masa jabatan yang telah dtentukan
yakni 5 (lima) tahun. Dewan Konstitusi (Constitutional Council) yang memiliki
kewenangan untuk menjalankan proses pemilihan umum dengan melakukan
pengawasan, menjaga ketertiban pemilu sesuai dengan peraturan, mengontrol
jalannya kampanye dan mengeluarkan hasil resmi pemilu. Selain itu, lembaga ini juga
memiliki kapasitas untuk menyatakan bahwa hasil pemilu tidak sah dan dapat
melakukan pembatalan hasil pemilu jika ditemukan berbagai jenis kecurangan yang
dilakukan secara ilegal.

Liberalisme di Prancis

Peristiwa yang melatar belakangi kemunculan paham liberalisme di Prancis


adalah Revolusi Prancis (1789-1815). Dikarenakan Revolusi Prancis inilah, terjadi

3
Anonim, “BAB II SISTEM PEMERINTAHAN DAN POLITIK
PERANCIS” [online],
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/31302/F.%20BAB%20II.pdf
?sequence=6&isAllowed=y, diunduh pada 2 Desember 2021
perombakan besar-besaran terhadap sistem politik dan masyarakat Prancis. Prancis
yang awalnya monarki absolut berubah menjadi negara republik. Absolutisme raja,
ekonomi yang lemah, dan konflik antar golongan adalah kondisi yang tepat menurut
pemikir-pemikir baru (Montesquieu, Voltaire, J.J. Rousseau) untuk melakukan
perubahan. Faktor penyebab (secara umum) Revolusi Prancis yaitu :

a) Pemerintah absolut terlalu kaku terhadap perubahan baru;


b) Kemunculan aliran rasionalisme dan aufklarung karena Renaissance dan
Humanisme;
c) Kemunculan aliran romantika (aliran yang menganggap perasaan dan
kepribadian lebih penting dibandingkan rasio);
d) Pengaruh kuat dari perang kemerdekaan Amerika;
e) Kuatnya feodalisme menyebabkan kaum bangsawan sewenang-wenang
merebut hak rakyat;
f) Pemerintahan Louis XVI dikenal sebagai monarki absolut yang paling buruk
pada masanya; dan
g) Terjadi vacuum of power.

Sedangkan faktor penyebab meletusnya revolusi ini secara khusus adalah terjadi
masalah pada keuangan negara. Kronologi Revolusi Prancis secara garis besar
terdapat tujuh tahapan yaitu :4

a) Etats generaux (Dewan Permusyawaratan Rakyat dibuka kembali pada 5 mei


1789)
b) Assemblee nationale (pembentukan Dewan Nasional sebagai perwakilan
rakyat Prancis pada 17 Juni 1789)
c) Constituante (pemerintahan baru dengan rakyat sebagai oposisi untuk
menggantikan pemerintahan lama raja dan bangsawan sebelumnya) (1789-
1791)

4
Wahjudi Djaja, Sejarah Eropa dari Eropa Kuno hingga Eropa Modern.
(Yogyakarta: Ombak), hlm. 117-118
d) Legislatif (pemerintahan borjuis dengan bentuk negara constituantionale
monarchie) (1791-1792)
e) Convention (pemerintahan rakyat jelata di bawah kepemimpinan Robespierre
dengan bentuk republik) (1792-1795)
f) Directoire (kembalinya pemerintahan borjuis dengan membagi kekuasaan
pada lima orang directeur) (1795-1799)
g) Consulat (Pemerintahan yang dipimpin oleh tiga orang consul, dan mulai
munculnya Napoleon sebagai otoriter) (1799-1804)

Revolusi Prancis memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap masyarakat Prancis
maupun dunia dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.

Tokoh-Tokoh Liberalisme

1. John Locke

John Locke merupakan tokoh liberalisme yang lahir di Wrington, Inggris pada
28 Agustus 1632. Karena masa hidupnya yang saat itu perang saudara maupun
perang agama berkecamuk, ia memiliki pemikiran mengenai kebebasan,
pembatasan kekuasaan politik, demokrasi, maupun toleransi beragama. Dalam
bukunya yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding yang
diterbitkan pada 1690, Locke mengemukakan prinsip toleransi pada golongan
non-kristen. Mereka tidak boleh dikucilkan, dikurangi haknya, dan negara tidak
boleh melewati batas dalam ikut campur urusan beragama golongan minoritas
tersebut. Selain itu, Locke menegaskan hak alami manusia ada dua yaitu hak
untuk hidup dan hak untuk atas hasil kerjanya sendiri.5

Konsep liberalisme Locke juga tercermin dalam bukunya yang berjudul Two
Treatises of Government yang terbit pada 1689. Buku tersebut berisi ide

5
Ulfah Nury Batubara, Royhanun Siregar, dan Nabilah Siregar. “Liberalisme
John Locke dan Pengaruhnya dalam Tatanan Kehidupan”, Jurnal Education and
development, Vol. 9, No. 4, 2021, hlm. 488
mengenai pentingnya konstitusi demokrasi liberal. Pemerintah memiliki tugas
melindungi hak warga negaranya. Locke memisahkan kekusaan negara,
kekuasaan legislatif menurutnya harus lebih unggul daripada kekuasaan legislatif
dan yudikatif. Dengan konsep liberalisme John Locke dapat disimpulkan negara
merupakan abdi rakyat yang harus melindungi hak rakyatnya.

2. Voltaire

Voltaire merupakan tokoh yang berasal dari Prancis dan ia menentang nilai
dan dogma gereja dengan nama samaran Francois Marie Arouet. Menurut
Voltaire, agama alamiah tidak boleh berdasarkan pada metafisis atau teologis dan
harus berdasarkan akal sehat. Ia juga mengemukakan hukum kesusilaan yaitu,
“Hiduplah seperti apa yang kamu inginkan telah kamu lakukan pada saat kamu
mati, dan berbuatlah terhadap sesamamu seperti yang kamu inginkan ia berbuat
terhadapmu.”6

3. Montesquieu

Montesquieu merupakan pria dengan darah bangsawan Prancis yang lahir


pada tahun 1689. Dalam karyanya yang berjudul Expirit des Lois (The Spirit of
Laws), ia menuliskan bahwa “Setelah individu menjadi bagian masyarakat,
manusia kehilangan rasa takutnya dan mulai memiliki naluri berkonflik dengan
yang lain”.7 Montesquieu juga menyatakan bahwa tujuan utama sebuah
pemerintahan adalah penegakan hukum, kebebasan politik, dan hak milik. Selain
itu ia juga mengembangkan tiga tipologi sistem politik menjadi republik,
monarki, dan despotisme. Gagasan Montesquieu yang paling terkenal adalah trias
politica (pembagian kekuasaan menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikatif).

6
Dinar Dewi Kania, “Konsep Nilai dalam Peradaban Barat”, Jurnal
TSAQAFAH, Vol. 9, No. 2, 2013, hlm. 255
7
Thomas Tokan Pureklolon, Naskah Akademik Tentang Negara: Pemikiran
Politik Montesquieu dan Rousseau (Jakarta: Halaman Moeka Publishing, 2020), hlm.
104.
4. J.J. Rousseau

Rousseau merupakan tokoh liberalisme yang lahir di Jenewa, Swiss pada 28


Juni 1712 dan menjadikan kebebasan menjadi tujuan pemikirannya. Retorikanya
yang terkenal adalah “Manusia terlahir bebas, dan dimana-mana ia terbelenggu.”
Orang bebas menurut Rousseau adalah orang yang memiliki perilaku yang sesuai
dengan keadilan universal yang tertulis dalam hukum moral.8 Jadi untuk menjadi
bebas seseorang perlu untuk diatur, dan kunci kepada kebajikan moral adalah
ketika manusia berada pada kondisi dimana ia dapat memerintah dirinya sendiri.

5. Adam Smith

Adam Smith merupakan ekonom yang menganut liberalisme dengan sistem


kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi bercirikan kepemilikan perorangan
atas perkakas produksi, distribusi dan pendayagunaan untuk mendapatkan
keuntungan dalam keadaan yang kompetitif. Menurut Adam Smith, kepentingan
pribadi merupakan kekuatan untuk pengendalian perekonomian dan semua proses
yang dijalankan akan menuju ke arah kemakmuran bangsa, yang seolah-olah,
individu didorong dengan “Tangan Tak Terlihat” (The Invisible Hand) yang
mendorong mereka untuk maju.9

6. David Ricardo

David Ricardo adalah tokoh yang mengutarakan aspek keunggulan komparatif


adalah. Dalam pandangannya, perdagangan internasional yang seimbang dan adil
akan terwujud jika masing-masing negara menekankan pada dimensi keunggulan
komparatif. Sebuah negara yang menghasilkan sebuah produk dengan biaya
rendah akan memiliki keunggulan dalam perdagangan internasional. Melalui cara
ini akan terjadi efisiensi di mana setiap negara akan berpartisipasi dalam aktifitas
8
Dinar Dewi Kania, op.cit., hlm. 256
Hasan dan Mahyudi, “Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme
9

Adam Smith”, Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 4, No. 1, 2020, hlm.
26
perdagangan internasional sesuai dengan kemampuan terbaiknya dalam produk-
produk tertentu.10 Secara ringkas Ricardo menyatakan bahwa aktifitas
perdagangan bebas akan membawa keuntungan bagi semua partisipan, sebab
perdagangan ini akan menjadikan terjadinya spesialisasi dan spesialisasi akan
meningkatkan efisiensi, dan secara otomatis juga meningkatkan produktifitas.

Macam-Macam Liberalisme

 Liberalisme klasik

Secara umum, sesuai dengan gagasan dan pemikiran Spencer, liberalisme klasik
(lama) ini mempunyai beberapa ciri khas, diantaranya semangat empirisme untuk
dunia filsafat, agnotisme, etika utilitarian, anti-otoritarianisme dalam kehidupan
politik, persaingan ekonomi, perdagangan bebas dalam hubungan internasional,
semangat anti imperialism dan pasifisme.11 Dalam liberalisme klasik kebebasan suatu
individu merupakan halyang pertama dan utama, dengan demikian setiap individu
memiliki kebebasan untuk memiliki gagasan secara pribadi yang nantinya bisa saja
dipublikasikan kepada masyarakat luas.12

Para tokoh liberalisme klasik percaya bahwa pemerintah memiliki tujuan untuk
melindungi hak orang-orang dan memperluas kesempatan kebebasan dengan
meminimalisir pemaksaan dan mengizinkan terciptanya perdamaian. Apa yang dicita-
citakan adalah pemerintahan terbatas yang otoritasnya tidak boleh melebihi otoritas
yang diberikan oleh individu-individu yang menerima dikekangnya tingkah laku
mereka sebagai gantinya mendapatkan hak-hak sipil. Sebagai contoh, pemerintah
tidak boleh mengambil hak yang tak terpisahkan seperti hidup dan kebebasan.

Mohammad Maiwan, “Teori-teori Ekonomi Politik Internasional dalam


10

Perbincangan: Aliran dan Pandangan” [online],


http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jmb/article/view/9114/6186, diunduh pada 30
November 2021.
11
Agus Sutisna, “Liberalisme Lama dan Baru”, dalam Program Doktor Ilmu Politik,
hal. 3.
12
Yosiva Lufi, “Macam-Macam Ideologi negara”, dalam Jurnal Manajemen, 31
Agustus 2018, hal. 2.
Liberalisme klasik kerap dikatakan sebagai penganut paham laissez-faire atau Negara
penjaga malam yang kecil dan tidak bekerja.

Liberal klasik adalah pendukung demokrasi , tetapi bukan demokrat yang skeptis.
Mereka percaya bahwa masyarakat umum-lah, bukan beberapa elit penguasa, yang
seharusnya membuat keputusan tentang apa fungsi-fungsi tersebut dan bagaimana
mencapainya. Oleh karena itu, mereka menyarankan agar pemerintahan perwakilan
adalah mungkin cara terbaik untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-
keputusan tersebut. Akan tetapi demokrasi merupakan suatu proses dimana rakyat
memilih yang mana hanya satu pihak bisa menang. Demokrasi dihantui oleh
kepentingan-diri para pemilih, para perwakilan dan pejabat; demokrasi juga bisa
menghasilkan hasil yang sangat irasional; dan terlalu sering menuntun pada
kelompok minoritas dieksploitasi, dan kebebasan mereka dirampas, semua atas nama
‘demokrasi’.13

Oleh sebab itu, liberal klasik menyatakan proses pembuatan keputusan demokratis
harus dibatasi oleh aturan-aturan tertentu, dan harus fokus, dengan ketepatan, dan
untuk isu-isu yang tidak bisa diputuskan dengan cara lain. Bagi liberal klasik,
sebaliknya, hak dan kebebasan adalah bagi setiap orang; bukanlah berdasarkan
jumlah dan mayoritas. Selain membatasi proses demokrasi untuk memutuskan hal-hal
yang harus dan hanya bisa diputuskan secara kolektif, liberal klasik juga berusaha
untuk melindungi hak dan kebebasan setiap individu dengan memberlakukan
pembatasan dalam hal bagaimana proses ini dilaksanakan dan bagaimana keputusan
dibuat.

Di Perancis sendiri, liberalisme klasik dimulai pada masa pemerintahan Louis Philipe
hingga sebelum perang Prancis-Prusia pada tahun 1870-1871. Pada masa Louis
Philipe negara identik dengan pemerintah, hal ini terlihat dalam:

1. Adanya undang-undang yang membatasi kebebasan pers


13
Eamonn Butler, LIBERALISME KLASIK: PERKENALAN SINGKAT (Jakarta
Selatan: Friedrich Naumann Foundation Indonesia), hlm. 87
2. Hak pilih dibatasi dengan property qualifications
3. Undang-undang yang dikeluarkan oleh Assemble National selalu mengarah
pada kepentingan golongan Borjuis.

Pada tahun 1845-1848 situasi sosial-ekonomi Prancis sangat buruk, hal ini
disebabkan karena:

1. Secara ekonomi
 Pertanian paceklik dan gagal panen
 Industry mengalami over produksi
2. Secara sosial
 Buruh diradikalisir oleh golongan Petite Bourgeoiseie yang tidak
mendapatkan tempat dalam pemerintahan golongan Borjuis liberal.
 Kaum buruh Borjuis kecil dan buruh jumlahnya besar namun mereka tidak
dapat memperjuangkan kepentingan mereka.
 Kaum komunis mulai mempengaruhi kaum buruh.
 Liberalisme Demokrasi

Kaum liberalis Prancis berkeyakinan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan


yang paling rasional. Hal tersebut terlihat dalam konstitusi baru 1875, yakni:

a) Hak pilih untuk semua laki-laki dewasa

b) Badan perwakilan dipilih lewat pemilu

c) Senat dan badan perwakilan merupakan badan legislatif yang bergabung


dalam Assemble National.

 Liberalisme Modern (Neoliberalisme)

Masa akhir Perang Dunia kedua menjadi puncak dari gagalnya doktrin laissez
faire. Laissez faire merupakan sebuah doktrin dimana sistem ekonomi yang
didalamnya transaksi antar pihak swasta terbebas dari berbagai bentuk intervensi
ekonomi oleh negara seperti regulasi kebijakan dan subsidi. Kegagalan berbagai
kebijakan ekonomi teknokratis dan intervensionis yang kemudian mengakibatkan
inflasi dan krisis mendorong kemunculan neoliberalisme Awalnya negara yang
menganut liberalisme klasik memberikan kebebasan pada mekanisme pasar untuk
bekerja namun juga melakukan regulasi untuk menghilangkan berbagai hambatan
baik pada proses produksi maupun birokrasi untuk mendukung terbentuknya Free
Trade atau persaingan bebas. Ekonomi model liberalisme ini memungkinkan adanya
kebebasan bagi kapitalis untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa
intervensi dari pemerintah. Sayangnya dikarenakan Great Depression, model
ekonomi seperti inilah yang kemudian runtuh (tahun 1930 an).

Paham liberalisme modern (baru) merupakan antitesa yang mengoreksi prinsip-


prinsip fundamental liberalisme klasik (lama). Menurut John Maynard Keynes dalam
pidatonya yang berjudul “The End of Laissez Faire” pada tahun 1926, yang
menegaskan bahwa : “tidak benar bahwa individu mempunyai kebebasan alamiah
dalam aktivitas ekonominya, juga tidak benar bahwa kepentingan diri umumnya
adalah baik. Pengalaman tidak menujukkan bahwa individu, Ketika mereka berada
dalam unit sosial, selalu lebih berpandangan jernh dibandingkan Ketika mereka
bertindak sendirian”.14

Keynes memberikan alternatif pada sistem perekonomian liberal kapitalistik yang


semula bebas dari intervensi pemerintah menjadikan posisi pemerintah berwenang
dan harus melakukan intervensi dalam perekonomian. Hal ini membuka
kemungkinan negara dapat memiliki dan menguasai industri oleh sifat pemerintahan
yang intervensionis. Neoliberalisme tidak ditujukan untuk menggambarkan realita
dunia sebagaimana adanya, namun lebih kepada bagaimana tatanan dunia
sebagaimana mestinya. Neoliberalisme kemudian dirumuskan dalam sepuluh poin

14
op. cit, hal, 10.
penting oleh John Williamson yang kemudian dikenal sebagai Washington
Consensus. Kesepuluh poin ini meliputi:15

1. Disiplin fiskal untuk negara berkembang agar anggarannya tetap surplus


dan jika mengalami defisit tidak lebih dari 2% dari produk domestic bruto.
2. Belanja pemerintah diprioritaskan untuk memperbaiki distribusi
pendapatan seperti pembiayaan proyek dan program yang meningkatkan
kesejahteraan kelompok miskin
3. Reformasi sektor fiskal dengan melakukan perluasan objek pajak dan
wajib pajak.
4. Liberalisasi sektor finansial
5. Penentuan kurs mata uang mempertimbangkan daya saing dan kredibilitas
6. Liberalisasi perdagangan dengan pengahpusan ekspor dan impor oleh
pemerintah agar efisien
7. Investasi asing harus diperlakukan sama dengan investasi domestik karena
mendorong perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih
banyak.
8. Privatisasi BUMN untuk efisiensi dan membantu biaya defisit APBN.
9. Deregulasi dengan penghilangan berbagai hambatan atau restriksi agar
tercipta pasar yang kompetitif dan mekanisme pasar berjalan dengan
lancar.
10. Pemerintah perlu melindungi hak cipta agar menciptakan iklim
perekonomian yang inovatif

Pekembangan Liberalisme di Prancis

15
Ardila Rizky, “Neoliberalisme sebagai Ideologi Baru Dibawah Pengaruh
Liberalisme” [online], https://www.researchgate.net/profile/Ardila-
Rizky/publication/354322532_Neoliberalisme_sebagai_Ideologi_Baru_Dibawah_Pengaruh_
Liberalisme/links/6130f06438818c2eaf7a3051/Neoliberalisme-sebagai-Ideologi-Baru-
Dibawah-Pengaruh-Liberalisme.pdf, diunduh pada 01 Desember 2021
Liberalisme mulai berkembang diperkirakan pada abad ke-14, tahap akhir abad
pertengahan dan awal zaman Renaissance, dengan munculnya Bourjuis sebagai
golongan baru. Struktur masyarakat menjadi tiga golongan yaitu Rohaniawan,
Bangsawan, dan Rakyat berabad-abad lamanya.

 Liberalisme dalam periode Restorasi di Prancis 1815-1830

Revolusi Prancis kelas penguasa yang ada dari struktur masyarakat. Kelas penguasa
tersebut adalah golongan bangsawan dan gerejawan tinggi. Sejak tahun 1792 mereka
melarikan diri dari Prancis dan kemudian mengungsi ke negara-negara yang
memusuhi revolusi, seperti Inggris dan Australia. Namun selama masa pemerintahan
Napoleon (1799-1814) mereka berangsur-angsur mulai pulang ke Prancis, tetapi
setelah sampai di Prancis mereka menjadi kelas yang terasing.

Dalam perjanjian Carter 1814, Napoleon dikalahkan dan kemudian diasingkan ke


Pulau Elba, lalu wilayah Eropa berstatus Quo seperti sebelum tahun 1792. Carter
merupakan konstitusi liberal yang diberikan oleh Louis XVIII kepada Prancis,
sehingga raja dapat mencabutnya kembali. Revolusi yang terjadi pada tahun 1789
telah membelah Prancis menjadi dua golongan, yaitu golongan konservatif yang ingin
kembali ke situasi sebelum Revolusi dan golongan Revolusioner yang memiliki cita-
cita untuk melanjutkan revolusi karena dianggap belum selesai. Golongan
Revolusioner ini sendiri memiliki dua sayap yakni golongan radikal dan golongan
Borjuis (golongan doctinaire).

 Dampak terjadi revolusi Prancis


1. Bidang politik
Dampak utama yang ditimbulkan revolusi Prancis terhadap sistem politik
jelas berupa kekuasaan absolut yang sangat dicam oleh rakyat. Lebih dari itu,
paham liberal yang muncul dengan adanya revolusi Perancis sangat pesat
menyebar hingga ke penjuru dunia seperti Spanyol, Jerman, Rusia, Austria,
dan Italia. Dengan adanya revolusi Perancis tumbuh pula paham demokrasi,
parlementer, republik, dan lain sebagainya yang tentunya juga mulai tumbuh
di negara lain.
2. Bidang sosial
Dalam perjuangan revolusi Perancis jelas dapat kita ketahui bahwa stratifikasi
sosial di negara tersebut dihapuskan, memberikan hak dan kewajiban yang
sama terhadap seluruh rakyat serta memberikan kebebasan dalam menentukan
agama, pendidikan, dan pekerjaan.
3. Bidang ekonomi
Dihapusnya sistem gilde, yakni sistem dalam peraturan perdagangan. Dengan
dihapusnya sistem ini maka perdagangan dan industri dapat berkembang
dengan cukup baik di Perancis pasca revolusi Perancis. Disisi lain kehidupan
petani juga memiliki peningkatan, hal ini tidak lain karena dihapusnya pajak
feodal dan selain sebagai penggarap tanah, petani juga diberikan hak untuk
memiliki tanah. Dengan demikian pendapatan dan taraf hidup petani perlahan
semakin meningkat.

 Masa setelah revolusi

Ada beberapa sebab yang membangkitkan reaksi golongan liberal, yakni:

1. Undang-undang pemilihan dipebarui


2. Memberikan ganti rugi kepada golongan émigré sebanyak satu miliyar franz,
yang mana biaya diambil dengan memotong bunga uang simpanan golongan
Borjuis dalam bentuk surat obligasi yang dikeluarkan oleh pemerrintah.
3. Pembredelan semakin ketat terhadap penerbitan golongan liberal.
Setelah pemerintahan Monarki Absolut diganti dengan pemerintahan Monarki
Konstitusional, Majelis Konstituante Nasional dibentuk untuk menghapus
feodalisme yang terjadi berabad-abad lamanya tersebut. Majelis Konstituante
Nasional membentuk sebuah dokumen yang bernama “Dekret Agustus” yang
memiliki tujuan untuk menghapus seluruh hak istimewa. Pembentukan
dokumen tersebut kemudian melahirkan sebuah deklarasi HAM bernama
“Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara 1789” atau “La Declaration
Des Droits De L'homme Et Du Citoyen 1789”.16

Sistem pemerintahan monarki konstitusional berusia pendek yang


memerintah Prancis dari 3 September 1791 hingga 21 September 1792. Rezim ini
merupakan rezim monarki konstitusional pertama di Prancis. Rezim ini didirikan
setelah meletusnya Revolusi Prancis. Ciri-ciri monarki konstitusional masa Loise
Philipe 1830-1848:

1. Raja berdaulat “atas rahmat Tuhan dan atas kehendak bangsa Prancis”.
2. Syarat untuk mendapatkan hak pilih diperlunak, jumlah milik/kekayaan
diperkecil sehingga orang yang dapat memilih dan dipilih jumlahnya semakin
besar.
3. Badan legislatif hanya terdiri dari satu kamar, Majelis Tinggi atau Majelis
Bangsawa dihapuskan kemudian diganti dengan Senat.
4. Garda Nasional dibentuk, sensor atas pers dihapus, anggaran biaya untuk
keagamaan dihapus, beberapa ordo kebiaraan dilarang.17

Liberalisme klasik dimulai pada masa pemerintahan Louis Philipe hingga sebelum
perang Prancis-Prusia pada tahun 1870-1871. Pada masa Louis Philipe negara identik
dengan pemerintah, hal ini terlihat dalam:

1. Adanya undang-undang yang membatasi kebebasan pers

16
Sandy Kurnia Christmas, Evi Purwanti, “Perkembangan Sistem Pemerintahan dan
Konsep Pasca Revolusi Perancis Terhadap Hukum Internasional”, Jurnal Pembangunan
Hukum Indonesia, Vol. 2, No. 2, 2020, hlm. 9
17
Andreaslantik, Perkembangan Liberalisme dan Kapitalisme Eropa. 2012, hlm. 4
https://id.scribd.com/embeds/148695874/content?start_page=1&view_mode=scroll&access_
key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf diakses pada 30 November 2021
2. Hak pilih dibatasi dengan property qualifications
3. Undang-undang yang dikeluarkan oleh Assemble National selalu mengarah
pada kepentingan golongan Borjuis.

Pada tahun 1845-1848 situasi sosial-ekonomi Prancis sangat buruk, hal ini
disebabkan karena:

1. Secara ekonomi
 Pertanian paceklik dan gagal panen
 Industry mengalami over produksi
2. Secara sosial
 Buruh diradikalisir oleh golongan Petite Bourgeoiseie yang tidak
mendapatkan tempat dalam pemerintahan golongan Borjuis liberal.
 Kaum buruh Borjuis kecil dan buruh jumlahnya besar namun mereka tidak
dapat memperjuangkan kepentingan mereka.
 Kaum komunis mulai mempengaruhi kaum buruh.

Pada periode selanjutnya, Kaum liberalis Prancis berkeyakinan bahwa republik


berdasarkan demokrasi adalah sistem pemerintahan yang paling rasional. Hal tersebut
terlihat dalam konstitusi baru 1875, yakni:

a) Hak pilih untuk semua laki-laki dewasa


b) Badan perwakilan dipilih lewat pemilu
c) Senat dan badan perwakilan merupakan badan legislatif yang bergabung
dalam Assemble National.

Prancis merupakan negara pertama yang mendeklarasikan negaranya sebagai negara


republik di Eropa. Negara republik kekuasaannya bukanlah milik Raja sebagai
pemimpin, melainkan milik rakyat yang dipimpin. Adanya kedaulatan suatu negara
pada dasarnya mengarahkan hak negara untuk secara bebas menentukan status
politik, struktur sosial, ekonomi, dan budaya dalam wilayah tersebut. Pembentukan
Prancis sebagai negara republik ditandai sebagai langkah pertama untuk menghapus
kelas sosial masyarakat. Hal ini kemudian melahirkan paham sekularisme, dimana
menurut paham ini menyatakan sebuah institusi atau badan negara harus terpisah dari
unsur agama dan kepercayaan.18 Paham ini menjelaskan pemisahan antara urusan
negara dan urusan agama. Selain itu juga dibentuk lembaga yang diangkat rakyat
untuk melindungi kepentingan rakyat, termasuk hak asasi manusia. Hak asasi
manusia yang terbentuk merupakan sebuah cita-cita dari rakyat yang menumpahkan
darahnya untuk menghapus penindasan yang terjadi selama berabad-abad dengan
menegaskan kebebasan manusia. Dari perubahan-perubahan tersebut dapat dikatakan
Revolusi Prancis yang didasari paham liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme telah
mengubah sistem pemerintahan ditandai dengan terbentuknya badan-badan legislatif,
eksekutuf, dan yudikatif sesuai dengan Trias Politika. Selain sistem pemerintahan,
Revolusi Prancis telah menegakkan hak asasi manusia yang sedari dulu sangat sulit
untuk diimplementasikan.

Pengaruh tersebut tidak hanya di Prancis, melainkan terjadi perkembangan hukum


internasional dalam bentuk sistem pemerintahan republik yang menyebar di seluruh
daratan Eropa (kecuali Inggris) hingga Asia, Afrika, dan Amerika. Paham liberalisme
yang awalnya diterapkan pada bidang politik, telah berkembang di bidang lainnya
seperti ekonomi, budaya, dan bidang lainnya. Salah satu contoh di bidang ekonomi
adalah terbentuknya Masyarakat Ekonomi Eropa/ European Economic Community
yang lahir dari kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan.

Dampak-Dampak dari Liberalisme di Prancis

1. Dalam bidang ekonomi :


a. Petani menjadi pemilik tanah, setelah para bangsawan yang memilikinya
melarikan diri ke luar negeri pada saat terjadinya revolusi, sehingga tanah

18
Ibid., hlm. 232
milik mereka disita dan menjadi milik rakyat. Serta tanah yang berhasil
disita dari pihak gereja, yang kemudian menjadi milik rakyat.
b. Dihapuskan system pajak feudal, yang dipungut oleh para bangsawan dan
agamawan, sehingga beban yang ditanggung rakyat menjadi berkurang
dan kesejahteraan rakyat pun meningkat.19
2. Dalam bidang politik :
a. Dijadikannya undang-undang sebagai kekuasaan tertinggi yang mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.20
b. Munculnya ide mengenai pengertian republic sebagai suatu bentuk
pemerintahan negara.
c. Tumbuh dan berkembangnya paham demokrasi di kalangan rakyat
Perancis.
d. Tumbuh dan berkembangnya rasa nasionalisme dan patriotisme
dikalangan rakyat Perancis.
e. Munculnya pemikiran tentang aksi revolusioner untuk mengubah suatu
tatanan negara secara tepat.
f. Kuasa raja yang sewenang-wenang perlahan mulai dapat dibatasi dengan
dibentuknya undang-undang yang didasarkan pada pernyataan hak-hak
asasi manusia dan pengakuan hak warga negara atau Declaration des
Droits de l’Homme et du Citoyen, yang disahkan pada tanggal 14 Juli
1790.21
3. Dalam bidang sosial:
a. Penghapusan feudalisme, menyebabkan menciptakan kesetaraan harkat
dan martabat seluruh masyarakat Perancis dan pengakuan atas hak asasi
manusia, sehingga masyarakat yang sebelumnya tertindas perlahan-lahan
mempunyai kebebasan dalam segala bidang.22
b. Munculnya susunan masyarakat baru, yaitu golongan borjuis yang
menggantikan kedudukan bangsawan dan biarawan. Adapun kedudukan
biarawan sendiri sama dengan warga masyarakat lainnya, tanpa memiliki
suatu keistimewaan.
c. Adanya pedidikan dan pengajaran yang merata di seluruh lapisan
masyarakat, sehingga tingkat kecerdasan masyarakat meningkat.

19
Ibid, hlm. 128.
20
Ibid.
21
Athollah Athene Risti dan Almira Annora Dewanti, “Analisis Lahirnya Paham
Liberalisme di Perancis”, https://id.scribd.com/document/405147334/ANALISIS-Lahirnya-
fahaman-liberalisme-DI-PERANCIS-docx, 1 Juni 2014, hlm. 3.
22
Ibid.
d. Adanya kode Napoleon yang memberi kesempatan bagi pengembangan
hukum.

PENUTUP
Kesimpulan
Liberalisme merupakan suatu ideologi atau paham yang berkembang di Eropa
pada abad ke-18. Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin dengan memiliki makna
tersendiri. Terdiri dari kata liber yang berarti bebas dimana mengandung artian
keadaan bebas dari kepemilikan individu dari individu lain serta dibebaskan dari
status budak. Liberalisme merupakan suatu paham atau ideologi yang lahir dari
pemikiran filsafat, yang mana dapat diterapkan dalam sistem tata cara pemerintahan
dalam suatu negara. Diketahui bahwasannya, liberalisme ini dapat ditemukan di
negara yang demokratis. Pencipta paham liberalisme bernama John Locke atau yang
disebut sebagai ‘Father of Liberalism’. Adapun tokoh-tokoh yang berpartisipasi
dalam teori ini seperti John Locke, Voltaire , Montesquero, J.J Rousseau, Adam
Smith, dan David Ricardo. Peristiwa yang melatar belakangi kemunculan paham
liberalisme di Prancis adalah Revolusi Prancis (1789-1815). Adapun beberapa juga
faktor yang mempengaruhinya. Liberalisme dibagi menjadi 3 yaitu Liberalisme
Klasik, Liberalisme Demokrasi dan Liberalisme Modern. Cikal Bakal Liberalisme di
Prancis mulai diperkirakan pada abad ke-14, tahap akhir abad pertengahan dan awal
zaman Renaissance, dengan munculnya Bourjuis sebagai golongan baru. Lebih
tepatnya setelah adanya Revolusi Prancis. Dari adanya perkembangan liberalisme di
Prancis ini menimbulkan dampak dari berbagai bidang diantaranya, bidang ekonomi,
politik dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Djaja, W. Sejarah Eropa dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.2012.

Pureklolon, T. T. Naskah Akademik Tentang Negara: Pemikiran Politik Montesquieu


dan Rousseau. Jakarta: Halaman Moeka Publishing.2020.

Eamonn Butler, LIBERALISME KLASIK: PERKENALAN SINGKAT (Jakarta Selatan:


Friedrich Naumann Foundation Indonesia), hlm. 87

Jurnal
Batubara, U. d. ."Liberalisme John Locke dan Pengaruhnya dalam Tatanan
Kehidupan". Jurnal Education of Development. Vol. 9, No. 4. 2021. hlm.488.

Chrismas., Kurnia, Sandi., Purwanti. Evi. “Perkembangan Sistem Pemerintahan dan


Konsep Pasca Revolusi Perancis Terhadap Hukum Internasional”, Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, Vol. 2, No. 2, 2020, hlm. 9

Hasan, & Mahyudi. "Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam


Smith" . Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam . Vol. 4. No. 1. 2020.
hlm.26.

Kania, D. D. Konsep Nilai dalam Peradaban Barat. Jurnal TSAQAFAH. Vol. 9. No. 2.
2013. hlm. 255.

Maiwan , M. (n.d.). Teori-Teori Ekonomi Politik Internasional dalam Perbincangan:


Aliran dan Pandangan .

Risti, A., & Dewanti , A. (n.d.). Analisis Lahirnya Paham Liberalisme di Perancis .
2014.

Sumardi. Sejarah Eropa (Dari Eropa Kuno Hingga Modern). 2019.


Internet
Andrealistlantik. Perkembangan Liberalisme dan Kapitalisme Eropa. 2012.
https://id.scribd.com/embeds/148695874/content?start_page=1&view_mode=scroll
&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf diakses pada 30 November 2021

Anonim. (n.d.). Liberalisme adalah. dosenpendidikan.com. 2021. diakses pada 30


November 2021. https://www.dosenpendidikan.co.id/liberalisme-adalah/

Risti, AA.. Annora. A., "Analisis Lahirnya Paham Liberalisme di Prancis".


https://id.scribd.com/document/405147334/ANALISIS-Lahirnya-fahaman-
liberalisme-DI-PERANCIS-docx, 1 Juni 2014, hlm. 3.

Rizky, Ardila. “Neoliberalisme sebagai Ideologi Baru Dibawah Pengaruh


Liberalisme” [online], https://www.researchgate.net/profile/Ardila-
Rizky/publication/354322532_Neoliberalisme_sebagai_Ideologi_Baru_Dibawah_Pe
ngaruh_Liberalisme/links/6130f06438818c2eaf7a3051/Neoliberalisme-sebagai-
Ideologi-Baru-Dibawah-Pengaruh-Liberalisme.pdf, diunduh pada 01 Desember 2021

Liteloni, K. Apa Itu Liberalisme ? . medium.com. 2019. diakses pada 30 November


2021. https://medium.com/hipotesa-indonesia/apa-itu-liberalisme-
47e88b884a67

Anda mungkin juga menyukai