Anda di halaman 1dari 34

PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEKARNO

KELOMPOK 1

Dosen Pengampu:

Dra. Latifatul Izzah, M. Hum

Disusun oleh:

1.Ajeng Nur Hidayanti (200110301008)

2.Alyana Ulfa Rahmawati (200110301015)

3.Anisa Yuniar Azahro (200110301010)

4.Irawati Fatikasari (200110301012)

5.Mega putri Aulia (200110301006)

6.Salman Bahreisy (200110301007)

7.Silvia Dian Anggraini (200110301004)

PENGANTAR SEJARAH INDONESIA KELAS A

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan materi pembelajaran perkuliahan ini.

Kami sangat berharap materi ini dapat berguna dan bermanfaat. Kami menyadari bahwa
dalam materi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kamiharapkan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada IBU
Dra.Latifatul Izzah,M.hum . yang telah membimbing kami dalam pambelajaran
perkuliahan.

Bantuan baik moral maupun materi tersebut sangat bermanfaat hingga kami dapat
menyelesaikan materi ini.

Semoga dengan adanya materi ini, bisa menarik para minat para mahasiswa dalam
mempelajari Sejarah Pemerintahan Presiden Soekarno sebagai Presiden pertama Bangsa
Indonesia.

Jember, 12 November 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii
1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................................iv
1.2. PERMASALAHAN.............................................................................................................v
1.3. TUJUAN..........................................................................................................................vi
1.4. MANFAAT.......................................................................................................................vi
BAB 2..............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.................................................................................................................................7
2.1. AWAL KEMERDEKAAN.....................................................................................................7
2.1.1. Kondisi Ekonomi Indonesia Pada Awal Kemerdekaan.............................................7
2.1.2. Keadaan Sosial dan Budaya...................................................................................11
2.1.3. Keadaan Politik.......................................................................................................11

2.2. DEMOKRASI LIBERAL.....................................................................................................11


2.2.1. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal...................................................12
2.2.2. Perkembangan di Bidang Ekonomi........................................................................17
2.2.3. Akhir Demokrasi Liberal........................................................................................18
2.3. DEMOKRASI TERPIMPIN ( 5 Juli 1959 – 11 Maret 1966 )...............................................19
2.3.1. Awal Mula Berdirinya Demokrasi Terpimpin.........................................................19
2.3.2. Perkembangan Pemerintahan Pada Masa Demokrasi Terpimpin.........................21
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan dalam Demokrasi Terpimpin......................................23
2.3.4. Penyebab Bubarnya Demokrasi Terpimpin...........................................................25
2.4. PENYEBAB JATUHNYA PRESIDEN SOEKARNO...............................................................27
BAB 3............................................................................................................................................29
PENUTUP......................................................................................................................................29
3.1. KESIMPULAN.................................................................................................................29
3.2. SARAN...........................................................................................................................29
DAFTAR REFERENSI.......................................................................................................................30

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Siapa yang tidak mengenal Soekarno? Presiden pertama Republik Indonesia,
Proklamator Indonesia, Paradox Revolusi Indonesia, Penyambung Lidah Rakyat, serta
Bapak Bangsa yang dikenal sebagai pejuang merdeka sejak zaman penjajahan Belanda
dan Jepang. Ia adalah seorang pecinta dan pengagum, ia mencintai negerinya, rakyatnya,
wanitanya, serta mencintai seni lebih dari mencintai dirinya sendiri. Ia seorang
pengagum yang jiwanya akan bergetar saat menyaksikan matahari terbenam, ia juga
menangis dikala menyanyikan lagu spiritual orang negro. Mungkin kita tidak sempat
mengenalnya secara langsung, namun kita bisa mengenal dan mempelajari tentang
beliau melalui buku-buku sejarah, politik, biografi, majalah, atau media yang lain yang
pernah menjelaskan beliau.
Meski raganya sudah terkubur 40 tahun lalu, wajah serta namanya tidak pernah
terkubur. Kampanye puluhan tahun pada masa Orde Baru untuk membenamkan
namanya, justru malah memperkuat ingatan seseorang akan kebesaran dan
keberadaanya. Soekarno selalu menjadi ikon Revolusi Nasional Indonesia yang paling
menonjol bahkan hingga saat ini. Diberbagai tempat, khususnya tempat peninggalan
sejarah, foto-foto dirinya, serta kendati Dalam kertas yang sudah menguning dibalik
kaca pigura buram, tidak pernah diturunkan dari dinding meski pemerintahan telah
berganti-ganti.
Setelah tragedi berdarah pada tahun 1965, yang dosanya dibebankan kepada beliau,
ia berhasil memperoleh kehormatan kembali secara proposional. Soekarna memang
lebih berjasa dari siapapun dalam menyatukan bangsa Indonesia dan menumbuhkan
kesadaran bersama meraih kemerdekaan, melalui orasi-orasinya yang berani dan
bergemuruh. Tidak hanya itu, ia juga berhasil mengguncang dunia, dari lembah Sungai
Nil hingga semenanjung Balkan, dari Aljazair hingga India, namanya dikenal sebagai
juru bicara Asia-Afrika yang paling lantang dalam melawan “imperialiesme dan
kolonialisme Barat”
Sebagai sosok yang menjadi ikon serta memiliki label penggerak massa, soekarno
memilki peranan penting dengan pola piker dan gaya bicaranya di depan podium pada
saat berpidato. Soekarno merupakan singa podium yang berjuluk “penyambung lidah
rakyat”. Ia yang memainkan peran dalam penyampaian aspirasi persatuan dan kesatuan
demi tercapainya Indonesia merdeka.

1.2. PERMASALAHAN

1. Bagaimana kondisi pada awal kemerdekaan Indonesia?


2. Berikan penjelasan mengenai demokrasi liberal pada masa pemerintahan
Soekarno!

iv
3. Berikan penjelasan mengenai demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan
Soekarno!
4. Jelaskan mengenai jatuhnya pemerintahan Soekarno!

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui kondisi awal kemerdekaan Indonesia


2. Untuk mengetahui mengenai demokrasi liberal pada masa pemerintahan Soekarno
3. Untuk mengetahui mengenai demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan
Soekarno
4. Untuk mengetahui jatuhnya pemerintahan Soekarno

1.4. MANFAAT

1. Memberikan pemahaman mengenai kondisi awal kemerdekaan Indonesia


2. Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai demokrasi liberal pada masa
pemerintahan Soekarno
3. Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai demokrasi terpimpin pada masa
pemerintahan Soekarno
4. Memberikan pemahaman mengenai bagaimana jatuhnya pemerintahan Soekarno

v
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. 1AWAL KEMERDEKAAN


Pada tanggal 17 Agustus 1945 memang negara Indonesia telah
mengumandangkan proklamasi sebagai tanda bahwa Indonesia telah merdeka. Namun,
rupanya menjadi negara yang baru membuat Indonesia mempunyai tantangan yang
sangat sulit. Baik dari aspek perekonomian, stabilitas politik dalam negeri serta ancaman
dari pihak Belanda yang tidak rela jika Indonesia menjadi sebuah negara yang merdeka.
Berikut ini penjelasan mengenai kondisi ekonomi,sosial budaya,dan politik di Indonesia
pada awal kemerdekaan:

2.1.1. Kondisi Ekonomi Indonesia Pada Awal Kemerdekaan.


Menjadi suatu negara baru dari peralihan kekuasaan Jepang menimbulkan negara
Indonesia ini terpuruk dalam hal perekonomian.. Semua itu terjadi karena pada masa
kekuasaan pemerintahan Jepang sistem ekonomi hanya dipusatkan pada kepentingan
perang saja. Tidak hanya itu keadaan ekonomi juga dipengaruhi dengan kedatangan
sekutu yang bekerja sama dengan pihak Belanda dalam upaya menguasai negara
Indonesia. Adapun faktor penyebab perekonomian di Indonesia sangat kacau diantaranya
sebagai berikut:

A. Infilasi yang sangat tinggi

Inflasi ini terjadi dikarenakan peredaran mata uang Jepang yang tidak terkontrol.
Diperkirakan uang tersebut beredar sebanyak 4 milyar di daerah Jawa. Kemudian para
sekutu berhasil masuk di Indonesia, dan menduduki beberapa kota besar, serta menguasai
beberapa bank - bank yang ada di Indonesia. Sehingga sekutu memanfaatkan kekuasaan
bank tersebut untuk mengeluarkan uang cadangannya sebagai keperluan operasi pihaknya
sendiri .Akibatnya pemerintahan Indonesia yang baru saja menjadi sebuah negara
merdeka tidak bisa menghentikan peredaran uang tersebut karena pada saat itu memang
negara Indonesia tidak mempunyai pengganti mata uang Jepang.Oleh karena itu,
Indonesia langsung menetapkan tiga mata uang diantaranya mata uang De Javasce Bank,

1
Kahin, George McTurnan. 1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Surakarta: UNS Press.
6
mata uang Hindia Belanda, dan mata uang pemerintahan Jepang.Tidak hanya itu
kekacauan ekonomi terjadi kembali ketika kebijakan pemberlakuan uang NICA yang
diumumkan Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) pada tanggal 6
Maret 1946 berlaku diseluruh wilayah Indonesia.Adanya kebijakan tersebut diprotes
keras oleh Pemerintah Indonesia karena telah melanggar persetujuan dengan
mengeluarkan mata uang baru tanpa perizinan politik terlebih dahulu. Namun, protes
tersebut diabaikan oleh pihak AFNEI dan pihak tersebut masih tetap menggunakan mata
uang NICA untuk membiayai operasi militernya sendiri serta merusak perekonomian
nasional. Hal itu menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan Indonesia dalam mengatasi hal ekonomi nasional tersebut. Untuk itu
akhirnya pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan jika mata uang NICA tidak boleh
dijadikan sebagai latar tukar negara dengan memberlakukan mata uang ORI( Oeang
Republik Indonesia) sebagai alat tukar yang baru dan sah di negara Indonesia pada
tanggal 26 Oktober 1946 selain mata uang ORI tersebut tidak berlaku lagi di Indonesia
sebagai alat tukar wilayah Indonesia. Jadi, ORI untuk mata uang RI sedangkan NICA
untuk AFNEI . pada tanggal 1 november 1946 untuk untuk mengatur nilai tukar mata
uang ORI dengan Valas yang masih ada di Indonesia. Pemerintah mengubah nama bank-
bank peninggalan penjajah dan sekutu agar bisa berfungsi sebagai bank umum di
Indonesia yang ditujukan untuk mempermudah dalam proses lalu lintas pembayaran di
negara Indonesia ini.

2
B. Blokade ekonomi oleh pihak Belanda (NICA)

Blokade ini dimulai pihak Belanda pada bulan september 1945 melalui jalur laut
dengan menutup akses keluar masuknya perdagangan yang ada di Indonesia. Karena
blokade ini Rakyat indonesia kesulitan dalam mengekspor barang ke luar negara dan
rakyat merugi akibat banyaknya barang ekspor yang hangus sia - sia serta kurangnya
barang impor yang dibutuhkan. Tujuan pihak Belanda melakukan blokade ini karena
tidak rela jika negara Indonesia menjadi negara merdeka dengan melakukan segala upaya
agar Indonesia menjadi negara tertinggal dan sengsara dibandingkan negara lainnya.

Adapun upaya pemerintah dalam menangani masalah tersebut diantaranya:

a. Melakukan Diplomasi beras ke India

2
https://24bit.wordpress.com/2010/04/23/kehidupan-sosial-budaya-pada-awal-kemerdekaan-indonesia
7
Dalam hal ini pemerintah Indonesia mengirimkan beras sebanyak 500.000 ton
untuk membantu meringankan negara India yang saat itu sedang tertimpa kelaparan
dengan memberi harga yang relatif rendah.Kerja sama ini sangat menguntungkan
Indonesia selain mendapatkan pakaian dari India Indonesia juga mendapat dukungan
aktif dari negara India secara diplomatik atas perjuangan bangsa Indonesia di forum
Internasional.

b. Berhubungan langsung dengan pihak luar negeri.

Saat itu Indonesia mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta


Amerika tujuannya untuk membuka jalur diplomatis keberbagai negara. Usaha ini dirintis
oleh BTC yaitu badan perdagangan semi pemerintahan yang membantu usaha ekonomi
pemerintah lain. Pada awal kerja sama transaksi ini Amerika bersedia membeli barang
ekspor dari Indonesia. Namun, transaksi selanjutnya kapal Amerika Serikat yang
membawa barang ekspor dari Indonesia diketahui oleh pihak Belanda sehingga seluruh
barang-barang tersebut disita dan dimasukkan dalam kapal Angkatan Laut. Karena hal
itu, Indonesia membuat strategi baru agar dapat menembus blokade Belanda melalui
wilayah perairan Sumatera yang sangat luas itu.Dengan adanya dukungan dari Angkatan
Laut Indonesia dan pemerintahan penghasil barang-barang ekspor, Indonesia berhasil
menembus blokade Belanda tersebut lalu mengirimkan karet sebanyak hampir mencapai
puluhan ribu ton dari Sumatera keluar negara salah satunya negara Singapura. Dari
transaksi tersebut Indonesia memperoleh obat-obatan, senjata dan barang yang
dibutuhkan lainnya.

Pada tahun 1947,pemerintah Indonesia membentuk perwakilan resmi di Singapura


yaitu Indoff (Indonesian Office) suatu badan yang bertugas memperjuangkan kepentingan
politik diluar negeri secara rahasia untuk menembus blokade ekonomi Belanda melalui
jalur perdagangan secara barter. Upaya ini dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
warga Indonesia.

C.3 Terjadinya Kekosongan Kas Negara

Kekosongan kas Negara Indonesia ini dikarenakan pengeluaran yang terus


bertambah oleh pajak dan biaya lainnya tidak sebanding dengan besarnya pertambahan
yang diperoleh negara dari hasil pertanian yang dihasilkan.
3
Nasution.A.H. 1993. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 2: diplomasi atau bertempur. Bandung: penerbit
angkasa Bandung.
8
D. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Buruknya Kondisi Ekonomi
Indonesia Awal Kemerdekaan

Pemerintah mulai menangani masalah Ekonomi ini sejak tahun 1946 dengan
melakukan berbagai upaya diantaranya :

a. Membentuk Konferensi Ekonomi

Konferensi ini dibentuk pemerintah untuk memperoleh kesepakatan dalam


menanggulangi masalah ekonomi yang mendesak.

b. Pinjaman Nasional

Pinjaman Nasional ini didukung oleh Bank Tabungan Pos dengan maksud selain untuk
menyalurkan pinjaman secara nasional juga meningkatkan kepercayaan warga negara
Indonesia terhadap pemerintah.

c. Membentuk Badan Perancang Ekonomi

Badan ini merupakan badan yang bersifat tetap yang dibuat untuk membentuk suatu
rencana mengenai pembangunan ekonomi dalam jangka waktu 2 sampai 3 tahun dengan
melalui kesepakatan Rencana Pembangunan 10 tahun.

d. Program Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera)

Program ini dibentuk untuk mengurangi beban negara Indonesia pada aspek bidang
ekonomi.

e. Program Rencana Kasimo

Program ini merupakan suatu rencana tiga tahun lamanya yang berfungsi untuk
meningkatkan kehidupan warga negara Indonesia melalui bahan pangan yang ada dengan
upaya menanami lahan kosong di Indonesia.

f. Persatuan Negara Ekonomi

Menumbuhkan partisipasi dari para pengusaha swasta dalam memperkuat persatuan serta
pengembangan dari ekonomi nasional.

g. Menetapkan Oeang Republik Indonesia (ORI)

9
Ketetapan mata uang ini berfungsi sebagai mata uang yang sah dan bersifat global untuk
seluruh warga di wilayah Indonesia.

2.1.2. Keadaan Sosial dan Budaya.


Sejak Proklamasi dikumandangkan saat itulah semua susunan dan tatanan pemerintahan
berubah menjadi sesuatu hal yang baru seperti halnya Bangsa Indonesia yang baru saja
terlepas dari penjajah. Sebelum Indonesia merdeka telah terjadi diskriminasi rasial di
Indonesia dengan membedakan serta membagi masyarakat dalam kelompok-kelompok
tertentu sehingga terkesan tidak adil dalam lapisan masyarakat. Namun setelah Indonesia
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 diskriminasi sosial tersebut dihapus karena tidak
sesuai dengan tujuan utama bangsa yaitu mensetarakan semua lapisan sesuai dengan hak
dan kewajibannya masing-masing dalam segala bidang yang ada.

Setelah hal tersebut pemerintah mempunyai rencana dalam mencerdaskan kehidupan


bangsa warga negara Indonesia. Rencana ini sangat penting sebagai awal dari
pembangunan negara dengan pendidikan yang pada saat itu dipelopori oleh menteri
pendidikan Indonesia pasca merdeka yaitu Ki Hajar Dewantara. Adapun dengan adanya
rencana pendidikan ini menegakkan bahwa seluruh warga negara Indonesia untuk
mengibarkan bendera merah putih disetiap gedung, mewajibkan menyanyikan Indonesia
raya ketika upacara, memberi semangat kepada generasi penerus bangsa, serta melarang
keras warga negara untuk menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, mengibarkan bendera
Jepang, dan mempelajari pelajaran bahasa jepang. Pemerintah mengupayakan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendirikan sekolah pendidikan dari tingkatan
terendah sampai universitas tinggi.

Kemunculan sekutu setelah kemerdekaan menjadi sebuah tantangan besar dalam


kehidupan negara. Dari tantangan tersebut banyak terjadi
pengorbanan,perlawanan,peperangan dan kesedihan antar warga dan pemerintah . Namun
dengan tantangan dan ancaman tersebut membuat bangsa Indonesia bersatu dalam
melawan sekutu untuk mempertahankan negara Indonesia ini dari pihak luar yang ingin
menjajah serta merebut kembali negara Indonesia ini. Dengan adanya budaya persatuan
yang melekat pada kepribadian setiap WNI menjadikan negara Indonesia lebih kuat dan
kokoh dalam menyongsong revolusi negara. Adanya pendapat dari pihak sekutu bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari perwakilan sekelompok partisipan tanpa keikutsertaan

10
dukungan dari rakyat.Menimbulkan gagasan baru revolusi sosialis yang bersifat
demokratis, anti bangsawan dan fasis sulit dikembangkan di negara Indonesia ini.

Selain itu, penggunaan bahasa nasional bangsa yaitu bahasa Indonesia terus dikobarkan
dari beberapa bidang dan kemunculan orang baru dalam menciptakan perkembangan
negara Indonesia.Bidang tersebut diantaranya ada bidang sastra, seni lukis, seni drama
dan film, media komunikasi dan bidang musik. Semua bidang tersebut dibuat dengan
tujuan dapat menanamkan semangat bangsa serta menghilangkan rasa kurang percaya diri
terhadap bangsa Indonesia yang baru merdeka.

2.1.3. Keadaan Politik.

Keadaan Politik pada awal kemerdekaan dimulai dengan adanya rapat PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945. Dari rapat tersebut menghasilkan beberapa kebijakan diantaranya :

1. Terpilihnya Presiden RI Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta dalam
menjalankan, mengembangkan serta memimpin stabilitas pemerintahan yang ada
di Indonesia.
2. Pengesahan UUD 1945 (yang merupakan bagian dari ideologi bangsa dalam
menjalankan serta mengatur pemerintahan dan para warganya) . Dalam
pengesahan ini Ir. Soekarno menunjuk anggota panitia sembilan dengan
memberikan tugas terhadap masing-masing anggota dalam menyiapkan
perubahan serta pengembangan negara Indonesia ini kedepannya. Tugas tersebut
antara lain:Pembagian wilayah Indonesia dalam beberapa bagian,dan membuat
departemen bagi pemerintahan Republik Indonesia.

Pada tanggal 22 agustus PPKI kembali mengadakan rapat kemudian menghasilkan


jika telah terbentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat di Jakarta serta terbentuknya
Partai Nasional dan Badan Keamanan Rakyat. Kemudian pada tanggal 26 Agustus
1945 anggota KNIP diresmikan. Tanggal 16 Oktober1945 diadakan rapat KNIP
kemudian melahirkan Maklumat Wakil Presiden No X yang berisi bahwa anggota
KNIP sebelum berbentuk MPR dan DPR menjadi sebuah kekuasaan legislatif dan
dalam menetapkan garis-garis besar haluan negara, serta menyetujui pekerjaan
anggota KNIP berhubungan dengan gentingnya keadaan yang dijalankan oleh Badan
Pekerja yang dipilih dan bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat. Pada
tanggal 2 September 1945 presiden soekarno membentuk kabinet pertamanya

11
kemudian sehari setelahnya tanggal 3 September 1945 lahirlah Maklumat baru yang
berisi tentang berdirinya partai-partai politik di Indonesia.

2.2. DEMOKRASI LIBERAL

Demokrasi Liberal adalah sistem politik dengan perlindungan hak individu dari
kekuasan pemerintah secara konstitusional. Robert Dahl menyatakan bahwa terdapat dua
hal penting dalam demokrasi yaitu kontestasi dan partisipasi. Kontestasi (perdebatan,
penyanggahan) dapat terwujud dengan kebebasan pers yang memicu perbedaan
pandangan politik yang terakomodir. Konsep partisipasi yang dimaksud Dahl dapat
diwujudkan dengan adanya pemilu.
Pelaksanaan Demokrasi Liberal di Indonesia dijalankan sesuai Undang-Undang
Dasar Sementara 1950. Sistem pemerintahan pada masa ini adalah parlementer. Selama
kurang lebih 9 tahun dari 17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959, muncul partai-partai
politik yang mencoba memperoleh kekuasaan eksekutif maupun legislatif. Kebebasan
pers memicu setiap individu bersaing ketat dan menyebabkan 7 kali pergantian kabinet.
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh ketujuh kabinet tersebut, yaitu
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, menjaga keamanan dan ketertiban
rakyat, mempersiapkan dan menyelenggarakan Pemilu, memperjuangkan Irian Barat
dan melaksanakan politik luar negeri bebas aktif. Selain itu pembentukan konstituante
juga terjadi di masa Demokrasi Liberal.

2.2.1. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal


Periode 1950-1959 merupakan masa berkiprahnya partai-partai politik yang
menyebabkan partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. Terdapat dua
partai terkuat masa itu (PNI dan Masyumi) dan silih berganti memimpin kabinet.
Keadaan ini menimbulkan ketidakstabilan bidang ekonomi, politik, sosial, dan
keamanan.

A. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)

Kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Natsir dan didukung
oleh Partai Masyumi. Awalnya kabinet Natsir merupakan koalisi, namun PNI
12
menganggap tidak diberikan jabatan dan kedudukan yang sesuai. Program Kabinet
Natsir adalah; (1) penyelesaian masalah Irian Barat dan pemulihan keamanan serta
ketertiban, (2) pengadaan Pemilihan untuk pemilihan Konstituante, (3) penyempurnaan
pemerintahan dan militer, (4) peningkatan pada perekonomian, kesehatan, dan
kesejahteraan rakyat.
Kabinet natsir mengalami kegagalan yang diawali dengan permasalahan Irian
Barat yang tak kunjung usai dengan Belanda enggan menyerahkan Irian Barat. Hal
tersebut memicu kemunculan mosi tidak percaya dari Hadikusumo dengan anggapan
bahwa pembentukan DPRD (Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1950) menguntungkan
Partai Masyumi saja. PNI menuntut pemilihan anggota perwakilan daerah untuk lebih
demokratis. Mosi ini diterima oleh parlemen yang mengakibatkan kerenggangan
hubungan parlemen dan kabinet. Apalagi terjadi pemberontakan hampir di seluruh
wilayah Indonesia. Masalah dalam keamanan negeri, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan
APRA, Gerakan Andi Azis serta Gerakan RMS. Akhirnya, masa yang belum genap satu
tahun itu berakhir dengan Natsir mengembalikan mandat pada Presiden Soekarno (21
Maret 1951).

B. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)


Kabinet Sukiman merupakan koalisi Partai Masyumi dengan PNI di bawah
Dr. Sukiman Wirjosandjojo (Masyumi) dan Suwirjo (PNI). Program kabinet Sukiman
antara lain : (1) bidang sosial ekonomi mengusahakan kemakmuran bagi rakyat
dengan cepat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai kepentingan petani,
mempercepat persiapan Pemilu, (2) bidang keamanan menjalankan tindakan tegas
sebagai negara hukum untuk jaminan keamanan dan ketenteraman masyarakat, (3)
menjalankan politik bebas aktif serta penambahan Irian Barat ke wilayah Republik
Indonesia.
Akan tetapi, kabinet Sukiman hanya bertahan selama 10 bulan (mulai April 1952 hingga
Juni 1953) dan mendapat pertentangan karena dianggap melanggar politik bebas aktif
dan lebih condong kepada Amerika Serikat. Indonesia menandatangani persetujuan
bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat yang sering disebut Mutual
Security Act (MSA). Selain itu, penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman disebabkan oleh
lambannya penanganan pemberontakan di daerah-daerah seperti pemberontakan Kahar
Muzakkar di Sulawesi.

13
C. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
Wilopo adalah salah satu tokoh PNI yang mendapat dukungan dari PNI,
Masyumi, dan PSI. Program kerja yang ditawarkan dalam kabinet ini adalah, (1)
menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota Dewan Konstituante, DPR dan
DPRD, (2) meningkatkan kemakmuran rakyat, (3) membebaskan Irian Barat, (4)
menjalankan politik luar negeri bebas aktif. Kabinet ini disebut zeken kabinet yang
terdiri atas ahli pakar di masing-masing bidang. Namun hal tersebut tidak mencegah
beberapa masalah muncul menguji Kabinet Wilopo.
Masalah yang cukup berat adalah masalah Angkatan Darat (Peristiwa 17
Oktober 1952). Penyebab peristiwa tersebut terkait dengan masalah ekonomi,
reorganisasi tentara dan campur tangan parlemen atas militer. Saat itu, perekonomian
dunia kurang menguntungkan negara. Namun militer Indonesia harus profesional meski
keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan. Maka dari itu, anggota militer yang
tidak memenuhi syarat perlu dikembalikan kepada masyarakat. Tentu saja memicu
protes di kalangan militer. Kolonel Bambang Sugeng menghadap presiden dan
mengajukan petisi mengenai penggantian KSAD Kolonel A.H. Nasution. Masyarakat
menganggap parlemen terlalu ikut campur dalam militer. Pada 17 Oktober 1952,
demonstrasi rakyat muncul terhadap presiden. Tuntutan rakyat kepada presiden yaitu
pembubaran parlemen serta permintaan untuk presiden agar memimpin langsung
pemerintahan sampai diadakan pemilu. Namun presiden melontarkan penolakan untuk
menghindari anggapan diktator.
Sekretaris Jenderal Ali Budihardjo (Menteri Pertahanan) beserta perwira-perwira
yang merasa bertanggung jawab atas Peristiwa 17 Oktober 1952 seperti KSAD A.H.
Nasution dan KSAP T.B. Simatupang menyerahkan pengunduran diri. Kedudukan
Nasution digantikan oleh Bambang Sugeng. Meskipun Kabinet Wilopo tidak jatuh
karena peristiwa ini, telah muncul keraguan dalam hati masyarakat.
Muncul masalah lain yakni masalah di Tanjung Morawa, Sumatera Timur.
Perkebunan asing di Tanjung Morawa seperti kelapa sawit, tembakau, dan teh dituntut
oleh pengusaha asing atas pengembalian lahan perkebunan mereka, padahal perkebunan
itu telah digarap oleh rakyat sejak zaman pendudukan Jepang. Namun pemerintah
menyetujui tuntutan tersebut dengan alasan meningkatkan devisa dan diharapkan
menarik modal asing lainnya masuk ke negara. Tentu saja rakyat enggan meninggalkan
tanah-tanah yang telah digarapnya sejak dulu. Maka pada 16 Maret 1953 terjadilah
pentraktoran tanah tersebut. Hal ini menimbulkan protes dari rakyat. Namun protes
14
rakyat dibalas dengan tembakan polisi, sehingga muncul korban di kalangan rakyat.
Kemudian mosi tidak percaya muncul di parlemen. Akibatnya Kabinet Wilopo
mengundurkan diri jabatannya pada 2 Juni 1953.

D. Kabinet Ali Sastroamidjojo 1 (31 Juli 1953 - 12 Agustus


1955)
Kabinet Ali mendapat dukungan dari PNI dan NU dengan Masyumi sebagai
oposisi. Kabinet Ali mempunyai empat program :

1. Peningkatkan keamanan dan kemakmuran serta mempercepat pengadaan


pemilihan urnum.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas aktif dan peninjauan kembali perjanjian KMB.
4. Penyelesaian pertikaian politik dalam negeri.
Kabinet Ali mendapatkan kesulitan dari Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)
yang dipimpin Daud Beureueh. Dia mengajukan tuntutan agar Aceh sebagai provinsi
dan meminta perhatian penuh atas pembangunan daerah. Daud Beureueh
menganggap tuntutan itu diabaikan, sehingga ia menyatakan Aceh adalah bagian dari
Negara Islam Indonesia buatan Kartosuwiryo.
Selain masalah tersebut, Bambang Sugeng yang menggantikan Nasution sebagai
KSAD merasa tugasnya sangat berat. Maka dari itu, ia memohon untuk berhenti dari
jabatan dan dikabulkan oleh pemerintah. Setelah itu, Bambang Utoyo ditunjuk
sebagai KSAD baru. Namun masih ada pertentangan dan memicu pemboikotan
pelantikan Bambang Utoyo. Akhirnya pada 24 Juli 1955, Ali Sastroamidjojo
mengembalikan mandatnya kepada wakil presiden (presiden saat itu tengah
menunaikan ibadah haji). Namun di balik kegagalan tersebut, kabinet Ali masih
memiliki kesuksesan, di antaranya persiapan pemilihan umum dan penyelenggaraan
Konferensi Asia Afrika.

E. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3


Maret 1956)
Burhanuddin Harahap merupakan bagian dari Masyumi, sedangkan PNI

15
membentuk oposisi. Hasil yang menonjol dari kabinet ini adalah penyelenggaraan
pemilihan umum untuk kali pertama bagi bangsa Indonesia yang dilaksanakan pada 29
September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih anggota
konstituante). Nasution juga dikembalikan posisinya sebagai KSAD dan mampu
menyelesaikan masalah kabinet sebelumnya. Prestasi lainnya yang dicapai adalah
pembubaran Uni Indonesia - Belanda.

Namun, ternyata hasil pemilu tidak memuaskan, terutama bagi dua partai besar
yaitu Masyumi dan PNI. Keduanya menginginkan dukungan yang mutlak dari
masyarakat. Ketidakpuasan tersebut mengakibatkan banyak partai yang menarik menteri
- menterinya untuk keluar dari kabinet Burhanuddin Harahap. Akhirnya pada 1956,
Burhanudin Harahap mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.

F. Kabinet Ali Sastroamidjojo 2 (20 Maret 1956 - 14 Maret


1957)
Ali Sastroamidjojo kembali diserahi mandat untuk membentuk kabinet (PNI-
Masyumi-NU) pada 20 Maret 1956. Rancangan kabinet Ali Sastroamidjojo 2 sebagai
berikut:

1. Pembatalan persetujuan KMB.


2. Pengembalian Irian Barat ke wilayah Republik Indonesia.
3. Pembangunan pertanian, ekonomi, industri, keuangan, perhubungan, dan
pendidikan.
4. Pemulihan keamanan dan ketertiban Negara.

Pelaksanaan keputusan Konferensi Asia-Afrika.


Kabinet Ali Sastroamidjojo membatalkan seluruh Perjanjian KMB pada 3 Mei
1956. Perbaikan masalah ekonomi mengalami kesulitan, ditambah dengan gerakan
separatisme di berbagai daerah yang dikenal dengan PRRI/Permesta. Kelompok tersebut
memiliki anggapan bahwa pemerintah pusat mengabaikan pembangunan daerah.
Mereka menuntut diadakan pergantian kabinet.

Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamidjojo menyerahkan jabatan perdana

16
menteri sesuai dengan tuntutan daerah. Sedangkan Ali Sastroamidjojo berpendapat
bahwa kabinet tidak perlu menyerahkan mandat. Terjadilah perpecahan koalisi
Masyumi dan PNI. Akhirnya pada Januari 1957, Masyumi menarik menteri-menterinya
dari kabinet. Sehingga pada 14 Maret 1957, Ali Sastroamidjojo akhirnya menyerahkan
jabatannya sebagai perdana menteri. Akhirnya atas dasar keadaan bahaya (14 Maret
1957) karena gerakan separatisme dan konflik dalam konstituante, presiden menunjuk
dirinya sendiri menjadi pembentuk kabinet. Presiden berhasil membentuk kabinet baru
yang disebut Kabinet Karya dan menunjuk Ir. Djuanda sebagai perdana menteri.

G. Kabinet Karya (9 April 1957 – 10 Juli 1959)


Kabinet Karya merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang tidak berdasarkan
atas dukungan dari parlemen tetapi lebih berdasarkan keahlian. Tugas dari kabinet ini
sangat berat terutama mengembalikan Irian Barat ke wilayah Indonesia, menghadapi
pergolakan di berbagai daerah, dan menghadapi permasalahan ekonomi serta keuangan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Kabinet Karya menyusun 5 pasal yang disebut
Pancakarya. Program-program dari kabinet ini di antaranya sebagai berikut.
A. Membentuk Dewan Nasional.

B. Normalisasi keadaan republik.

C. Melancarkan pelaksanaan pembatalan persetujuan KMB.

D. Memperjuangkan Irian Barat.

E. Mempercepat proses pembangunan.


Dewan Nasional merupakan suatu badan yang bertujuan menampung dan
menyalurkan aspirasi dari kekuatan nonpartai di masyarakat. Walaupun dewan ini telah
terbentuk, namun kesulitan-kesulitan masih muncul. Pergolakan daerah juga masih
berlangsung dan mengganggu stabilitas nasional.

Dalam upaya menghadapi pergolakan daerah, pemerintah menyelenggarakan


Musyawarah Nasional (Munas) pada tanggal 14 September 1957. Pada saat itu dibahas
masalah pembangunan nasional dan daerah, pembagian wilayah Indonesia dan

17
pembangunan angkatan perang. Sebagai upaya mewujudkan keputusan Munas, maka
pada bulan Desember 1957 diselenggarakan Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Pada Munap, disusun rancangan pembangunan yang mampu memenuhi
harapan masing-masing daerah. Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah
pembangunan belum dapat direalisasikan, karena muncul berbagai peristiwa nasional
yang lebih mendesak yaitu peristiwa percobaan pembunuhan atas diri Presiden
Soekarno pada 30 November 1957 (Peristiwa Cikini). Dugaan pelaku dibalik peristiwa
tersebut yakni pemuda pendukung Zulkifli Lubis.
Tidak hanya itu, muncul pula Gerakan Perjuangan Menyelamatkan Negara
Republik Indonesia pada 10 Februari 1958, yang diketuai oleh Ahmad Husein dengan
dukungan dari Lubis, Simbolon, Natsir dan Dahlan Jambek, Sumitro Djojohadikusumo.
Mereka juga mengirimkan ultimatum kepada pemerintah yang menuntut pembubaran
Kabinet Karya.
Kabinet Karya mencatat prestasi gemilang, yaitu keberhasilan mengatur kembali
batas perairan nasional Indonesia (Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957).
Deklarasi Djuanda mengatur tentang laut pedalaman dan laut teritorial. Dalam peraturan
lama disebutkan bahwa laut teritorial itu selebar 6 mil dari garis dasar sewaktu air surut.
Apabila hal itu diberlakukan, maka di wilayah Indonesia akan terdapat laut bebas seperti
Laut Jawa, Laut Flores dan laut lainnya. Melalui Deklarasi Djuanda tercipta kesatuan
daratan dan lautan wilayah Indonesia.

2.2.2. Perkembangan di Bidang Ekonomi

Perekonomian pada masa Demokrasi Liberal menggunakan prinsip laissez faire


yang berarti mekanisme pasar berdasarkan keadaan pasar tanpa campur tangan
pemerintah. Sistem liberal memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru
merdeka karena pengusaha pribumi belum mampu bersaing dengan pengusaha non
pribumi, terutama Cina.
Beberapa usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, diantaranya :

1. Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang atau yang disebut sanering (20
Maret 1950) untuk mengurangi jumlah uang yang beredar.

2. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan pengusaha pribumi

18
dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor
asing dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi agar mampu
bersaing dengan pengusaha asing. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha
pribumi yang konsumtif dan belum mampu bersaing dengan pengusaha asing.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951
(UU no.24 th 1951) yang berfungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

4. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yaitu kerjasama


pengusaha cina dengan pengusaha pribumi. Pengusaha cina diwajibkan
memberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan berbisnis pengusaha
pribumi sedangkan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi kepada pengusaha
pengusaha cina. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha
pribumi belum berpengalaman dan hanya dijadikan alat untuk mendapatkan
bantuan kredit dari pemerintah.
5. Pembatalan sepihak atas hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran
Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaan miliknya namun, pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan tersebut.

2.2.3. Akhir Demokrasi Liberal

Berakhirnya demokrasi Liberal ditandai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden


5 Juli 1959. Tindakan tersebut didukung militer karena mereka telah disibukkan dengan
sejumlah pemberontakan. Dekrit presiden 5 Juli dikeluarkan dengan berbagai
pertimbangan diantaranya:

1. Anjuran kembali ke UUD 1945 tidak memperoleh keputusan dari Konstituante

2. Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan tugasnya karena sebagian besar


anggotanya enggan menghadiri sidang.

3. Konflik dalam Konstituante membahayakan persatuan, keselamatan, dan


pembangunan negara.

19
Sedangkan isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah:

1. Konstituante dibubarkan
2. UUD 1945 berlaku kembali sebagai UUD Republik Indonesia
3. Membentuk MPRS dan DPAS dalam waktu singkat

2.3. DEMOKRASI TERPIMPIN ( 5 Juli 1959 – 11 Maret 1966 )

4
2.3.1. Awal Mula Berdirinya Demokrasi Terpimpin

Salah satu babak pada pemerintahan periode lama, atau yang biasa disebut dengan
orde lama yaitu masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Konsepsi Demokrasi
Terpimpin dari Presiden Soekarno yaitu ‘Demokrasi Terpimpin’. Sebagai pemilik ide dari
konsep demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno memiliki penafsiran tersendiri mengenai
demokrasi terpimpin yang akan dijalankan dalam pemerintahannya. Sehingga memiliki
perbedaan dengan makna dan dasar yang terletak pada kata ‘terpimpin’. Menurut
Presiden Soekarno, demokrasi terpimpin ditafsirkan dengan pengertian bahwa ‘pemimpin
terletak di tangan Pemimpin Besar Revolusi’. Yang dimaksudkan merujuk pada suatu
pemusatan kekuasaan yang dipegang oleh pemimpin itu sendiri, yaitu Presiden
Soekarno.

Demokrasi terpimpin itu sendiri lahir karena adanya kegagalan pada Kabinet
Djuanda. Yang mana mengakibatkan berbagai pertentangan politik dan ideologi dalam
suatu pemerintahan. Sehingga hal tersebut membuat suatu keadaan yang semakin rumit
karena disebabkan oleh tidak ditemukannya mayoritas suara dalam pemungutan suara.
Dewan Konstituante hasil pemilu pada tahun 1955, tidak berhasil dalam merumuskan
sebuah konstitusi yang tetap untuk mengganti UUD Sementara 1950 bagi Negara
Republik Indonesia. Sehingga memberikan dampak pada ketegangan politik dalam suatu

4
Wawan Tunggul Alam, _Demi Bangsaku, apertentangan Soekarno Vs Hatta,_ Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2003
hlmn. 155
20
konsituante yang mengakibatkan pembubaran dalam konsituante tersebut. Melihat situasi
seperti ini, Presiden Soekrano langsung bersikap tegas, beliau mengajukan gagasan pada
tanggal 21 Februari 1957, gagasan tersebut dikenal dengan Konsepsi Presiden, yang
berisi :

a) Sistem Pemerintahan yang berlangsung yaitu sistem pemerintahan demokrasi


liberal yang bermodel barat dianggap tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia, oleh karena itu sistem pemerintahan tersebut harus diganti dengan
sistem pemerintahan demokrasi terpimpin.

b) Dalam melaksanakan sistem pemerintahan demokrasi terpimpin harus


memerlukan kabinet yang baru dibentuk, kabinet tersebut dinamai deng an
Kabinet Gotong Royong. Yang memiliki anggota semua wakil partai termasuk
Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ditambah partai golongan fungsional
(Golongan Karya) yang berdasarkan perimbangan kekuatan dalam
masyarakat.

c) Membentuk Dewan Nasional yang beranggotakan semua wakil partai politik


serta golongan fungsional dalam masyarakat, yang mempunyai tugas sebagai
pemberi nasehat kepada kabinet.

Untuk melaksanakan konsepsi yang dicetuskan oleh Soekarno tersebut, Kabinet


Djuanda mengusulkan agar “kembali ke Undang-Undang Dasar 1945”. Dari pokok-
pokok pikiran yang dimuat dalam UUD 1945 tersebut, kembali diberlakukan dan
ditambah dengan beberapa poin-poin yang penting. Sehingga usulan dari kabinet djuanda
diterima oleh Presiden Soekarno, yang kemudian membicarakan masalah tersebut
bersama Mr. Moh Yamin, Mayjen Nasution, dan Dr. Lemeina. Usulan yang diberikan
kabinet djuanda juga disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), menteri kabinet,
dan partai-partai besar pada masa itu, seperti PNI (Partai Nasional Indonesia), NU
(Nahdatul Ulama), Masyumi, seerta partai-partai kecil lainnya.

Tetapi hal tersebut membuat suatu keadaan yang semakin rumit karena disebabkan oleh
tidak ditemukannya mayoritas suara dalam pemungutan suara, yang memberikan dampak
21
pada ketegangan politik dalam suatu konsituante yang mengakibatkan pembubaran dalam
konsituante tersebut. Tetapi, pembubaran pada konstituante ditakutkan akan berdampak
pada keadaan masyarakat. Karena semakin rumitnya berbagai macam persoalan yang
dihadapi bangsa Indonesia, maka dari itu, pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden dan ditandatangani hari itu juga. Di dalam Dekrit Presiden,
berisi :

a) Pembubaran pada Dewan Konstituante

b) Berlakunya kembali UUD 1945 dan membekukan berlakunya UUD


Sementara 1950

c) Segera membentuk MPRS dan DPAS

Adapaun, dasar hukum dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu Hukum
Darurat Negara, mengingat bahwa pada masa itu keadaan ketatanegaraan yang
membahayakan persatuan dan keselamatan bangsa. Berlakunya kembali UUD 1945
diterima baik oleh rakyat Indonesia. Tanggal 22 Juli 1959 secara aklamasi DPR
menyatakan dalam sidangnya bersedia bekerja keras atas dasar UUD 1945. Selain itu, ada
perubahan pada struktur Negara, juga berdampak pada perubahan dalam struktur
organisasi Kepolisian Negara. Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden ini, menjadi
sebuah langkah awal diterapkannya sistem pemerintahan demokrasi terpimpin dengan
sistem presidensiil.

5
2.3.2. Perkembangan Pemerintahan Pada Masa Demokrasi Terpimpin

Dalam menjalankan roda pemerintahan pada sistem demokrasi terpimpin, Presiden


Soekarno menjadikan sistem presidensiil sebagai alatnya. Secara teoritis maupun secara
praktis, demokrasi terpimpin menekankan untuk menjadikan Undang-Undang Dasar 1945
dan Pancasila sebagai landasan serta pedoman dalam menjalankan suatu roda dalam
5
Cipta Secretariat _Negara Republic Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka,_ Jakarta: Pt. Citra Lamtoro Gung
Persada, 1977, hlm. 43
22
pemerintahan. Karena dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila sudah ada gambaran
cita-cita yang ingin dicapai oleh sistem pemerintahan demokrasi terpimpin. Yang
dimaksudkan agar demokrasi dapat menjadi alat rakyat. Dalam sistem pemerintahan
demokrasi terpimpin, menitik beratkan kepada:

1) Tiap-tiap orang ataupun warga Negara Indonesia diwajibkan untuk berbakti dalam
kepentingan umum, masyarakat, nusa bangsa mapun Negara.

2) Tiap-tiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak


dalam masyarakat, bangsa dan Negara.

Selain itu, ada beberapa ketetapan yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam
menjalankan sistem demokrasi terpimpin, yaitu;

1. Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Dekrit tersebut berisikan bahwa, agar
diberlakukannya kembali UUD 1945 dan dicabutnya UUDS 1950. Serta
dapat diketahui bahwa tanggal tersebut dianggap sebagai awal
diberlakukannya Demokrasi Terpimpin dengan Sistem Presidensiil.

2. TAP MPRS No. III/MORS/1963 yang berisi tentang Pengangkatan


Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia, dengan masa jabatan
seumur hidup.

3. TAP MPRS No. VIII/MPRS/1965 yang berisi tentang Prinsip-prinsip


musyawarah untuk mufakat di dalam Demokrasi Terpimpin. Sehingga dapat
sebagai pedoman bagi Lembaga-Lembaga Permusyawaratan/Perwakilan.

Adapun tujuan dari sistem pemerintahan demokrasi terpimpin ini, yaitu:

1) Mengembalikan suatu keadaan politik Negara yang dirasa tidak stabil sebagai
warisan masa Demokrasi Parlementer atau Liberal untuk menjadi lebih stabil.
2) Demokrasi terpimpin merupakan suatu reaksi terhadap Demokrasi Parlementer

23
atau Demokrasi Liberal. Hal tersebut disebabkan karena, pada masa demokrasi
parlementer kekuasaan presiden hanya sebatas sebagai kepala Negara. Sedangkan
kekuasan pada pemerintahan dilaksanakan oleh partai-partai.

Awal mula diterapkannya demokrasi terpimpin yaitu, berciri khas dengan


kekuasaan pemerintahan berada di tangan Presiden. Selain itu, terbatasnya ruang dalam
peranan partai politik, meluasnya peranan untuk ABRI dalam unsur sosial-politik serta
berkembangnya pengaruh Partai Komunis dalam pemerintahan. Dalam pemerintahan
Presiden Soekarno, beliau membentuk kebinet yang dinamai dengan Kabinet Gotong
Royong. Yang mana tugas dari kabinet tersebut membantu Presiden dalam mengurus
urusan kenegaraan.

Adapun suatu perkembangan di bidang politik dalam masa pemerintahan


demokrasi terpimpin. Yang mana partai politik tersebut merupakan sebagai alat
penyaluran tuntutan, atau sebagai aspirasi dari rakyat serta untuk rakyat. Tetapi, ada suatu
kejadian yang membuat beberapa partai politik yang berperan dalam mengaspirasi rakyat
sudah berkurang. Partai poitik tersebut adalah partai Masyumi dan PSI yang dibubarkan
berdasarkan Keputusan Presiden tangaal 17 Agustus 1960 No. 200 dan 201 tahun 1960,
yang disebabkan karena para pemimpin partai-partai tersebut ikut serta dalam melakukan
pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Republik
Persatuan Indonesia.

Dengan kekuasaan pemerintah berada di tangan Presiden (pemimpin eksekutif),


sehingga Presiden sendiri yang mengangkat anggota DPR dan MPR. Sesuai dengan pasal
IV tentang Aturan Peralihan UUD 1945. Meskipun sudah menganut sistem demokrasi
terpimpin, tetapi masih tetap adanya perkembangan ideologi serta adanya tuntutan
ataupun aspirasi yang melibihi pada kapasitas sistem pemerintahan. Setelah terjadi
penyederhanaan kepartaian melalui PENPRES No. VII/1959 mengenai syarat-syarat
penyerderhanaan kepartaian dan membentuk Front Nasional (FN), maka barulah
mendapat suatu kestabilitasan. Tetapi stabilitas ini, lebih mengacu pada tokoh politik
yang mengelola FN itu sendiri. Sehingga menyebabkannya bersifat semu yang
disebabkan karena tidak mempunyai dasar yang kuat dalam proses pergantian pemimpin
nasional. Yang mengandalkan pemerintahan politik yang dapat mengelola FN itu sendiri.

24
Bahwa selalu ada anggapan intepretasi dari pemerintahan yang dianggap selalu benar,
sehingga tidak ada tawaran lain serta alternative lainnya. Kekuasaan individu kurang
lebih pada tahun 1963 menjadikan penyaluran tuntutan terhambat, kecuali penyaluran
pada partai politik pemerintahan. Dalam mekanisme sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin belum tertatanya suatu antisipasi mengenai jika partai politik yang kurang
efektif dalam menjalankan tugasnya. Sehingga Presiden Soekarno mencari dukungan
masa untuk mencari keseimbangan. Sehingga menyebabkan berakhirnya sistem stabilitas
politik yang sudah terbina pada periode tersebut.

Selain itu, adanya gagasan dari Soekarno yaitu gerakan nasakom yaitu nasionalis-
agamis-kominis. Yang berlandaskan 3 golongan yaitu Nasionalis oleh partai PNI, Agamis
oleh partai Masyumi/PNI, dan Komunis oleh PKI. Yang dimaksudkan Soekarno adalah,
dari ketiga golongan tersebut agar bisa disatukan, tetapi dilihat kembali bahwa pada
dasarnya untuk agamis dan komunis tidak dapat disatukan. Dalam keinginan luhur
Soekarno yang membentuk konsep Nasakom agar bangsa Indonesia bisa disatukan, tetapi
pada kenyataannya konsep ini membawa suatu dampak buruk yaitu terjadinya peristiwa
G-30-S PKI.

6
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan dalam Demokrasi Terpimpin

Setiap suatu sistem dalam pemerintahan pasti adanya berbagai macam rintangan
dan hambatan tersendiri, karena dalam sistem pemerintahan ini bersifat umum. Karena
diperoleh dari berbagai macam pandangan setiap orang yang berbeda-beda munculah
suatu gerakan, teori, gagasan maupun ide untuk menentang sistem yang ada di
pemerintahan. (bagi orang yang memiliki panndangan yang tidak sama dalam sistem
pemerintahan).

Adapun kelebihan pada sistem demokrasi terpimpin ini :

1. Mampu mengembalikan Irian Barat

6
Tjipta Lesmana, _op.cit_ hlmn.25
25
Pada Konferensi Meja Bundar telah ditetapkan bahwa semua wilayah bekas
jajahan belanda menjadi wilayah Indonesia. Tetapi berbeda dengan wilayah irian barat
yang masih berada di bawah kekuasaan belanda. Maka dari itu, Presiden Soekarno
mengumumkan Trikora untuk memperjuangkan wilayah irian barat agar berada di
wiyalah Indonesia. Dan akhirnya hal tersebut berujung dengan kemenangan.

2. Berhasil membentuk lembaga-lembaga Negara

Sama halnya dengan pernyataan di atas, bahwa sistem pemerintahan demokrasi


terpimpin dapat membentuk lembaga-lembaga yang sebelumnya belum pernah ada.
Lembaga-lembaga tersebut yaitu MPRS, DPRGR, DPAS, serta Front Nasional

3. Adanya penataan di berbagai bidang

Sebelum pada masa pemerintahan demokrasi terpimpin, banyaknya kejadian yang


bersifat kacau terutama pada berbagai bidang. Tetapi setelah diberlakukannya sistem
pemerintahan demokrasi politik melakukan penataan di berbagai bidang, seperti bidang
eonomi, politik, ideology dan pada beberapa sector sehingga keadaan dapat tertata
kembali.

4. Berhasil membangun integrasi nasional

Diingat bahwa tujuan dari demkorasi terpimpin itu sendiri yaitu kesatuan, karena
dilihat pada masa itu Indonesia berada di posisi yang terpecah belah yang menjadi
beberapa golongan. Sehingga dengan adanya demokrasi terpimpin, kesatuan Indonesia
dapat terbangun, karena semua keputusan berada di tangan presiden.

5. Munculnya jiwa gotong royong

Dalam kebinetnya Soekarno pada masa pemerintahan demokrasi terpimpin


dinamai kabinet gotong royong. Sehingga dapat dijadikan sebagai motivasi tersendiri
untuk membangun kerja sama gotong royong dalam masyarakat Indonesia.

26
Adapun Kekurangan pada sistem demokrasi terpimpin yaitu :

1. Dalam sektor politis menjadi tidak demokratis

Kekuasaan mutlak pada presiden ternyata menimbulkan suatu permasalahan, dimana


kehidupan demokratis yang diingin-inginkan tidak tercapai. Maka dari itu, rakyat menjadi
tidak bisa berpendapat dan seperti dikekang dalam siding pers, yang digunakan dalam
penyampaian aspirasi masyarkata. Bahkan mentiadakan pemilihan umum.

2. Upaya penataan konstitusi tidak berjalan dengan baik

Dengan dikeluarkannya dekrit presiden 5 juli 1959 yang bertujuan untuk


menyelesaikan masalah pada demokrasi liberal, dan untuk menuju pada demokrasi
terpimpin, yang memiliki tujuan konstitusi UUD 1945 yang akan segera dilaksanakan
dalam kehidupan di Indonesia. Tetapi setelah dilaksanakannya peraturan tersebut,
ternyata tidak berjalan dengan baik dengan sesuai yang diharapkan. Bahkan masih
banyak terjdi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan,

3. Adanya pertentangan ideologi

Dalam masa pemerintahan demokrasi terpimpin, Soekarno pernah mengusulkan


konsep atau ideologi yang dinamai Nasakom. Tujuannya untuk menyatukan seluruh
berbagai golongan di wilayah Indonesia, tetapi hal tersebut berujung pada peristiwa yang
tidak dimungkinkan terjadi.

7
2.3.4. Penyebab Bubarnya Demokrasi Terpimpin

Selama sistem pemerintahan demokrasi tepimpin mengalami berbagai bentuk


penyimpangan yang dapat memberikan faktor pembubaran demokrasi terpimpin. Berikut
adanya berbagai penyimpangan selama demokrasi terpimpin terlaksana:

1. Membentuk MPR yang bersifat sementara yang anggotanya diangkat dan

7
_Ibid_ hlm.177
27
diberhentikan oleh presiden
2. Membentuk Front Nasional melalui Penetapan Presiden No. 13 Tahun 1959 yang
memiliki anggota berasal dari berbagai organisasi sosial politik dan organisasi
kemsyarakatan yang ada di Indonesia
3. Terjadinya pemerasan dalam penghayatan Pancasila. Maksudnya yaittu, Pancasila
yang memiliki 3 unsur yaitu disebut Trisila, kemudian di dalam trisila ini diperas
menjadi satu unsur yaitu Ekasila yang melahirkan Nasakom (nasionalis, agamis,
dan komunis)
4. Membubarkan DPR dari hasil pemilu dan menggantikannya dengan bentuk
DPRGR (DPR Gotong Royong) yang mana anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden sendiri.
5. Penetapan Presiden Soekarno untuk menjadi presiden seumur hidup

Serta perekonomian Indonesia yang dirasa semakin memburuk, karena disebabkan hal
berikut;

1. Adanya konfrontasi dengan Malaysia


2. Penumpasan pada pemberontakan PRRI/Permesta
3. Adanya inflasi yang cukup tinggi sehingga mencapai 400%
4. Serta defisit Negara yang menacapai 7,5 miliar rupiah

Dengan dirasa semakin memburuknya kondisi yang dialami saat waktu itu, banyak
masyarakat yang mengeluah akan kesulitan untuk memperoleh kebutuhan hidup mereka.
Harga-harga sembako dan kebutuhan pokok sehari-hari melambung tinggi. Berbagai cara
telah dilakukan untuk mengatasi peristiwa tersebut, tetapi ternyata tidak memberikan
hasil yang terlihat baik dalam kondisi perekonomian saat itu. Serta, saat itu terjadinya
sebuah Gerakan 30 September 1965 oleh PKI, yang biasa disebut G 30S/PKI. Yang
menewaskan 7 perwira AD Indonesia. Setelah itu anggapan kepada PKI sebagai dalang
dibalik peristiwa tersebut, maka gerakan ini dituntas. Ratusan anggota PKI yang berada
di pulau jawa ditangkap dan dibunuh. Karena keadaan yang memanas, dan waktu itu
Presiden Soekarno sedang sakit maka setelah kejadian peristiwa tersebut, Presiden
Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 maret, yang dikenal sebagai Supersemar. Yang
mana memerintah Mayjen Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan yang berdasarkan

28
pada Supersemar yang diberikan oleh Presiden Soekarno. Dengan keluarnya Surat
Perintah 11 maret, dapat menjadi titik akhir dalam pelaksaan sistem demokrasi terpimpin
di Indonesia.

29
2.4. PENYEBAB JATUHNYA PRESIDEN SOEKARNO
Pada awalnya disebabkan oleh dibunuhnya 6 jendral pada peristiwa G-30S pada tahun
1965, dalang dari peristiwa tersebut dipercayai adalah PKI, tetapi kenyataanya pelaku yang
sesungguhnya masih menjadi perdebatan. Sehingga banyak massa yang mulai menuntut
kepada soekarno agar PKI dibubarkan, massa tersebut antara lain dari KAMI (kesatuan aksi
mahasiswa) dan KAPI (kesatuan aksi pelajar Indonesia), mereka melakukan aksi demonstrasi
dan menyampaikan Tri Tuntutan Hati Nurani Rakyat yang dikenal dengan singkatan Tritura.
Adapun isi dari tuntutan rakyat tersebut yaitu Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI),
Pembersihan Kabinat Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G-30-S (reshuffle Kabinat
Dwikora), dan Penurunan harga (perbaikan ekonomi rakyat). Namun soekarno menolak
dengan tegas untuk membubarkan PKI bukan tanpa alasan, karena Indonesia pada saat itu
menggunakan pandangan NASAKOM (nasionalisme, agama, komunis). Sehingga dengan
sikap soekarno yang menolak membubarkan PKI tersebut, membuat posisi soekarno dalam
politik melemah.

Lalu pada bulan maret 1966 ditandatangani surat perintah sebelas maret
(SUPERSEMAR) oleh presiden sokarno atas desakan yang dilakukan oleh Soeharto, yang
pada saat itu masih menjabat sebagai Letnan Jendral (LETJEND). Dengan ditandatangani
supersemar ini Suharto mempunyai hak untuk membubarkan PKI dan meminta kepada
bawahannya untuk membuat konsep tentang pembubaran PKI dengan segera. Kemudian
MPRS mengeluarkan dua ketetapannya yaitu, TAP No. IX/1966 tentang telah
terkukuhkannya supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966.

Selanjutnya pada 22 juni 1966 Presiden Soekarno melakukan pidato yang diberinama
pidato NAWA AKSARA, yang merupakan pidato pertanggungjawaban presiden atas
peristiwa G-30SPKI, yang dimana Soekarno enggan menyebut dengan G-30SPIK tetapi
Soekarno menyebutnya dengan GESTOK (Gerakan 1 oktober), dalam usaha terakhir yang
bisa dilakukan oleh Soekarno untuk memper tahankan posisinya, beliau menulis sebuah nota
yang berisi tentang alasan mengapa G-30SPKI ini bisa ter jadi. Tetapi pidato
pertanggungjawaban dan nota yang ditulis Soekarno ini tidak memuaskan hati MPRS
sehingga ditolak oleh MPRS, malah Soekarno diturunkan dari posisi presiden dan digantikan
oleh Soeharto.

Lalu pada 22 februari 1967 soekarno menandatagani surat pemindahan kekuasan


presiden kepada soeharto. Setelah diadakan sidang istimewa, dicabutlah gelar sekarno
30
sebagai presiden seumur hidup. Setelah tidak lagi menjadi presiden RI, pada awalnya
soekarno besrta istri keempatnya bu Hartini masih diberikan izin untuk tinggal dipavilium
istana bogor, sedangkan anak-anaknya yang dari fatmawati masih diizinkan tinggal di istana
Negara. Tetapi pada awal agustus 1967 soeharto memberikan perintah bahwa 2 kali 24 jam
soekarno beserta bu hartina dan anak-anak dari fatmawati harus meninggalkan istana. Setelah
diberi perintah untuk pergi soekarno mengungsikan anak-anaknya dirumah kontrakan dekat
rumah bu fatmawati, sedangkan soekarno dan bu hartini tinggal di sebuah rumah dikawasan
Bogor. Selain diusir dari istana Soekarno juga mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari
presiden soeharto yaitu, diperketatnya pengawasan soekarno karena menjadi tahanan politik
soeharto dan tidak diperbolehkannya soekarno berkeliaran di Jakarta, jika ingin berkunjung
ke suatu tempat di Jakarta Soekarno harus mendapatkan surat izin pangdam siliwangi dan
pangdam jaya untuk melintas.

Kondisi kesehatan sang proklamator itupun kian hari kian menurun. Dikarenakan tim
kedokteran yang sangat mengerti tentang riwayat penyakit soekarno sudah dibubarkan karena
soekarno bukan lagi presiden. jadi perawatan penyakit soekarno menjadi sangat tidak
memadai. Penyakit Soekarno yang paling kronis yaitu hipertensi atau biasa disebut darah
tinggi yang mempengaruhi kinerja ginjalnya sehingga ginjal kiri soekarno sudah tidak
berfungsi sama sekali sedangkan ginjal kanannya hanya berfungsi 25%, dan masih banyak
penyakit soekarno lainya. Ditengah sakit yang dideritanya soekarno dipindahkan ke wisma
yaso pada 1969 dan masih saja diintrogasi perihal keterlibatannya dengan PKI, Soekarno
selalu marah ketika ditanyai perihal tersebut. Hingga pada akhirnya Soekarno
menghembuskan nafas terakhirnya tepat pukul 07.07 WIB, 21 Juni 1970 di RSPAD dan
sesuai keppres RI No.44 tahun 1970, jenazah Soekarno dimakamkan di Blitar disamping
makam ibunya.

31
BAB 3

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa soekarno adalah seorang pemimpin
yang cerdas beliau adalah sosok yang inovatif dan penuh dengan inisiatif yang kaya akan
gagasan serta ide baru. Beliau adalah pemimpin yang demokratis yang memiliki semangat
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. pada masa kepemimpinannya sebagai
presiden Indonesia soekarno telah melakukan banyak hal yang berjasa bagi bangsa
Indonesia. Kebijakan dan sistem yang beliau terapkan menjunjung tinggi keadilan,
kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Beliau memiliki semangat juang yang tinggi
dan pantang menyerah sehingga membawa arah perjuangan yang tetap konsisten meskipun
ada banyaknya rintangan yang dihadapinya beliau selalu tegar dan bahkan semakin keras
dalam menentang penjajahan demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

3.2. SARAN
Jiwa kepemimpinan sangat diperlukan pada setiap diri manusia. jiwa kepemimpinan
itu tentunya juga perlu dikembangkan. Indonesia memiliki pemimpin yang tangguh tentunya
akan menjadi bangsa yang luar biasa hebat. karena kemajuan bangsa kita tergantung pada
sikap kepemimpinan yang memimpinnya. jika pemimpin tidak bisa memimpin dengan baik
maka yang ada hanya kehancuran. ciri pemimpin yang baik adalah yang memiliki visi, misi,
dan keyakinan yang jelas serta berani menjalankan keyakinannya dengan tindakan dan
bertanggung jawab.

Demikianlah makalah yang kami buat, kami harap semoga dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan. Kami mohon maaf yang sebesar besarnya apabila ada kesalahan
dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas dan kurang dimengerti. harap untuk
dimaklumi. Sekian dari kami, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

32
DAFTAR REFERENSI
1. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uin-
suska.ac.id/
9547/1/2012_201208AF.pdf&ved=2ahUKEwj1z6KBivjsAhXO4HMBHfyICZwQFjA
CegQICRAB&usg=AOvVaw1ab9Ar1C6AnUu15aO8KhCe

2. https://www.google.com/amp/s/slideplayer.info/amp/13036935/

3. https://olympics30.com/demokrasi-terpimpin/

4.SB Wilardjo - VALUE ADDED| MAJALAH EKONOMI DAN BISNIS 9 (1), 2012

jurnal.unimus.ac.id

5.https://24bit.Wordpress.com/2010/04/23/kehidupan-sosial-budaya-pada-awal-
kemerdekaan-indonesia

6. kathin, George McTurman. 1995. Nasionalisme dan revolusi di Indonesia. Surakarta:


UNS Press.

7. https://hms2701dyan.wordpress.com/jatuhnya-soekarno/

8.https://republika.co.id/berita/omptc0282/kronologi-terbitnya-supersemar-dan-
detikdetik-lengsernya-sukarno

9. https://www.merdeka.com/peristiwa/catatan-medis-hari-hari-terakhir-soekarno.html

10.Hakiki, Paizon. 2014. Sistem Pemerintahan pada Masa Demokrasi Liberal Tahun
1949-1959. https://www.neliti.com/publications/206618/sistem-pemerintahan-pada-
masa-demokrasi-liberal-tahun-1949-1959#cite (7 November 2020)

11.Setiawan, Johan. Wahyu I.P., dan Dyah K. Sistem Ketatanegaraan Indonesia pada
Masa Demokrasi Liberal Tahun 1950-1959.

12.http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1250. (7 November 2020)

33
34

Anda mungkin juga menyukai