Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IMPLEMENTASI DEMOKRASI DALAM ISLAM DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam 23


Dosen Pengampu
Ahmad Afandi, M.Pd,I

Kelompok 05

Oleh
Alyana Ulfa Rahmawati
NIM 200110301015
Ilmu Sejarah

PROGRAM STUDI S1 ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JEMBER
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat
pada waktunya dengan judul “Implementasi Demokrasi dalam Islam di Indonesia”

Dalam penyusunan makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik


tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yaitu Ahmad Afandi, M.Pd,I serta kepada semua pihak
yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat Terima kasih.

Lumajang, 04 Maret 2021

Penulis

2
3
A. Pendahuluan
Kata demokrasi sering terdengar di semua kalangan masyarakat
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh dasar negara Indonesia yaitu Pancasila
yang di dalamnya tertulis musyawarah dan mengacu pada sistem
demokrasi. Rakyat adalah komponen paling penting dalam sistem
demokrasi yang menerapkan prinsip kebebasan dan partisipasi tiap warga
negara. Dengan rakyat sebagai pilar utama sistem demokrasi, diharapkan
tercapainya kestabilan engara yang didamba-dambakan. Sistem demokrasi
tidak semata-mata dapat diterapkan dengan mudah, butuh bantuan dari
berbagai pihak termasuk umat Islam.
Mayoritas penduduk Indonesia memegang teguh agama Islam.
Sistem demokrasi memiliki tujuan untuk kepentingan bersama, termasuk
suku, ras, agama, atau etnis di seluruh penjuru Indonesia. Dalam al-Quran
ditemukan ayat-ayat yang berkaitan dengan prinsip utama demokrasi. Hal
ini menunjukkan bahwa ide mengenai demokrasi juga tercantum dalam
ayat-ayat suci al-Quran. Maka dari itu, diharapkan umat Islam menerapkan
demokrasi yang sesuai dengan ajaran Islam.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana konsep demokrasi barat dan demokrasi dalam Islam?
2. Apa persamaan demokrasi dan musyawarah?
3. Bagaimana fungsi demokrasi Islam dalam kehidupan
bermasyarakat?
4. Bagaimana cara implementasi konsep demokrasi Islam dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara?

C. Pemecahan Masalah
1. Konsep Demokrasi Barat dan Demokrasi dalam Islam
a. Konsep Demokrasi Barat
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani
yaitu “demos” yang memiliki arti rakyat dan “cratos” atau

4
“cratein” yang memiliki arti kedaulatan atau kekuasaan. Jadi
demokrasi merupakan rakyat memegang kekuasaan tertinggi,
keputusan berada di tangan rakyat, dan pemerintahan dipegang
oleh rakyat. Sementara itu, secara terminologis demokrasi
mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut:1
a) Menurut Joseft A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu
perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik
dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
meutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat;
b) Menurut Sydney Hook, demokrasi adalah bentuk
pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah
yang penting secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dai rakyat biasa;
c) Menurut Philippe C. Schimeter dan Terry Linn Karl,
demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan
mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak
secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama
dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
Demokrasi bertalian dengan hubungan antara penguasa dan rakyat,
dalam pengertian sejauh mana peran serta rakyat dalam
menetapkan kekuasaan pemerintah di dalam suatu Negara disatu
sisi berhadapan dengan hak-hak dan kekuasaan pemerintah
terhadap rakyat pada sisi lain. Artinya hubungan antara yang
memerintah dan yang diperintah.2

1
Toha Andiko, Syura dan Demokrasi Barat : Kritik dan Solusi Menuju Demokrasi Islam, (Bengkulu:
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam, 2017) h. 100
2
Shofwan Rozi dan Heriwanto, Demokrasi Barat: Problem dan Implementasi di Dunia, (Wonogiri:
Jurnal Al-Aqidah, 2019) h. 190

5
Sesuai dengan perkembangan waktu, terdapat dua aliran
atau konsep demokrasi barat yaitu komunitarianisme dan
liberalisme. Konsep komunitarianisme dilatar belakangi oleh
runtuhnya Uni Soviet dan negara-negara lain yang menganut aliran
sosialisme dan marxisme. Sejak saat itu, konsep liberalisme
menyebarkan pengaruhnya dan menjadi lebih kuat dibanding
konsep demokrasi lainnya. Namun, pada 1970-an muncul kritik
terhadap liberalisme yang disebut komunitarianisme. Berikut
penjelasan mengenai masing-masing konsep demokrasi barat :
1) Liberalisme merupakan konsep yang dimulai sejak zaman
Renaissance yang menentang sikap otoriter gereja. Karena
pengekangan tersebut, muncul reaksi untuk menuntut kebebasan
individu tanpa pengaruh otonomi gereja. Karena itulah muncul
konsep liberalisme yang tindakan atau pilihan diatur oleh
masing-masing individu dan kesuksesan maupun kegagalan
yang merupakan dampak pilihan tersebut akan ditanggung
individu tersebut. Dalam perkembangannya, ada dua corak
liberalisme, liberalisme yang dipelopori oleh John Locke dan
liberalisme yang dipelopori oleh Jean Jacques Rousseau.3
Menurut John Locke, kebebasan adalah milik individu dan
pemerintah tidak berhak untuk mencampuri sehingga peraturan
mengenai hak properti privat diwajibkan ada. Konsep ini
mengisnpirasi Alexis de Tocqueville, Friedrich von Hayek dan
Robert Nozick untuk mempelopori libertarianisme. Sedangkan
menurut Rousseau, pemerintah masih memiliki peran untuk
menjamin pelaksanaan kebebasan individu. Konsep ini memicu
pemikiran liberalisme egalitarian oleh John Rawlsdan Ronald
Dworkin. Perbedaan antara liberalisme dan libertarianisme
yakni kapasitas kebebasan individu. Libertarianisme

3
Ridha Aida, Liberalisme dan Komunitarianisme: Konsep tentang Individu dan Komunitas,
(DEMOKRASI, 2005) h. 96

6
menganggap kebebasan tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun, tidak diperbolehkan siapapun merampas, mencabut,
memaksa untuk mengambil hak tersebut. Sedangkan kebebasan
menurut liberalisme tidak absolut, kebebasan hanya dibatasi
demi kebebasan itu sendiri. Pengakuan terhadap otonomi atau
kebebasan individu dalam bertindak mengindikasikan adanya
pengakuan terhadap pluralitas dalam masyarakat. Kebebasan
dan kesamaan perlakuan terhadap individu dalam bertindak dan
memilih cara hidup akan menghasilkan pluralitas nilai dan
pilihan hidup. Setiap orang bebas untuk bertindak dan memilih
cara hidup yang baik menurutnya. Pengakuan terhadap pluralitas
tindakan dan pilihan hidup mendapat perlakuan yang sama.4
2) Komunitarianisme merupakan konsep yang muncul sejak 1970-
an dan mengkritik konsep liberalisme. Sasaran kritik terutama
mengenai otonomi individu yang terlalu transenden. Terdapat
perbedaan komunitarianisme dengan sosialisme dan marxisme.
Jika marxisme menganggap masyarakat sebagai sesuatu yang
dicapai dengan perubahan revolusioner, penggulingan
kekuasaan dan menggantinya dengan masyarakat sosialis.
Sedangkan komunitarianisme tidak perlu mengganti kekuasaan,
namun masyarakat harus diakui, dihargai, dilindungi, dengan
memperhatikan hak-haknya. Tokoh komunitarianisme adalah
Michael Sandel, Michael Walzer, Alasdair Mac Intyre dan
Charles Taylor. Menurut Taylor, nilai individualisme liberal
bersifat atomistik, yang menganggap individu bisa mencukupi
diri mereka sendiri di luar masyarakat. Individu menurut
liberalisme tidak memerlukan konteks komunitas untuk
mengembangkan dan menjalankan kapasitas mereka dalam
menentukan dirinya sendiri. Menurut Taylor, kapasitas individu

4
Ridha Aida, Liberalisme dan Komunitarianisme: Konsep tentang Individu dan Komunitas,
(DEMOKRASI, 2005) h. 97

7
untuk menentukan dan mengembangkan dirinya sendiri justru
dapat dijalankan hanya dalam konteks komunitas tertentu,
dengan lingkungan sosial tertentu.5
b. Konsep Demokrasi dalam Islam
Demokrasi memiliki keterkaitan dengan ajaran Islam.
Dalam demokrasi, rakyat berhak memegang kekuasaan dan
pernyataan tersebut sejalan dengan ajaran Islam dengan dalil
dasar Al-Quran Surat An-Nisa ayat 58:

Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

Dalam perspektif islam, terdapat elemen-lemen pokok meliputi :


as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah
dan al-hurriyyah.6 Makna elemen-elemen tersebut adalah :

a) as-Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan


keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an.
Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:

5
Ridha Aida, Liberalisme dan Komunitarianisme: Konsep tentang Individu dan Komunitas,
(DEMOKRASI, 2005) h. 100
6
Zainuddin, Islam dan Demokrasi, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2013)

8
“Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara
mereka”

Dalam surat Ali Imran:159 dinyatakan:

“Dan bermusayawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”.

Musyawarah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dan


tanggung jawab bersama di dalam setiap mengeluarkan sebuah
keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan yang
dikeluarkan oleh pemerintah akan menjadi tanggung jawab
bersama. Sikap musyawarah juga merupakan bentuk dari
pemberian penghargaan terhadap orang lain karena pendapat-
pendapat yang disampaikan menjadi pertimbangan bersama.

b) al-‘Adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum


termasuk rekrutmen dalam berbagai jabatan pemerintahan harus
dilakukan secara adil dan bijaksana. Tidak boleh kolusi dan
nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah
pemerintahan ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam beberapa
ayat-Nya, antara lain dalam surat an-Nahl: 90:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan”.

Ajaran tentang keharusan mutlak melaksanakan hukum dengan


adil tanpa pandang bulu ini, banyak ditegaskan dalam al-
Qur’an, bahkan disebutkan sekali pun harus menimpa kedua
orang tua sendiri dan karib kerabat.

c) al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak


yang merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat
memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa memaksakan
kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif.

9
Kesejajaran ini penting dalam suatu pemerintahan demi
menghindari dari hegemoni penguasa atas rakyat. Dalam
perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau institusi yang
diberi wewenang dan kepercayaan oleh rakyat melalui
pemilihan yang jujur dan adil untuk melaksanakan dan
menegakkan peraturan dan undang-undang yang telah dibuat.
Oleh sebab itu pemerintah memiliki tanggung jawab besar di
hadapan rakyat demikian juga kepada Tuhan. Dengan begitu
pemerintah harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang
dapat dipercaya, jujur dan adil. Dalam hal ini Nabi pernah
berpesan kepada keluarga Bani Hasyim sebagaimana sabdanya:

“Wahai Bani Hasyim, jangan sampai orang lain datang


kepadaku membawa prestasi amal, sementara kalian datang
hanya membawa pertalian nasab. Kemuliaan kamu di sisi Allah
adalah ditentukan oleh kualitas takwanya”.

d) al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang


diberikan seseorang kepada orang lain. Oleh sebab itu
kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga dengan baik.
Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang
diberikan kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan
kepercayaan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab.
Persoalan amanah ini terkait dengan sikap adil. Sehingga Allah
SWT. menegaskan dalam surat an-Nisa’: 58:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu supaya menyampaikan


amanah kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil”.

e) al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita


ketahui, bahwa kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yang

10
harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus disyukuri, maka
rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa
harus dipenuhi. Dan kekuasaan sebagai amanah ini memiliki
dua pengertian, yaitu amanah yang harus
dipertanggungjawabkan di depan rakyat dan juga amanah yang
harus dipertenggungjawabkan di depan Tuhan. Sebagaimana
Sabda Nabi:

“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintai


pertanggung jawabannya”.

f) al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang,


setiap warga masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk
mengeksperesikan pendapatnya. Sabda Nabi yang berbunyi:

“Barang siapa yang melihat kemunkaran, maka hendaklah


diluruskan dengan tindakan, jika tidak mampu, maka dengan
lisan dan jika tidak mampu maka dengan hati, meski yang
terakhir ini termasuk selemah-lemah iman”.

Jadi sebebas-bebasnya kita bertindak, maka harus berdasarkan


pada jalan yang benar yaitu ajaran Islam.

Terdapat dua konsep demokrasi dalam Islam yaitu konsep


menurut Yusuf al-Qaradhawi dan konsep menurut Khaled Abou
El-Fadl. Konsep Yusuf al-Qaradhawi adalah menuntut
demokrasi agar digunakan sebagai sarana atau alat yang mudah
untuk mewujudkan tujuan hidup seorang muslim. Artinya
kekuasaan yang dipegang oleh rakyat harus sesuai dengan
kaidah-kaidah syariat. Wakil rakyat juga wajib memiliki akhlak
serta persyaratan yang diwajibkan dalam Islam. Terdapat dua
sifat bagi orang yang hendak mengemban tugas wakil rakyat.
Pertama, memiliki kemampuan untuk mengemban tanggung

11
jawab serta pengalaman di bidangnya. Kedua, wakil rakyat
harus amanah.
Sedangkan konsep menurut Khaled Abou El-Fadl adalah
demokrasi dalam ajaran Islam tidak harus menggantikan
kedaulatan rakyat dengan kedaulatan Tuhan dengan syarat
proses pembentukan hukum yang bersifat demokratis harus
memberikan prioritas kemaslahatan yang digariskan oleh
syariah. Khaled Abou El-Fadl mengkritik otoritarianisme dalam
fatwa-fatwa yang disebabkan oleh kesalahan pemahaman teks-
teks hukum dalam Al-Quran dan Sunnah.7 Menurutnya, dasar
fatwa tidak hanya berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, namun
harus mempertimbangkan kemaslahatan dan keadaan zaman.
Dengan demokrasi, kepentingan umat akan tercapai sesuai
syariat Islam.

2. Persamaan Demokrasi dan Musyawarah


Kata musyawarah atau syura (al-Musyawarah, al-Masyurah, al-
Syura) secara etimologis merupakan bentuk masdar fi’il (kata kerja)
dari kata syâwara–yusyâwiru yakni dengan akar kata syin, waw, dan
ra’ dalam pola fa’ala. Struktur akar kata tersebut bermakna pokok
“menampakkan dan menawarkan sesuatu” dan “mengambil sesuatu”
dari kata terakhir ini berasal ungkapan syâwartu fulânan fi amrî: “aku
mengambil pendapat si Fulan mengenai urusanku”. Pada mulanya kata
syawara (‫ ) روش‬bermakna “mengeluarkan madu dari sarang lebah”.
Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu
yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat). Orang yang bermusyawarah bagaikan orang yang
meminum madu. Dari makna dasarnya ini diketahui bahwa lingkaran

7
Raisul, Pemikiran Hukum Islam Khaled Abou El Fadl, (Samarinda: Mazahib, 2015) h. 145

12
musyawarah yang terdiri dari peserta dan pendapat yang akan
disampaikan adalah lingkaran yang bernuansa kebaikan.8
Dari pengertian musyawarah, terdapat kesamaan dengan
demokrasi yaitu sama-sama terbuka untuk masing-masing individu.
Dalam sebuah negara, rakyat yang berpartisipasi dalam musyawarah
wajib memahami persoalan dan diharapkan keputusan akhir tidak
semata-mata berdasarkan keputusan terbanyak. Keputusan akhir dalam
musyawarah adalah keputusan terbaik yang tidak merugikan rakyat
dan pihak lainnya. Persamaan kedua adalah prinsip dasar yaitu
equality before the law, hak asasi manusia, keadilan, dan kebebasan
berpikir dan mengeluarkan ide. Prinsip-prinsip tersebut sama-sama
diutamakan dalam musyawarah dan demokrasi.

3. Fungsi Demokrasi Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat


Demokrasi dalam Islam tidak hanya dikembangkan secara teori,
melainkan wajib diimplementasikan untuk menjalankan fungsi
demokrasi tersebut. Masyarakat adalah sekumpulan orang yang
memiliki unsur-unsur yang berbeda, entah ras, etnis, suku, atau yang
lainnya. Namun satu kesamaannya adalah mereka berada di satu
tempat yang sama. Dengan demokrasi sebagai kekuataan masyarakat
(rakyat), keotoriteran penguasa dapat dicegah.
Demokrasi dalam Islam tidak hanya menomor satukan rakyat
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, melainkan harus sesuai dengan
syariat Islam. Jadi, keputusan rakyat tidak sewenang-wenang
mengutamakan keuntungan rakyat, kemaslahatan semua orang dan
tetap menjalankan syariat islam adalah fungsi demokrasi dalam Islam.

4. Implementasi Konsep Demokrasi Islam dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara

8
Muhammad Hanafi, Kedudukan Musyawarah dan Demokrasi di Indonesia, (Ciputat Tangsel:
Jurnal Cita Hukum, 2013) h. 229

13
 Konsep menurut Yusuf al-Qaradhawi

Dr. Yusuf al-Qaradhawi menyatakan "Sesungguhnya sisi


liberalisme demokrasi yang paling baik menurut saya adalah sisi
politiknya, yang tercermin dalam penegakan kehidupan perwakilan,
di dalamnya rakyat dapat memilih wakil-wakil mereka yang akan
memerankan kekuasaan legislatif di parlemen, dan di dalam satu
majelis atau dua majelis". Artinya, demokrasi merupakan sebuah
sarana atau alat untuk mencapai tujuan seorang muslim.

Implementasi konsep ini tertuang dalam kegiatan pemilihan


umum yang bertujuan memilih wakil rakyat yang sesuai dengan
syari'at Islam. Dalam Islam, terdapat dua syarat bagi wakil rakyat
tersebut. Pertama, mampu mengemban pekerjaan dan mempunyai
pengalaman di bidangnya. Kedua, amanah yang menyebabkan
suatu pekerjaan akan terpelihara dan pelakunya akan takut kepada
Allah Ta’ala. Itulah yang diungkapkan oleh al-Qur’an melalui lisan
Yusuf Alaihissallam, di mana dia mengatakan:

“Berkata Yusuf, jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);


sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi ber-
pengetahuan. “‘ [Yusuf /12: 55]

Juga dalam kisah Musa Alaihissallam, melalui lisan puteri


seorang yang sudah tua renta:

14
“Karena sesungguhnya, orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya. ” [Al-Qashash/28 : 26]

 Konsep menurut Khaled Abou El-Fadl

Sebagian besar warga negara Indonesia menganut Islam yang


mewajibkan haji bagi orang berkemampuan melaksanakannya.
Penyelenggaraan haji dan umrah warga negara Indonesia diatur
dalam UU 8 tahun 2019. Salah satu pasal dalam UU tersebut
tertulis bahwa jemaah haji yang terpisah dengan mahram atau
keluarga merupakan salah satu golongan orang yang dapat
memperpanjang masa pengisian sisa kuota selama 30 hari jika
kuota haji reguler tidak terpenuhi pada hari penutupan pengisian
kuota haji kabupaten/kota. Hal ini mengimplikasikan bahwa
jemaah haji dapat berangkat ke tanah suci tanpa mahram. Namun
sebuah hadis yang berbunyi, “Tidak dibenarkan bagi seorang
perempuan yang beriman kepada Allah dan rasulnya untuk
bepergian sejauh satu hari perjalanan (dalam riwayat lain, tiga hari
perjalanan) tanpa ditemani seorang mahram.”

Sebuah instansi keagamaan yaitu CRLO (Council for


Scientific Research and Legal Opinions, [al-Lajnah al-Da’imah li
al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’]) mengeluarkan sebuah fatwa
larangan wanita bepergian tanpa ditemani mahram. Fatwa ini
dianggap problematis oleh Khaled karena terlalu otoriter.9
Masalahnya bukanlah soal ada atau tidak adanya mahram yang
menemani, tetapi lebih berkaitan dengan soal keamanan. Jadi ‘illah
dari keharusan ada mahram menurut para fuqaha’ tadi adalah
karena keamanan yang tidak terjamin, dan harga diri wanita apabila
melakukan perjalanan sendirian atau bersama pria asing. Dan itu
terjadi di zaman dahulu, di mana perjalanan dilakukan dengan
9
Raisul, Pemikiran Hukum Islam Khaled Abou El Fadl, (Samarinda: Mazahib,2015) h.154

15
mengandarai unta, kuda dan keledai, itu pun harus melalui padang
pasir yang sepi dari bangunan dan keramaian. Akan tetapi ketika
zaman berubah, sarana transportasi mengalami kemajuan, pesawat
mampu memuat ratusan penumpang, begitu juga kereta api dan
kendaraan-kendaran yang lain, sehingga wanita tidak perlu takut
lagi untuk melakukan perjalanan sendirian, atau bersama teman-
teman perempuannya, maka safar dalam kasus ini tidak dilarang
dan tidak bertentangan dengan hadis Nabi.10 Jadi UU 8 tahun 2019
merupakan salah satu contoh implementasi konsep demokrasi
Khaled Abou El-Fadl yang memprioritaskan kemaslahatan yang
digariskan oleh syariah.

D. Kesimpulan
Demokrasi lahir dari pemikiran barat yang mengutamakan rakyat
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Konsep antara demokrasi barat
dan demokrasi dalam islam juga memiliki perbedaan. Jika konsep
demokrasi barat adalah liberalisme dan komunitarianisme. Sedangkan
konsep demokrasi dalam Islam berdasarkan pendapat Yusuf al-
Qaradhawi dan konsep menurut Khaled Abou El-Fadl. Namun, dalam
Islam juga terdapat sistem demokrasi dan memiliki elemen-elemen
pokok yaitu as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-
masuliyyah dan al-hurriyyah. Musyawarah dan demokrasi tentu memiliki
persamaan yaitu prinsip dasar dan keterbukaannya.
Fungsi demokrasi dalam Islam di kehidupan bermasyarakat adalah
menerapkan kebebasan individu yang sejalan dengan syariat Islam.
Konsep demokrasi tidak hanya sebagai teori, namun harus dijalankan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya. Jika dalam konsep Yusuf al-Qaradhawi,
implementasinya adalah pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat
yang harus memenuhi syarat ajaran Islam. Sedangkan dalam konsep
10
Raisul, Pemikiran Hukum Islam Khaled Abou El Fadl, (Samarinda: Mazahib,2015) h.155

16
Khaled Abou El-Fadl, UU 8 tahun 2019 yang salah satu pasalnya
memperbolehkan keberangkatan haji tanpa mahram.

17
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Farida Nur. 2020. Demokrasi dalam Al-Quran: Implementasi Demokrasi


di Indonesia. Kaca Jurusan Ushuluddin STAI AL FITHRAH. 10(01): 06-
32. https://media.neliti.com/media/publications/295468-the-demokrasi-
dalam-al-quran-implementas-620ebf23.pdf (diakses pada 04 Maret 2021)
Aida, Ridha. 2005. Liberalisme dan Komunitarianisme: Konsep tentang Individu
dan Komunitas. DEMOKRASI. 04(02): 95-106.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/viewFile/1063/896 (diakses
pada 05 Maret 2021)
Al-Khurasyi, Sulaiman bin Shalih. 2007. Dr Yusuf Al-Qaradhawi dan Demokrasi.
https://almanhaj.or.id/2200-dr-yusuf-al-qaradhawi-dan-demokrasi.html
(diakses pada 04 Maret 2021)
Andiko, Toha. 2017. Syura dan Demokrasi Barat: Kritik dan Solusi Menuju
Demokrasi Islam. Al-Imarah: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam.
02(02): 99-114.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/alimarah/article/view/1093
(diakses pada 05 Maret 2021)
Hanafi, Muhammad. 2013. Kedudukan Musyawarah dan Demokrasi di Indonesia.
Cita Hukum. 01(02): 227-246.
https://media.neliti.com/media/publications/40848-ID-kedudukan-
musyawarah-dan-demokrasi-di-indonesia.pdf (diakses pada 05 Maret
2020)
Hirzi, Aziz Taufik. 2005. Komparasi Ringkas Antara: Demokrasi Barat dengan
Musyawarah dalam Islam. MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan.
21(02): 250-261.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/176 (diakses
pada 04 Maret 2021)
JavanLabs. 2015. Surat An-Nisa Ayat 58. https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-58
(diakses pada 05 Maret 2021)

18
Larasati, Alda Shafira Rani. 2018. Korelasi Musyawarah Dalam Perwujudan di
Indonesia. ADALAH: Buletin Hukum dan Keadilan. 02(7c): 65-66.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/8537 (diakses pada
04 Maret 2021)
Raisul. 2015. Pemikiran Hukum Islam Khaled Abou El Fadl. Mazahib. 14(02):
145-158. https://journal.iain-
samarinda.ac.id/index.php/mazahib/article/view/343 (diakses pada 04
Maret 2021)
Rozi, Shofwan dan Heriwanto. Demokrasi Barat: Problem dan Implementasi di
Dunia. Al-Aqidah. 11(02): 189-193.
https://core.ac.uk/download/pdf/335289398.pdf (diakses pada 05 Maret
2021)
Permata, Hasa. 2011. Filsafat dan Konsep Negara Marxisme. Jurnal Filsafat.
21(03): 200-223. https://media.neliti.com/media/publications/83329-ID-
filsafat-dan-konsep-negara-marxisme.pdf (diakses pada 05 Maret 2021)
Zainuddin. 2013. Islam dan Demokrasi. GEMA. https://www.uin-
malang.ac.id/blog/post/read/131101/islam-dan-demokrasi.html (diakses
pada 05 Maret 2021)

19

Anda mungkin juga menyukai