Anda di halaman 1dari 13

“Sejarah Agama Yunani Kuno”

Mata Kuliah :

Sejarah Agama-Agama Dunia

Dosen Pengampu :

Husnul Khotimah, S. Th.I, M. Ag

Disusun Oleh :

Abdul Hakim (180103010054)

Muhammad Rubiannoor (180103010339)

Novita Sari (180103010193)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

STUDI AGAMA-AGAMA

2020
PENDAHULUAN

Yunani Kuno adalah peradaban dalam sejarah Yunani yang di mulai dari
periode Yunani Arkais abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga berakhirnya Zaman
Kuno dan dimulainya Abad Pertengahan Awal. Peradaban ini mencapai puncaknya
pada periode Yunani Klasik, yang mulai berkembang pada abad ke-5 sampai abad
ke-4 SM. Pada periode Yunani dipimpin oleh negara-kota Athena dan berhasil
menghalau Kekaisaran Persia. Masa keemasan Athena berakhir dengan takluknya
Athena kepada Sparta dalam perang Peloponnesos pada tahun 404 SM. Seiring
penaklukan oleh Alexander Agung, kebudayaan Yunani yang di kenal sebagai
peradaban Hellenistik, mulai dari Asia Tengah sampai ujung barat Laut Tengah.

Yunani Kuno merupakan peradaban yang patut kita puji. Karena


peradabannya lebih dari yang lain baik dalam kreatifitas arsitekturnya,
intelektualnya, menciptakan pemikiran-pemikiran dan expresinya yang kemudian
banyak diikuti sejak saat itu. Lalu bagaimanakah keagamaan yang ada di Yunani
Kuno? Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal tersebut.

1
PEMBAHASAN

A. Yunani Kuno

Yunani Kuno merupakan periode dalam sejarah Yunani yang berlangsung


antara 1000 tahun. Periode ini diakhiri dengan munculnya agama Kristen. Oleh
sebagian besar sejarawan , peradaban ini dianggap sebagai peletak dasar Peradaban
Barat. Secara geografis, pulau utama Yunani terletak di sebelah selatan
Semenanjung Balkan dan menandai ujung dari jajaran gunung yang membentang
dari utara ke selatan. Batas pantai tidak teratur dan berdekatan dengan Pulau
Aegean. Pulau ini berupa gugusan berbagai gunung. 1

Yunani merupakan salah satu pusat peradaban tertua di Eropa. Daerah


Yunani terletak di ujung tenggara Benua Eropa. Sebagian besar dikepulauan di laut
Aegea dan laut Ionia masuk wilayah Yunani. Di sebelah utara, Yunani berbatasan
dengan Albania, Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki di daratan Eropa. Peradaban
Yunani lahir dilingkungan geografis yang sebenarnya tidak mendukung. Tanah
Yunani tidak seperti Mesopotamia, Hoang Ho, ataupun Mesir yang subur. Yunani
merupakan tanah yang kering, dengan banyak benteng alam yang kuat berupa
jurang-jurang yang terjal, gunung-gunung yang tinggi, serta pantai-pantai yang
curam dan terjal.2

B. Corak kepercayaan Yunani Kuno

Agama Yunani meliputi kepercayaan dan ritual yang dipraktikan di Yunani


Kuno. Kepercayaan bangsa Yunani Kuno bersifat Politeisme. Mereka percaya dan
menyembah banyak dewa. Dalam kepercayaan mereka, dewa tertinggi adalah
Dewa Zeus. Zeus merupakan sumber kesusilaan, pelindung, dan pencipta keadilan.

1
Erwin Adi Putranto, Serti Peradaban Besar Dunia : Yunani Kuno. Semarang: ALPRIN,
2019. Hal 1-5.
2
Wulan Sondarika, “Peradaban Yunani Kuno”. Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2. Universitas
Galuh Ciamis, 2015. Hal. 199

2
Berbeda dengan sikap orang Timur terhadap Dewa yang dipandang sebagai
pribadi yang disembah karena takut, masyarakat Yunani menggambarkan dewa-
dewa yang disembahnya bertubuh dan berprilaku seperti manusia. Menurut
pandangan Yunani, dewa-dewa itu memiliki tubuh seperti manusia tetapi lebih
besar, lebih indah serta tidak dapat mati. Dewa-dewi memiliki sifat seperti manusia,
ada yang baik dan buruk. Dewa dewi berkeluarga, berperang dan bersaing untuk
mempertahankan kekuasaan.3

Agama orang Yunani bersifat lokal. Setiap kota dan keluarga memiliki
agamanya masing-masing, tidak ada otoritas orang yang berwenang. Tidak ada
agama umum yang dianut oleh seluruh bangsa, yang ada hanya pemujaan bersifat
lokal. Tidak ada kuil yang didirkan sebagai kuil kerajaam, tidak ada sistem
kependetaan yang memiliki wewenang untuk mengatur kehidupan agama nasional,
memaksakan aturan ritual pengorbanan, atau mengedit naskah-naskah suci.4

Adapun dewa-dewi utama lainnya yang juga disembah adalah mereka yang
disebut sebagai Dewa Olympus/Dodekatheon (12 dewa dalam mitologi Yunani).
Mereka terdiri dari : Zeus, Hera, Poseidon, Ares, Hermes, Hefaistos, Afrodit,
Athena, Apollo, Artemis, Dameter dan Dionysus atau Hestia.5

Dewa-Dewi Olympus

1. Zeus, adalah penguasa Olimpus yang juga merupakan raja dan pimpinan
dari para dewa. Zeus adalah anak termuda dari Titan Chronos dan Titaness
Rhea dan dibesarkan oleh Gaia, setelah dewasa ia menggulingkan ayahnya
untuk menguasai dunia.6 Orang Yunani menganggapnya sebagai penguasa

3
Wulan Sondarika, “Peradaban Yunani Kuno”. Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2. Universitas
Galuh Ciamis, 2015. Hal. 202.
4
Alan Menzies, Sejarah Agama-Agama: Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik Agama-
agama Besar Dunia. (Yogyakarta: Familia, 2014). Hal. 320
5
Agama Yunani Kuno, diakses di http://belajaragamadunia.wordpress.com
6
Beatrice Sidik, “12 Dewa-Dewi Olimpus, Mitologi Yunani Yang Menjadi Legenda” pada
http://www.idntimes.com/ diakses pada 20 Oktober 2020

3
langit dan bumi, personifikasi hukum alam, penguasa negara, serta bapak
dewa dan manusia.7
2. Hera, juga merupakan putri dari Cronos dan Rhea, ia adalah Ratu Surga
sekaligus istri dari Zeus. Hera adalah dewi perlindungan pernikahan,
kelahiran dan persalinan, para wanita dan pengatur bintang-bintang
diangkasa. Hera adalah ibu dari Ares (dewa perang), Hephaestus, hebe dan
Eileithyia.
3. Poseidon, dikenal sebagai Neptunus. Ia merupakan penguasa laut dan
tingggal di bawah laut bersama istrinya, Aigeia. Ia juga dikenal sebagai
dewa gempa bumi dan pembawa badai, karena ia mampu mengendalikan
lautan dan dunia bawah laut.
4. Ares, merupakan anak Zeus dan Hera, ia merupakan dewa perang yang
terkenal karena kebrutalannya dalam bertempur. Ia dikenal sebagai dewa
yang penuh kemarahan. Penggambaran dirinya adalah diliputi api, biasanya
baju zirah perang dan helm serta memegang tombak.8
5. Hermes, adalah anak Zeus dan Maia. Ia adalah dewa pelindung daerah
perbatasan, para pengelana, gembala, pencuri, penipu, pidato, sastra dan
puisi, olahraga, pengukuran, penemuan dan perdagangan.9 Dia
digambarkan sebagai dewa yang memakai Petasus (topi perak bersayap) dan
Talaria (sayap perak yang ada di kakinya)10
6. Athena, adalah dewi perang dan kebijaksanaan, dia juga dewi keputusan dan
kerja. Zeus adalah ayah dari Athena dan ibunya adalah Metis.11 Ketika

7
E. M. Berens. The Myths & Legends of Ancient Greece and Rome. Amsterdam: MetaLibri,
2009. Hal 17.
8
Beatrice Sidik, “12 Dewa-Dewi Olimpus, Mitologi Yunani Yang Menjadi Legenda” pada
http://www.idntimes.com/ diakses pada 20 Oktober 2020
9
Hermes di http;//id.m.wikipedia.org/wiki/Hermes diakses pada 20 Oktober 2020
10
E. M. Berens. The Myths & Legends of Ancient Greece and Rome. Amsterdam:
MetaLibri, 2009, hal. 103
11
Siti Romlah Hasanah, Agama Yunani Kuno pada http://agamaminor6.blogspot.com/
diakses pada 20 Oktober 2020

4
dipresentasikan seabagi dewi perang, dia tampak mengenaan baju besi dan
helm di kepalanya memakai aegis (perisai) dan tongkat emas.12
7. Dameter adalah dewi kesuburan dan pertanian. Dia adalah dewi yang
penting bagi petani dan perempuan. Dameter juga dikaitkan dengan dunia
bawah. Dia juga merupakan anak Cronus dan Rhea, sekaligus juga istri dari
Zeus.
8. Aphrodite, adalah anak dari Zeus dan Dione. Dia adalah dewi cinta dan
kecantikan. Aphrodite lahir dari laut. Dia datang ke darat dekat Paphos di
Siprus. Siprus menjadi pusat pemujaan dewi. Ini adalah festival untuk
perempuan saja, ini menandai kematian Adonis, pecinta Aprhodite. Selama
Festival, wanita menyanyikan lagu berkabung dan kembali dilakukan
pemakaman Adonis.
9. Artemis, dewi berburu, memanah dan melahirkan. Dia juga dewi hewan liar
dan biasanya digambarkan sebagai hidup di pedesaan. Dia memiliki
kemampuan untuk mengirimkan petuah atau kematian mendadak untuk
manusia, tapi dia juga bisa menyembuhkan mereka.
10. Hephaistos adalah dewa api, gunung berapi, pandai besi dan crafworkers.
Dia lumpuh dan hal tersebut menyebabkan ia terlempar keluar dari gunung
Olympus.
11. Apollo, adalah dewa matahari, kebenaran, musik, puisi, tari dan
penyembuhan. Biasanya penyair menempatkan diri di bawah
perlindungannya
12. Dionysus, adalah dewa peraasaan yang meliputi rasa mencintai, semangat
tinggi, emosi yang kuat dan berhubungan dengan anggur. Ia juga erat
dikaitkan dengan drama dan teater.13
13. Hestia, ia adalah dewi perapian dan pelindung keluarga. Ia digambarkan
sebagai perempuan bersahaja mengenakan penutup kepala putih. Hestia

12
E. M. Berens. The Myths & Legends of Ancient Greece and Rome. Amsterdam:
MetaLibri, 2009, hal 36
13
Siti Romlah Hasanah, Agama Yunani Kuno pada http://agamaminor6.blogspot.com/
diakses pada 20 Oktober 2020

5
dihormati oleh dewa dan manusia karena keberadaannya di mana-mana,
baik itu dikuil maupun di rumah. Setiap kota di Yunani Kuno, memiliki
perapian yang besar di tengah kota dan dijaga agar terus menyala.14

Setiap keluarga, kota, dan desa memiliki pemujaan khasnya masing-masing,


pemujaan Zeus mungkin ditunjukkan dengan penamaan lokal, setiap tempat
memiliki penamaannya masing-masing tentang Zeus yang merupakan pelindung
dan penguasa mereka. Setiap rumah, komunitas memiliki Hestia-nya masing-
masing.15 Untuk menghormati Dewa Zeus diselenggarakan pesta olahraga selama
5 hari di gunung Olympus, yang disebut Olympiade. Cabang olahraga yang
dipertandingkan meliputi lari, loncat, lempar lembing, lempar peluru, lempar
cakram, gulat, pacuan kuda dan lomba kereta kuda. Pada malam hari juga digelar
pertunjukan sandiwara/seni maupun pasar malam.16

Setiap keluarga memiliki objek persembahannya sendiri-sendiri. Ada dewa-


dewa selain Zeus yang dikaitkan dengan langit seperti Apollo dan Herakles. Ada
juga dewa-dewi yang terkait dengan manusia seperti Artemis sebagai dewi
perburuan. Afrodit sebagai dewi pelindung kehidupan serta dewi cinta. Poseidon
sebagai sang dewa laut yang juga disembah didaratan karena ia juga adalah dewa
pelindung kuda dan ternak. Hefaistos adalah dewa penempaan logam, Ares adalah
dewa perang. Mereka adalah dewa fungsional, yakni dewa-dewi yang muncul
karena fungsi praktis yang diasosiasikan kepada mereka, yang menggambarkan sisi
ideal atau suci dari kegiatan-kegiatan tersebut, dan yang akan hilang tanpa adanya
kegiatan-kegiatan praktis tersebut.17

B. Ritual Agama Yunani Kuno

14
Beatrice Sidik, “12 Dewa-Dewi Olimpus, Mitologi Yunani Yang Menjadi Legenda” pada
http://www.idntimes.com/ diakses pada 20 Oktober 2020
15
Alan Menzies, Sejarah Agama-Agama: Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik Agama-
agama Besar Dunia. (Yogyakarta: Familia, 2014). Hal. 315
16
Wulan Sondarika, “Peradaban Yunani Kuno”. Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2. Universitas
Galuh Ciamis, 2015. Hal. 202
17
Alan Menzies, Sejarah Agama-Agama: Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik Agama-
agama Besar Dunia. (Yogyakarta: Familia, 2014). Hal 315-316

6
Para dewa memiliki sifat-sifat yang bermacam-macam, Zeus yang memiliki
semua kebijaksanaan, Hera dengan martabat yang tak tertandingi, Aphrodite dewi
cinta yang memiliki semua pesona, Hermes utusan terpercaya dan lainnya. Dengan
sifat dewa yang seperti itu, dengan apa manusia berhubungan dengan mereka?
Ibadah mengikuti praktek sederhana dunia awal. Ibadah tidak bersifat kependetaan.
Ada pendeta, dan mereka mempersembahkan korban secara teratur ditempat-
tempat suci yang mereka jaga, tetapi bisa saja raja atau kepala rumah
mempersembahkan korban dimana saja.18

a. Ritual para Olympian (Ritual of Olympians)

Adalah sebuah ritual yang dilakukan dengan sederhana, berupa berdoa dan
diikuti dengan pembakaran hewan korban. Sebagian daging sudah dicicipi oleh para
penyembah, kemudian sisanya dibakar dengan maksud menyerahkannya kepada
dewa. Daging sisa juga dimakan bersamaan dengan anggur (wine). Agar
sesembahan sampai kepada dewa maka metode penyembahan dilakukan dengan
menggunakan api.19

b. Ritual Chthonic atau Kekuatan Alam Bawah (Under-world Power)

Adalah sebuah ritual yang ditujukan kepada pahlawan. Seperti


penyembahan terhadap Herkules. Ada perbedaan antara Ritual Chthonic dan Ritual
para Olympian, Ritual para Olympian itu boleh memakan sebagian daging yang
dipersembahkan. Sedangkan Ritual Chthonic tidak boleh dimakan, melainkan
dipersembahkan sepenuhnya.20

c. Penyembahan Pahlawan dan Inhumation

18
Alan Menzies, Sejarah Agama-Agama: Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik Agama-
agama Besar Dunia. (Yogyakarta: Familia, 2014). Hal. 328
19
J. E. Harrison. Religion of Ancient Greece. London: Constable & Company, 1913,
didigitaliasi oleh Microsoft pada 2007. Hal.37-38
20
J. E. Harrison. Religion of Ancient Greece. London: Constable & Company, 1913,
didigitaliasi oleh Microsoft pada 2007. Hal.38

7
Orang-orang Yunani percaya bahwa orang yang sudah mati kemudian
jasadnya dikubur, rohnya masih ada hidup gentayangan disekitar kuburannya. Oleh
karenanya orang Yunani tidak mengubur jasad orang yang mati, melainkan
membakarnya. Dengan dibakar, mereka percaya bahwa rohnya tidak tinggal di
dalam kubur, tetapi melarikan diri ketempat yang jauh, diluar sungai, suatu tempat
terpencil yang tak terakses.21

Orang-orang Yunani juga merayakan berbagai festival untuk memuja dewa


atau figur tertentu. Festival-festival tersebut berkaitan dengan mitologi Yunani,
akibatnya festival-festival ini banyak berperan dalam aspek keagamaan Yunani
Kuno. Adapun festival itu antara lain :

• Festival Daidala yang digelar untuk memuja Hera dengan cara membakar
patung pengantin kayu (daidala). Festival ini diadakan di kota Plataia dan
selenggarakan tujuh tahun sekali, sedangkan Daidala Besar diselenggarakan
59 tahun sekali diseluruh Boiotia.
• Panathenaia yang dilakukan dengan melakukan pengorbanan hewan untuk
Athena, mulanya dilakukan diiringi dengan pembacaan syair-syair epik.
Namun pertengahan abad ke-5 SM digantikan kontes musik lalu upacara
mengenang prajurit yang gugur dalam pertempuran Marathon serta ada juga
kompetisi atletik. Festival ini diselenggarakan di kota Athena pada
pertengahan Agustus.
• Festival Khloia, yaitu festival musim semi yang diselenggarakan ketika
benih-benih mulai tumbuh tinggi dan ditujukan untuk Dameter. Festival ini
diselenggarakan di kota Eleusis.
• Festival Eleusinia, festival yang digelar sebagai rasa syukur pada Dameter
atas hasil panen. Juga dikota Eleusis dan diadakan dua tahun sekali.
• Proirosia, festival melakukan doa pada Dameter sebelum para petani mulai
membajak dan menanam

21
J. E. Harrison. Religion of Ancient Greece. London: Constable & Company, 1913,
didigitaliasi oleh Microsoft pada 2007. Hal.41

8
• Thalisia, festival untuk memuja Dameter pada musim gugur setelah masa
panen. Di kota Kos pada musim gugur.
• Thesmoforia, festival untuk memperingati penculikan Persefone (anak
Dameter) oleh Hades, dilakukan oleh perempuan untuk menjamin supaya
tetap subur dan panen tetap baik. Diadakan diberbagai daerah Yunani.
• Haloa, ditujukan untuk Dameter di kota eleusis dan Athena yang berupa
pawai.
• Pianopsia, ditujukan untuk Apollo di kota Athena yang digelar tujuh tahun
sekali dengan menggantung dahan pohon zaitun atau salam digerbang kuil
Apollo. Merupakan rasa syukur karena Apollo berhasil mengalahkan
Minotaur.
• Thargelia, pada festival ini seorang pria berpura-pura menjadi seorang
dewa. Orang ini dijadikan kambing hitam dan diusir dari kota oleh para
penduduk. Kadang-kadang, orang tersebut dikorbankan jika sedang ada
bencana kelaparan. Si kambing hitam dilempar ke laut atau dibakar hidup-
hidup. Pada hari kedua festival ada prosesi makan bersama sebagai tanda
rasa syukur.
• Bakkhanalia atau Dionisia, ditujukan untuk Dionisos yang diselenggarakan
diberbagai wilayah Yunani yang dirayakan dngan makanan dan minuman
anggur, ada juga meliputi pertunjukkan drama teeater.
• Agrionia, ditujukan kepada Dionisos di kota Orkhomenos dalam setahun
sekali yang dilakukan dengan cara ritual pembunuhan seorang perempuan
keturunan Minyas atau pendeta.
• Aiora, ditujukan untuk Ikarios dan Erigone dikota Athena pada musim
anggur, pada festival para gadis berayun dengan tali.
• Hiakinthia, ditujukan pada Hiakonthos di Amiklea dan Sparta dalam
setahun sekali yang meliputi kontes atletik dan dilaksanakan di makam
Hiakinthos
• Dafneforia, digelar untuk memuja Apollo. Dalam festival ini satu orang
membawa dahan pohon zaitun dengan bunga salam dan bola perunggu

9
• Delia, festival ini terdiri dari kontes musik dan atletik untuk memuja Apollo.
Di kota Delos dalam 4 atau 5 tahun sekali.22

Selain itu juga terdapat festival yang dilakukan dikuil. Festival ini diisi oleh
arak-arakan menuju kuil suci dengan membawa pakaian baru untuk sang dewa,
upacara persembahan kepada dewa yang sisanya dinikmati oleh semua orang,
diikuti dengan tarian yang disertai alunan musik. Kemudian menjadi kompetisi
yang mana pemenang akan mendapatkan hadiah mahkota yang terbuat dari ranting
atau cabang tanaman yang disucikan oleh dewa.

Perlombaan ala bangsa Yunani (yang muncul dari ritual keagamaan) ini
kemudian menjadi begitu populer dan membuat orang berdatangan dari penjuru
negeri. Agama Yunani tak mengenal asketisme. Dewa dilambangkan sebagai
seorang manusia sempurna yang sangat indah, dan seluruh pemujanya
mengahaturkan diri dihadapannya tanpa mengenakan sehelai benangpun.

Demikianlah bangsa Yunani tumbuh bersama cita rasa seni mereka yang
tinggi. Agama mereka berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban. Hal
hal irasional seperti pengorbanan binatang dan manusis mulai ditinggalkan. Bangsa
ini kini telah memiliki sebuah agama yang tinggim yang mencerminkan sebuah
pencapaian tinggi dan keindahan. Bangsa ini berusaha membuat dirinya seindah
mungkin, menciptakan benda-benda yang paling indah, menciptakan sajak-sajak
indah, melatih fisik hingga ke taraf kekuatan dan mempertontonkannya dalam
sebuah adu kejantantan.23 Konsep agama seperti itulah yang pernah populer
dikalangan Yunani.

22
Festival Yunani, di http://id.m.wikipedia.org/Yunani_Kuno/Festival_Yunani
23
Alan Menzies, Sejarah Agama-Agama: Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik Agama-
agama Besar Dunia. (Yogyakarta: Familia, 2014). Hal. 337.

10
PENUTUP

Kesimpulan

Demikianlah Yunani Kuno dengan peradabannya dan sistem kepercayaan


yang dianut oleh mereka. Mereka menyembah dewa-dewa yang disebut sebagai
Dewa-dewa Olympus. Keagamaan setiap orang Yunani berbeda-beda, disatu kota
ada yang menyembah salah satu dewa dan disatu kota lainnya juga menyembah
dewa yang lain.

Adapun mengenai ritus yang mereka lakukan, secara umum adalah dengan
melakukan ritual pengorbanan. Mereka juga melakukan berbagai macam festival
sebagai ritual keagamaan mereka sebagaimana telah dipaparkan diatas. Seperti
itulah kondisi keagamaan yang ada pada masa Yunani Kuno.

11
DAFTAR PUSTAKA

Berens, E. M.. The Myths & Legends of Ancient Greece and Rome. Amsterdam:
MetaLibri, 2009,
Harrison, J. E.. Religion of Ancient Greece. London: Constable & Company, 1913,
didigitaliasi oleh Microsoft pada 2007.
Menzies, Alan. Sejarah Agama-Agama: Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik
Agama-agama Besar Dunia. (Yogyakarta: Familia, 2014).
Putranto, Erwin Adi, Serti Peradaban Besar Dunia : Yunani Kuno. Semarang:
ALPRIN, 2019.
Sondarika, Wulan. “Peradaban Yunani Kuno”. Jurnal Artefak Vol. 3 No. 2.
Universitas Galuh Ciamis, 2015
Sidik, Beatrice, “12 Dewa-Dewi Olimpus, Mitologi Yunani Yang Menjadi
Legenda” pada http://www.idntimes.com/ diakses pada 20 Oktober 2020
Agama Yunani Kuno, diakses di http://belajaragamadunia.wordpress.com/
Hermes di http;//id.m.wikipedia.org/wiki/Hermes diakses pada 20 Oktober 2020
Festival Yunani, di http://id.m.wikipedia.org/Yunani_Kuno/Festival_Yunani
Hasanah, Siti Romlah, Agama Yunani Kuno pada
http://agamaminor6.blogspot.com/ diakses pada 20 Oktober 2020

12

Anda mungkin juga menyukai